Anda di halaman 1dari 15

PENGARUHTINGKATSUKUBUNGA,NILAITUKARRUPIAH,

DANINFLASI1ERHADAPIMBALHASILSAHAMINDUSIRI
PERBANKANYANG LISTINGDIBURSAEFEKJAKARTA(BEJ)
Kartini Harabap*
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah,
dan inflasi terhadap imbal hasil saham industri perbankan. Penelitian ini dilakukan dalam rangka
untuk memperkirakan faktor-faktor yang mempengaruhi imbal hasil saham. Imbal hasil saham yang
terrealisasi (realized return) belum tentu sarna dengan imbal hasil yang diharapkan (expected
return). Ketidakpastian ini merupakan inti dari investasi yaitu bahwa investor selalu harus
mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko investasi dengan berbagai faklor
yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan pada saham industri perbankan yang listing di Bursa
Efek Jakarta (BEJ), periode Januari 2003 hingga Desember 2004. Metode deskriptif kuantitatif
merupakan tipe desain penelitian. Penarikan sampel berdasarkan purposive non random sampling,
maka Bank Central Asia, Bank Danamon, dan Bank Negara Indonesia sebagai sampel penelitian.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis korelasi Pearson dan analisis regresi
berganda. Berdasarkan analisis korelasi, maka disimpulkan bahwa pengaruh tingkal suku bunga,
nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap imbal hasil saham industri perbankan secara simultan sebesar
19 %. Sedangkan hubungan antara suku bunga lerhadap imbal hasil saham bersifat positif, hubungan
antara nilai lukar rupiah lerhadap imbal hasil saham bersifat negalif, dan hubungan antara inflasi
terhadap imbal hasil saham bersifat negatif. Hasil uji F dan uji t dapat disimpulkan bahwa lidak
adanya pengaruh yang signifikan antara lingkal suku bunga, nilai lukar rupiah, dan inflasi terhadap
imbal hasil saham industri perbankan yang listing di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003 hingga 2004.
Kala kURd: Bursa Efek, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Imbal Hasil Saham
Pada dasamya investasi di pasar modal merupakan
salah satu bentuk dari inveslasi jangka panjang, wa-
laupun tidak tertutup kemungkinan mendapatkan
keuntunganjangka pendek. Masyarakat menginves-
lasikan dananya selain untuk turut memiliki saham
perusahaan,juga untuk mendapatkan dividen serta
kemungkinan untuk mendapatkan capital gain di
kemudian hari apabila terdapat kenaikan harga sa-
ham dari perusahaan yang bersangkutan. Inveslasi
dalam saham memberikan prospek bahwa imbal ha-
sil yang relatifkecil dapat tumbuh rnenjadi imbal hasil
yang cukup besar, sehingga menarik bagi perora-
ngan, rumah tangga, pedagang dan karyawan.
Arbitrage Pricing Theory (APT) menye-
butkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
imbal hasil (return) yang diharapkan dengan tingkat
risiko investasi. Hubungan antara risk and return
bersifat positif dan linear. Pada dasamya investor
lebih menyukai inveslasi dengan tingkat imbal hasil
yang tinggi, tetapi berisiko rendah. Asumsi ini jelas
bertentangan dengan asumsi risk and return trade-
off, yang menyatakan bahwa inveslasi dengan tingkat
imbal hasil yang tinggi akan selalu diikuti dengan risiko
yang tinggi pula (Suad Husnan, 1996 : 86).
Dalam melakukan investasi, investor akan
memperkirakan tingkat imbal basil yang diharapkan
(expected return) untuk suatu periode tertentu di
masa datang. Setelah periode inveslasi berlalu, belum
tentu tingkat imbal basil yang dibarapkan sarna de-
ngan tingkat imblil hasil aktual (realized return).
Tmgkat imbal basil aktual dapat lebih tinggi atau lebih
rendab. Ketidakpastian akan tingkat penghasilan
merupakan inti dari inveslasi, yaitu bahwa investor
selalu mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang
*Karlini Harahap, Alumni PSIA Program Pascasarjana Universitas Riau tahun 2006
48
Harahap, Pengaruh Tingknt Suku Bunga, Nilai Tuknr Rupiah dan Inflasi 49
merupakan risiko investasi dengan berbagai faktor
yang mempengaruhi.
Pada umunmya investor lebih menyukai ke-
pastian daripada ketidakpastian. Apabila investor
akan dihadapkan pada dua pilihan investasi, di mana
kedua-duanya menjanjikan tingkat penghasilan yang
sama namun memiliki tingkat risiko yang berbeda,
maka investor akan memilih alternatif investasi de-
ngan imbal hasil tertentu pada tingkat risiko yang
lebih rendah. Investor akan mengambil keputusan
untuk melakukan investasi pada risiko yang tinggi
apabila investasi tersebut menjanjikan imbal hasil ya-
ng lebih tinggi daripada investasi yang berisiko ren-
dah. Dengan demikian investor akan menuntut tam-
bahan kompensasi dengan semakin tingginya risiko
investasi. Investor yang mempunyai sikap terhadap
risiko seperti yang telah dikemukakan di atas
disebut risk averse investor. Risk averse investor
selalu akan melihat keterkaitan antara risiko dan im-
bal hasil yang diharapkan: investasi dengan risiko
rendah akan mengakibatkan penghasilan yang di-
harapkanjuga rendah.
Risiko dalam dunia investasi sering dibeda-
kan menjadi dua, yakni: risiko sistematik dan risiko
non-sisternatik (unique risk). Risiko sistematik ada-
lah risiko yang dapat tetjadi dan dialarni setiap peru-
sahaan di mana faktor -faktor pencetus risiko tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal perusahaan.
Misalnya, risiko akibatnilai turunnya tukarrupiah,
naiknya suku bunga, meningkatnya inflasi. Sedang-
kan risiko non-sisternatik (unique risk) adalah risiko
yang dapat dialami investor di mana faktor-faktor
pencetusnya berada di lingkungan internal perusa-
haan itu sendiri. Risiko ini dapat berupa risiko akibat
rendaimya kinetja perusahaan, prilaku tenaga ketja,
dan sebagainya (Ali Arifin, 2004: II).
Bagian keuntungan yang tidak terantisipasi,
yaitu yang berasal dari surprise, merupakan risiko
yang dihadapi oleh investor. Meskipun demikian,
sumber risiko tersebut dapat berasal dari faktor yang
mempengaruhi semua (banyak) perusahaan, tetapi
ada pula yang spesifik pada perusahaan tertentu.
Sebaliknya, pengumuman tentang tingkat penjualan
perusahaan yang semakin meningkat lebih tinggi dari
yang diharapkan, produk pesaing yang mengalarni
gangguan, hanya akan mempengaruhi satu perusa-
haansaja
Sesuai dengan teori portofolio, risiko siste-
rnatis merupakan risiko pasar yang akan berdampak
pada semua (ban yak) perusahaan sehingga tidak
dapat untuk di diversifIkasi portofolio, sedangkan
risiko non sistematis merupakan risiko yang akan
mempengaruhi satu (sekelompok kecil) perusahaan,
dan bisa dieliminir dengan diversifikasi.
Pada saat ini para investor lokal dan asing
gencar untuk melakukan investasi pada saham in-
dustri perbankan, khususnya pada Bank Central Asia
(BCA), Bank Negara Indonesia (BRI), dan Bank
Danamon karena harga saham dinilai masih under-
valued sehingga layak untuk dibeli sesuai dengan
harga pasar sekunder yang berlaku saat ini. ("Market
Rumors", Metro TV, Senin 28 Juni 2005). Saham
industri perbankan sangat diminati oleh investor. Hal
ini terlihat dari perbandingan total kapitalisasi pasar
industri perbankan dengan industri lainnya (Jakarta
Stock Exchange, 2004: 12).
Industri perbankan memiliki siklikalitas yang
tinggi terhadap kondisi ekonomi nasional, yakni ting-
kat laba yang di peroleh industri perbankan memiliki
hubungan yang sangat erat terhadap kondisi ekonomi
nasional dan secara langsung mempengaruhi harga
saham. Hal ini terlihat jelas pada saat Indonesia me-
ngalarni krisis ekonomi tahun 1997, secara langsung
memberikan efek terhadap rata-rata harga saham
industri perbankan anjlokmenjadi Rp 450,-. Penu-
runan harga saham diakibatkan oleh ekspektasi
negatif oleh investor terhadap kinelja industri per-
bankan sehingga minat investor untuk melakukan
investasi pada industri perbankan menurun.
Pada tahun 1997 perekonomian Indonesia
mengalarni resesi, dari nilai tukar rupiah turun dari
level Rp 2.419 mengalarni peningkatan menjadi Rp
7.100. Seiring dengan kondisi di atas, suku bunga
sebesar 70.81 % telah menyebabkan inflasi me-
ningkat menjadi 78 persen per tahun. Resesi ekonomi
secara langsung memberlkan efek negatif terhadap
industri perbankan, di mana pada tanggall Novem-
ber 1997 terdapat 16 bank yang di likuidasi, kemu-
dian tanggall April 1998 terdapat 7 bank yang di
beku operasi dan 7 bank di take over oleh BPPN.
Pada tanggal 13 Maret 1999, sebanyak 38 bank
dilikuidasi dan 7 bank di take over (Ali Masyhud,
1999 : 35). Bank yang mengalarni likuidasi dan take
over sebahagian adalah perusahaan yang sudah go
50 Jumal Publik & Bisnis, Volume 4, Nomor I, Maret 2006: 48 - 62
public sehingga secara signifIkan menyebabkan ke-
rugian yang besar pada investor. Penutupan bank
yang telah go public tersebut merugikan para in-
vestor sebingga pembelian saham mengandung risiko
yang cukup tinggi, di mana besarnya risiko pasar
dipengaruhi oleh siklikalitas kondisi perekonornian.
(Elton dan Gruber, 1995: 131).
Melemahnya nilai tukar rupiah secara sig-
nifIkan rnerniliki dampak yang berbeda, bagi seba-
gian sektor bisnis yang berpendapatan dolar AS dan
biaya rupiah, itu akan menguntungkan. Sementara
bagi yang berpendapatan rupiah, dan merniliki ba-
nyak utang dalam dolar AS akan sangat merugikan.
Namun bagi industri perbankan pelemahan rupiah
yang tajam akan meningkatkan risiko kredit valuta
asing. Meningkatnya suku bunga secara tidak wajar
menyebabkan dunia usaha sulit untuk membayar
kewajiban (utang) secara langsung, dan menyebab-
kan tingkat profitabilitas perusahaan menurun, tingkat
daya saingjuga mengalarni penurunan seiring dengan
meningkatnya jumlah kompetitor. Inflasi menyebab-
kan meningkatnya biaya kapital perusahaan.
Jadi untuk merninimumkan risiko investasi
saham pada industri perbankan diperiukan analisis
faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempenga-
ruhi imbal hasil, seperti faktor eksternal (tingkat suku
bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi) sebagai risiko
sistematik (John White, 2002 : 15).
Dengan menetapkan bahwa faktor funda-
mental ekonorni (risiko sistematik), yakni tingkat
suku bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi, sebagai
faktor yang mempengaruhi, permasalahan pokok
dalam penelitian ini adalah: "apakah terdapat pe-
ngaruh yang signifIkan antara tingkat suku bunga,
nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap imbal hasil
pada saham industri perbankan yang listing di Bursa
EfekJakarta ?".
Tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk
mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar
rupiah, dan inflasi terhadap imbal hasil yang akan di
peroleh investor pada saham industri perbankan
yang listing di Bursa Efek Jakarta.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini di-
harapkan dapat memberikan informasi secara sis-
tematis kepada investor mengenai tingkat pengaruh
suku bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi sebagai
risiko sistematis yang mempengaruhi imbal hasil
investor, sehingga investor memperoleh imbal hasil
sesuai dengan expected return.
Disamping itu, hasil penelitian inijuga di-
harapkan dapat dijadikan sumberrujukan (referensi),
kepada mahasiswa atau masyarakat umum yang
berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
TINJAUANPUSTAKA
Pasar Modal'
Proses pembentukan pasar modal meme-
gang peran penting dalam perkembangan suatu eko-
norni nasional. Tidak semua kegiatan ekonorni marn-
pu memenuhi kebutuhan investasinya dari tabungan
sendiri. Dalam realita, ada unit-unit kegiatan eko-
norni yang surplus (yaitu tabungan > investasi) dan
ada unitekonomi defisit (yaitu tabungan <investasi).
Untuk itu dibutuhkan "conduit" yang bisa menya-
lrnkan kelebihan dana dari unit yang surplus ke yang
defIsit. Itulah peranan dari pasar uang atau pasar
modal. (I Putu Gede, 2000 : 5).
Menurut Marzuki Usman (1989), pasar
modal adalah pelengkap di sektor keuangan terha-
dap dua lembaga lainnya yaitu lembaga bank dan
lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan
jasanya yaitu menjembatani hubungan antara perni1ik
modal (investor) dengan perninjam dana dalam hal
ini disebut dengan nama erniten (perusahaan yang
telahgopublic).
Menurut Siswanto Sudomo (1990), yang
dimaksud pasar modal adalah pasar tempat diter-
bitkan serta diperdagangkan surat -surat berharga
jangka panjang, khususnya obligasi dan saham.
Definisi ini sudah menyangkut duajenis pasar yang
dikenal secara terpisah, yakui pasar perdana, di ma-
na surat -surat berharga itu pertama kali diterbitkan
dan pasar sekunder, di mana surat-surat berharga
itu diperdagangkan.
Di Indonesia, pengertian pasar modal adalah
sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden
(Keppres) No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal
disebutkan bahwa "Pasarmodal adalah bursa-bursa
perdagangan di Indonesia yang didirikan untuk
perdagangan uang dan perdagangan efek". Sedang-
kan Bursa adalah gedung atau ruang yang ditetapkan
sebagai kantor dan tempat kegiatan efek. Lebih Ian jut
ditegaskan bahwa pengertian efek adalah setiap
Harahap, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi 51
saharn, obligasi atau bukti lainnya, terrnasuk sertifikat
atau surat pengganti serta bukti sementara dari surat-
surat tersebut.
Saham Industri Perbankan
Saharn (shares) adalah surat bukti pemilikan
bagian modal atau tanda penyertaan modal pada
erniten yang memberi hak atas dividen dan lain-lain
menurut besar kecil modal yang di setor, serta men-
dapatkan penghasilan dari capital gain. Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bah wa pemilik kertas adalah pernilik perusahaan
yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sarna dengan
menabung di bank.
Membeli atau memiliki saham tidak ubahnya
dengan menabung. Jadi menabung bisadalarn bentuk
apa saja. Pilihan terhadap alat investasi ini tergantung
dari kemampuannya untukmemberikanimbalan. Jika
deposito memberikan imbalan (suku bunga) 15%,
tentu akan lebih bersedia membeli saharn jika saharn
tersebut mampu memberikan imbalan lebih besar dari
15%. Jadi mernilih saharn, karena berpotensi lebih
menguntungkan
Kelebihan memiliki saharn biasa adalah ke-
marnpuannya memberikan keuntungan yang tidak
terhingga. Tidak terhingga ini bukan berarti keun-
tungan investasi saharn tidak terbatas besarnya. Te-
tapi tergantung pada perkembangan perusahaan pe-
nerbitnya. Bila perusahaan penerbit marnpu meng-
hasilkan laba yang besar, maka ada kemungkinan
investor akan menikmati keuntungan yang besar juga.
Karena dengan laba yang besar itu, bisa diharapkan
tersedia dana yang besar untuk dibayarkan sebagai
dividen. Di sarnping mendapatkan penghasilan dari
dividen, pernilik saharn juga bisa mendapatkan peng-
hasilan dari capital gain
Menurut William F. Sharpe (1997) saham
terdiri atas duajenis yang dikelompokkan berdasar-
kan kepernilikannya, yakni :
1. Saham biasa (common stock) adalah saharn
yang dimiliki oleh masyarakat umum.
2. Saham pendiri (saham founders) adalah
saham yang diberikan kepada orang yang
beljasa mendirikan perusahaan,
Bank secara sederhana diartikan sebagai
lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun danadari masyarakatdan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta membe-
rikan jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lem-
baga keuangan adalah setiap perusahaan yang ber-
gerak dibidang keuangan, dimanakegiatannya baik
hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan
dana, atau kedua-duanya menghimpun dan menya-
lurkandana.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalarn
bidang keuangan: artinya usaha perbankan yang se-
lalu berkaitan dengan masalah bidang keuangan. Jadi
dapatdisimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi
tiga kegiatan utama yaitu: 1) Menghimpun dana; 2)
Menyalurkan dana, dan; 3) Memberikanjasa bank
lainnya
Industri perbankan melakukan go public
untuk menyerap dana masyarakat, dengan mener-
bitkan saharn biasa( common stock), dalarn mening-
katkan produktivitas kelja melalui ekspansi usaha
dan mengadakan pembenahan strukturmodal untuk
meningkatkan daya saing perusahaan. Pada periode
Januari 2004 terdapat 22 emiten bank yang telah
menawarkan saharn. Dengan demikian, sektor per-
bankan sudah memperoleh dana di pasar modal
melalui penerbitan saharn.
Perbankan dan pasar modal secara makro
bertujuan untuk memperoleh danamasyarakat untuk
selanjutnya akan diinvestasikan dalarn dunia usaha.
Aliran dana masyarakat yang akan masuk ke dalarn
masing-masing sektorperbankan dan pasar modal
sangat dipengaruhi oleh situasi ekonorni dan ekspek-
tasi terhadap hasil dan risiko. Bila dalarn suatu eko-
norni yang suku bunga meningkat maka aliran dana
ke pasar modal cenderung mengecil, demikian pula
sebaliknya.
Perbankan menurut UU No.8 tahun 1995,
diberikan peluang untuk dapat berperan dan mem-
buka beberapa aktivitas dalarn mengembangkan in-
dustri efek di Indonesia. Sementara itu, pasar modal
dalarnkaitannya dengan dunia perbankan dapatme-
nyediakan dana jangka panjang untuk pengem-
bangan usaha bagi bank yang go public. Danajang-
ka panjang ini dapat digunakan bank untuk me-
nyesuaikan portofolio pendanaan dengan kredit jang-
ka menengah dan panjang. Selain itu melalui pasar
modal dapat memperkecil debt to equity ratio
(DER) bank yang melakukan go public sehingga
52 Jurnal Publik & Bisnis. Volume 4, Nomor 1, Maret 2006
menurunkan risiko bagi bank dalam memberikan
kredit kepada nasabah bank.
Dalam melakukan investasi pada saharn per-
bankan, investor akan menghadapi tingkat risiko
yang tinggi, walaupun tidak tertutup kemungkinan
untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Tingkat
imbal hasil yang akan diterima oleh investor akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hennie van Greu-
ning dan Sonja Bratanovic telah menggambarkan
dengan sistematik berbagai jenis pennasalahan yang
menghadang perbankan dimanapun berada. Terda-
pat empat permasalahan yang dapat menghadang
perbankan (Bank dan Management 2004 : 4), yaitu:
1. Financial, yang meliputi: on balance sheet,
dan offbalance sheet structure, income sta-
tement structure atau profitabilitas, capital
adequacy, credit, liquidity, interest rate,
market, dan currency.
2. Operational, yang meliputi: bussiness strat-
egy, internal system, dan operational, tech-
nology serta mis-management
3. Bussiness, yang mencakup: legal, policy,
financial infrastructure, dan country risk.
4. Event risk, yang mencakup: political, con-
tagion, banking crisis, dan berbagai exog-
enous lainnya.
Imbal Hasil Investasi
Secara sederhana investasi dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu
atau lebih dari satu aset selama periode tertentu de-
ngan harapan dapat memperoleh imbal hasil atau pe-
ningkatan nilai investasi.
Menurut Napa J. Amat (1999: 10) investasi
dirumuskan sebagai berikut: "Investasi tidak lebih
dari penanarnan modal saat sekarang untukmembeli
harapan keuntungan (expected return) yang akan
di peroleh masa yang akan datang".
Keputusan untuk melakukan investasi ada-
lah kemampuan calon investor untuk menentukan
tingkat kembalian yang akan di peroleh pada masa
yang akan datang. Pada umumnyakeputusan inves-
tasi dapat diperoleh dengan melakukan analisa fun-
damental dan analisa teknikal. Analisa fundamental
adalah analisis yang dilakukan dengan memperkira-
kan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
upaya untuk memperkirakan harga saham dengll11
mengarnati perubahan harganya di waktu yang lalu.
(William F. Sharpe, 2000 : 56)
Tujuan investasi yang dilakukan oleh inves-
tor adalah untuk memperoleh keuntungan atau re-
turn on investment. Penghasilan tersebut dapat
berupa penerimaan kas atau kenaikan nilai investasi.
Untuk saham, penerimaan kas ada dalam bentuk
dividenkas,sedangkankenaikannilaiinvestasitercennin
melaluikenaikanhargasaharnataucapital gain.
Dalam melakukan investasi, investor akan
memperkirakan berapa tingkat imbal hasil yang diha-
rapkan (expected return) atas investasinya untuk
periode tertentu di masa yang akan datang. Namun
setelah periode investasi berlalu, belum tentu tingkat
penghasilan aktual (realized return) adalah sarna
dengan tingkat imbal hasil yang diharapkan. Tingkat
imbal hasil aktual dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
Ketidakpastian akan tingkat imbal hasil ini merupa-
kan inti dari keputusan investasi, yaitu bahwa inves-
tor harus selalu mempertimbangkan unsur ketidak-
pastian yang merupakan risiko investasi. Investor
yang selalu melihat adanya keterkaitan antara risiko
dan imbal hasil yang diharapkan disebut risk averse
investor; investasi dengan risiko rendah akan me-
ngakibatkan imbal hasil yang diharapkan juga rendah
(Karnaruddin, 1996: 45).
Dengan demikian terdapat trade-off atau
tukar impas antara imbal hasil yang diharapkan
dengan risiko. Gambar 1.1 menunjukkan trade-off
tersebut.
Gambar 1.1. Trade-off antara tingkat
penghasilan yang diharapkan dan risiko
Tingkat imbal hasil
yang diharapkan
Real estate'
BR Obligasi
SBI
A
. Barang antik
Risiko
harga saharn, sedangkan analisa teknikal merupakan Sumber: Suad Husnan, 1996: 198
Harahap, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nitai Tukar Rupiah dan Inflasi 53
Garis BR hingga A menunjukkan gambar
trade-off antara imbal hasil yang diharapkan dan
risiko. Slope atau kemiringan garis tersebut adalah
positifkarena investor yang risk-averse tidak mau
mengambil risiko tambahan tanpa kompensasi peng-
hasilan yang diharapkan lebih tinggi. Titik potong
garis tersebut dengan sumbu tingkat penghasilan ya-
ng diharapkan (BR adalah tingkat penghasilan atas
aset yang bebas risiko), seperti SBI. Pada posisi ini
risiko adalah nol, dan dengan demikian tingkat peng-
hasilan bebas risiko (risk-free rate of return) yang
diharapkan adalah sama dengan tingkat penghasilan
yang berlaku atas aset tersebut. Dari gambar terlihat
bahwa obligasi mempunyai risiko yang lebih tinggi
dari pada SBI, tapi masih lebih rendah jika diban-
dingkan dengan saham.
Terdapatnya trade-off seperti yang ditunjuk-
kan dalam gainbar 2.1 berlaku pada lingkungan in-
vestoryang risk-averse. Investor dapat memilih por-
tofolio investasi sepanjang garis BR-A sesuai dengan
tingkat toleransinya terhadap risiko. Selain itu, gam-
bar tersebut mengggambarkan suatu hubungan yang
diperkirakan akan terjadi (ex ante), dalam kenya-
taan (ex post), pada suatu periode tertentu bisa saja
hubungannya temyata datar atau bahkan negatif.
Inflasi
Inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang
sering digunakan untukmenggambarkan peningkatan
harga rata-rata barang danjasa yang di produksi
oleh sistem perekonomian. Inflasi disebabkan oleh
(1) ketidakseimbangan antara permintaan dan pena-
waran, (2) Meningkatnya biaya produksi, (3) Me-
ningkatnya harga bahan baku impor, (4) Banyak-
nya uang yang beredar di masyarakat, (5) Adanya
kekacauan politik (Sadono Sukimo, 1999: 25).
Inflasi adalah suatu proses terus membum-
bungnya harga-harga, yang sarna artinya dengan,
terus merosotnya nilai uang (Laidler and Perkin,
1995: 741).
Faktor yang berkaitan erat dengan tingkat
inflasi adalah banyaknya uang beredar yang dinyata-
kan dalam pengertian sempit (M 1) dan luas (M2).
Ml menggambarkan daya beli efektifyang dimiliki
masyarakat secara langsung mempengaruhi permin-
taan terhadap barang danjasa. Bila kapasitas pro-
duksi sektor riil tidak mampu memenuhi permintaan
tersebut, maka akan terjadi kelebihan permintaan
yang akan mendorong harga bergeraknaik (Miranda
Goeltom,2003).
Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya
beli masyarakat menurun dan dapat menimbulkan
resesi. Meningkatnya inflasi akan menyebabkan
peningkatan suku bunga. Penyebab teIjadinyainflasi
sangatlah kompleks dan sampai saat ini menjadi ba-
han perdebatan para ekonom (Sadono Sukirno,
1999: 26).
Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga adalah ukuran keuntungan in-
vestasi yang dapat diperoleh oleh investor dan juga
merupakan ukuran biaya modal yang hams dike-
luarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana
dari investor. Kebijakan fiskal dan moneter mem-
punyai dampak pada besarnya tingkat bunga.
Perubahan pada pengeluaran pemerintah danjumlah
uang yang beredar akan mempengaruhi total penge-
luaran (pemerintah dan swasta), di mana bersamaan
dengan output potensial dan perubahan harga di
masa Ialu akan menyebabkan perubahan harga saat
ini. Semua perubahan di atas, akan menghasilkan
perkiraan mengenai tingkat inflasi, dan kemudian
akan mempengaruhi besamya tingkat bunga.
Teori tingkat bunga menurut Fischer (1990:
20) bahwa "A change in the expected inflation
will cause the same change in the nominal inter-
est rate ".
Secara umum pernyataan di atas menye-
butkan bahwa penentuan besamya tingkat bunga
adalah memperhatikan tingkat inflasi yang teIjadi
sehingga investor bersedia menanarnkan modalnya
bila di peroleh real interest yang menarik bagi inves-
tor tersebut dan untuk menentukan tingkat bunga
(nominal interest rate) dapat menggunakan rumus;
Nominal interest rate =
Real rate + Expected inflation
George E. Pinches, menyebutkan bahwa
"teori suku bunga adalah teori interest rate par-
ity", yakni; "It says that differences in interest
rate between two countries will effect the rela-
tionship between spot and forward rate of ex-
change". Dapat diartikan bahwa perbedaan antara
tingkat bunga antar dua negara akan berdampak
pada nilai tukar di negara tersebut.
54 Jurnal Publik & Bimis, Volume 4, Nomor 1, Maret 2006
Farid dan Siswanto (1998: 161) menyata-
kan bahwa meningkatnya tingkat bunga akan me-
ningkatkan beban bunga, Perusahaan yang memiliki
leverage yang tinggi akan mendapatkan dampak ya-
ng sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga,
Meningkatnya tingkat bunga akan mengurangi minat
investor untuk melakukan investasi di pasar modal,
Investor akan memilih investasi pada instrumen
keuangan dengan penghasilan tetap seperti deposito
dan obligasi, karena instrumen ini dapat memberikan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
investasi pada saham,
Bodie, Zvi, Alex kane, Alan j, Marcus
(1996: 490), menyatakan bahwa "meningkatnya ting-
kat suleu bunga akan mengurangi present value dari
aliran masa yang akan datang sehingga investasi itu
leurang menarik",
Nilai Tukar Rupiah
Richard A. Brealy dalam bukunya "Funda-
mentals of corporate finance" (1999: 625), menye-
butkan: "Exchange rate are the mount of one
countries currency needed to purchase one unit
of another currency"
Berdasarkan "teori persamaan supply dan
demand" (Levi, 1996:129) bahwa "nilai tUkaryang
terjadi ditentukan oleh permintaan dan penawaran
dari suatu negara pada negara lain, dan teori ini ber-
laku untuk negara yang menerapkanflexible ex-
change rate, Di mana penawaran mata uang di-
sebabkan oleh adanya impor, sedangkan permintaan
atas mata uang disebabkan oleh adanya ekspor,
Transaksi ekspor dan impor dibayar dalam
mata uang asing, di samping itu di antara satu negara
dengan negara lain akan selalu berlaku aliran keluar
masuk modal jangka panjang maupun jangka
pendek. Aliran-aliran uang di antara berbagai negara
adalah dalam mata uang asing terutama US$ sebagai
mata uang IntemasionaL Untuk menentukan nilai
uang asing itu dalam suatu negara perlu ditentukan
leurs, atau nilai pertukarannya, Dengan demikian kurs
valuta asing dapat didefmisikan sebagai nilai satu unit
mata uang asing apabila ditukarkan dengan mata
uang dalam negeri,
Penentuan kurs valuta asing dapat dibeda-
kan menjadi dua sistem: kurs tetap dan kurs fleksibeL
Yang dimaksud dengan leurs tetap adalah sistem pe-
nentuan nilai mata uang asing di mana bank sentral
menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut
dan harga tersebut tidak diubah dalamjangka masa
yang lama, Sedangkan sistem leurs fleksibel adalah
nilai mata uang asing yang ditetapkan berdasarkan
permintaan dan penawaran di pasaran valuta asing
dari hari ke hari,
Kurs fleksibel sepenuhnya ditentukan oleh
mekanisme pasar, sehingga nilai tukar rupiah tersebut
akan selalu men'galami perubahan dari waktu ke
waktu, Akibat yang timbul dari adanyakenaikan per-
mintaan atas kurs valuta asing, menyebabkan ke-
naikan nilai dolar dan kemerosotan nilai rupiah, Be-
berapa faktor penting yang mempunyai pengaruh
yang besar atas perubahan dalam nilai tukar adalah
(Winardi,2000):
1, Perubahan dalam citarasa masyarakat.
Perubahan ini akan mempengaruhi permin-
taan, Apabila penduduk suatu negara sema-
kin lebih menyukai barang-barang dari nega-
ra lain, maka permintaan ke atas mata uang
negara lain tersebut bertambah, Maka peru-
bahan seperti itu mempunyai kecenderungan
untuk menaikkan nilai mata uang negara lain
tersebut.
2, Perubahan harga dari barang-barang ekspor
Apabila harga barang-barang ekspor me-
ngalami peru bahan, maka perubahan ini
mempengaruhi permintaan atas barang eks-
por itu. Perubahan ini selanjutnya akan mem-
pengaruhi nilai tukarrupiah. Kenaikan harga
barang-barang ekspor tersebut akan mengu-
rangi permintaan atas barang luar negeri
tersebut. Maka kenaikan akan mengurangi
penawaran mata uang asing. Kekurangan
penawaran mata uang asing akan menjatuh-
kan nilai uang dari negara yang mengalarni
kenaikan dalam harga-harga barang eks-
pomya. Apabila harga barang ekpormenga-
lami penurunan, maka akibat yang timbul
adalah yang sebaliknya.
3. Kenaikan harga-harga umum (inflasi)
Berlakunya keadaan demikian di suatu ne-
gara dapat menurunkan nilai mata uang ru-
piah. Di satu pihak kenaikan harga-harga
itu akan menyebabkan penduduk negara ter-
sebut semakin ban yak mengimpor dari ne-
Harahap, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi 55
gara lain. Oleh karenanya permintaan atas
valuta asing meningkat. Di lain pihak ekspor
negara itu bertambah mahal dan ini akan
mengurangi permintaanya dan selanjutnya
akan menurunkan penawaran valuta asing.
4. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat
pengembalian investasi.
Di samping dipengaruhi oleh perubahan
dalam permintaan dan penawaran ke atas
barang-barang yang diperdagangkan di an-
tara berbagai negara, kurs valuta asing dipe-
ngaruhi oleh aliran dana modal jangka pan-
jang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan
tingkat pengembalian investasi sangat mem-
pengaruhi jumlah serta arah aliran modal.
Tingkat pendapatan investasi yang lebih me-
narik akan mendorong pemasukan modal
ke negara tersebut. Penawaran valuta asing
yang bertambah ini akan meningkatkan nilai
mata uang negara yang menerima modal.
PendapatPudjiastuti (1997: 13) menyata-
kan bahwafaktorfundarnental ekonorni yang diper-
kirakan memiliki pengaruh yang signiftkan terhadap
tingkat fluktuasi harga saham adalah tingkat suku
bunga, nilai tukar rupiah, dan laju inflasi. Hal ini me-
nunjukkan bahwa secarakeseluruhan faktor-faktor
di atas menyebabkan teljadinya penurunan harga sa-
ham perbankan, pada waktu teljadinya peningka-
tan suku bunga dan kekhawatiran teljadinya resesi,
inflasi yang meningkat merupakan signal negatif ter-
hadap investasi di pasar uang dan pasar modal.
Variabel fundamental ekonorni makro yang
akan digunakan dalam penelitian akan merujuk pada
leori yang dikemukakan oleh Pudjiastuti yang men-
cakup: tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan
inflasi, karena variabel faktor yang digunakan mem-
berikan korelasi yang signifIkan sebesar 30%, de-
ngan pola hubungan yang berbeda.
Parameter ekonomi yang akan diamatijuga
diperkuat oleh teori Edwardus Tandelilin (200 1 : 48)
yang menyebutkan bahwa faktor fundamental eko-
norni sebagai risiko sistematik adalah tingkat suku
bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi. Sementara fak-
torfInansial, faktor likuiditas merupakan risiko non
sistematik yang tidak termasuk dalam penelitian.
Diperkirakan bahwa tingkat imbal hasil yang
akan diperoleh investor dipengaruhi oleh risiko, di-
mana risiko suatu investasi terdiri dari risiko siste-
matik, dan risiko non sistematik. Dalam penelitian
ini risiko non sistematik dianggap ceteris paribus,
karena risiko non sistematik ctapat dieliminir melalui
diversifikasi portofolio investasi, sementara risiko sis-
tematik tidak dapat dielirninir, kecuali dengan me-
lakukan estimasi terhadap besamya pengaruh faktor
sistematik terhactap imbal hasil investasi.
Kerangka pemikiran dari masalah yang ada,
serta pemecahanrlya dapat dilihat pacta gambar 2.1.
sebagi berikut:
Gambar 2.1. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi TingkatImbal Hasil Saham
Imbal HasH Saham Indusui
PerhllnklU\
Risiko Sistematik
Faktor fundamental ekonomi
T n f 1 ~ ~ i
Hipotesis
. _. . ... -.. --t
rusikQ Non Sistematik
Faktor perusahaan
HO: Tidak terdapat pengaruh yang signiftkan suku
bunga, nilai tukarrupiah, daninflasi terhadap
imbal hasil saham industri perbankan.
HI: Terdapat pengaruh yang signifikan suku bunga,
nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap imbal
hasil pada saham industri perbankan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan pacta saham in-
dustri perbankan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta
(BEJ), pada periode Januari 2003 hingga Desember
2004.
Metode yang dipakai adalah metode des-
kriptifkuantitatif, yaitu untuk menjelaskan pengaruh
tingkat suku bunga, nilai tukarrupiah, dan inflasi ter-
hadap imbal hasil saham industri perbankan.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data
yang bersifat kuantitatif, serta terdiri dari data se-
kunder. Data sekunder diperoleh dari membaca
dokumentasi dan literatur lainnya yang terdiri atas:
a. Beberapa variabel ekonorni makro Indonesia,
seperti tingkat suku bunga, nilai tukar rupi-
ah dan inflasi, periode J anuari 2003 sampai
56 Jurnal Publik & Bisnis, Volume 4, Nomor ], Maret 2006
dengantahun2004.DatainibisadiperolehrrelaIui
beberapa buku tetbitan BankIndonesia, seperti
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia,
Laporan Mingguan Bank Indonesia, mau-
pun majalah dan media massa lainnya.
b. Harga saham Industri perbankan dari bulan
Januari 2003 sampai dengan tahun 2004,
digunakan sebagai variabel Y untuk melihat
nilai hasil yang diperoleh investor.
c. Beberapa pubJikasi lainnya yang isinya ber-
kaitan dengan Industri perbankan sebagai
objek penelitian.
Dalam menentukan populasi penelitian ter-
lebih dahulu dilakukan pengelompokkan perusahaan
ke dalam masing-masing industri sesuai dengan kri-
teria Bursa Efek Jakarta, yakni sesuai dengan jenis
output yang dihasilkan. Kemudian dilakukan cross-
section analysis, dimaksudkan untuk menentukan
data observasi yang mewakili jenis saham dari in-
dustri yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Ja-
karta berdasarkan besamya kapitalisasi pasar, total
volume, dan total value, pada tahun 2003 hingga
tahun2004.
Jumlah sampel yang ditarikdalam penelitian
didasarkan kepada total populasi industri yang ada.
Secara lengkap kriteria penarikan sampel tersebut
dapat dilihat pada TabeI3.3. sebagai berikut:
Tabel 3.3. Bank-Bank Berdasarkan
Kriteria Kapitalisasi Pasar
BankDanamon Indonesia 15.576,120 21,253,106
Bank InternasionaI Indonesia 6.689,004 8.751.520
Bank Bumiput era Indonesia 293,098 336,600
Bank Centra1 Asia 32.855,014 36,251,367
Bank Mandiri (persero) 8.552,255 38.370,707
Bank Rakyat Indonesia 23.725.269
Bank Buana Indonesia 2.761,005 4,074,040
Bank Lippo 1.957.008 2.713,603
BankNISP 1.364,175 3,171,796
Bank Swadesi 104,874 122,760
Bank MaNi aga Kencana 100,697 145,778
Bank Victoria 86,384 100,687
Bank Kesawan 49,051 67A95
Bank EksekutifInternati onal 103,250 111,171
BankPikko 29,516
Bank Danpac 305,478
Bank Mayapada 197,451 255.076
BankPennata 4.089,066 5,749,271
Bank Mega 1.013.090 1.815,114
Bank Niaga 2.255.546 3,577,726
Bank Nusantara Parahyangan 98,528 109,685
Bank CIe International 701.554
255.076 202.653
2.256.256
Sumber: Laporan keuangan Perbankan Thhun 2003-2004.
Berdasarkan TabeI3.3, dapat dilihat bahwa
karena Bank Danamon Tbk, Bank Central Asia
Tbk, dan Bank Negara Indonesia Tbk mempunyai
total kapitalisasi pasar terbesar dalam dua tahun
berturut -turut, maka sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah Bank Danamon Tbk,
Bank Central Asia Tbk, dan Bank Negara Indonesia
Tbk yang listing di Bursa Efek Jakarta.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan, yaitu
dengan mencari data pada laporan bulanan dan tahu-
nan yang ada di perusahaan. Teknik kepustakaan
ini digunakan karena data yang digunakan adalah
data sekunder, yakni data yang telah di olah lebih
lanjut oleh pihak pengumpul data primer.
Untuk melihat pengaruh suku bunga, nilai
tukarrupiah dan inflasi terhadap imbal hasil saham
industri perbankan dapat dilihat dari model regresi
linier berganda (Sudjana, 1992). Pengolahan anaIisis
datamenggunakan komputerdengan program SPSS
versi 11.0 dengan metode enter (Santoso, 2000).
Dengan hasil analisis berupa tabel Correlations,
Model Summary, Anova, dan Coefficients
Regresi berganda bertujuan untuk menga-
dakan prediksi terhadap variabel terikat imbal hasil
saham (Y) dan faktor yang mempengaruhi atau
variabel bebas adalah variabel suku bunga, nilai tukar
rupiah, dan inflasi (Xi). Di mana persamaan yang
digunakan dalam analisis ini adalah:
Y = a + blX
1
+ b,X, + b3X3 + a
Dimana:
Y : Imbal hasil saham
XI : Suku bunga
X
2
: Nilai tukar rupiah
X3 :Inflasi
a dan (b
l
, b
2
, b
3
): konstanta
a Error
Dalam analisis regresi berganda ini akan
diperoleh keluaran berupa nilai koefisien detenninasi
(R2) yang menunjukkan sejauh mana pengaruh va-
riabel bebas terhadap variabel terikat secara simul-
tan. Selanjutnyajuga di dapat secara parsial penga-
ruh masing-masing faktor bebas (XI' ~ , x,) terha-
dap imbal hasH saham industri perbaJlkan yang list-
ing di BursaEfek Jakarta yang diukur dengan melihat
Harahap, Pengaruh Tingknt Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi 57
nilai koefisien korelasi (r) dan besarnya nilai hubu-
ngan seeara parsial antara variabel Xi terhadap va-
riabel Y ditunjukkan dengan nilai (r).
Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahni
hubungan antar variabel, arah hubungan, dan sebe-
rapa besar hubungan. Penafsiran korelasi dinyatakan
dalarn tanda positif (+) yang berarti menunjukkan
arah yang sarna, atau negatif (-), menunjukkan arah
yang berlawanan. Sedangkan kuat atau lemah kore-
lasi, berpedoman pada angka korelasi, jika angka r
yang diperoleh lebih dari 0.5 maka menunjukkan
korelasi yang eukup kuat, sedangkan dibawah 0,5
menunjukkan korelasi yang lemah.
Setelah melakukan analisis korelasi maka
dilanjutkan dengan melakukan uji F. Uji F digunakan
untuk menguji apakah variabel independen berpe-
ngaruh terhadap variabel dependen secara simultan.
Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F ",""I
dengan Fhit""g' dimana F
hitang
di peroleh dari tabel
ANOVA sebagai output SPSS dengan metode en-
ter. F"""I dapat dilihat pada:
I. taraf signifikansi 5%
2. dfpembilang = (k-I)
3. dfpenyebut=(n-k)
Dimana:
n = jumlah sampel
k= jumlah variabel yang digunakan
Cara lebih mudahnya dapat dilakukan de-
ngan melihat probabilitasnya. Jika probabilitasnya
lebih kecil dari taraf signifikansi (0.05) maka variabel
X secara simultan mempengaruhi variabel Y.
Untuk dapat mengetahui ada atau tidak penga-
ruh antara variabel X terhadap Y, maka kerangka
hipotesis adalah:
Ho : b
l
= b, = b, = 0
HI : b I ? b, ? b, ? 0
Ho = Pengaruh variabel independen terha-
dap variabel dependen tidak nyata
HI = Variabel bebas berpengaruh nyata ter-
hadap variabel dependen
Keputusan:
Jika F h;tang > F """I' maka Ho ditolak dan HI diterima
Jika Fh;,"ng < F"""I. maka I\, diterirna dan HI ditolak.
Uji t, dilakukan untuk melihat pengaruh an-
tara tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi
secara parsial terhadap imbal hasil saham. Uji t dila-
kukan dengan eara membandingkan nilai t"'''''1 dengan
t. . Di mana t . di peroleh dari hasil output pro-
rutung "ll1!Ung
gram SPSS dengan metode enter pada tabel coef-
ficient. Sementara t"'''''1 di lihat dengan derajat bebas
= n - k, dimana n adalah jumlah sampel, ~ a n k
adalah jumlah variabel yang digunakan.
Penelitian ini berdasarkan pada data obser-
vasi sebingga dalam melakukan uji hipotesis diguna-
kan data rata-rata imbal hasil saham Bank Cenral
Asia, Bank Danarnon, dan Bank Negara Indonesia
sebagai variabel dependen.
BASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini akan diuraikan secara rinci dan
sisternatis mengenai pengaruh suku bunga, nilai tukar
rupiah, dan inflasi terhadap imbal hasil saham industri
perbankan sebagai tujuan penelitian. Analisis dila-
kukan dengan menggunakan program SPSS versi
11.0 dengan metode enter. Analisis hubungan antara
variabel seeara garis besar ada dua, yaitu analisis
korelasi dan analisis regresi. Kedua analisis tersebut
saling terkait, dimana analisis korelasi menyatakan
derajat keeratan hubungan antara variabeJ suku bu-
nga, nilai tukarrupiah, inflasi sebagai variabel inde-
penden (X), sertaimbal hasil saham pada industri
perbankan yang listing di Bursa EfekJakarta sebagai
variabel dependen (Y). Sedangkan analisis regresi
digunakan dalam perarnalan variabel dependen
berdasar variabel-variabel independen
Uji korelasi secara simultan.
Derajat keeratan hubungan antara tingkat
suku bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi seeara
simultan terhadap imbal hasil saham industri perban-
kan dapat terlihat pada tabel5.1 sebagai hasil output
SPSS,
Tabe15.1. Hasil Uji Korelasi Parsial
R R Square Adjusted R Std. Error
Square of the
Model estimate
1 437' .191 .070 65.07092
Sumber: Tabel Model Summary, 2005 (diolah)
58 Jurnal Publik & Bisnis, Volume 4, Nomor ], Maret 2006
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa dera-
jat hubungan antara variabel seeara simultan adalah
rendah, karena nilai R hanya sebesar 0.437, sedang-
kannilaikorelasi determinasi (R2) adalah 0.191. Nilai
korelasi determinasi tersebut menunjukkan bahwa
variasi 19.1 % yang teljadi pada imbal hasil saham
industri perbankan disebabkan variasi dari parameter
ekonomi makro yang diamati, di mana 80.9% variasi
imbal hasil saham industri perbankan merniliki hu-
bungan yang erat dengan variasi lain seperti: variasi
fundamental internal perusahaan, variasi emosional
investor dan sebagainya.
Hasil ujikorelasi secarasimultanmenyatakan
bahwa adanya hubungan yanglemah antara variabel
makro ekonomi yang diamati dengan imbal hasil sa-
ham perbankan. Keadaaninijugadidukung oleh teo-
ri yang dikemukakan oleh John White (2000) bahwa
faktorsistematismempengaruhiimbalhasilsahamdengan
derajathubunganyangtidakdijelaskansecararinci.
VariasiIain yangdapatdiamati berupafak-
tor non sistematik. Seperti yang diungkapkan oleh
teori keuangan modern bahwa risiko non sistematik
merupakan faktor yang berasal dari internal peru-
sahaan, misalnya: keadaan Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Invesment (ROI), Earning Per
Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan
sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian yang diIakukan
oleh Yuliana Rotua (2000 : 77) bahwa tingkat DER,
ROI, BPS, PER memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap imbal hasil yang akan di peroleh dalam
melakukan investasi saham di Bursa EfekJakarta.
Sementara Edwardus Tandelilin (200 1: 48)
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi
tingkat imbal hasil saham sebagai risiko investasi,
dapat berupa: risiko suku bunga, risiko inflasi, risiko
nilai tukar, risiko finansial, dan risiko likuiditas.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pa-
da sektor perbankan yang listing di Bursa Efek
Jakarta bahwa hubungan antara nilai tukar rupiah,
suku bunga, dan inflasi dinyatakan belum signifikan.
Uji korelasi secara parsial
Derajat hubungan antara variabel suku bu-
nga, nilai tukarrupiah, dan inflasi terlladap imbal hasil
saham industri perbankan secara parsial dapat
dijelaskan melalui tabel5.2 sebagai berikut:
TabeI5.2. Hasil uji korelasi secara parsial
RETURN SBI INFLASI KURS
RETURN Pearson Correlation 1 .005 -.323 -.206
SiS. (Z-tailed)
.981 .124 .333
N 24 24 24 24
SB! Pearson Correlation .005 1 .612** -.303
Sis. (2-tailtd) .981 .001 .150
N 24 24 24 24
INFLASl Pearson COlTe}ation -.323 .612** 1 .382
Sig. (Z-tai1ed) .124 .001 .Q66
N 24 24 24 24
KURS Pearson Correlation -.206 -.303 .382 1
~ 8 . (2-tailed)
.333 .150 .066
24 24 24 24
Sumber: Tabel Correlations, 2005 (dlolah)
Berdasarkan tabel correlations sebagai
output dari program SPSS dengan metode enter,
diketahui bahwa derajat hubungan antara tingkat
suku bunga dengan imbal hasil saham industri per-
bankan sebesar 0.0025, artinya kenaikan tingkat
suku bunga sebesar 1 % akan meningkatkan imbal
hasil saham industri perbankan sebesar 0.0025%,
namun hubungan rendah karena tingkat probabilitas
antara suku bunga dan imbal hasil saham industri
perbankan sebesar 0.487, atau lebih besar dari taraf
signiftkan 0.05.
D e ~ a t hubungan antara tingkat suku bunga
dan imbal basil saham industri perbankan sangat ren-
dah, bahkan hubungan ini dapat diabaikan. Sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Young bahwa
derajat hubungan yang lebih keeil dari 0,2 baik positif
maupun negatif, menunjukkan bahwa hubungan itu
dapatdiabaikan (Cornelius, 2004: 78).
Hasil uji korelasi yang diperoleh mel1ielaskan
bahwa adanya hubungan yang positif antara suku
bunga dengan imbal hasil saham industri perbankan.
Walaupun hubungan bersifat rendah, narnun bisa saja
teljadi pada saat adanya ekspektasi positif dari in-
vestor terhadap kenaikan tingkat suku bunga. Di-
mana kenaikan tingkat suku bunga dapat mening-
katkan laba industri perbankan. Seperti yang diung-
kapkan oleh Joko Retnadi (2003: 4) bahwa industri
perbankan merupakan pihak yang paling dominan
sebagai pembeli Surat Utang Negara (SUN) yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Kenaikan tingkat suku
bunga SBI akan meningkatkan pendapatan bunga
oleh perbankan yang memiliki obligasi berbunga
variabel
Adanya hubungan yang positif antara tingkat
suku bunga dan imbal hasil saham industri perban-
kan, bertentangan dengan teori yang dikemukakan
oleh Farid Harianto (1998) bahwajika suku bunga
Harahap, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan lnflasi 59
meningkat maka minat investasi di pasar modal akan
menurun, atau hubungan antara tingkat suku bunga
dengan imbal hasil saham bersifat negatif. Hal ini juga
dipertegas oleh teori yang dikemukakan oleh Edwar-
dus Tandelilin (200 1) bahwa hubungan antara tingkat
suku bunga dengan fluktuasi harga saham bersifat
negatif.
Adanya hubungan yang negatif sebesar
0.206 antara nilai tukar rupiah dan imbal hasil saham
industri perbankan, dimana r2 sebesar 4.24 % yakni
kenaikan nilai tukar rupiah sebesar 1 % akan
menekan kenaikan imbal hasil sebesar 4.24%.
Tingkat signifikan antara imbal hasil saham dan nilai
tukar sebesar 0.333, maka korelasi antara nilai tukar
dengan imbal hasil saham industri perbankan dapat
dikatakan rendah sekali karena tingkat signifikan lebih
besar dari taraf signifikansi sebesar 0.05.
Berdasarkan hasil uji korelasi menyatakan
bahwa derajat hubungan antara nilai tukar rupiah
terhadap imbal hasil saham industri perbankan
dikatakan rendah, namun hasil uji korelasi tersebut
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang negatif
antara kenaikan nilai tukar terhadap imbal hasil
saham. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Edwardus Tandelilin (2001) bahwa adanya hubu-
ngan negatif antara nilai tukar rupiah terhadap harga
saham. Dimana hubungan tersebut teljadi pada saat
kurs meningkat akan menyebabkan harga barang
impor meningkat, kmudian berdampak pada neraca
pembayaran, apalagi pada industri perbankan yang
melakukan pinjaman luar negeri dalam bentuk dolar.
Adanya ekspektasi negatif oleh investor menye-
babkan investor kurang berminat untuk melakukan
pembelian saham.
Adanya hubungan yang negatif sebesar
0.323 antara inflasi dan imbal hasil saham industri
perbankan, dengan r2 sebesar 10.4%. Tingkat pro-
babilitas antara imbal hasil saham dan inflasi sebesar
0.124, maka korelasi antara inflasi dengan imbal hasil
saham industri perbankan dapat dikatakan rendah.
Hasil uji korelasi ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Edwardus Tandelilin (2001)
bahwa kenaikan inflasi akan menekan kenaikan
harga saham. Dimana keadaan inflasi yang tinggi
akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Penurunan daya beli masyarakatakan mempengaruhi
tingkat permintaan akan saham, secara bersamaan
harga saham akan menurun, dan imbal hasil saham
akan menurun.
1nflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya
beli masyarakat menurun, sehingga pembelian saham
perbankan yang listing di BursaEfek Jakarta menga-
lami penurunan. Di mana pada bulan Mei 2004 infla-
si mulai menunjukkan kenaikan secara berturut -turut
hingga bulan Juli 2004, seiring dengan penurunan
tingkat imbal hasil yang di peroleh investor secara
berturut-turut pl}da bulan Juni dan Juli 2004. Kenai-
kan tingkat inflasi tidak memberikan dampak secara
langsung dan dalam waktu yang singkat, hal ini terlihat
saatkenaikan inflasi di mulai pada bulan April, namun
pada bulan April hinggaMei imbal hasil saham masih
mengalami peningkatan. Penurunan tingkat imbal
hasil yang di peroleh investor teljadi pada bulan Juni
hunggaJuli 2004.
Uji F (Uji simultan)
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh suku
bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap imbal
hasil saham industri perbankan secara simultan,
maka dilakukan uji F. Hasil uji F ditampilkan dalam
tabel 5.3 sebagai berikut:
Tabel 5.3.Hasil uji F (Uji Simultan)
Sum of df Moon F Sig.
Model Squarei sQUare
I. Regression 20017.876 3 6672.625 1576 226
Residual 84684.489 20 4234.224
Tot>! 104702.4 23
Sumber: Tabel ANOVA, ZOO5 (dlOlah)
Berdasarkan tabel5.3 diatas maka sebelum
mengambil keputusan tentang variabel independen
secara simultan berpengaruh atau tidak terhadap
variabel dependen, terIebih dahulu ditetapkan
kerangka hipotesis sebagai berikut:
II;, : b
l
= b
2
= b
3
= 0
HI : b, ? b
2
? b
3
? 0
Di mana II;, diterimajikaF hitu", < F "bo" sebaliknya.
jika F hituog > F "bo' maka II;, ditolak dan H, diterima.
Berdasarkan tabel5.3 menunjukkan bahwa
F
hitu
"" = 1.576, dimanaF tabe,adalahF(3;2o;o,os) = 3.10.
Karena F
tabo
, > F
h1tu
"" maka dapat disimpulkan
b a h w a ~ diterima. Artinya model persamaan regresi
linear yang diajukan tidak dapat diterima karena
tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi
60 Jurnal Publik & Bisnis, Volume 4, Nomar 1, Maret 2006
sebagai variabel independen tidak nyata memiliki
pengaruh secara simultan temadap imbal hasil saham
industri perbankan sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Harry
Patuan (2000: 102) menunjukkan bahwa
tingkat nilai tukar rupiah, suku bunga, dan inflasi
temadap imbal hasil saham tidak memiliki pengaruh
yang signifikan. Hal ini dapat terlihat melalui tingkat
probabilitas yang di peroleh berdasarkan uji F yakni
sebesar0.165 (Iebih besardari 0.05), makaHadite-
rima. Keadaan ini bertentangan dengan yang dike-
mukakan oleh Pudjiastuti (1997: 20) menyatakan
bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap
imbal hasil saham.
Berdasarkan uji t dengan menggunakan
program SPSS, maka diperoleh hasil yang ditam-
pilkan dalam tabel5.4 sebagai berikut:
TabeI5.4. Hasil uji t (parsial)
Unstandardized Standardized t sig
Coefficient Coefficient
Model B Std. Error Beta
1. (Constant) 202.665 502.454 .403 .691
SBI 18.875 13.525 522 1.396 .178
Inflasi 52.386 27.666 .731 1.894 .1173
Rurs 4.425 061 .231 .721 .479
Sumber: Tabel coefficIents, 2005 (dlolab)
Berdasarkan tabel5.4 diketahui bahwa nilai
suku bunga (X) = 1.396, dimana tlabel = 2.423,
maka Ho diterima artinya pengaruh tingkat suku
bunga temadap imbal hasil saham industri peibankan
tidak nyata. Hasil analisis membuktikan bahwa ting-
kat suku bunga tidak memiliki pengaruh terhadap
investasi, hal yang senada diungkapkan oleh Bachtiar
Hassan Miraza (2005) bahwa untuk Indonesia pada
saat ini hubungan fungsional antara suku bunga de-
ngan investasi hampir tidak ada. Jika demikianhal-
nya, tinggi atau rendahnya tingkat suku bunga, tidak
berpengaruh.
Diketahui bahwa nilai nilai tukar (X;>
= 0.721, dimana t . < t bel' maka U diterima
rutung ta .... "1)
artinya pengaruh nilai tukar rupiah terhadapimbal
hasil saham industri perbankan tidak nyata.
Diketahui bahwa nilai t . inflasi (Y ) =-
fUtung \"""'1
1.894, dimana t label = 2.423, maka Ha diterima
artinya pengaruh inflasi temadap imbal hasil saham
industri perbankan tidak nyata.
Hasil analisis uji t diatas menunjukkan bahwa
tidak adanya parameter ekonomi makro memiliki
pengaruh yang signifikan temadap imbal hasil saham
industri perbankan yang listing di BursaEfek Jakarta.
Keadaan ini bertentangan dengan teori yang dike-
mukakan oleh Jack. Peter (2001: 56) bahwa"eko-
nomi makrosuatu negaraakanmempengaruhi tingkat
keuntungan dalam melakukan investasi saham di pa-
sar sekunder, di mana intensitas hubungan masing-
rnasing berbeda".
Analisis regrest berganda
Analisis regresi digunakan untuk mempre-
diksi kepekaan pengaruh antara suku bunga,
nilai tukarrupiah dan inflasi terlJadap imbal hasil saham
industri perbankanyanglisting diBursaEfekJakarta.
Y = -202.665 + 18.875 XI + 14.425 X
2
-
52.385 X3
Dati persamaan diatas dapat dinyatakan bahwa:
a. Imbal hasil saham industri perbankan akan
menurun sebesar 202.665 jika koefisien
variabel X, adalah sarna dengan no!.
b. Peningkatan suku bunga sebesar 1 % akan
meningkatkan imbal hasil saham industri
perbankan sebesar 18,875 %.
c. Peningkatan nilai tukarrupiah sebesar 1 %
akan meningkatkan imbal hasil saham in-
dustri perbankan sebesar 14.425%.
d. Peningkatan inflasi sebesar 1 % akan mene-
kan kenaikan imbal hasil saham industri per-
bankan sebesar 52.385 % .
Berdasarkan analisis korelasi dan regresi ya-
ng telah dilakukan dengan menggunakan program
SPSS metode enter, diketahui bahwa variabel X me-
miliki pengaruh yang sangat lemah terhadap variabel
Y. Variabel inflasi memiliki pengaruh ynag lebih kuat
temadap imbal hasil saham industri perbankan, jika
dibandingkan dengan variabel independen yang lain.
Dalamhal ini mengindikasikan bahwa para investor
sebagai penjuai atau pembeli lebih menanggapi peru-
bahan tingkat inflasi secara lebih cepat dibandingkan
dengan perubahan tingkat suku bunga dan nilai tukar
rupiah. Sesuai dengan hasil penelitian Harry Patua
Panjaitan (2000) menyatakan bahwa "faktor funda-
mentaiekonomi yangdorninanmempengaruhiimbalhasil
sahampadasektorperbankan adaIah tingkatinflasi".
Penelitianjuga temyata memberikan hasil
bahwa faktor fundamental ekonomi yakni tingkat
suku bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi tidak me-
Harahap, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nitai Tukar Rupiah dan Inflasi 61
miliki pengaruh yang cukup signifIkan terhadap imbal
hasil saham pada sektor perbankan, di mana hal ini
bertentangan dengan teorl yang dikemukakan oleh
Farid Harianto dan Siswanto (1998: 116) yang
mengungkapkan bahwa "Variabel suku bunga, nilai
tukar rupiah, dan inflasi sebagai faktor fundamental
ekonomi memiliki pengaruh yang kuat terhadap
fluktuasi harga saham di Bursa Efek Jakarta"
Ketidaksesuaian antara teorl yang telah di-
kemukakan di atas dengan hasil penelitian yang di
peroleh disebabkan karena data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data bulanan suku bunga,
nilai tukar rupiah, dan inflasi yang dibandingkan
dengan data bulanan imbal hasil saham, sedangkan
perubahan nilai parameter ekonorni yang diamati
tidak secara proporsional dan serta merta diikuti oleh
perubahan imbal hasil saham, Perubahan imbal hasil
saham membutuhkan waktu yang tidak pasti untuk
melakukan penyesuaian karena keputusan untuk
membeli atau menjual saham tidak semata-mata
hanya memperhatikan adanya perubahan suku
bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi tetapi juga
memperhatikan faktor-faktor lainnya baik faktor
internal perusahaan maupun eksternal perusahaan
yang tidak termasuk dalam variabel penelitian,
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi berganda menyimpul-
kan bahwa pengaruh suku bunga, nilai tukarrupiah,
dan inflasi terhadap imbal hasil saham industri per-
bankan yang tidak signifIkan. Hal ini tercermin me-
lalui hasil uji t atau uji pengaruh secara parsial, di-
mana tingkat signitikan yang diperoleh antara variahel
X terhadap variabel Y lebih besar dari taraf signifi-
kansi 0.05. Hasil uji F atau uji pengaruh secara si-
multan yang dilakukan menunjukkan bahwa ~
suku bunga, nilai tukarrupiah, daninflasi terlJadap imbal
hasil saham industri peibankan tidaknyata.
Hasil analisis korelasi yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat keeratan hubungan antara suku
bunga, nilai tukarrupiah, dan inflasi terhadap imbal
hasil saham industri perbankan menunjukkan bahwa
derajat hubungan yang rendah, dengan pola hubu-
ngan yang berbeda. Karena derajat hubungan lebih
kecil dari pada 0,4. KoofIsien diterrninannya adalah
16%. Ini berarti bahwa konstribusi varlabel suku
bunga, nilai tukar rupiah dan inflasi terhadap nilai
imbal hasil saham adalah konstribusi variabellain
diantaranya adalah faktor intra perusahaan (Resiko
non Sistematik).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh me-
nunjukkan bahwa'adanya pengaruh suku bunga, nilai
tukar rupiah dan inflasi terhadap imbal hasil saham
industri perbankan yang listing di Bursa EfekJakarta
tidak signifIkan, namun berdasarkan uji korelasi ter-
dapat hubungan antara parameter ekonorni makro
yangn diamati terhadap imbal hasil saham industri
perbankan. Jadi disarankan kepada investor untuk
tetap memperhatikan tingkat suku bunga, nilai tukar
rupiah dan inflasi dalam melakukan investasi pada
saham khususnya saham industri perbankan untuk
memperoleh imbal hasil.
Olehkarena variabel suku bunga, nilai tukar
rupiah, dan inflasi yang memi1iki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap imbal hasil saham, maka bagi
investor yang ingin melakukan investasi pada saham
sektorperbankan disarankan agarmempertimbang-
kan faktor-faktor lainnya seperti faktar fundamental
perusahaan, tingkatkeamanan, politik, dan lain-lain yang
dianggaprelevanmempengaruhiimbalhasilsaharn
Untuk akadernisi, kajian tentang imbal hasil
saham dapat dikembangkan dengan memasukkan
faktor variabel fundamental ekonomi, dan non
ekonorni lainnya untuk melihat seberapa besar faktor
fundamental ekonorni dan non ekonorni secara simul-
tan dan parsial berpengaruh terhadap imbal hasil
saham pada sektor perbankan, selain itu karena pe-
nelitian ini hanya dilakukan pada tiga erniten saja,
maka dianggap perlu untuk dilakukan penelitian lan-
jutan terhadap erniten lain pada sektor perbankan
yang listing di Bursa Efek Jakarta.
DAFTARRUJUKAN
Atmaja S. L., 2000. alUljemen Keuangan, Andi
Yokyakarta, YClkyakarta.
Bodie, Zvi, Alex Ka.ne,Alan J. Marcus., 1996.
lnvesment, Third edition, Irwin
,'. ".
62 Jurnal Publik & Bisnis, Volume 4, Nomor I, Marel2006
Fabozzi., Frank 1., 1990. Investment management., In-
temationalEdition.,PrenticeHall, inc.,ASimonand
Schuster Company, New Jersey 07456.
Fardiansyah T., 2002. Kiat dan Strategi: Menjadi
Investor Piawai, PT Elex Media Kom-
putindo, Jakarta.
HuangC. S., and Randall R M, 2!XXl.InvestmentAnaly-
sisandManagement., Allyn And Bacon, Inc.
Indra D. Santoso., 1996. Kiat Investasi Di Pasar
Modal., Megapoin.
Kamaruddin A., 1996. Dasar-dasar manajemen
Investasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Kertonegoro S., 1995. Analisa Dan Manajemen:
Investasi., Widya Press, Jakarta.
Gunawan D. I., 2003. Transaksi Derivatif, Hed-
ging, dan Pasar Modal, Gramedia Widia
Sarana Indonesia, Jakarta.
Mulyono P. T., 1987. Aplikasi Akuntansi Mana-
jemen: Dalam Praktek Perbankan, Edisi
kedua, BPFE Yokyakarta.
Prastowo D., 1995. Analisa Laporan Keuangan.,
AMPYKPN, Yokyakarta.
Rahardjo B., 2000. Akuntansi Dan Keuangan:
Untuk Manajer Non Keuangan, Penerbit
Andi, Yokyakarta.
SharpeF. W., Alexander J. G, BaileyV. J., 1999.
Investasi., Edition 5
1h
Investment,
Prenha11in'do, Jakarta.
Sofyan H., 2000. Perdagangan Berjangka dan
Ekonomi Indonesia, PT Elex Komputindo
Media, Jakarta.
Subekti., dan Surono., 1999. Kiat Bennain Saham,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sukimo S., 1999. Pengantar teori Makra Eko-
nomi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Weston F. J., And Copeland E. T., 1992. Mana-
jemen Keuangan, Binarupa Aksara,
Jakarta.
White J., How To Invest In Stocks and Shares,
2002. PTElex Komputindo Media, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai