Anda di halaman 1dari 15

STATUS PENDERITA

A.

ANAMNESIS 1. IdentitasPenderita Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Ny.K : 34 tahun : Perempuan : Ibu Rumah Tangga : Jl. KH Dewantara 61C, Kentingan Solo

Status Perkawinan : Kawin Agama Nama Suami Pekerjaan Berat badan Tinggi Badan Usia Kehamilan 2. 3. Keluhan Utama : Islam : Tn. M : Petani : 60 Kg : 155Cm : 16 +2 Minggu : Badan lemas

Riwayat Penyakit Sekarang Datang Seorang G3P2A0, umur 34 tahun, datang dengan keluhan badan terasa lemas dan mata sering berkunang-kunang. Pasien merasakan badan lemas setelah melakukan aktivitas ringan, pasien juga sering merasakan mata berkunang-kunang jika berdiri agak lama atau jika berubah posisi dari duduk ke berdiri. Mual (+), muntah (-), Perut kenceng-kenceng (-)

4.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sesak nafas Riwayat Hipertensi Riwayat Penyakit Jantung Riwayat DM : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal

5.

Riwayat Asma Riwayat Alergi Obat/makanan

: Disangkal : Disangkal

Riwayat Mnm Obat Selama Hamil : Disangkal Riwayat Operasi : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Mondok Riwayat Hipertensi Riwayat Penyakit Jantung Riwayat DM Riwayat Asma Riwayat Alergi Obat/ makanan : Baik : Baik. : Laki-laki, 3 tahun, BBL :2900 gram,spontan : Laki-laki 1 tahun, BBL : 2700 gram spontan : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal

6. 7.

Riwayat Fertilitas Riwayat Obstetri Anak I Anak II

8.

Riwayat Haid Menarche Lama Siklus : 13 tahun : 4-5 hari : 25 hari

9.

Riwayat Perkawinan Menikah 1 kali, dengan suami sekarang selama 8 tahun.

10. Riwayat Keluarga Berencana : Pil KB B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Interna Keadaan Umum Tanda Vital Tensi Nadi : 120/80 mmHg : 84 x / menit : 36,4 0C : baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Respiratory Rate : 20 x/menit Suhu

Kepala Mata THT Leher

: Mesocephal : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) : Tonsil tidak membesar, faring hiperemis (-) : Gld. Thyroid tidak membesar, limfonodi tidak membesar, JVP tidak meningkat

Thorax

: Gland. Mammae dalam batas normal, areola mammae hiperpigmentasi (+)

Cor Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: : Ictus Cordis tak tampak : Ictus Cordis tidak kuat angkat : Batas jantung kesan melebar : BJ I-II Intensitas normal, regular, bising (-) gallop (-)

Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Pengembangan dada kanan = kiri : Fremitus raba kanan = kiri : Sonor / sonor : SD vesikuler (-/-), suara tambahan (-/-) wheezing (-/-), ronchi (-/-) Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi : Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum(+) : Peristaltik (+) normal : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. :Timpani pada derah di bawah proc.xiphoideus, redup pada daerah uterus

Ekstremitas

: Oedema -

Akral dingin -

2.

Status Obstetri Inspeksi Kepala Mata Wajah Leher : Mesocephal : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) : Kloasma gravidarum (+) : Pembesaran kelenjar tyroid (-), JVP tidak meningkat Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae hiperpigmentasi (+) Abdomen : Striae gravidarum (+), linea nigra (+), dinding perut lebih tinggi dari dada. Genital : lendir darah (+), air ketuban (+)

Palpasi Abdomen Pemeriksaan dalam VT : tidak dilakukan : Supel, Nyeri tekan (-), Janin sulit di evaluasi.

C.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Darah tanggal 8 november 2010 Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit Golongan Darah Bleeding Time Clotting Time GDS Ureum Creatinin Proteinuria (Ewitz) Na : 9,0 gr/dl : 31,8 % : 4,2 x 106/uL : 9,4 x 103/uL : 297 x 103/uL :A : 1 menit 45 detik : 4 menit : 88 mg/dL : 23 mg/dL : 0,6 mg/dL : (-) : 150 mmol/L

K Ca MCV MCH MCHC

: 4,1 mmol/L : 1,1 mmol/L : 75,7 uk/fl : 21 mg/pg : 28,3 %

D.

RESUME Seorang G3P2A0, umur 34 tahun, hamil 16+2 minggu, badan sering terasa lemas dan mata sering berkunang-kunang, riwayat obstetrik baik, riwayat fertilitas baik, janin sulit di evaluasi, belum dalam persalinan, dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan anemia (Hb 9 gr/dl) dengan gambaran morfologi eritrosit anemia mikrositik hipokromik.

E.

DIAGNOSIS Anemia Defisiensi Besi

F.

PROGNOSIS Baik

G.

TUJUAN TERAPI Meningkatkan Hemoglobin hingga angka 12 gr/dl

H.

TERAPI R/ FeSO4 tab mg 200 No L 3 dd tab I

Pro : Ny. K (34 th)

ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM KEHAMILAN

A. Definisi Anemia Defisiensi Besi Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Dalam kehamilan darah bertambah banyak, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehinggag terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan um ur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri terhadap fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hami, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Hoo Swit Tjiong menemukan dalam penyelidikan berangkai pada 21 wanita di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari kehamilan 8 minggu sampai persalinan dan 40 hari postpartum, bahwa kadar Hb, jumlah eritrosit, dan nilai hematokrit, ketiga-tiganya menurun selama kehamilan sampai 7 hari

postpartum.setelah itu ketiga nilai itu meningkat, dan 40 hari postpartum mencapai angka-angka yang kira-kira sama dengan angka-angka di luar kehamilan. Hasil penyelidikan ini disokong oelh penyelisikan lain pada 3551 wanita hamil yang dilakukan dalam waktu dan di rumah sakit yang sama. Berdasarkan uraian di atas, Dr. dr. Suwoto Tjondro Hudono, mengambil nilai 10 g/100 ml sebagai batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan. Seorang wanita hamil yang memiliki Hb kurang dari 10 g/100 ml barulah disebut menderita anemia dalam kehammilan. Karena itu, wanita hamil dengan Hb antara 10 dan 12
6

g/100 ml tidak dianggap menderita anemia patologik, akan tetapi anemia fisiologik atau pseudoanemia.

B. Etiologi Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. Kurangnya zat besi dalam makanan Kebutuhan zat besi meningkatn Gangguan pencernaan dan absorbsi. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Lagipula di daerah khatulistiwa, besi lebih banyakkk keluar melalui air peluh dan melalui kulit. Masuknya besi setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk pelbagai negeri. Untuk wanita tidak hamil, wanita hamil, dan wanita menyusui dianjurkan di Amerika Serikat masing-masing 12 mg, 15 mg, dan 15 mg; di Indonesia masingmasing 12 mg, 17 mg, dan 17 mg.

C. Patofisiologi Anemia Dalam Kehamilan Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh Karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

D. Gejala Klinis Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa : 1. Kepala pusing, palpitasi, berkunang- kunang,
7

2. Perubahan jaringan epitel kuku menjadi kuku tipis, rata, dan mudah patah. 3. Gangguan sistem neurumuskular. 4. Lesu, lemah, lelah. 5. Disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. 6. Memiliki rambut yang rapuh dan halus 7. Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis angularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut mulut.

E. Pengaruh Anemia dalam Kehamilan Anemia dalam kehamilahn memberi pengaruh kurang baik baik ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Pelbagai penyulit dap[at timbul akibat anemia, seperti: a) Abortus b) Partus prematurus c) Partus lama karena inertia uteri d) Perdarahan postpartum karena atonia uteri e) Syok f) Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum

g) Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehammmilan memberi pengaruh kurang baik, seperti: a) Kematian mudigah b) Kematian perinatal c) Prematuritas d) Dapat terjadi cacat bawaan e) Cadangan besi kurang Jadi anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbodotas serta mortalitas ibu dan anak.

F. Diagnosis Diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai dengan ciri-ciri yang khas bagi defisiensi besi, yakni mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang ringan tidak selalu menunjukkan ciri-ciri khas itu. Ciriciri anemia defisiensi besi Mikrositosis Hipokromasia Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom Kadar besi serum rendah Daya ikat besi serum meningkat Protoporfirin meningkat Tidak dtemukan hemosiderin dalam sumsum tulang. Pengobatan percobaan (therapia ex juvantibus) dengan besi dapat pula dibuktikan untuk membuktikan defisiensi besi: jikalau dengan pengobatan jumlah retikulosit, kadar Hb, dan besi serum naik sedang daya ikat besi serum dan protoporfirin eritrosit turun, maka anemia itu pasti disebabkan kekurangan besi. Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan eritropoesis yang normoblastik tanpa tanda-tanda hipoplasia eritropoesis.

G. Terapi Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu kurang dari 10 g/100 ml, maka wanita dapat dianggap sebagai menderita anemia defisiensi besi, baik yang murni maupun yang dimorfis, karena tersering anemia dalam kehamilan adalah anemia defisensi besi. Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 g/100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir. Peranan vitamin C dalam pengobatan dengan besi masih diragukan oleh beberapa penyelidik. Mungkin vitamin C mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferri menjadi ion ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penserita tidak tahan dengan obat besi per os, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri.
9

Secara intramuskulus dapat disuntikkan dekstran besi (Imferon) atau sorbitol besi (Jectofer). Hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita merasa nyeri di tempat suntikan. Juga secara intravena perlahan-lahan besi dapat diberikan, seperti ferrum oksidum sakkaratum (Ferrigen, Ferrivenin, Proferrin, Vitis), sodium diferrat (Ferronascin), dan dekstran besi (Imferon). Akhir-akhir ini imferon juga banyak diberikan dengan infus dengan dosis total antara 1000-2000 mg unsur besi sekaligus, dengan hasil yang sangat memuaskan. Walaupun besi intravena dengan infus kadang-kadang menimbulkan efek samping, namun apabila ada indikasi tepat, cara ini dapat dipertanggungjawabkan. Komplikasi kurang berbahaya dengan transfusi darah. Transfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan walaupun Hb-nya kurang dari 6 g/100 ml apabila tidak terjadiperdarahan. Darah secukupnya harus tersedia selama persalinan, yang segera harus diberikan apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak lebih dari 1000 ml.

H. Pencegahan Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl), sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari

10

I.

Prognosis Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapt menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum.

11

PEMBAHASAN OBAT

Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh : 1. Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman.preparat yang tersedia, yaitu: a. Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg. b. Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama. 2. Besi parenteral Efek samping lebih berbahaya,serta harganya lebih mahal. Indikasi yaitu : a. Intoleransi oral berat; b. Kepatuhan berobat kurang; c. Kolitis ulserativa; d. Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir)

Ferrous sulphat (sulfas ferosus) Garam ini memiliki dosis umum antara 100-200 mg Fe sehari. Sedangkan kandungan Fe nya adalah 30 %, daya serap tubuh pada pemberian Fe per oral hanya 1030%. Resiko over dosis dan keracunan umumnya tidak ada, karenan resorpsi dalam usus tergantung dari kebutuhan yang diatur oleh suatu mekanisme kontrol.. Bersifat sangat merangsang karena reaksi asamnya dan lebih sering menimbulkan mual dan muntah. Efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan tablet slow release atau juga dengan meminumnya sebagai larutan sesudah makan. Dosis 3x 200 mg. Dengan dosis diatas maka perhitungan kebutuhan tubuh untuk besi dapat dilakukan dengan rumus berikut : Kebutuhan Fe = (12 Kadar Hb) x 0,255 = (12 9) x 0,25 = 0,785 gr = 785 mg Kandungan Fe dalam FeSO4 adalah 30 %, maka diperoleh kebutuhan FeSO4 adalah :
100 x785 = 2617 mg 30

12

pemberian Fe per oral yang dapat diserap oleh tubuh adalah 30 %, maka kebutuhan total FeSO4 tab 200 mg yang harus di konsumsi adalah :

100 x 2617 30 = 44 tablet 200


dengan dosis 3x1 tab setiap hari.

13

Daftar Pustaka

1. Anonim, 2004. Protap Pelayanan Profesi kelompok Staf Medis Fungsional Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi, 2004. Surakarta 2. Anonim, Anemia pada Ibu Hamil 3. Anonim, Anemia pada Ibu Hamil 4. Anonim, Anemia Defisiensi Besi 5. H. Wiknjosastro, 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 6. Tjay, Tan Hoan dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima. Jakarta 7. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta 8. Ganiswarna, S. G. Dkk. 2002. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta

14

15

Anda mungkin juga menyukai