Anda di halaman 1dari 13

ACARA IV PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROORGANISME I.

TUJUAN Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu menghitung jumlah mikroorganisme dengan berbagai metode. II. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam bidang ilmu mikrobiologi ada suatu hal mendasar yang juga perlu diperhatikan yaitu analisia kualitatif terhadap suatu bahan. Suatu analisis ini sangat penting untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada pada suatu sampel tertentu mengandung banyak mikroorganisme atau sebaliknya (Fardiaz, 1992). Analisis kualitatif atau biasa disebut dengan enumerasi mikroorganisme dalam hal ini dapat dilakukan baik dengan perhitungan langsung terhadap suatu sampel yaitu salah satunya dengan alat bantu mikroskop, maupun dengan cara tidak langsung yaitu dengan beberapa metode perhitungan (Gobel, 2008). Oleh karena pentingnya enumerasi atau penghitungan mikroorganisme dalam bidang mikrobiologi, perlu diperhatikan cara pelaksanaannya dari awal penanaman sampai penghitungan mikroorganisme agar diperoleh jumlah mikroorganisme yang optimal dan proporsional untuk penelitian atau pembelajaran di bidang mikrobiologi.

B. Dasar Teori Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme yang lainnya dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel dan bukanlah dilihat. Suatu proses pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah atau massa yang melebihi dari yang ada di dalam inokulum asalnya (Volk, 1993). Tersedia banyak teknik di dalam laboratorium untuk mengukur pertumbuhan bakteri tersebut. Alat-alat yang ada tersebut berkisar dari peralatan yang masih sederhana seperti sebuah kaca objek dengan olesan yang diwarnai. Selain itu terdapat pula metode-metode yang lain dalam pengukuran pertumbuhan bakteri, misalnya dengan metode hitung cawan, pengukuran kekeruhan dari suatu suspensi, pengukuran dengan menggunakan membran atau filter molekuler dan penentuan berat (Volk, 1993). Suatu bakteri dapat dihitung secara elektronik yaitu dengan cara memasukkan biakan melalui lubang yang sangat kecil pada alat penghitung partikel counter. Alat penghitung yang semacam ini dapat dipakai secara rutin memecah sel darah, namun dapat pula disesuaikan untuk memecah bakteri (Volk, 1993). Penetapan jumlah bakteri di dalam suatu populasi bakteri mungkin saja akan mengalami hambatan. Hal ini karena tidak semua sel yang ada di dalam 1

suatu biakan itu mampu untuk hidup secara terus menerus. Jadi dalam perhitungan ini maka yang dianggap sebagai sel hidup adalah sel yang membentuk koloni di dalam medium biakan atau dapat juga digunakan bakteri yang mampu membentuk suspensi di dalam medium biakan. Sel- sel yang mampu hidup terus adalah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah selnya (Pradhika, 2008). Untuk menentukan jumlah bakteri yang ada di dalam suatu medium maka dapat digunakan beberapa cara sebagai berikut: 1. Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell counts). Pada cara ini dihitung semua bakteri yang ada di dalam suatu medium biakan baik yang hidup maupun yang mati. 2. Jumlah bakteri yang hidup (viable count). Cara ini hanya menggambarkan jumlah sel yang hidup saja, sehingga lebih tepat jika dibandingkan dengan cara yang pertama tadi (Lay, 1994). Perhitungan bakteri ada dua jenis yaitu: 1. Penghitungan jumlah bakteri hidup (penghitungan tidak langsung) a. Plate count (hitungan cawan) o SPC (Standart Plate Count) o TPC b. MNP (Most Probable Number) 2. Penghitungan jumlah bakteri secara keseluruhan (penghitungan langsung dengan haemocytometer) (Pradhika, 2008). Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1990). Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah diencerkan ini dihitung ke dalam cawan baru kemudian dituang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24-48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yang diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008). Pertumbuhan bakteri dianggap baik apabila jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni. Jika tidak ada yang memenuhi syarat maka akan dipilih jumlah yang mendekati 30 atau 300 koloni per cawan petri (Wulandari. dkk, 2005). Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFUs) per ml. Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya (Pradhika, 2008). Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut: Satu koloni dihitung 1 koloni. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.

Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.

Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni (Pradhika, 2008). Bagan untuk mempersingkat syarat SPC:

(Pradhika, 2008). Pendekatan lain untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN (Most Probable Number). MPN didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum (Pradhika, 2008). Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan yang terdapat antara coverglass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu (Pradhika, 2008). Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm. Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui (Pradhika, 2008). Selain dengan cara tidak langsung seperti yang telah dijelaskan di atas, perhitungan jumlah mikroorganisme di dalam suatu medium dapat juga dilakukan secara langsung, dimana dengan metode ini jumlah mikroorganisme tersebut dapat ditentukan langsung dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop, colony counter, dan hemasitometer. Adapun keuntungan penggunaan hemasitometer adalah penggunaannya yang tidak memakan waktu banyak dan juga biaya. Sedangkan kelemahan dari penggunaan hemasitometer adalah tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati, kesulitan dalam perhitungan

bakteri yang berukuran kecil karena tidak dapat dibantu dengan minyak imersi, hanya dapat dibantu dengan tween 80% (bahan anti gumpal) (Gobel, 2008).

Gambar ruang hitung (hemasitometer) Jenis medium yang digunakan untuk menghitung jumlah mikrobia adalah: 1. Nutrient Agar (NA) untuk menghitung total bakteri. NA merupakan medium yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yaitu 0,3% ekstrak daging sapi dan 0,5% pepton. 2. Tomato Juice Agar (TJA) untuk menumbuhkan mikrobia pembentuk asam terutama Lactobacillus. Koloni yang tumbuh pada medium TJA jika ditetesi dengan larutan indikator 0,02% bromcresol green dalam NaOH 0,01 N dan timbul warna kuning atau biru maka terdapat koloni pembentuk asam. 3. Acidified Potato Dextrose Agar (APDA) untuk menumbuhkan fungi khususnya kapang dan khamir (Prastiwi. dkk, 2006). III. METODE A. Alat dan Bahan 1. Alat a. Rak tabung reaksi 1 buah b. Tabung reaksi 5 buah

c. Sumbat kapas 5 buah d. Mikropipet ukuran 1 ml 1 buah e. Tip ukuran 1 ml 4 buah f. Pembakar spirtus (bunsen burner) 1 buah g. Cawan petri 3 buah h. Inkubator 1 set i. Kertas pembungkus 3 lembar j. Spidol 1 buah 2. Bahan a. Fermipan 1 gram b. Media NB (Nutrien Broth) 9 ml c. Aseton 9 ml d. Media PDA (Potato Dextrose Agar) secukupnya e. Alkohol 70% secukupnya B. Cara Kerja 1. 1 gram fermipan dimasukkan ke dalam 9 ml media NB. 2. Hasil campuran diletakkan di atas alat shaker dan dishaker selama 1X24 jam. 3. 5 tabung reaksi disiapkan kemudian dimasukkan masing-masing ke dalamnya 9 ml aseton. 4. Pada tabung reaksi pertama dimasukkan ke dalamnya 1 ml campuran fermipan dan media NB yang telah dibuat pada langkah 1. 5. 1 ml larutan yang ada di tabung reaksi pertama ditambahkan ke dalam tabung reaksi kedua, 1 ml larutan dari tabung reaksi kedua dimasukkan ke dalam tabung reaksi ketiga, begitu seterusnya sampai tabung reaksi kelima. Ketiga tabung reaksi terakhir yang akan digunakan sebagai inokulum. Tabung reaksi ketiga memiliki konsentrasi pengenceran 10-4, tabung reaksi keempat memiliki konsentrasi pengenceran 10-5, dan tabung reaksi kelima memiliki konsentrasi pengenceran 10-6. 6. 1 ml dari masing-masing tabung reaksi yang digunakan sebagai inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian dimasukkan ke dalamnya media PDA secukupnya sampai kira-kira proporsional untuk pertumbuhan mikroorganisme. 7. Dilakukan metode pour plate dengan cara menggoyang cawan petri dengan arah angka 8. 8. Hasil campuran antara inokulum dan media di dalam cawan petri ditunggu sampai memadat terlebih dahulu kemudian selanjutnya dibungkus dengan menggunakan kertas serta jangan lupa diberi label atau identitas pengenceran terhadap larutan. 9. Cawan petri yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam inkubator selama kurang lebih 24 jam. 5

10. Setelah kurang lebih 24 jam, dilakukan pengamatan dan penghitungan terhadap jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada media dalam cawan petri.

Gambar teknik pengenceran bertingkat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil No. 1. 2. 3. Jenis Pengenceran Tabung reaksi 3 (10-4) Tabung reaksi 4 (10-5) Tabung reaksi 5 (10-6) Jumlah bakteri 40 14 108

B. Pembahasan Langkah kerja yang dilakukan oleh praktikan dimulai dengan 1 gram fermipan dimasukkan ke dalam 9 ml media NB (Nutrient Broth) (perbandingan 1:9). Fermipan berfungsi sebagai yeast yang mengandung mikroorganisme untuk dihitung. Hasil campuran dari fermipan dan media NB diletakkan di atas alat shaker dan dishaker selama 1X24 jam. Hal ini bertujuan supaya hasil campuran antara fermipan dan media NB dapat bercampur merata. Selanjutnya 5 tabung reaksi disiapkan kemudian dimasukkan masing-masing ke dalamnya 9 ml aseton. Aseton berfungsi sebagai pelarut inokulum yang akan dimasukkan ke dalamnya. Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memilki sifat osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikrobia untuk menghindari rusaknya sel,

selain itu juga harus dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel selama pengenceran. Kemudian dilakukan teknik pengenceran bertingkat yang bertujuan memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz, 1992). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit jumlah mikrobia, dimana suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung (Waluyo, 2004).Teknik pengenceran bertingkat ini dilakukan dengan cara tabung reaksi pertama dimasukkan ke dalamnya 1 ml campuran fermipan dan media Nutrien Broth yang telah dibuat. 1 ml larutan yang ada di tabung reaksi pertama ditambahkan ke dalam tabung reaksi kedua, 1 ml larutan dari tabung reaksi kedua dimasukkan ke dalam tabung reaksi ketiga, begitu seterusnya sampai tabung reaksi kelima. Sehingga didapat volume akhir sebesar 9 ml pada tabung reaksi pertama, kedua, ketiga, dan keempat, sedangkan volume akhir tabung reaksi kelima sebesar 10 ml. Ketiga tabung reaksi terakhir digunakan sebagai inokulum. Tabung reaksi ketiga memiliki konsentrasi pengenceran 10-4, tabung reaksi keempat memiliki konsentrasi pengenceran 10-5, dan tabung reaksi kelima memiliki konsentrasi pengenceran 10-6. 1 ml dari masing-masing tabung reaksi yang digunakan sebagai inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian dimasukkan ke dalamnya Media PDA (Potato Dextrose Agar) secukupnya sampai kira-kira proporsional untuk pertumbuhan mikroorganisme. Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru (Dwidjoseputro, 1978). Pada penanaman bakteri dibutuhkan kondisi aseptis atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikrobia yang tidak diinginkan (Fardiaz, 1992). Agar antara media dan inokulum bercampur merata maka dilakukan metode pour plate dengan cara menggoyang cawan petri dengan arah angka 8. Hasil campuran antara inokulum dan media di dalam cawan petri ditunggu sampai memadat terlebih dahulu kemudian selanjutnya dibungkus dengan menggunakan kertas serta jangan lupa diberi label atau identitas pengenceran terhadap larutan. Cawan petri yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam inkubator selama kurang lebih 24 jam dalam keadaan terbalik. Cawan petri diinkubasi dalam keadaan terbalik untuk menghindari kontaminasi dari air yang mengembun di atas cawan petri yang mungkin menetes jika cawan petri diletakan pada posisi normal. Setelah kurang lebih 24 jam, dilakukan pengamatan dan penghitungan terhadap jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada media dalam cawan petri. Adapun prinsip dari metode hitung cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti 7

mikroskop dan sebagainya. Metode hitung cawan ini merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu: 1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung. 2. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus. 3. Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan yang spesifik. Kekurangannya yaitu: 1. Hasil hitungannya tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni. 2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda. 3. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar. 4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi yang relatif lama agar pertumbuhan koloni dapat dihitung. Dari hasil pengamatan dan penghitungan, diperoleh data bahwa jumlah bakteri pada tabung reaksi ketiga (10-4) adalah 40 bakteri, jumlah bakteri pada tabung reaksi keempat (10-5) adalah 14 bakteri, dan jumlah bakteri pada tabung reaksi kelima (10-6) adalah 108 bakteri. Kisaran data jumlah bakteri yang dihasilkan menurut analisis SPC (Standart Plate Count) adalah 0-300. Jadi penghitungan yang digunakan menganut rumus:

Jadi dapat dihitung bahwa:

Karena hasil penghitungan dengan analisis SPC menghasilkan angka maka data yang digunakan adalah data jumlah bakteri dengan pengenceran terendah yaitu 40. Jadi jumlah bakteri dari hasil praktikum kali ini berjumlah 40 bakteri.

Banyaknya koloni bakteri yang tumbuh pada suatu substrat sangat dipengaruhi oleh tersedianya kondisi fisik, nutrisi, dan sifat hidupnya (Priyani, 2006). Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium agar dapat dibedakan antara bakteri atau debu antara lain: 1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium. 2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya rata, ada yang tidak rata. 3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium. 4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang permukaannya kasar dan tidak rata. 5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang permukaannya suram. 6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan. 7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan kering. Prinsip perhitungan koloni bakteri adalah semakin tinggi tingkat pengenceran semakin rendah jumlah koloni bakteri. Dengan kata lain tingkat pengenceran berbanding terbalik dengan jumlah koloni bakteri. Dari semua data yang diperoleh dapat dikatakan kurang sesuai dengan teori prinsip perhitungan koloni bakteri (semakin tinggi tingkat pengenceran semakin tinggi jumlah koloni bakteri). Ketidaksesuaian dengan prinsip yang ada ini, kemungkinan disebabkan oleh terjadinya kontaminan yang berasal dari alat yang digunakan, praktikan ataupun udara. Selain itu bisa juga disebabkan oleh kurangnya kecermatan dan ketelitian praktikan baik dalam proses praktikum ataupun perhitungan jumlah bakteri dalam media.

V. KESIMPULAN 1. Perhitungan bakteri ada dua jenis yaitu penghitungan jumlah bakteri hidup (penghitungan tidak langsung) dengan metode Plate count (hitungan cawan) dan MNP (Most Probable Number) serta penghitungan jumlah bakteri secara keseluruhan (penghitungan langsung) dengan mikroskop, colony counter, dan hemasitometer. Dalam praktikum ini digunakan metode penghitungan langsung Plate count (hitungan cawan). 2. Adapun prinsip dari metode hitung cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat

langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop. 3. Prinsip perhitungan koloni bakteri adalah semakin tinggi tingkat pengenceran semakin rendah jumlah koloni bakteri. 4. Dari hasil penghitungan diperoleh data bahwa jumlah bakteri dalam media sebanyak 40 bakteri dengan penghitungan menggunakan tipe data 30-300. DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gobel, Risco B. dkk. 2008, Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar: Universitas Hasanuddin. Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia. Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Pradhika, E. Indra. 2008. Morfologi Mikroba. http//ekmon-saurus/bab-5-Morfologimikroba/.htm . 29 Oktober 2010. Prastiwi, W. D., J. Achmadi, dan Nurwantoro. 2006. Populasi Mikroba Susu pada Peralatan Unit Pendingin Susu Akibat Lama Penyimpanan dan Aras Penambahan Dedak Padi. J.Indon.Trop. Anim. Agric. Vol. 31 No. 1. Priyani, Nunuk, Liliyanto, dan Kiki Nurthahja. 2006. Uji Potensi Bacillus sp. Escherichia coli dalam Mendegradasi Alkil Berzen Sulfonat sebagai Bahan Aktif Detergen. Jurnal Biologi Sumatera Vol. 2 No. 1. Volk, dan Wheeler. 1993. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press. Wulandari, Sri, Irda Sayuti, dan Asnaini. 2005. Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng (Sardines) Kemasan dalam Limit Waktu Tertentu (Expire). Jurnal Biogenesis Vol. 2 No. 1.

LAMPIRAN: 1. Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng (Sardines) Kemasan dalam Limit Waktu Tertentu (Expire). 2. Populasi Mikroba Susu pada Peralatan Unit Pendingin Susu Akibat Lama Penyimpanan dan Aras Penambahan Dedak Padi. 3. Uji Potensi Bacillus sp. Escherichia coli dalam Mendegradasi Alkil Berzen Sulfonat sebagai Bahan Aktif Detergen. 4. Laporan sementara penghitungan jumlah mikroorganisme.

10

5. Lampiran dokumentasi praktikum.

LAMPIRAN DOKUMENTASI PRAKTIKUM

11

Pemasukkan 9 ml aseton ke dalam tabung reaksi

5 tabung reaksi yang telah diisi 9 ml aseton

Pemasukkan inokulum ke dalam cawan petri

Cawan petri yang siap diinkubasi

Pemasukkan cawan petri ke dalam inkubator

Cawan petri pengenceran 10-5

12

Cawan petri pengenceran 10-6

Cawan petri pengenceran 10-7

13

Anda mungkin juga menyukai