Anda di halaman 1dari 6

SIFILIS

DEFINISI Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Trepnema pallidum. Bersifat sangat kronik dan bersifat sistemik.

SINONIM Biasa disebut lues venerela. Atau di Indonesia lebih dikenal dengan raja singa.

EPIDEMIOLOGI Di Indonesia insidensnya meningkat pada daerah yang memiliki aktifitas seksual tinggi. Dapat ditularkan dari ibu ke janin. Dan penderita terbanyak pada fase laten.

ETIOLOGI Disebabkan oleh Treponema pallidum, termasuk ordo Spirochetales, familia Spirochaetaceae, dan genus Treponema. Bentuknya spiral teratur, tersiri dari 8-24 lekukan. Gerakan rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Berkembang biak melalui pembelahan melintang pada stadium aktif 3 jam dan tidak dapat membiak di luar badan.

PATOGENESIS Stadium Dini Terdapat mikrolesi dikulit atau selaput ledir Penderita bersenggama (penularan) Treponema pallidum masuk ke dalam kulit Kuman berkembang biak Reaksi inflamasi di jaringan Jaringan bentuk infiltrate (sel limfosit dan sel plasma) Memasuki stadium laten (tidak ditemukan gejala klinis pada pasien) Pada keadaan yg belum pasti diketahui terjadi ketidakseimbangan antara treponema dan jaringan. Terbentuk guma (stadium 3) Stadium Lanjut Infeksi T.pallidum aktif masih terdapat pada penderita

Pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T.pallidum dan sel-sel radang Menyebabkan perubahan hipertrofik endothelium. Kehilangan perdarahan Erosi (stadium 1) Kuman sampai di KGB regional secara limfogen dan berkembang. Menjalar secara hematogen, menyebar ke semua jaringan Terjadi reaksi jaringan 6-8mgg (stadium 2) Erosi (stadium 1) akan sembuh perlahan karena jumlah kuman berkurang Terbentuk fibroblast Sembuh membentuk sikatriks

Guma bersifat destruktif, dapat berlangsung bertahun-tahun, dan dapat timbul di tempat lain. Treponema dapat mencapai kardiovaskular dan saraf

GEJALA KLINIS Sifilis primer (S I) 2-4 minggu Sifilis Dini Ditemukannya papul lenticular permukaannya menjadi erosi ulkus. Ulkus berentuk bulat, soliter, bagian bawahnya terdapat jaringan granulasi berwarna merah dan bersih, di atasnya terdapat serum. (ulkus durum)

Kedua kelainan tersebut disebut afek primer. Umumnya berlokasi pada genitalia eksterna. Pria : sulkus coronaries ; wanita : labia minor dan mayora. Afek primer dapat sendiri 3 sampai 10 mgg. Terdapat pembesaran KGB inguinalis.

Sifilis sekunder (S II) Timbul setelah 6-8 mgg setelah SI

Gejala umumnya tidak berat, berupa anoreksia, turun BB, nyeri kepala, sub-febris, arthralgia. Lesi kulit yang membasah (eksudatif) pada S II sangat menular Kelainan kulit pada S II umumnya tidak gatal. S II dibagi menjadi S II dini dan S II lanjut. Pada S II dini kelainan kulit genaralisata, simtrik, lebih cepat hilang (dlm beberapa hari-mgg). Pada S II lanjut kelainan tidak generalisata, tidak simetrik, dan lebih lama bertahan (minggu-bulan)

Bentuk lesi 1. Roseola eritema macular, berbintik-bintik, atau berbercak-bercak. Warna merah tembaga, bentuk bulat atau lonjong. Sering disebut roseola sifilitika. Dapat menghilang dalam beberapa hari-minggu. Atau dapat bertahan hingga beberapa bulan. Jika menghilang umumnya tanpa bekas, kadang dapat meninggalkan bercak hipopigmentasi. 2. Papul bertuk yang paling sering dilihat pada S II. Bentuknya bulat, dapat berskuama (papulo-skuamosa). Jika papul menghilang akan meninggalkan bercak hipopigmentasi (leukoderma sifilitikum). 3. Pustule bentuk ini jarang terdapat. Diawali dengan terbentuknya banyak papul yang kemudian menjadi vesikel dan selanjutnya membentuk pustule. Timbulnya pustule ini sering diikuti oleh demam yang intermiten. 4. Bentuk lain terdapat banyak papul, pustule, dan krusta mirip impetigo (sifilis impetiginosa) S II pada mukosa - Biasanya timbul bersama-sama dengan eksentema pada kulit. Terutama terdapat pada mulut dan tenggorok. - Awalnya berupa macula eritematosa membentuk eritema difus. - Terdapat keluhan nyeri tenggorok. Terutama pada saat menelan. - Pada daerah yang eritema kadang terbentuk bercak putih keabu-abuan, dapat erosive dan nyeri. S II pada rambut - Pada S II dini sering terjadi kerontokan rambut, bersifat difus dan tidak khas (alopesia difusa) - Pada S II lanjut seing di temui kerontokan di berbagai tempat. Pada daerah yang mengalami kebotakan

terdapat bercak-bercak roseola/papul.

yang

disebabkan

oleh

S II pada kuku - Kelainan pada kuku jarang dijumpai. - Warna kuku dapat berubah menjadi putih, kabur, dan kuku menjadi rapuh. - Bagian distal kuku terjadi hiperkeratotik kuku terangkat. (onikia sifilitika) S II pada alat lain 1. KGB umumnya seluruh KGB superfisial membesar. 2. Mata pada S II lanjut terjadi uveitis anterior (jarang) 3. Hepar kadang terjadi hepatitis, dan hepar membesar. 4. Tulang sendi jarang dikenai, kadnag berbentuk efusi. Kelainan berupa pembengkakan, tidak nyeri dan pergerakan tidak terganggu. 5. Saraf pemeriksaan Cairan cerebrospinal didapatkan peningkatan jumlah sel dan protein. Terjadi peningkatan TIK nyeri kepala, muntah dan edema papil. (jarang) Sifilis laten dini Sifilis stadium rekuren Tidak ditemukan gejala klinis dan kelainan. Namun, infeksi masih ada dan aktif. Gejala klinis muncul kembali seperti pada S II Serologic yg negative kembali menjadi positif. Hal ini dapat terjadi pada pada sifilis yang tidak diobati atau yang mendapatkan pengobatan tidak adekuat. Sifilis Lanjut Pada stadium ini umumnya tidak menular. Masa laten berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup. Pada pemeriksaan bisa terdapat sikatriks bekas S I. kadang terdapat pula banyak kulit hipertrofi lentukular pada badan bekas papul S II. Lesi pertama umumnya terlihat antara 3 10 tahun setelah S I. Kelainan yang khas adalah terdapat guma infiltrate sirkumskrip, kronis, biasanya melunak dan destruktif. Besar guma bervariasi dari lenticular sampai plakat. Kulit di bagian atas mula-mula tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut dan dapat digerakkan setelah beberapa bulan melunak, dimulai dari bagian

Sifilis laten lanjut

Sifilis tersier (S III)

tengah dan tanda-tanda radang mulai tampak kulit menjadi eritematosa dan melekat pada guma terjadi perforasi keluar cairan seropurulen kadang disertai oleh jaringan nekrotik tempat proliferasi akan meluas menjadi ulkus lonjong/bulat, dinding curam beberapa ulkus berkanfluensi membentuk pinggir yang polikistik. Di temukan pula adanya nodus Nodus lebih superfisial, lebih kecil, lebih banyak, cenderung untuk bergerombol, tersebar, berwarna merah kecoklatan. Mula- mual timbul di kutan kemudian ke epidermis Pertumbuhan lambat, meninggalkan sikatriks yang hipotrofi. Dalam perkembangannya mirip guma, nekrosis di bagian tengah dan membentuk ulkus.

S III pada mukosa - Guma ditemukan di selaput lender, dapat setempat atau menyebar S III pada tulang - Paling sering menyerang tibia, tengkorak, bahu, femur, fibula, dan humerus. Dapat didiagnosis dengan sinar-x S III pada organ dalam - Hepar merupakan organ intraabdominal yang paling sering diserang. Guma akan membentuk lobus tidak teratur (hepar lobatum) - Esophagus dan lambung guma akan menyebabkan fibrosis. PEMBANTU DIAGNOSTIK Pemeriksaan T.pallidum Mengambil serum dari lesi kulit lihat bentuk pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap Treponema akan tampak putih dr latar belakang gelap, pergerakkannya memutar terhadap sumbunya, bergerak perlahan melintasi lapang pandang Test Serologik Sifilis Test non-treponemal - test fiksasi komplemen - test flokulasi : VDRL : (+) bila titer atau lebih (24mgg sejak S I timbul) Test treponemal - test imobilisasi Pemeriksaan lain Rontgen : untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi pada S II, SIII, dan sifilis kongenital Juga pada sifilis cardiovascular untuk melihat adanya aneurisma aorta.

PENATALAKSANAAN

test fiksasi komplemen test imunofluoresen test hemoglutinasi

1. Penisilin i) Penisilin G Benzatin 4,8 juta unit I.M 1x/minggu ii) Penisilin G Prokain dalam aqua dosis total 6 juta unit, diberi 0,6 juta unit/hari (10 hari) iii) Penisilin G Prokain + 2% alumunium monostearat dosis total 4,8 juta unit, diberi 1,2 juta unit/ kali (2 kali/ minggu) 2. Antibiotik lain i) Tetrasiklin 4 X 500 mg / hari ii) Eritromisin 4 X 500 mg / hari iii) Doksisiklin 2 X 100 mg / hari Untuk S I dan S II lama pengobatan 15 hari, untuk stadium laten lama pengobatan 30 hari. Seftriakson setiap hari 2 gr, dosis tunggal I.M / I.V selama 15 hari Sefalekin 4X500 mg / hari (15 hari) Azitomisin 500 mg / hari dosis tunggal (10 hari)

PROGNOSIS o pada sifilis dini yang diobati kesembuhan 95%. Sembuh dalam 7-14 hari tapi pembesaran KGB dapat menetap sampai berminggu-minggu o jika sifilis tidak diobati akan mengalami kekambuhan baik secara klinis maupun serologic dan dapat menyebar ke jaringan.

Anda mungkin juga menyukai