Anda di halaman 1dari 33

PROSES KEHAMILAN Proses kehamilan merupaka mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari : 1.

Ovulasi pelepasan ovum 2. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum 3. Konsepsi + pertumbuhan zigot 4. Terjadi nidasi atau implantasi pada uterus 5. Pembentukan plasenta 6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm 1. Ovulasi Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal yang kompleks. Jumlah oogonium pada wanita : Bayi baru lahir : 750.000 Umur 6 15 tahun : 439.000 Umur 16 25 tahun : 159.000 Umur 26 35 tahun : 59.000 Umur 35 45 tahun : 34.000 Menopause : menghilang selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. a. proses pertumbuhan ovum ( oogenesis ) asalanya :

Epitel geminal oogenium Folikel primer Proses pematangan pertama

b. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan liquor folikuli c. Dengan desakan folikel de graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi d. Selama pertumbuhan menjadi folikel de graaf ovarium mengeluarkan hormion estrogen yang dapat mempengaruhi : Gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium Gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi Peristaltic tuba makin aktif Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju uterus e. Dengan pengaruh LH yang emakin besar dan fluktuasi yang mendekati, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi f. Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai ( fimbriae ) maka ovum yang telah dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism g. Ovum yang ditangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah siap untuk dibuahi

2. Spermatozoa Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus Menjadi spermatosit pertama Menjadi spermatosit kedua Menjadi spermatid Akhirnya spermatozoa Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dari pancaindera, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas : Kepala : lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti Leher : penghubung antara kepala dan ekor Ekor : panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energy sehingga dapat bergerak Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia wanita dapat hidup selama 3 hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan kosepsi.

3. Konsepsi Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut : a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate, yang mengandung persediaan nutrisi b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah sitoplasma yang disebut vitellus c. Dalam perjalanan korona radiate makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida. d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba : Tempat yang paling luas Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba e. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan sebagian dari lipoproteinnya sehingga mampu mengadakan fertilisasi Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba Spermatozoa hidup selama 3 hari dalam genitalia interna Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona radiate dan zona pelusida dengan proses enzimatik : hialuronidase Melalui stomata spermatozoa memasuki ovum Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum, ekornya lepas dan tertinggal di luar Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot Keseluruhan proses tersebut merupakan mata rantai fertiloisasi dan konsepsi.

4. Proses nidasi atau implantasi Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma vitellus membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan metaphase.proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anaphase dan telofase sehingga proNucleusnya menjadi haploid. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk otosom sedangkan lainnya sebagai pembawa tanda seks. Wanita selalu resesip dengan tanda seks kromosom X . Laki-laki dengan dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X dan kromosom Y. bila spermatozoa kromosom X bertemu terjadi jenis kelamin wanita sedangkan bila kromosom seks Y bertemu terjadi jenis kelamin laki-laki. Ietulah sebabnya pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelain adalah pihak suami.

Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan dengan pemebelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya 100 MU atau 0,1 mm disebut stadia morula. Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi pembentukan sel di bagian luar morula yang kemungkinan berasal dari korona radiate yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas dalam pertumbuhannya, mampu mengeluarkan hormone korionik gonadotropin, yang mempertahankan korpus luteum gravidarum. Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terjadi ruangan yang mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan pertumbuhan berjalan, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu fase sekresi endometrium telah makin gembur dan makin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua. Sel trofoblas yang meliputi primer vili korealis melakukan destruksi enzimatik-proteolitik, sehingga dapat menanamkn diri di dalam endometrium. Proses penanaman blastula disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6 sampi 7 setelah konsepsi. Pada saat terananmnya blastula ke dalam endometrium, mungkin terjadi perarahan yang disebut tanda Hartman.

Anatomi dan Fisiologi Plasenta PERKEMBANGAN AWAL PLASENTA

Tahap perkembangan awal plasenta meliputi : 1. Penembusan ovum oleh sperma-zigot Zigot Zigot adalah nama untuk ovum yang telah dibuahi. Dalam beberapa jam, dan masih didalm tuba fallopii, zigot mengalami serangkaian pembelahan yang disebut Mitosis. Pada pembelahan sel jenis ini, inti (nukleus) membelah menjadi 2, seehngga terbentuk 2 sel baru, amsing-masing mengandung satu perangkat kromosom yang identik. Pembelahan ini merupakan cara dihasilkannya seluruh sel tubuh kecuali Gamet (Ovum dan sperma). 2. Pembelahan sel (Mitosis) 3. Morula Morula dihasilkan dengan reproduksi yang berlanjut dari sel-sel zigot, sehingga menyerupai buah murbei. Pembelahan sel ini dibantu oleh progesteron dari korpus luteum yang bersama-sama dengan estrogen menyiapkan endometrium untuk menerima ovum yang

telah dibuahi pada stersebutum 8 sel, morula ini memiliki diameter 2 mm dan mengandung lebih dari 1000 macam protein. Morula ini masih berada didalam cangkangnya, dan ditopang oleh sitoplasmanya sendiri yang mengandung progesteron. 6-7 hari setelah fertilisasi, morula yang sedang tumbuh ini mendekati endometrium yang berada dalam fase sekresi. Morula tersebut mulai masuk endometrium dengan sifat-sifat invasifnya sendiri yang berinteraksi dengan permukaan dinding dalam uterus yang lengket. Pada akhir minggu pertama, sejumlah sel inner pada morula mulai mengalami disintegrasi, meninggalkan ruang yang terisis dengan cairan. Sel ini yang disebut dengan Blaktosit. 4. Blaktosit dengan villi korion primitif

Blaktosit terdiri atas : a. Massa sel dalam, yang akan berkembang membentuk fetus dan membran plasenta yang disebut amnion.

b.

Trofoblast, adalah lapisan luar sel-sel tunggal dan dari lapisan ini akan mulai tumbuh struktur yang menyerupai akar yang disebut Villi korion primitif. Sejumlah struktur ini membentuk plasenta, dan sisanya mengalami atrofi untuk membentuk membran korion yang mengelilingi saccus amnii dan melapisi uterus. Perkembangan tahap ini dicapai 7-10 harisetelah konsepsi dan mulai mengadakan implantasi kedalam endometrium uterus. Endometrium ini dalam fase sekretorik siklus menstruasi. Hari ke-10 Pada hari ke-10 setelah konsepsi, blaktosit tertanam sempurna didalam endometrium, yang disebut Desidua. Hari ke-14 Pada hari ke-14, berkembang jonjot-jonjot seperti jari yang disebut villi korion primitif, dari trofoblast dan tentu mengalami proliferasi sampai villi korion tersebut menutpi seluruh permukaan korion pada akhir minggu ke-3. Secara serentak pembuluh darah sudah mulai terbentuk didalam mesoderma massa sel dalam. Villi korion primitif Masing-masing villus tersusun atas 1 lapis sel yang disebut Sitrofoblast atau Lamina Langhans, yang dikelilingi oleh sel-sel Sinsitiotrofoblast atau Sinistium. Ruang-ruang diantaranya karena ke-2 struktur tersebut mengadakan eroi yang makin dalam kedalam desidua, disebut spatium choriodeciduale. Villi akan menyebabkan pecahnya pembuluh darah maternal. Bahan-bahan kimia darah dai maternal secara difusi melintasi dinding villi dan memberi nutrien jaringan yang sedang berkembang didalam massa sel dalam. Minggu ke-3 Sselam minggu ke-3 terjadi percabangan villi korion primitif yang disebut Villi korion primitif ssekunder dan didalamnya mulai terbentuk pembuluh darah. Disebut Villi korion tersier, apabila pembuluh darah telah terbentuk dan berhubungan dengan pembuluh darah embrional didalam body stalk (pedunculus allantoicus). Pembuluh didalam tangkai ini berkembang untuk membentuk 2 arteriaumbilicalis dan satu vena umbilicalis untk fetus. Sejumlah villi korion terus terkubur lebih dalam di dalam desidua dan disebut Villi anchorales (anchoring villi). Villi anchorales ini tidak mengandung pembuluh darah karena fungsinya hanya untuk menstabilkan plasenta yang sedang berkembang. Villi yang lain percabangan dari sini dan ruang-ruang diantara villi ini disebut spatia intervillosa. Di dalam uterus, endometrium hamil yang kemudian disebut desidua, mengalami diferensiasi menjadi 3 daerah : a. Desidua basalis, terletak dibawah daerah tempat villi chorion mula-mula terkubur.

b. c.

Desidua capsularis, terletak diatas saccus embryonalis.

Desidua vera (parietalis), menutupi sisa cavitas uteri. Minggu ke-8 Sampai minngu ke-8 kehamilan, villi korion mengelilingi seluruh saccus embryionalis. Kemudian terjadi perubahan lebih lanjut. Chorion laeve Karena massa sel dalam terus bertanbah besar, maka desidua capsularis terus menerus terdorong keluar kedalam cavitas uteri sampai desidua tersebut berdekatan dengan desidua vera. Saat chorion leave terletak pada permukaan desidua capsularis, maka korin ini juga melapisicavitas uteri dan berkembang untuk membentuk membran plasenta yang disebut korion. Korion frondosum Pada desidua bacalis, dimana pemasokan darah banyak dipertahankan, villi ini terus menerus memperbanyak diri dan berkembang dengan cepat. Villi tang tertanam didalam desidua bacalis akan terikat erat pada kehamilan 12 minggu, sehingga menstabilkan plasenta yang sedang beerkembang. Villi yang lain membentuk percabangan keluar yang memungkinkan darah meternal beredar secara bebas diantara villi tersebut untuk memberikan makan (nutrien) bagi pertumbuhan plasenta dan fetus lebih lanjut. Minggu ke-14

Pada minggu ke-14 kehamilan, struktur plasenta berkembang penud dan plasenta tersebut menempati kira-kira sepertiga dinding uterus. Dari akhir minggu ke-8 kehamilan, plasenta primitif telah mensekresi estrogen, progestron dan relaksin. Gonadotropin korion Dari kehamilan minggu ke-9, pada saat villi chorion tertanam didalam dinding uterus, maka dihasilkan hormon yang disebut Gonadotropin korion (chorionic gonadotropin atau hCG). Fungsi hormon hCG adalah merangsang pertumbuhan korpus luteum dan sekresi hormon korpus luteum dan dengan demikian memelihara kehamilan sampai palsenta dapat berfungsi sempurna. Gonadotrofin korion disekresi dalam jumlah yang makin meningkat akhir kehamilan trimester pertama dan setelah itu sekresinya menurun. Karena hormon ini hanya diproduksi oleh torfoblast dan diekskresi di dalam urine, maka adanya hormon ini di dalam analisis urine merupakan petunjuk positif adanya kehamilan dan kenyataan ini kehamilan secara imunologis. Minggu ke-16 Dari minggu ke-16 dan seterusnya, maka jumlah dan ukuran pembuluh darah fetal meningkat, sedangkan dinding villinya menjadi lebih tipis, sehingga selama trimester tengah (midtrimester), permeabilitas plasenta pada kenyataannya meningkat. Walaupun demikian, selama 4 minggu terakhir kehamilan, vasa tersebut berkurang lagi karena terdapat deposit (timbunan) fibrin di dalam jaringan-jaringan. Minggu ke-20 Setelah minggu ke-20, plasenta terus bertambah luas, tetapi tidak bertambah tebal, sampai pada kehamilan cukup umur (aterm) diameternya kira-kira 23 cm, merupakan organ yang bulat, datar dengan ketebalan 2 cm di bagian tengahnya, tetapi lebih tipis di tepi-tepinya. Ada 2 hal yang menarik untuk disebutkan di sini : 1) Erosi pembuluh darah meternal oleh villi korion menyebabkan adanya darah bebas didalam jaringan. 2) Dinding-dinding villi korion sangat sering disebut sebagai sawar (barier) plasenta. Palsenta bukan suatu sawar, tetapi plasenta bekerja sebagai suatu membran yang permeabel. 5. Blaktosit siap menembus 6. Plasenta primitif dan korion 7. Struktur rinci Villi korion PERKEMBANGAN PATOLOGIS PLASENTA Mola Hidatidosa Selama beberapa minggu pertama pekembangan plasenta, terdapat pertumbuhan poliferatif villi korion dan masing-masing villi korion yang halus dan seperti akar ini akan berakhir pada kantung yang mengandung cairan. Karena pertumbuhan cepat lapisan trofoblast, maka massa sel dalm absorpsi dan fetus tidak berkembang. Mola ini bertambah besar, jauh lebih cepat daripada perkembangan fetus, dan ukuran uterus ini degan demikian jauh lebih besar daripada yang ditaksir berdasarkan masa amenore, tetapi tidak ada bagianbagian fetus yang dapat diraba. Karena proliferasi villi korion, kadar gonadotrofin sangat meningkat dan uji diagnostik kehamilan akan positif bahkan pengenceran 1-1000. Diagnosis dibuat berdasarkan hasil uji ini setelah adanya perdarahan vagina, juga pelu dipertimbangkan mengenai riwayat pasien yang meliputi perasaan tidak sehat dan morning sickness (emesis gravidarum) yang berlebihan. Diagnosis penyakit ini dapat dikukuhkan dengan ultrasound atau biopsi villi korion dilanjutkan dengan pemeriksaan histologis jaringan. Preeklampsia sering timbul sangat awal yaitu pada minggu ke-16 kehamilan. Pada kira-kira 10% pasien terdapat risiko keganasan (chorionepithelioma). Apabila tidak terjadi abortus spontan, maka pasien dirawat di rumah sakit dan uterus dikosongkan (dievakuasi) dengan ekstraksi vakum apabila kelainan tersebut telah didiagnosissebelum kehamilan mencapai 12 minggu. Setelah waktu ini maka kelahiran dipacu (diinduksi) dengan tetesan intravenosa prostaglandin E2. Harus dilakukan persiapan kemungkinan adanya perdarahan intrapartum atau postpartum ialah bahwa darah wanita tersebut harus diuji silang darahnya dan darah donor harus siap dipakai. Uji urine dan serum kemudian dilakukan selama 2 tahun kemudian untuk menaksir kadar hCG. Selama waktu ini pasien dinasehatkan untuk tidak hamil dulu. Kadar hCG seharusnya teetap rendah apabila kadar hCG dalam urine atau sampel darah meningkat, maka dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim) apabila pasien yakin bahwa ia benar0benar tidak menginginkan anak lagi. Bila tidak dilakukan operasi, maka pengobatan dengan kemoterapi merupakan indikasi dan telah terbukti berharga. Obat-obat tersebut diteruskan sampai 2 bulan setelah kadar hCG kembali normal. PLASENTA CUKUP UMUR

Letak Sebelum kelahiran, plasenta secara normal terletak pada segmen atas uterus. Letaknya ini dapat dibuktikan apabila dilakukan pemeriksaan ultrasound sebagai pemeriksaan rutin pada kehamilan. Scan ulangan dilakukan pada trimester terakhir apabila

pemeriksaan pertama memperlihatkan bahwa plasenta meluas ke segmen bawah uterus. Pada banyak kejadian, didapatkan bahwa plassenta teersebut secara keseluruhan terdapat di dalam segmen atas uterus. Bentuk Palsenta adalah struktur agak bulat yang datar. Ukuran Plasenta mempunyai diameter kira-kira 22 cm. Ketebalannya kira-kira 2 cm di bagian tengah, tetapi lebih tipis pada bagian tepinya. Berat plasenta kira-kira 0.5 kg. Struktur permukaan maternal Di dalam uterus (in utero), permukaan maternal plasenta terletak setelah uterus, terkubur dalam di dalam desidua. Pada pengamatan (inspeksi) setelah kelahiran, villi korion (tersususn dalam lobi atau kotiledon). Alur-alur yang memisahkan kotiledon disebut Sulci. Permukaan sulci ini berwarna gelap, karena adnya darah maternal didalam ruang-ruang antar villi dan karena adanya darah fetal didalam pembuluh yang terdapat pada setiap villus. Spatia intervillosa berisi kira-kira 150 ml darah yang diganti paling sedikit tiga kali setiap menit. Pada cukup umur (aterm) permukaan ini teraba agak kasar karena setelah mencapai perkembangan penuh pada 28 minggu kehamilan, permukaan tersebut perlahan mulai mengalami degenerasi. Fibrin dideposisikan di aats villi, dan deposit kalsium terlihat dengan mata telanjang pada saat aterm. Apabial ada satu daerah yang luas pada jaringan plasenta mengalami timbunan fibrin dan deposit kalsium, serta mengalami fibrosis dan menjadi putih, maka keadaan tersebut disebut infark. Daerah tersebut menjadi tidak efisien dan berhenti berfungsi. Permukaan Fetal Permukaan ini menghadap ke bayi didalam kandungan dan dapat dibedakan pada pengamatan (inspeksi) setelah kelahiran dengan warnanya yang abu-abu kebiruan dan permukaannya yang halus dan mengkilat. Funiculus umbilicalis berinsersi pada permukaan ini, biasanya diabgian tengah, dan pembuluh darah dapat dilihat menyebar dari funiculus umbilicalis kemudian menghilang karena terletak lebih dalam (terkubur) didalam plasenta sebelum mencapai tepi plasenta. Membran amnion menutup permukaan fetal dan dapat dilacak ke belakang dari korion sejauh insersi funiculus umbilicalis. Korion yang berasal dari lapisan trofoblast yang sama dengan plasenta, berlanjut dengan tepi plasenta dan tidak dapat dipisahkan dari tepi plasenta ini. Amnion Merupakan membran transparan yang kuat dan sangat sulit dirobek. Membran ini membatasi cavitas amniotica dan mensekresi cairan amnion. Korion Adalah membran yang opak, tipis dan rapuh, walaupun kelihatannya lebih tebal daripada amnion. Karena korion ini mudah robek, maka kadang-kadang potongan kecil akan terlepas pada saat persalinan dan tertinggal didalam uterus. Fungsi plasenta 1. Sistem pertukaran a. Nutrien Plasenta mempunyai banyak enzim dab dapat mensintesis : Karbohidrat : Glukosa melewati membran plasenta dengan sangat mudah, tetapi karbohidrat yang kompleks perlu dipecah dahulu. Sebagian disimpan sebagai glikogen untuk kebutuhan fetus. Protein :Protein dipecah menjadi asam-asam amino sehingga dapat dipergunakan oleh fetus. Lemak : Lemak lebih sulit disederhanakan dan untuk vitamin yang larut dalam lemak hanya dapat masuk ke dalam fetus secara lambat. Vitamin B dan C yang larut dalam air dengan mudah dapat dipindahkan ke tubuh fetus. Garam-garam mineral b. Produk limbah dikembalikan ke peredaran darah maternal lewat villi korion : Produk yang mengandung nitrogen dari nutrien Bilirubin hasil dari pemecahan sel darah merah. c. Gas : oksihemoglobin mternal dipecah menjadi penyusunnya, yaitu oksigen dan hemoglobin. Oksigen didifusikan melewati sawar plasenta untuk membentuk oksihemoglobin fetus. Dua puluh sampai 35 ml oksigen/menit dialirkan ke fetus. Jumlah yang sebenarnya bergantung pada keadaan pembuluh darah maternal dan struktur yang ikut terlihat dalam pertukaran plasenta. Karbondioksida dikembalikan ke dalam plasenta untuk diekskresikan ke dalam peredaran darah maternal. Pasokan untuk fetus dilaksanakan di dalam vena umbilikalis. Produk limbah dikembalikan lewat arteria umbilicale. 2. Sistem perlindungan

Melindungi jaringan fetus dari penolakan maternal. Jaringan fetus yang berbeda secara genetik engan ibu dapat dipandang sebagai benda asing dan dapat ditolak oleh ibu apabila tidak terdapat plasenta. Telah dipergerakkan didalam laboratorium bahwa aktivitas limfosit dapat ditekan oleh beberapa hormon seperti esterogen, progesteron, prolaktin dan hCG. Dengan demikian, hormonhormon plasenta melawan setiap kemungkinan penolakan jaringan fetus. Perlindungan parsial terhadap infeksi. Plasenta meneruskan antibodi dari ibu (maternal) yang memberikan imunitas pasif bagi fetus terhadap penyakit yang telah menimbulkan imunitas didapat pada ibu. Perlindungan ini dapat terjadi sampai beberapa bulan awal kehdupan. Walaupun demikian, fetus tidak dapat terlindung terhadap virus seperti virus rubella dan virus varicella atau terhadap spirochaeta sifilis. Pada keadaan bila virus rubella yang ditularkan pada awal perkembangan fetus, maka sangat mungkin terdapat efek pada jantung, mata dan telinga. Apabila sifilis yang ditularkan dan tidak dapat diobati maka bayi akan menderita sifilis. Apabila ibu telah mengalami sensitisasi, maka ibu dengan rhesus negatif akan membentuk antibodi terhadap antigen rhesus didalam tubuhnya apabila fetus mempunyai rhesus positif. Plasenta tidak mampu menghalangi antibodi dengan demikian antibodi akan mengalami difusi kedalam sistem fetal, antibodi tersebut akan merusak eritrosit sehingga menebabkan berbagai derajat anemia dari yang rinagn sampai hidrops fetalis apabila kelainan tersebuttidak terdiagnosis dan diobati. Organisme penyebab sifilis dan tuberkulosis juga rhesus antibodi, semuanya dapat mempengaruhi fungsi plasenta dan dapat menyebabkan panampakan plasenta yang abnormal. 3. Sistem Sekresi Gonadotropin korin manusia (human chorionic gonadotropin, hCG). hCG diproduksi pada awal hari ke-9 setelah konsepsi dan hormon ini mencapai puncaknya pada hari ke-60. Kadar hormon ini kemudian turun dan tetap rendah sampai pada akhir kehamilan. Fungsinya adalah untuk memelihara korpus luteum sampai plasenta dapat menggantikannya memproduksi esterogen dan progesteron. hCG dissekresikan didalam urine dan menjadi dasar untk uji diagnostik kehamilan secara imunologis. Esterogen. Kadar hormon ini meningkat selama kehamilan dan membantu mempengaruhi endometrium dalam mingu-minggu awal kehamilan. Esterogen juga mengembangkan fungsi ekskresi payudara. Pada akhir kehamilan, kenaikan esterogen maternal dominan dan bersama dengan steroid fetus akan merangsang produksi prostaglandin. Keadaan ini pada gilirannya merangsang

produksi oksitosin dari glandula pituitaria anterior. Esterogen juga meningkatkan kepekaan otot-otot uterus terhadap oksitosin yang memulai kontraksi uterus dan mulainya persalinan. Progesteron. Sejumlah besar progesteron disintesis dari kolesterol maternal, tetapi plasenta tidak mempunyai enzim yang dibutuhkan untuk mengubah sejumalah kolesterol ini menjadi estrogen (estrol, estron dan estradiol). Sintesis ini sebenarnya dilakukan oleh glandula adrenalis fetur imatur. Kelihatannya aneh bahwa walaupun fetus tidak dapat membuat esterogen sendiri, tetapi fetus dapat mengubah dan menggunakan esterogen ibu. Disamping membantu perkembangan fetus, hormon-hormon tersebut bekerja pada otot-otot uterus dan mengembangkan jaringan payudara. Fungsi utama progesteron adalah bekerja paad jaringan yang telah dapat menerima (reseptif) terhadap esterogen. Relaksin. Relaksin adalah hormon yang strukturnya sagat menyerupai insulin dan sampai saat ini sulit untuk dipisahkan (diisolasi) satu sama lain. Relaksin dihasilkan oleh sel-sel techa dan sel-sel granulosa corpus luteum yang telah mengalami luteunisasi, dan produksinya berlangsung terus selama kehamilan. Relaksin mempunyai efek umum dalam menyalurkan salurran genital untuk kehamilan dan persalinan dan membantu efek pemasakan dan pengangkatan cervix inaupun pecahnya membran. Laktogen plasenta manusia (human placenta lactogen, hPL). Pada saat produksi hCG oleh plasenta turun, maka produksi hPL akan meningkat. Kadar hPL ini kemudian terus meningkat sepanjang waktu kehamilan sampai 36 minggu kehamilan, kemudian turun lagi. Hormon ini berhubungan dengan perubahan metabolisme glukosa ib (maternal), hal ini menguntungkan ibu dan juga berhubungan dengan hormon pertumbunhan. Stabilisasi Villi korion yang masuk santgat dalam kedalam desidua dan menambatkan plasenta dengan erat menstabilkan plasenta yang sangat penting perkkembangan fetus. KELAINAN PERKEMBANGAN PLASENTA Plasenta Succenturiata Adalah plasenta yang mempunyai satu kotiledon tambahan (cotyledo accessoria) yang timbul jauh dari struktur plasenta utama. Pembuluh darah berjalan melintasi membran yang menghubungkan lobus succenturiata dengan plasenta utama. Dua komplikasi dapat terjadi pada plasenta demikian : 1. Lobus tambahan ini dapat tertinggal didalam uterus pada saat plasenta keluar sehingga menyebabkan perdarahan postpartum atau infeksi uterus dan perdarahan pospartum sekunder. 2. Anoksi fetus dapat disebabkan oleh bagian fetus yang terpresentasi mendorong pembuluh yang menghubungkan lobus dengan plasenta atau yang menyebabkan pecahnya membran dan yang melibatkan pemmbuluh. Vasa praevia adalah istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan pembuluh darah didalam membran plasenta yang terletak dibawah bagian yang terpresentasi. Apabila membran pecah yang menyangkut pembuluh-pembuluh darah yang terpresentasi ini, maka ada akibat yang membahayakan terhadap fetus karena adanya kehilangan darah. Plasenta bipartia Terbentuk 2 daerah jaringan plasenta yang terpisah, tetapi tidak ada pembuluh darah yang menghubungkan edua plasenta tersebut. Terdapat satu funiculus umbilicalis yang pecah menjadi 2 masing-masing ke dua lobus, yang mempunyai feniculuc umbilicalis. Tidak ada penyulit (komplikasi) akibat kelainan plasenta ini. Plasenta circumvallata Selama perkembangan amnion dan korion melipat ke belakang di sekeliling tepi-tepi plasenta yang memberikan gambaran seperti leher baju. Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi plasenta, tetapi perlekatannya melipat ke belakang pada permukaan fetal. Sebagai akibatnya, tepi plasenta lebih mudah terlepas dari dinding uterus dan keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan antepartum yang merupakan penyebab sebenarnya yang tidak diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir persalinan. Plasenta velamentosa Disebut sebagai insertio funiculus umbilis velamentosa, maka kelainan ini merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena funiculus umbilicalis berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara funiculus umbilicalis dan plasenta melewati membran. Bahaya dari kelainan ini adalah adanya vasa previa terjadi tekanan pada pembuluh darah, pecahnya pembuluh darah yang akan menyebabkan anoksia fetus. Plasenta previa Merupakan kelainan letak dan bukan kelainan perkembangan plasenta. Keadaan demikian terjadi apabila plasenta tersebut sebagian atau seluruhnya berada didalam segmen bawah uterus. Ada 4 jenis plasenta previa : 1. Tipe 1 : plasenta sebagan terleta pada segmen bawah uterus.

2. 3. 4.

Tipe 2 : plasenta sebagian besar terletak pada segmen bawah uterus dan mencapai tepi ostium internum. Tipe 3 : plasenta sebagian terletak di atas ostium internum.

Tipe 4 : plasenta bagian tengahnya terleetak diatas ostium internum. Resiko bagi fetus bergantung pada derajat pelepasan plasenta dan perdarahn yang terjadi selanjutnya saat uterus berkontraksi. Jelasnya, tipe 3 dan 4, maka seksio caesarea elektif selau merupakan metode pilihan untuk melahirkan. KONDISI PATOLOGIS PLASENTA Degenerasi prematur Penyakit pada ibu, misalnya hipertensi esensial dan penyakit ginjal yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengakibatkan berkurangnya pasokan darah plasenta. Terjadi perkembangan plasenta yang tidak cukup dan terdapat daerah mati yang luas, dan menyebabkan kematian fetus dan terhentinya kehamilan sebelum minggu ke-28. Infark Telah dikatakan bahwa plasenta mulai mengalami degenerasi pada kehamilan 28 minggu. Degenerasi yang lebih luas terjadi berhubungan dengan preeklampsia yang menyebabkan spasme arteriola daerah infark yang luas yang menyebabkan tidak efesiennya plasenta. Persalinan biasanya terinduksi sebelum waktunya, karena fetus gagal untuk tumbuh didalam uterus (in uetro) dan degenerasi lebih lanjut pda plasenta mungkin akan menyebabkan kematian fetus sebelum atau selam persalinan. Apabila kehamilan diperpanjang untuk lebih dari 40 minggu, maka terjadi degenerasi perkapuran yang luas dari plasenta terlampau masak (postmature), dan hal ini juga dapat menyebabkan anoksia fetus sebelum atau selam persalinan. Edema

Plasenta yang besar, pucat dan banyak mengandung air sering dihubungkan denngan penyakit hemolitik yang berat pada neonatus. Beratnya plasenta ini dapat sama atau separuh berat fetus. Istilah yang dipakai untuk menjelaskan fetus yang edema ini disebut hidrops fetalis. Ukuran yang berlebihan 1. Plasenta yang besar dijumpai berhubungan dengan sifilis apabila pembesaran plasenta tersebut juga disertai dengan warna pucat dan berlemak. Pada pemeriksaan mikroskopik akan dapat ditemukan spirochaeta dan villi korionnya mempunyai gambaran khas yang cepat dapat dikenal oleh teknisi laboratorium. 2. Kadang-kadang diketahui bahwa plasenta pada ibu yang menderita penyakit Diabetes Melitus lebih besar daripada normal, tapi ini juga tidak seluruhnya benar. Apabila pembesaran plasenta dijumpai berhubungan dengan fetus yang besar pada ibi diabetik, maka sangat mungkin disebabkan oleh faktor pertumbuhan glandula pituitaria. PEMERIKSAAN PLASENTA SETELAH KEHAMILAN Persalinan belum dikatakan sempurna bila plasenta dan membran belum dilihat secara teliti dan diperiksa setelah kelahiran. Apabila terdapat keraguan apakah terdapat sepotong kecil jaringan plasenta atau membran yang tertinggal didalam uterus, maka plasenta harus disimpan untuk diperiksa oleh petugas medis. Semua plasenta yang telah memperlihatkan kelainan patologis juga harus disimpan untuk diperiksa. Jaringan plasenta yang tertinggal didalam uterus sangat mungkin akan menyebabkan perdarahan (hemoragi) postpartum karena uterus tidak bisa berkontraksi dan mngadakan retraksi secara efektif. Pengeluaran produk yang tertinggal dapat dibantu dengan pemberian obat oksitosik atau dengan evakuasi uterus dibawah anestesi. Potongan membran yang tertinggal biasanya dapat ke luar dengan sendirinya. Ibu sebaiknya diberitahu untuk memeriksa adanya potongan tersebut pada saat kekamar kecil. Produk konsepsi yang tertinggal apabila tidak keluar dalam waktu 48 jam akan menyebabkan infeksi & perdarahan postpartum sekunder. FUNICULUS UMBILICALIS Funiculus umbilicalis berasal dari saluran yang terbentuk antara cavitas amniotica dengan saccus vitellinus. Letak Letaknya terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilikilus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus, dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasn tersebut. Funiculus umbilikalis secara normal berinserasi di bagian tengah plasenta. Ukuran Pada saat cukup umur (aterm) funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cim. Bentuk Seperti namanya menunjukkan funiculus umbilikalis seperti tali dan menyerupai kira-kira 40 puntiran spiral. Struktur a. Amnion Menutupi feniculus umbilikalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan faal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri denagn kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit, maupun membran amnion berasal dari ektoderm. b. Tiga pembuluh darah Saling berpilin didalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan diri sebagai pembuluh darah kecil pada villi korion plasenta. Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah ibu (maternal) yang terletak didalam spatium choriodeciduale. Dua arteria umbilicalis mengembalikan produk sisa (liimbah) dari fetus ke plasenta diman produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk diekskresikan. c. Jeli wharton Mengelilingi pembuluh darah. Jeli wharton merupakan substansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Kadang, terkumpul sebagai gumpalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis ini tebal atau tipis. Saraf dan Pembuluh Limfatik Tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh pembuluh limfatik di dalam funiculus umbilcalis. Kelainan insersi Funiculus Umbilicalis Walaupun funiculus umbilicalis paling sering mempunyai insersi sentral ke dalam permukaan fetal plasenta, tetapi kadang berinsersi di lateral. Lebih jarang adalah berinserasi pada tepi plasenta sebagai insersi battledore. Lebih jarang lagi adalah insersi pada membran sebagai insersi velamentosa atau plasenta velamentosa. PERAWATAN TALI PUSAT SETELAH KELAHIRAN Apabila bayi telah siap dipisahkan dari ibunya, maka 2 pasang forsep arteria Spencer Wells dijepitkan pada 2 tempat pada funiculus umbilicalis dan funiculus dipotong di tempat di antara kedua jepitan terssebut. Denyutan (pulsasi) funiculus umbilicalis akan berhenti karena suhu luar menyebabkan kontraksi jeli wharton dan pembuluh darah. Forsep pada ujung maternal funiculus umbilicalis tersebut sebelum forsep dilepas. Penting untuk tetap melakukan pengamatan funiculus umbilicalis yang teratur untuk meyakinkan bahwa tidak keluar darah selam jam pertama postnatal. Funiculus umbilicalis harus selalu diperiksa oleh bidan saat bidan melakukan pemeriksaan plasenta setelah kelahiran. Ketiadaan pembuluh darah di dalam funiculus umbilicalis disertai dengan kelainan fetus. AIR KETUBAN (LIKUOR AMNII) Jumlah air ketuban antara 1000-1500 ml pada kehamilan aterm. Berat jenisnya antara 1,007 sampai 1,008. Likuor amnii terdiri dari 2,3 % bahan organik (protein, vernik kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitin, dan spingomielin) dan 97-98% bahan anorganik (air, garam yang larut dalam air). Peredaran cairan ketuban sekitar 500 cc/jam atau sekitar 1% yang ditelan bayi dan dikeluarkan sebagai air kencing. Bila akan terjadi gangguan peredaran air ketuban menimbulkan hidramnion yaitu jumlah cairan ketuban melebihi 1.500 ml. Hidramnion dijumpai pada kasus anafelasus, spinabifidia, agenesis ginjal, korioangeoma plasenta. Air ketuban dapat di pergunakan sebagai bahan penelitian untuk : Menentukan jenis kelamin Kematangan paru-paru janin Golongan darah Faktor Rhesus Kelainan kongenital lainnya Funsi air ketuban : 1. Saat hamil berlangsung

a. b. c. d. 2. a. b. c.

Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas ke segala arah Menyebabkan tekanan bila terjadi trauma langsung Sebagai penyangga terhadap panas dan dingin Menghindari trauma langsung terhadap janin Saat inpartu Menyebarkan kekuatan his sehingga serviks dapat membuka Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan sebagai desinfektan Sebagai pelicin saat persalinan.

Verrals, Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tahapan Penting Perkembangan Manusia sebelum Lahir sejak Periode Menstruasi Terakhir 4 minggu Tampak luar Badan fleksi, membentuk huruf C; terdapat bakal lengan dan tungkai; kepala pada sudut kanan badan Ukuran puncak Kepala-Bokong (cm); Berat (g) 0,4 0,5 cm; 0,4 g Sistem Pencernaan Perut berada pada garis tengah dan berbentuk fusiform; esofagus pendek; usus halus berupa tabung pendek Sistem Muskuloskeletal Semua somit ada 8 minggu Badan mulai terbentuk; hidung rata; mata jauh terpisah; jari-jari sudah terbentuk; kepala mulai terangkat; ekor hampir hilang; mata, telinga, hidung, dan mulut hampir dikenali 2,5 3 cm; 2 g Vili usus berkembang; usus halus menggulung di dalam tali pusat; terdapat lipatan-lipatan palatum; hati sangat besar Mula-mula terlihat adanya osifikasi (penulangan) oksiput, mandibula dan humerus; janin dapat sedikit bergerak, otot-otot badan, anggota gerak, dan kepala sudah dapat dilihat dengan jelas Pembuluh-pembuluh darah utama sudah hampir selesai dibentuk; darah banyak mengandung sel-sel darah merah berinti Pembentukan rongga pleura dan perikardial; percabangan bronkiolus; lubang hidung tertutup sumbatan epitel Tubulus sekretori dini berdiferensiasi; kandung kemihuretra memisahkan diri dari rektum

Sistem Sirkulasi Jantung terbentuk, terlihat dua serambi, mulai berdenyut; terbentuk lengkung aorta dan vena vena utama Sistem Pernapasan Bakal paru-paru primer muncul

Sistem Ginjal Bakal ureter rudimenter muncul Sistem Saraf Lengkungan otak tengah jelas terlihat; tidak terdapat otak belakang atau lengkungan servikal; alur saraf menutup

Korteks srebri mulai membentuk sel-sel khas; diferensiasi korteks serebri, meninges, foramenforamen ventrikel, sirkulasi cairan serebrospinal; medula spinalis meluas sepanjang tulang belakang

Organ-organ Sensoris Mata dan telinga muncul sebagai pembuluh optik dan otosis

Sistem Genital Parit genital (genital ridge) muncul pada minggu kelima

Pleksus koroid primordial terbentuk; ventrikel relatif besar dibandingkan korteks; perkembangan terus berlanjut; mata saling mendekat dengan cepat; terbentuk telinga dalam Testis dan ovarium dapat dibedakan; genitalia eksterna tidak dapat dibedakan (pria atau wanita), tetapi mulai berdiferensiasi

12 minggu Tampak luar Kuku terbentuk; lebih menyerupai manusia; kepala tegak tapi besarnya tidak sebanding, kulit merah muda, lembut

16 minggu Kepala masih dominan; wajah menyerupai manusia; pada pemerikasaan kasar, mata, telinga, dan hidung mulai menyerupai bentuk sebenarnya, perbandingan lengan-kaki sesuai; muncul rambut kepala

Ukuran puncak Kepala-Bokong (cm); Berat (g) 6 9 cm; 19 g Sistem Pencernaan Empedu disekresi; penyatuan langit-langit selesai; usus halus terpisah dari medula spinalis dan mulai menempati tempat yang khusus Sistem Muskuloskeletal Beberapa tulang mulai dibentuk; osifiaksi meluas; lengkung servikal dan sakral bagian bawah dan tubuh mulai menjadi tulang; lapisan otot polos mulai terdapat di rongga visera Sistem Sirkulasi Pembentukan darah di sumsum tulang Sistem Pernapasan Paru-paru mendapatkan bentuk yang tetap; muncul pita suara Sistem Ginjal Ginjal dapar mensekresi urine; kandung kemih menggembung seperti kantung Sistem Saraf Konfiugrasi struktural otak secara garis besar selesai; medula spinalis menunjukkan pembesaran di daerah servikal dan lumbar; terbentuk foramen ventrikel keempat; mulai menghisap jari Organ-organ Sensoris Mulai ada bakal pengecap yang pertama; karakteristik dan organisasi mata mulai terjadi Sistem Genital Jenis kelamin dapat dikenali; organ-organ seks internal dan eksternal semakin spesifik

11,5 13,5 cm; 100 g Mekonium di dalam usus; mulai menyekresi beberapa enzim; anus terbuka

Kebanyakan tulang dapat dibedakan di seluruh tubuh; muncul rongga sendi; pergerakan otot dapat dideteksi

Otot jantung telah berkembang dengan baik; pembentukan darah secara aktif di limpa Serabut elastis muncul pada paru-paru, muncul bronkiolus terminalis dan respiratorius Ginjal menempati tempat yang tepat; mulai mempunyai bentuk dan fungsi yang khas Lobus-lobus serebri terbentuk; serebelum mulai menonjol

Organ-organ perasa berdiferensiasi

Testis dalam posisi turun ke dalam skrotum; vagina terbuka

20 minggu Tampak luar Verniks kaseosa muncul, lanugo muncul; tungkai sangat bertambah panjang; mulai terlihat kelenjar sebasea Ukuran puncak Kepala-Bokong (cm); Berat (g) 16 18,5 cm; 300 g Sistem Pencernaan Deposit enamel dan dentin; kolon asenden dapat dikenali Sistem Muskuloskeletal Sternum mengalami osifikasi; gerakan janin cukup kuat untuk dapar dirasakan ibu Sistem Sirkulasi Sistem Pernapasan Lubang hidung terbuka kembali; gerakan primitif mirip pernapasan mulai dimulai Sistem Ginjal Sistem Saraf

24 minggu Tubuh menjadi langsing, tetapi dengan perbandingan sesuai; kulit menjadi merah dan berkeriput; terdapat verniks kaseosa; pembentukan kelenjar keringat 23 cm; 600 g -

Pembentukan darah meningkat dalam sumsum tulang tetapi berkurang di hati Terdapat duktus dan sakus alveolaris; lesitin mulai muncul pada cairan amnion (minggu ke-26 sampai ke27) -

Secara kasar otak terbentuk; mielinisasi medula spinalis dimulai; medula spinalis berakhir pada tingkat S-1 Organ-organ Sensoris Hidung dan telinga membentuk tulang Sistem Genital -

Korteks serebri dilapisi secara khas; proliferasi neuron pada korteks serebri berakhir

Dapat mendengar Testis pada cincin inguinalis dalam proses turun ke dalam skrotum

28 minggu Penampilan luar Badan langsing, keriput berkurang dan berwarna merah; terbentuk kuku Ukuran puncak Kepala-Bokong (cm); Berat (g) 27 cm; 110 g Sistem Pencernaan Sistem Muskuloskeletal Astragalus (talus, tulang tumit) menjalani osifikasi; gerakan lemah dan cepat, tonus minimum Sistem Sirkulasi Sistem Pernapasan Lesitin terbentuk pada permukaan alveolus Sistem Ginjal Sistem Saraf Tampak fisura serebralis, pembentukan lipatan otak dengan cepat; siklus tidur-bangun yang tidak tetap; dapat menangis lemah atau belum sama sekali; refleks mengisap lemah Organ-organ Sensoris Kelopak mata terbuka kembali; lapisan retina selesai dibentuk, dapat menerima cahaya; pupil dapat bereaksi terhadap cahaya Sistem Genital -

30 31 minggu Lemak subkutan mulai terkumpul; tampak lebih bulat; kulit merah muda dan licin; mengambil posisi persalinan 31 cm; 1800 2100 g Falang medial keempat mengalami penulangan; terlihat primordial gigi permanen; dapat menengok ke samping Rasio L/S = 1,2:1 -

Terdapat rasa kecap; sadar akan suara di luar tubuh ibu

Testis turun ke dalam skrotum

36 minggu Penampilan luar Kulit merah muda, tubuh bulat; lanugo menhilang di seluruh tubuh; tubuh biasanya gemuk

40 minggu Kulit halus dan berwarna merah muda, verniks kaseosa sedikit; rambut sedang atau banyak; lanugo hanya pada bahu dan tubuh bagian atas saja; tampak tulang rawan hidung dan cuping hidung 40 cm; 3200+ g -

Ukuran puncak Kepala-Bokong (cm); Berat (g) 35 cm; 2200 2900 g Sistem Pencernaan Sistem Muskuloskeletal Terdapar osifikasi femoral distal; gerakan pasti dan dapat bertahan, tonus cukup kuat, dapat membalik dan mengangkat kepala

Gerakan aktif dan bertahan; tonus baik; dapat mengangkat kepala

Sistem Sirkulasi Sistem Pernapasan Rasio L/S 2:1 Sistem Ginjal Pembentukan nefron baru berhenti Sistem Saraf Ujung medula spinalis setinggi L-3; siklus tidur-bangun tetap Organ-organ Sensoris Sistem Genital -

Percabangan paru-paru hanya selesai duapertiga

Mielinisasi otak dimulai; siklus tidur-bangun teratur diselingi periode bangun; menangis jika lapar dan merasa tidak nyaman; refleks mengisap kuat Testis di dalam skrotum; labia mayora berkembang baik

*minggu 1

*minggu 4

* minggu 5

*minggu 9

*minggu 14 15

siap lahir

Rumus panjang janin dan perkiraan berat badan Umur Hamil (bulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Panjang Janin 1 x 1 cm = 1 cm 2 x 2 cm = 4 cm 3 x 3 cm = 9 cm 4 x 4 cm = 16 cm 5 x 5 cm = 25 cm 6 x 5 cm = 30 cm 7 x 5 cm = 35 cm 8 x 5 cm = 40 cm 9 x 5 cm = 45 cm 10 x 5 cm = 50 cm Berat Badan (g) 5 15 120 280 600 1000 1800 2500 3000

Pembentukan Darah Janin Pembentukan darah janin memerlukan persediaan Fe dalam hati, limpa, dan sumsum tulang ibu. Pada permulaan, sela darah janin dibentuk oleh kandung yolk dalam bentuk megaloblas. Selanjutnya darah janin dibentuk oleh hati dan sumsum tulang dalam bentuk megalosit dan makrosit. Normosit dibuat setelah aktivitas penuh sumsum tulang. Fetal haemoglobin (F) mempunyai kemampuan untuk mengikat O2 dalam konsentrasi tertentu dari darah ibu dan dengan mudah dapat melepaskan CO2 ke darah ibu. Menjelang persalinan, janin membuat Adult haemoglobin (A) sebagai persiapan kelahiran, sehingga dapat mengisap O2 dengan pernapasan yang telah aktif. Pernapasan Janin Barcroft memantau gerakan gerakan dinding dada, sebagai bentuk pernapasan intrauterin, namun air ketuban tidak masuk ke dalam alveoli paru paru. Gerakan pernafasan ini dipengaruhi oleh saturasi O2 dan bukan oleh CO2. Bila saturasi lebih dari 50% maka akan terjadi penghentian gerakan pernapasan. Bila saturasi O2 menurun maka saturasi CO2 akan berfungsi untuk mengendalikan pernapasan. Pada persalinan, paru-paru berkembang dengan sendirinya karena rangsangan mekanis saat membersihkan jalan pernapasan dan juga terdapatnya lesitin dan spingomielin yang memberikan peluang berkembangnya paru-paru.

Peredaran Darah Janin Sistem peredaran darah janin berbeda dengan sistem peredaran darah orang dewasa karena paru-paru janin berlum berkembang sehingga O2 diambil melalui perantaraan plasenta. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem peredaran darah janin:

1. 2. 3. 4.

Foramen ovale antara kedua atrium Duktus arteriosus Bothali antara arteri pulmonalis dan aorta Duktus venosus Arantii di dalam hepar menuju vena kava inferior Pada umbilikus terdapat satu vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis

Peredaran darah janin berlangsung sebagai berikut: a) Darah yang kaya dengan nutrisi dan O2 dialirkan melalui vena umbilikalis menuju hati, dimana terdapat duktus venosus Arantii, langsung menuju dan masuk ke vena kava inferior lalu masuk ke atrium kanan jantung janin b) c) Dari atrium kanan janin sebagian besar darah masuk ke atrium kiri melalui foramen ovale Sebagian kecil darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan

d) Darah yang masuk ke atrium kiri akan dipompa ke ventrikel kiri dan dari ventrikel kiri dipompa masuk ke aorta dan selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh janin.

e)

Cabang aorta bagian bawah menjadi dua arteri hipogastrika interna, yang mempunyai cabang arteria umbilikalis.

f) Darah dari ventrikel kanan dipompa menuju ke paru-paru, tetapi karena paru-paru belum berkembang maka darah yang terdapat dalam arteri pulmonalis dialirkan menuju aorta melalui duktus arteriosus Bothalli. g) Darah yang dialirkan menuju paru-paru akan dialirkan kembali jantung melalui vena pulmonalis.

h) Darah yang menuju plasenta melalui arteri umbilikalis terpecah menjadi kapiler untuk mendapatkan nutrisi dan O2 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. i) Sisa metabolisme janin dan CO2 dilepaskan ke dalam sirkulasi retroplasenter untuk selanjutnya dibuang melalui alat pembuangan yang terdapat di tubuh ibu.

Peredaran darah janin berlangsung selama kehidupan intrauterin, dimana plasenta memegang peranan yang sangat penting. Kegagalan fungsi plasenta dapat menimbulkan berbagai penyulit dalam pertumbuhan dan perkenbangan janin. Bagaimana perubahan peredaran darah janin setelah kelahiran? Faktor penting yang mengubah peredaran darah janin menuju peredaran darah dewasa ditentukan: a) Berkembangnya paru-paru janin.

Berkembangnya paru menyebabkan tekanan negatif dalam paru sehingga dapat menampung darah, untuk melakukan pertukaran CO2 dan O2 dari udara. Dengan demikian duktus arteiosus Bothalli tidak berfungsi dan mengalami oblitrerasi. Tekanan di dalam atrium kiri makin meningkat, sehingga dapat menutup foramen ovale. Tekanan yang tinggi pada atrium kiri disebabkan darah yang mengalir ke atrium kanan, kini langsung menuju ke paru-paru dan selanjutnya dialirkan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dua faktor ini yang menyebabkan tekanan di atrium kiri meningkat. b) Terputusnya hubungan peredaran darah antara ibu dan janin dengan dipotongnya tali pusat.

Pemotongan tali pusat sebaiknya dilakukan setelah bayi menangis dengan nyaring atau tali pusat berhenti berdenyut karena dapat menambah darah dari plasenta sekitar 50 75 ml yang sangat berarti bagi pertumbuhan bayi .

c)

Membuat Adult haemoglobin (tipe A) sehingga siap melakukan pertukaran CO2 dan O2 melalui paru-paru

Menjelang persalinan disiapkan pembuatan Adult haemoglobin (A) sehingga setelah lahir langsung dapat menangkap O2 dan melepaskan CO2 melalui pernapasan.

Pencernaan makanan Pencernaan makanan mulai tumbuh pada minggu ke-16. Secara rutin janin meminum air ketuban sebanyak 450 ml/24 jam, yang kemudian akan diabsorpsi oelh mukosa pencernaan. Mekonium yang ada dalam saluran pencernaan berwarna hijau tua karena penghancuran bilirubin oleh hati. Hati/hepar telah berfungsi pada kehamilan 16 minggu, berfungsi untuk pembentukan darah, metabolisme hemoglobin dan bilirubin, dan mengubah bilirubin menjadi biliverdin. Biliverdin disalurkan ke usus sebagai bahan sisa metabolisme. Glikogen, vitamin A, dan vitamin D disimpan di hati.

DAFPUS: Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC BOBAK Perubahan Fisiologi Pada Saat Kehamilan Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh system genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomamotropin, estrogen, dan progesterone yang menyebabkan perubahan pada : 1. RAHIM DAN UTERUS Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama merupakan respon stimulus estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini disebabkan oleh peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah; hyperplasia dan hipertrofi serabut otot dan jaringan fibroelastis, perkembuangan desidua Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 50 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Panjang 6,5 cm menjadi 32 cm; lebar 4 cm menjadi 24 cm; dalam 2,5 cm menjadi 22 cm,volume 1-2 ml menjadi 1000 ml.Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin. Perubahan pada isthmus uteri ( rahim ) yang menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah olah kedua jari dapat saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda Hegar. Hubungan besarnya rahim dan tuanya kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperi hamil ganda, hamil mola hidatidosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar. Sebagai gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut : Pada kehamilan 16 minggu, cavum uteri seluruhnya diisi oleh amnion, dimana desidua kapsularis dan desidua parietalis telah menjadi satu. Tingginya rahim setengah dari jarak simfisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk seluruhnya. Pada hamil 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari dibawah pusat sedangkan pada umur 24 minggu tepat di tepi atas pusat Pada hamil 28 minggu tingginya fundus uteri sekitar 3 jari di atas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xifoideus Pada kehamilan 32 minggu tingginya fundus uteri setengah jarak antara pusat dengan procesus xifoideus Pada kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari dibawah prosesus xifoideus, dalam gal kepala bayi belum masuk pintu atas panggul Pada kehamilan berumur 40 minggu fundus uteri turun setinggi tiga jari di bawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala janin telah masuk pintu atas panggul. Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga rahim bentuknya tidak sama. Bentuk rahim tidak sama disebut tanda piskacek 2. SERVIKS UTERI Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena hormone estrogen menjadi vascular dan edema Peningkatan vaskularisasi maka konsistensi seviks menjadi lunak ( tanda Goodells ) Kelenjar endoserviks menyekresikan lender tebal membentuk sumbat mucus, yang bereperan sebagai sawar mencegah kontaminasi uterus oleh bakteri dan substansi lainnya. 3. VAGINA dan VULVA adanya pengaruh estrogen terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva Nampak lebih merah, Nampak kebirubiruan ( tanda Chadwick ) peningkatan vaskularisasi menyebabkna jaringan menebal dan melunak 4. OVARIUM Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis berdiameter 3 cm yang berfungsi mengeluarkan hormone estrogen dan progesterone kemudian mengecil sampai terbentuknya plasenta pada kehamilan 16 minggu ( fungsi sekresi hormone diambil alih oleh plasenta ) ditemukan juga hormone relaxin, suatu immunoreactive inhibin dalam sirkulasi maternal, diperkirakan disintesis di korpus luteum pada awal kehamilan berpengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi atem 5. PAYUDARA Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatomammotropin. a. Estrogen berfungsi : Menimbulkan hipertropi system saluran payudara Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak makin membesar Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara b. Progesterone berfungsi Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi

c.

Menambah jumlah sel asinus Somatomammotropin berfungsi : Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin dan laktoglobulin Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara Merangsang pengeluaran kolostrum

Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut : Payudara menjadi lebih besar Areola payudara makin hiperpigmentasi-hitam Glandula Montgomery makin tampak Putting susu makin menonjol Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi, karena hambatan dari PIH ( prolaktine inhibiting hormone ) untuk mengeluarkan ASI Setelah persalinan, hambatan prolaktin tidak ada sehingga pembuatan ASI dapat berlangsung 6. SIRKULASI DARAH IBU Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa factor antara lain : Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter Pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin meningkat Akibat dari factor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah a. Volume darah Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah ( hemodilusi ), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Serum darah bertambah sebesar 25 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20 % Curah jantung akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu. b. Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fiusiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. LED semakin tinggi dapat mencapai 4 kali dari angka normal Protein darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin dapat menurun pada trimulan pertama, sedangkan fibrinogen meningkat. c. System respirasi Diafragma naik dan sudut substernal meningkat karena pembesaran uterus yang menyebabkan nafas pendek Kapasitas residu fungsional dan volume residu menurun karena kenaikan diafragma Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada Pernapasan lebih dalam meningkatkan efisiensi pertukaran gas

d. System pencernaan Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan : Pengeluaran air liur berlebihan Daerah lambung terasa panas

Terjadi mual dan sakit atau pusing kepala terutama pagi hari yang disebut mornig sickness Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari, disebut hiperemesis gravidarum Progesterone menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi

e. Traktus urinarius Pada trimester I kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing.. keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan bila kepala janin mulai turun PAP keluhan bak timbul kembali Dapat terjadi pembesaran ginjal dan uretra karena tertekan uterus Stasis urin dan infeksi saluran kemih bisa terjadi sebagai akibat penekanan ureter dan uretra dari uterus yang membesar Poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal sehingga filtrasi di glomerolus juga meningkat sampai 69 % f. Perubahan pada kulit Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi pada bagian tertentu misalnya : Dahi Pipi Hidung ( kloasma gravidarum) Areola, mamae dan linea alba ( linea griseria ) Pada kulit perut seolah retak-retak warnanya berubah menjadi hiperemik dan kebiru-biruan ( spider nevi ) Setelah partus berubah menjadi striae albikan. Pigmentasi disebabkan oleh pengaruh MSH melanophore stimulating hormone, yang meningkat yang disekresi oleh lobus anterior hipofisis g. Metabolisme BMR meningkat 15 -20 % yang umumnya ditemukan pada trimester III, system endokrin meninggi Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali :

Pada wanita tidak hamil kadarnya sebesar 155 mEq/ liter menurun sampai 145 -147 mEq/ liter. Serum Na turun dari 142 mEq/liter sd 135-137 mEq /liter dan disertai oleh turunya bikarbonat dari 25 ke 22 mEq/ liter KONSEP KASUS II Abortus Abortion dalam kamus inggris Indonesia diterjemahkan dengan pengguguran kandungan. Dalam Blakss Law Dictionary, kata abortion yang diterjemahkan menjadi aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti: The spontaneous or articially induced expulsion of an embrio or featus. As used in illegal context refers to induced abortion. Keguguran dengan keluarnya embrio atau fetus tidak sematamata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga disengaja atau terjadi karena adanya campur tangan (provokasi) manusia. Ensiklopedi Indonesia mermberikan penjelasan bahwa abortus diartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram. Menurut Eastmen abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sama halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by llaous. Holmer mengemukakan definisi abortus sebagai terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana plasenta belum selesai. Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya : 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim. dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup.

2. 3.

4.
5.

ALASAN-ALASAN ABORTUS Pengguguran kandungan yang terjadi dewasa ini lebih banyak didasarkan pada alasan sosiologis dibandingkan dengan alasan-alasan medis. Alasan-alasan sosiologis ini dilarang dan termasuk perbuatan pidana yaitu abortus provokatus kriminalis yang diancam hukuman pidana. Apabila dijabarkan, ada beberapa alasan yang digunakan oleh wanita dalam menggugurkan kandungannya baik legal maupun illegal yang disebabkan karena tidak menginginkan untuk meneruskan kehamilan sampai melahirkan. Alasan-alasan tersebut sebagaimana tulisan Dewi Novita dalam bukunya Aborsi menurut Petugas Kesehatan dan tulisan Yayah Chisbiyah, dkk, dalam bukunya Kehamilan yang tidak dikehendak, sebagai berikut: 1. Alasan kesehatan yaitu apabila ada indikasi vital yang terjadi pada masa kehamilan, apabila diteruskan akan mengancam dan membahayakan jiwa si Ibu dan bayi. indikasi medis non vital yang terjadi pada masa kehamilan dan berdasar perkiraan dokter, apabila diteruskan akan memperburuk kesehatan fisik dan psikologis ibu. 2. Alasan sosial; tidak seluruhnya kehamilan perempuan merupakan kehamilan yang dikehendaki, artinya ada kehamilan yang tidak dikehendaki dengan alasan anak sudah banyak, hamil diluar nikah sebagai akibat pergaulan bebas, hamil akibat perkosaan atau incest, perselingkuhan dan sebagainya. 3. Alasan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja terutama bagi kaum perempuan juga dianggap faktor yang akan mempengaruhi peningkatan aborsi.

MACAM-MACAM ABORTUS Abortus secara medis dapat dibagi menjadi dua macam: 1. Abortus spontaneus adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam Muhdiono menyebutkan macam-macam aborsi spontan: a. Abortus Imminens Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di

garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan. b. Abortus Insipiens Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. c. Abortus lnkompletus Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat. d. Abortus Kompletus Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah. e. Missed Abortion Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital. Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; panas tinggi; ginjal TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi sepontan tidak jarang janin keluar dalam keadaan utuh. g. Abortus Habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Jenis dan derajat abortus D E R A J A T Perdarahan Serviks Besar uterus Sedikit hingga Tertutup Sesuai umur sedang kehamilan Sedang hingga banyak Sedikit hingga banyak Sedikitatau tidak ada Sedikit dan warna kehitaman Terbuka Terbuka Lunak (terbuka atau tertututp0 Agak kenyal dan tertutup Sesuai atau lb kecil Lebih kecil dari umur kehamilan Lebih kecil dari umur kehamilan Lebih kecil dari umur kehamilan

Diagnosis Abortus imminens Abotus insipiens Abortus inkomplit Abortus komplit Missed abortion

Gejala lain Plano tes(+) Kram Uterus lunak Kram uterus lunak Kram Keluar jaringan Uterus lunak Sedikit/kram (-) Uterus kenyal Gejala kehamilan menghilang Uterus tak membesar

2. Abortus provokatus (indoset abortion) adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua: a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu. Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provokatus medicinalis dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1. Aborsi pada triwulan pertama sampai dengan 12 minggu. Pada kehamilan sampai batas 7 minggu pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal, maka ovum uteri dikerok seluruhnya. Apabila kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi sebagian besar lepas dari dinding uterus maka hasil tersebut dapat dikeluarkan dengan cunam abortuis dan kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar, apabila diperlukan dimasukkan tampon kedalam uteri dan vagina yang akan dikeluarkan esok harinya. 2. Abortus pada kehamilan 12 sampai 16 minggu. Aborsi dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara dilatasi, kuret dan pengisapan. Bahaya dari cara ini adalah terbentuknya luka-luka yang menimbulkan pendarahan. 3. Abortus pada triwulan kedua (Kehamilan sampai 16 minggu), dilakukan dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan plasenta dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan esantasi (pembiusan lokal). b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan. Menurut Sofwan Dahwan dalam Muhdiono, ada beberapa metode abortus provokatus kriminalis yang dapat dilakukan sendiri atau dilakukan oleh orang lain, dengan cara sebagai berikut: 1. Menggunakan kekerasan umum (general violence) yaitu dengan melakukan keggiatan fisik yang berlebihan , misalnya lari-lari.

2. Menggunakan kekerasan local (local violence) yaitu dilakukan tanpa menggunakan alat, misalnya memijat perut bagian bawah; dengan menggunakan alat medis , misalnya tang kuret; menggunakan alat-alat non medis, misalnya kawat; menggunakan zat-zat kimia, misalnya larutan zink chloride. 3. Menggunakan obet-obatan obortifisien, seperti obat emetika dan obat omenagoga atau obat pelancar haid. 4. Menggunakan obat-obat echolica atau perangsang otot-otot rahim, seperti kinina.

Manifestasi Klinis 1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat 3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi 4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus 5. Pemeriksaan ginekologi : a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. KOMPLIKASI : 1. Perdarahan 2. Perforasi 3. Syok 4. Infeksi PLASENTA PREVIA Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. (Wiknjosostro, 2005) Plasenta previa terjadi jika sebagian atau seluruh plasenta menempel pada segmen bawah uterus baik pada dinding anterior maupun posterior.

Etiologi Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi. (Mochtar, 1998). Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat. Faktor risiko plasenta previa termasuk : 1. Riwayat plasenta previa sebelumnya.

Riwayat seksio sesarea. Riwayat aborsi. Kehamilan ganda. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun. Multiparitas. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta. 8. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis. 9. Adanya trauma selama kehamilan. 10. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis. 11. Mendapat tindakan Kuretase.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:

1. 2. 3. 4.

Plasenta Previa Totalis Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta Previa Parsialis Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam. Plasenta Previa Marginalis Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah) Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

Manifestasi Klinis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Perdarahan berulang Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin Warna perdarahan merah segar Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah Timbulnya perlahan-lahan Waktu terjadinya saat hamil Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi Denyut jantung janin ada Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul Presentasi mungkin abnormal.

Komplikasi Menurut Prof.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,1997,Jakarta. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Prolaps tali pusat. Prolaps plasenta. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan. Perdarahan post portum. Infeksi karena perdarahan yang banyak. Bayi premature atau lahir mati. Anamnesa Biodata klien Nama Usia Jenis Kelamin Tanggal Lahir Pendidikan Terakhir Pekerjaan Suku Bangsa Tanggal Pengkajian : Ny K : 23 tahun : : : : : : Perempuan SMA Ibu Rumah Tangga Sunda 4 April 2010

I. a)

b) Keluhan Utama : Keluar darah merah segar dari kemaluan, jumlahnya sedikit tapi terus menerus dan tidak disertai rasa nyeri sejak tadi pagi. c) Riwayat Kesehatan Sekarang :

Tanyakan HPHT klien? Dikasus Ny K HPHT 2 Agustus 2009 Perawat menghitung umur kehamilan dan taksiran partus klien? : 2-8-2009 Tanggal Pengkajian : 4-4-2010 34 minggu 2 hari TFU : (28x8) : 7 = 32 minggu + 2 minggu = 34 minggu Taksiran Partus : HPHT : 2-8-2009 +7 -3 +1 9-5-2010

Umur Kehamilan : HPHT

Tanyakan kepada klien apa hasil diagnosis kehamilannya? Di kasus hasil USG Ny.K adalah plasenta previa

d)

Tanyakan GPA? Gravida 2, Partus 0, Abortus 1, G2P0A1 Riwayat Kesehatan Masa lalu : Tanyakan pada klien atau kepada keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan kehamilan sebelumnya? Kehamilan sebelumnya memiliki riwayat abortus satu kali. Salah satu resiko terjadinya plasenta previa adalah adanya bekas operasi rahim (bekas operasi sesar, operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim,radang panggul, kehamilan ganda, atau kelainan bawaan rahim. Apakah ada gangguan atau keluhan saat kehamilan awal? Pada kasus klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit karena menderita mual muntah yang berlebihan saat usia kehamilan 10 minggu dan pada usia 14 minggu klien pernah mengalami flek setelah melakukan aktivitas berat. Berapa usia pertama kali menstruasi dan riwayat menstruasinya (siklus, dismenore atau tidak, volume darahnya banyak atau tidak, terjadi gangguan aktivitas atau tidak)? Pada kasus tidak terindentifikasi Apakah sebelumnya pernah mengalami penyakit ginekologi? Pada kasus tidak teridentifikasi Apakah sebelumnya ada riwayat pernah mengalami penyakit seksual menular? Pada kasus tidak teridentifikasi Riwayat Kontrasepsi Tanyakan kepada klien apakah sebelumnya dipasang alat kontrasepsi? Dan alat kontrasepsi apa yang digunakan? Pada kasus tidak teridentifikasi Riwayat Kesehatan Keluarga : Tanyakan pada keluarga klien apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit berat seperti diabetes melitus, kanker, atau penyakit jantung? Atau ada yang menderita kelainan genetik atau kongenital? Tanyakan juga riwayat kesehatan tiga generasi sebelumnya? Tanyakan juga apakah mengalami gangguan sistem reproduksi , pembedahan pada sistem reproduksi? Pada kasus tidak teridentifikasi Pekerjaan Pada kasus didapatkan data bahwa klien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Activity Daily Living Tanyakan kepada klien kegiatan sehari-hari, tanyakan waktu istirahat, dan aktivitas yang mengganggu kehamilan Kebutuhan Untuk Belajar Tanyakan kepada klien apakah ada yang ingin ditanyakan dan diketahui lebih lanjut (misalnya bagaimana mempersiapkan persalinan, nutrisi terbaik yang dibutuhkan untuk klien dan janin, manajemen laktasi, atau family planning) Penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan Pada kasus, klien menyatakan bahwa kehamilan saat ini merupakan kehamilan yang sangat diharapkan. Aspek psiko-sosio-spiritual Psikologis Stress emosional Apakah klien mengalami stress emosional akibat kejadian yang di alami yang dapat menyebabkan perubahan sikap klien? Pada kasus Ny.K klien tampak cemas dengan kondisinya dan mengatakan harapannya agar janinnya tidak mengalami masalah yang berat Konsep diri Tidak teridentifikasi. Support system Tanyakan pada klien bagaimana dukungan dari suami dan keluarga saat menjalani kehamilan saat ini

e) f)

g) h) i) j) II. a)

Tidak teridentifikasi Coping Pattern Dapat ditanyakan bagaimana koping klien dalam mengalami stress, cemas, ataupun takut sehubungan dengan kejadian yang menimpa klien. Pada kasus tidak teridentifikasi Spiritual Believe Tidak teridentifikasi. Religious Practices Tidak teridentifikasi.

b)

c) Status Psikososial Tanyakan: 1. apakah kehamilan direncanakan atau tidak? Pada kasus, kehamilan direncanakan 2. rencana kehamilan sekarang akan dirawat sendiri atau di adopsi? 3. pengaruh budaya dan nilai-nilai suku dalam pengambilan keputusan 4. Kecenderungan perilaku sebagai orangtua seperti: bagaimana keinginannya untuk mau memeriksakan kehamilannya, dan keingintahuan tentang persiapan persalinan 5. kesiapan keluarga untuk menerima anggota keluarga baru seperti: fisik, alokasi sumber, rencana bersalin, sosialisasi kepada seluruh keluarga 6. mengkaji gaya hidup seperti rmerokok, minum alcohol, dan drug III. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Tanda vital : BB, TB, dan suhu tidak teridentifikasi TD : 100/70 mmHg (Tanyakan TD klien sebelum hamil, karena dalam keadaan hamil normal pada trimester III TD kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada kasus plasenta previa biasanya sistolik kurang dari 90 mm/Hg) HR : 100x/menit (Saat hamil dalam keadaan normal, HR bertambah 10-15x/menit. Pada kasus Plasenta Previa umumnya denyut nadi cepat dan lemah) RR : 24x/menit (Normal : 18-24x/menit. Pada kasus plasenta previa umumnya RR meningkat 30x/menit)) Inspeksi Kepala :Kaji warna rambut, distribusi rambut,rambut berminyak atau tidak, bau, kebersihan kepala, kaji apakah ada massa. Wajah : Lihat apakah ada kroasmagravidarum pada pipi dan hidung. Pada kasus ini, klien tampak cemas. Mata : Lihat konjungtiva pucat atau tidak (Klien plasenta previa umumnya pucat), sklera ikterik atau normal, reflex pupil normal atau tidak, apakah ada edema bola mata. Hidung : Apakah ada sumbatan pada hidung yang menyebabkan sesak nafas Mulut : Kaji apakah bentuknya simetris, kering, pecah-pecah, atau pucat Gigi : Kaji apakah ada karies atai infeksi pada gigi Gusi : Kaji apakah ada sariawan dan perdarahan Lidah : kaji kebersihannya. Leher : Apakah ada hiperpigmentasi , spyder nevi, pembesaran tiroid, dan vena jugularis Dada : Lihat ekspansi paru simetris atau tidak dan adakah pembesaran paru Payudara : Lihat kesimetrisan payudaranya, warna, kontur, ukuran, aerola (warna), putting (pecah-pecah, bentuk), kaji apakah ada massa. Abdomen : Lihat warna, kesimetrisan, striae, linea alba, dan bentuknya. Kaji juga apakah ada bekas luka operasi atau tidak, Genital : Ditemukan darah pada ostium uteri eksternum Anus : Kaji apakah ada hemoroid atau tidak Ekstremitas : Kaji apakah ada tanda Homan Ekstremitas bawah (kaki) : Kaji apakah ada tromoflebitis Palpasi Tahap persiapan Leopold : 1. Klien tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi 2. Kedudukan tangan saat pemeriksaan dapat diatas kepala atau membujur di samping badan 3. Kaki ditekukan sedikit sehingga dinding perut lemas 4. Bagian perut klien dibuka seperlunya 5. Pemeriksa menghadap ke muka klien saat melakukan Leopold I-III sedangkan saat melakukan pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki. Tahap Pemeriksaan Leopold : Leopold I Untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa terdapat dalam dalam fundus. Cara: 1. kaki ibu dibengkokkan pada lutut dan lipat paha. Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu 2. rahim dibawa ke tengah 3. tinggi fundus uteri ditentukan 4. tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus. Pada kasus Ny.K ini didapatkan tinggi Fundus 28 cm Leopold II Untuk menentukan dimana letaknya punggung dan bagian-bagian kecil dari janin Cara:

1. kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan diletakkan di kedua samping abdomen sambil menekan agak dalam. 2. pada telapak tangan yang satu, akan teraba tahanan keras, yaitu punggung janin 3. pada telapak tangan yang lainnya, akan teraba bagian-bagian kecil janin, yaitu lengan dan tungkai janin Pada kasus didapatkan bahwa letak punggung janin ada di sebelah kanan Leopold III Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah ini sudah atau belum terpegang oleh Pintu Atas Panggul Cara: 1. pemeriksa menggunakan tangan kanan 2. pemeriksa memegang kutub (bagian bawah) janin antara ibu jari dan jari-jari lainnya 3. tentukan apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan Pada kasus tidak teridentifikasi. Pada kasus plasenta previa umumnya presentasi janin tidak berada di dalam panggul. Leopold IV Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul. Cara: 1. Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu 2. Dengan kedua tangan, tentukan apa yang menjadi bagian bawah 3. Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk Pintu Atas Panggul Pada kasus tidak teridentifikasi. Pada klien plasenta previa biasanya ditemukan kelainan letak dan rongga uterus bawah akan teraba kosong. Pemeriksaan Dalam Karena risiko perdarahan yang membahayakan kehidupan (provoking life-threatening hemorrhage), maka pemeriksaan dengan jari (a digital examination) mutlak dikontraindikasikan sampai plasenta previa di-exclude, dengan kata lain, terbukti tidak ada plasenta previa. Perkusi Paru : Pekak atau tidak Auskultasi Bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin Pada kasus DJJ : 134 x/menit (normal DJJ : 120-160x.menit) IV. Pemeriksaan diagnostik

1. 2. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Urinalisis

Darah Lengkap Hitung darah lengkap, golongan dan uji silang darah, dan studi pembekuan. 3. Glukosa Darah Titer Antibodi Rubela Hepatitis HIV Sel Sabit Pap Smear & Sitologi

USG USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambaran organ atau jaringan. Refleksi gelombang suara ditransmisikan pada layar monitor sebagai lapisan jaringan dengan densitas yang berbeda. USG aman bagi ibu dan janin kapan saja dilakukan saat kehamilan dan dapat digunakan berulang bila diperlukan. USG telah berhasil dengan baik menentukan embrio paling cepat minggu keenam. Pada kasus ini ditemukan letak plasenta yang menghalangi jalan lahir (plasenta previa) 10. Amniocentesis

11.

Fetoscopy 12. Pemeriksaan toksikologi Adanya pemberian obat-obatan. Dilakukan dengan pengambilan sample urin. Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC Yulianti, Devi. 2006. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : EGC.

HIPEREMESIS GRAVIDARUM Sekitar 75% dari semua wanita mengalami mual-mual pada kehamilan awal. Hal yang disebut sebagai morning sickness ini biasanya menghilang sekitar minggu keduabelas sebagaimana tubuh wanita hamil telah terbiasa dengan perubahan yang terjadi saat kehamilan. Pada sekitar 35 dalam 1000 kehamilan, terjadi muntah-muntah yang terus menerus menyebabkan dehidrasi berat dan kelaparan. Kondisi yang demikian disebut hiperemesis gravidarum (muntah-muntah yang berlebihan pada kehamilan).

Etiologi Penyebab yang pasti dari reaksi ini belum ditemukan, tetapi terdapat bukti bahwa mual adalah hal yang umum terjadi pada sebagian besar pasien ketika kadar hormon gonadotropin meningkat dan ketika kelenjar endokrin mengalami perubahan drastis. Patofisiologi Hiperemesis gravidarum biasanya dimulai dengan morning sickness dan menjadi demikian berat sampai pasien yang mengalaminya tidak dapat makan atau minum. Ia kehilangan berat badan dan mulai mengalami dehidrasi. Tanda-tanda defisiensi vitamin seperti polyneuritis juga dapat berkembang. Tanda-tanda serius lainnya meliputi ikterik yang disebabkan oleh kerusakan hepar dan kebutaan yang disebabkan oleh hemoragi retina. Kejang-kejang bahkan kematian pun dapat terjadi. Intervensi Pengobatan untuk hiperemesis gravidarum harus dimulai jauh sebelum terjadi kerusakan. Bila tanda-tanda dehidrasi berkembang, pasien biasanya dirawat di rumah sakit. Cairan intravena segera diberikan, dengan tambahan glukosa, elektrolit, dan vitamin B kompleksmuntuk melawan defisiensi vitamin dan mual. Semua makanan dan minuman dari mulut untuk sementara dihindarkan kemudian diberikan dalam jumlah yang kecil. Mungkin diberikan sedatif, traquilizing, dan obat-obatan antiemetik. Bila pengobatan dimulai sebelum terjadi kerusakan ireversibel pada ibu, kehamilan biasanya dapat dilanjutkan. Tetapi pada situasi tertentu kehamilan dihentikan karena hiperemesis gravidarum.

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

SECTIO CAESARIA Section caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi didinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi) (cuningham, F garry, 2005 ; 592)Operasi Caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (wwwmikoraharjawordpresscom)Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Mansjoer, Arif, 1999: 310)Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai amnioreksis sebelum permulaan pesalinan pada setiap tahapan kehamilan (Hecker, 2001: 304)Ketuban Pecah Dini yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan, beberapa jam sebelum inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan servik pada primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm (wwwmedlinux.blogspot.com)Masa nifas adalah periode setelah kelahiran bayi dan plasenta sampai sekitar 6 minggu setelah post partum (Hecker, 2001: 145).Sectio caesarea merupakan tindakan operatif yang bertujuan menyelamatkan janin dan ibu. ETIOLOGI 1. Etiologi ketuban pecah diniPenyebab dari ketuban pecah dini (KPD) masih belum jelas ada berbagai faktor ikut serta dalam kejadiannya. (Hecker, 2001 ; 304)a. Infeksi vagina dan servikb. Fisiologi selaput ketuban yang abnormalc. Inkompetensi serviksd. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vtaimn C).Menurut Mansjoer Arif, faktor presdisposisi KPD yaitu infeksi genitalia, servik inkompeten, gamelia, hidramnion kehamilan pre term, dan disproporsi sepalo pelvik.2. Indikasi section caesareaIndikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005: 595)a. Riwayat sectio caesareaUterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah , kemungknan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan , sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin, american collage of obstetrician and ginecologistc (1999)b. Distosia persalinanDistosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :1) Ekspulsi (kelainan gaya dorong)Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi uterus) dan kurangnya upaya utot volunter selama persalinan kala dua.2) Panggul sepit3) Kelainan presentasi, posisi janin4) Kelainna jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi turunnya janinc. Gawat janinKeadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin, jika penentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio caesarea.d. Letak sungsangJanin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirka pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi kepala. PATOFISIOLOGI Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari kantung amnion adalah bakteriostatik yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan infeksi pada janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan disebut kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup bulan yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup bulan indikasi ketuban pecah dini akan menjadi tahap karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang baik pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per vagina dianjurkan, tetapi apabila terjadi gagal induksi cerviks atau induksi cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin lebih parah. MANIFESTASI KLINIK

Adapun tanda-tanda KPD yaitu (Mansjoer, Arif, 1999: 310) :1. Keluar air ketuban warna keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit atau sekaligus banyak2. Dapat disertai demam apabila disertai infeksi3. Janin mudah diraba4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering5. Inspekula tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban sudah kering dan tidak ada. GAMBARAN KLINIS 1. Tahapan dan Teknik Sectio Caesareaa. Insisi Abdomen1) Insisi vertikalInsisi vertikal garis tengan intra umbilikus, insisi ini harus cukup pajang agar janin dapat lahir tanpa kesulitan. Oleh karena itu, panjang insisi harus sesuai dengan taksiran ukuran janin2) Insisi transversal atau lintangKulit dan jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi transversal rendah sedikit melengkung. Insisi dibuat setinggi garis rambut pubis dan diperluar sedikit melebihi batas lateral otot rektus.b. Insisi Uterus1) Insisi caesarea klasikInsisi caesarea klasik adalah suatu insisi vertikal ke dalam korpus uterus diatas segmen bawa uterus dan mencapai fundus uterus. Sebagian besar insisi dibuat di segmen bawah uterus secara melintang, insisi melintang disegman bawah memiliki keunggulan yaitu hanya memerlukan sedikit pemisahan kandung kemih dari miometrium dibawahnya. Indikasi untuk dilakukan insisi klasik untuk melahirkan janin :a) Apabila segman bawah uterus tidak bisa dipajankan atau dimasuki dengan aman karena kandung kemih melekat dengan erat akibat pembedahan sebelumnya, atau apabila teardapat karsinoma invasik diservikb) Janin berukuran besar, terletak melintang, selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit jalan lahirc) Plasenta previra dengan implantasi anteriord) Janian kecil, presentasi bokong, segman bawah uterus tidak menipise) Obesitas berat2) Insisi caesarea transversalInsisi tranversal melalui segman bawah uterus merupakan tindakan untuk presentasi kepala, diantaranya :a) Lebih mudah diperbaikib) Kemungkinan ruptur disrtai keluarnya janin kerongga abdomen pada kehamilan berikutnyac) Tidak mengakibatkan perlekatan ususInsisi uterus harus dibuat cukup lebar agar kepala dan badan janin dapat lahir tanpa merobek atau harus memotong arteri dan vena uterina yang bejalan sepanjang batas lateral uterus.Pelahiran janin :a. Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan kedalam rongga uterus diantara simpisis dan kepala janin kepala diangkat secara hati-hati denga jari da telapak tangan melalui lubanginsisi melalui lubang insisi dibantu oleh penekanan sedang transabdomen pada fundus.b. Hidung dan mulut diaspirasi dengan bola penghisap (bulb syringe) untuk mencegah teraspirasinya cairan amnion dan isis nya oleh janin, dilakukan sebelum thorak dilahirkan.c. Bahu dilahirkan dengan tanpa ringan disertai penekanan pada fundusd. Bagian tubuh lainnya segera menyusul, setelahbahu dilarirkan, ibu atau pasien diberi oksitosin 20 unit/liter dengan kecepatan 10 lml/menit sampai uterus berkontraksi dengan baik.e. Tali pusat diklem, bayi dipegang setinggi dinding abdoment.f. Plasenta dikelurkan dari uterus.g. Penjahitan uterus dan dinding abdoment.h. Macam-macam sectio caesarea yang lain2. Indikasi Dilakukan Section Caesarea yang LainDiantaranya :a. Section Caesarea Ektra PeritoneumDiindikasikan bila terjadi kehamilandengan infeksi isi uterus, tujuan operasi adalah untuk membuka uterus secara ektra peritoneum. Dengan melakukan insisi melalui ruang retziuz dan kemudian disepanjang salah satu sisi dan dibelakang kandung kemih untuk mencapai segman bawah uterus.b. Section Caesarea Post MortumTerkadang section caesarea dilakukan pada seorang wanita yang baru saja meninggal, atau yang diperkirakan tidak lama lagi akan meninggal.3. Anestesia Sectio CaesareaAnalgesia dan anestesia harus diberikan pada ibu yang akan melahirkan dengan cara tidak mengurangi aktifitas rahim, yang dapat mengubah kemajuan persalinan, maupun tidak mengurangi aliran darah rahim, yang akan dapatmengakibatkan gawat darurat janin atau depresi neonatal.a. Jalur nyeri pada proses persalinanNyeri adalah rasa tak enak akibat perangsangan ujung-ujung syaraf khusus. Serat syaraf aferen viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segman torakal kesepuluh, kesebelas, dan keduabelas serta segman lumbal yang pertama (T 10 sampai L 1), adapun nyeri dari perineum melalui segman sakral kedua, ketiga, dan keempat (S 2 sampai S 4).b. Jenis anestesia untuk sectio caesarea1) Anestesia RegionalMemungkinkan ibu hamil dalam keadaan tetap sadar dan mengurangi kehilangan darah, resiko aspirasi paru-paru oleh isi lambung atau hipoksia yang kecil dan mengurangi efek obat pada neonatus.2) Anestesia EpiduralAnesthesia ini lebih dapat dikendalikan oleh kateter epidural, nyeri kepala tidak akan terjadi pasca operasi karena dura tidak ditusuk.3) Anestesia UmumDi indikasikan bila dibutuhkan section caesarea yang mendesak pada perdarahan ibu.4. KomplikasiKomplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)a. PerdarahanPerdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.b. Sepsis sesudah pembedahanFrekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.c. Cedera pada sekeliling stukturBeberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.Komplikasi Pada anakSeperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).Komplikasi dari Ketuban Pecah Dini diantaranya :a. Infeksi intra uterib. Prola tali pusatc. Kelainan presentasi janind. Persalinan per vaginam tidak diindikasikan5. Proses Penyembuhan LukaTubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan dilkukan proses sectio cesrea proses peradangan, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase:a. Fase InflamasiFase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.b. Fase ProliferatifProses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka sectio caesare dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi.Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.c. Fase MaturasiFase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan sectio caesarea.Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan

aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mellitus) PEMERIKSAAN PENUNJANG Untuk mengetahui ketuban pecah dini dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Manjoer, Arif. 1999 : 271)1. Leukosit darah kurang dari 1500 permikro darah liter, bila terjadi nyeri2. Tes lakmus merah mejadi biru3. Amnias sintetis (dengan cara amnion yang cukup diperoleh dari vagina untuk pemeriksaan pematangna paru-paru jain, dan dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram dan biakan)4. USG, indeks caira amnion berkurang5. Darah lengkap, (haemoglobin, Hematokrit, leukosit, trombosit, dll) TATALAKSANA MEDIS Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005 : 614)1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan kuat3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg4. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah pembedahan6. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari keempat setelah pembedahan8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin spekrum luas setelahjanin lahir DIAGNOSA KEPERAWATAN Konsep Dasar Asuhan KeperawatanPelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :1. PengkajianPada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998).2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria diantaranya :a. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.b. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.c. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.e. Kurang volume cairan berhubungna dengan perdarahan (Doenges, 2000)f. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)g. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)3. Fokus Intervensia. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.Tujuan : Nyeri diminimalkan / dikontrol dan pasienmengungkapkan bahwa ia nyaman.Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan bahwa klien nyamanIntervensi :1) Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.2) Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.3) Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.4) Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.b. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.Tujuan : Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamananMengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.Kriteria Hasil : Klien tidk ad permasalahn dengan pola eliminssIntervensi :1) Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.2) Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.3) Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.4) Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.5) Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.c. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.Tujuan : Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejalainfeksi, Involusi uterus berlanjut secara normalKriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda nfeksi, tidak ada eksudat, dansuhu normal 36 C - 37 CIntervensi :1) Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.2) Observasi insisi terhadap infeksi.3) Penggantian pembalut atau sesuai pesanan4) Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.5) Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap kerasd. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.Tujuan : Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatanmelahirkan sesar.Kriteria Hsil : Klien mengerti kebutuhan nutrisinya, klien mengertitentang lochea, dan klien dapat istiraht dengan cukup.Intervensi :1) Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.2) Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.3) Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.4) Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.5) Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.e. Kurang volume cairan berhubungna dengan perdarahan (Doenges, 2000)Tujuan : memenuhi kebutuhan cairan sesuai kebutuhan tubuhKriteria Hasil : intake dan out put seimbangIntervensi :1) Observasi perdarahan dan kontraksi uterus2) Monitor intake dan out put cairan3) Monitor tanda-tanda vital4) Observasi pengeluaran lochea, warna, bau, karakteristik dan jumlah5) Kolaborasi pemberian cairan elektrolit sesuai programf. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2000)Tujuan : aktivitas kembali sesuai kemampuan klienKriteria hasil : klien bisa beraktivitas seperti biasaIntervensi :1) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin2) Berikan posisi yang nyaman3) Bantu klien dalam ambulasi dini4) Anjurkan menghemat energi, hindarikegiatan yang melelahkan5) Jelaskan pentingnya mobilisasi dinig. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)Tujuan : Pengetahuan klien meningkatKriteria hasil : klien mampu mengungkapkan pemahaman tentagperawatan setelahoperasi sectio caesareaIntervensi :1) Kaji tingkat pengetahuan klien2) Berikan tentang perawatan diri3) Perlunya perawatan payudara dan ekpresi manual bila menyusui4) Jelaskan pentingnya ASI bagi bayi http://askep-askeb-kita.blogspot.com/

Terapi

1.

Terapi Ekspektif

Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Syarat-syarat terapi ekspektif :

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti. Belum ada tanda-tanda inpartu. Keadaan umum ibu cukup baik. Janin masih hidup.

Prosedur terapi ini adalah : - Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis. - melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta. - memberikan tokolitik bila ada kontraksi :

MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam. Nifedipin 3 x 20 mg perhari. Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

- menguji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis. - Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulang untuk rawat jalan.

2.

Terapi Aktif ( tindakan segera ).

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang moturitus janin. Lakukan jika : a. b. Infus 1 transfusi telah terpasang. Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 gram ) dan inpartu. Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor, seperti anesefali. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ). Menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa seksio sesarea

c.
d. 3.

Prinsip utama adalah menyelamatkan ibu, walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. 4. Tujuan seksio sesarea : persalinan dengan segera sehingga uterus segera berkontraksi dan menghentikan pendarahan, menghindarkan kemungkinan terjadi robekan pada serviks, jika janin dilahirkan pervagina. Siapkan darah pengganti untuk stabiliasi dan pemulihan kondisi ibu. (Saifuddin, 2001 : 536 ) Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.

1.Analgesia. Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin. a. b. c. Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg. Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin. Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

2.Tanda-tanda Vital.

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa. 3.Terapi cairan dan Diet. Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua. 4.Vesika Urinarius dan Usus. Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.. 5.Ambulasi. Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurangkurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan. 6.Perawatan Luka. Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi. 7.Laboratorium. Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia. 8.Perawatan Payudara. Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri. 9.Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit. Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.(Cunningham, 2000)

Penkes

Pola hidup yang baik bagi ibu hamil adalah :

1. 2.

Menghindari paparan zat-zat beracun dan bahan kimia --- seperti larutan pembersih, timbal dan merkuri, beberapa insektisida, dan cat. Lakukan pemeriksaan kandungan ke dokter atau pelayanan kesehatan minimal 4 kali, 1 kali pada trimester l, 1 kali pada trimester ll, dan 2 kali pada trimester lll.

Tujuannya adalah untuk memeriksakan perkembangan janin, kesehatan ibu dan janin, dan untuk mengetahui apakah ada gangguan pada janin atau tidak

3.
4.

5.

Menghindari merokok selama kehamilan. itu dapat meningkatkan kemungkinan kelahiran prematur, cacat lahir tertentu, kematian bayi, bayi lahir dengan bibir sumbing, atau langit-langit sumbing, bayi lahir terlalu dini dan berat badan lahir rendah. Meminum sedikitnya 6 sampai 8 gelas air setiap harinya. Airnya juga bisa diperoleh dari buah, jus atau susu. Salah satu cara untuk mengetahui bahawa si ibu sudah minum cukup cairan adalah ketika urinenya berwarna kuning jernih. Makan sehat untuk mendapatkan gizi dan memenuhi kebutuhan bayi yang belum lahir.

Nutrisi yang baik bagi ibu hamil, adalah :

Kalori

Selama trismester kedua dan ketiga kehamilan membutuhkan 300 kalori per hari. Walaupun peningkatan ini tidak digunakan dalam trismester pertama, bukan berarti keseimbangan nutrisi tidak penting. Kalori tambahan ini diperlukan agar berat badan ibu hamil meningkat (total 12 hingga 16 kg selama hamil). Hal ini sangat diperlukan untuk menghasilkan berat badan bayi yang cukup saat dilahirkan. Sebaiknya pada trismester pertama, pertambahan bobot hanya 0, 5 kg setiap bulannya. Sedangkan pada trismester kedua, 0, 5 kg setiap minggunya. Sdangkan di trismester terakhir (bulan ke-9), hanya boleh 0, 5 hingga 1 kg. Kalori ini didapatkan dengan mengkonsumsi kacang-kacangan, buah, sereal, beras merah, sayur, kentang.

Protein

Protein sangat diperlukan untuk membangun, memperbaiki, dan mengganti jaringan tubuh dan Ibu hamil sangatlah memerlukan tambahan nutrisi protein agar pertumbuhan janin optimal. Protein ini didapatkan pada tahu, tempe, daging, ayam, ikan, susu, dan telur.

Kalsium

Penelitian menunjukkan bahwa janin memerlukan 13 mg kalsium dari darah ibu. Janin memerlukan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan giginya. Jika jumlah kalsium yang ia dapatkan kurang, maka ia akan mengambilnya dari tulang. Akibatnya ibu hamil dapat mengalami pelunakan tulang (osteomalasia) nantinya. Sehingga ibu hamil sangat dianjukan untuk memakan makanan yang tinggi kalsium yang bisa di dapatkan pada produk makanan, susu, tahu, brokoli, kacang-kacangan.

Zat besi

Kekurangan zat besi akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin menjadi terhambat dan dapat meningkatkan resiko cacat (mortalitas) pada janin. Karena kebutuhan zat besi sulit dipenuhi dari diet pola makan, maka terkadang pemakaian suplemen disarankan. Zat besi dapat di peroleh dengan mengkomsumsi bayam, daging merah, hati, ikan, unggas, kerang, telur, kedelai.

Asam folat (vitamin B)

Asam folat yang dikonsumsi sejak masa pembuahan dan awal kehamilan mampu mencegah cacat lahir pada otak dan tulang belakang. Penelitian menunjukkan resiko kelainan tulang belakang (spina bifida) dan kelainan ronggga otak (anensefali) menurun hingga 50%. Sangat disarankan untuk mendapatkan 400 mg asam folat per hari. Asam folat didapatkan dengan mengkonsumsi jus jeruk bayam, oatmeal, brokoli, stoberi, dan roti.

Cairan

Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketuban. Minum setidaknya 6 hingga 8 gelas setiap harinya. Mengurangi asupan cairan tidak akan mengurangi bengkak yang Anda alami. Akan tetapi dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Konsumsi cairan yang terbaik adalah air putih, selain itu Anda juga dapat mengkonsumsi sup, jus, dan teh.

Garam

Garam dapat membantu mengatur air dalam darah. Kebutuhan tubuh akan garam sedikit, sekitar 2000 hingga 8000 mg per hari. Beberapa ibu yang terkena darah tinggi atau preeklamsia bahkan tidak memerlukan tambahan akan konsumsi garam Makan dengan porsi kecil tapi sering untuk menhilagkan rasa mual yang berlebihan Menghindari makan daging kurang matang dan penanganan kotoran kucing, dan memastikan untuk mengenakan sarung tangan saat berkebun karena dapat mengakibatkan peningkatan resiko infeksi dari bakteri . Aktifitas fisik selama kehamilan dapat memberikan keuntungan bagi ibu hamil dan bayi yang sedang dikandung dengan mengurangi ketidaknyamanan dan kelelahan, memberikan rasa kesejahteraan, dan meningkatkan kemungkinan pemulihan awal setelah melahirkan. Light untuk olahraga ringan selama kehamilan dan kembali memperkuat otot-otot perut, yang membantu untuk meningkatkan postur yoga. Berlatih, berjalan, berenang, dan bersepeda pada sepeda stasioner biasanya latihan aman bagi ibu hamil. Tapi selalu periksa dengan dokter Anda sebelum memulai apapun latihan, terutama selama kehamilan . Istirahat yang cukup Menghindari meggunakan obat-obatan ketika sedang hamil

6.

7. 8.

PERAN PERAWAT Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses. Care Giver : Pada peran ini perawat diharapkan mampu Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. 2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis. Dalam kasus perawat memberikan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah plasenta previe Conselor : Perawat senantiasa menjadi tempat cerita klien. Di kasus pasien cemas akan kandungannya, maka perawat harus memberikan motivasi dan membiarkan klien untuk cerita agar menjadi tenang. Client Advocate (Pembela Klien) 1.

1.
2.

Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140). Educator Pemberi layanan pendidikan khususnya pendidikan kesehatan bagi klien, keluarga, dan komunitas dimana klien tinggal.

Colaborator Perawat senantiasa berkolaborasi dengan tim tenaga kesehatan lain demi kepentingan pemenuhan kesehatan klien.

Anda mungkin juga menyukai