Anda di halaman 1dari 28

INFEKSI TELINGA

I. Anatomi telinga a. Telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. 1

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1 Telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan bunyi dan menghantarkannya secara langsung ke membran timpani. Pada orang dewasa panjang liang telinga luar sekitar 2,5 cm, dan memberikan resonansi pada frekuensi 3-4 kHz.2

b. Telinga tengah Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.1 Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, yaitu bagian atasdepan, atas-belakang, bawah-depan dan bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.

Tulang

pendengaran

di

dalam

telinga

tengah

saling

berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.

Stapes terletak pada tingkat lonjong yang berhubungan dengan koklea.1,2 persendian.1 Hubungan antar tulang pendengaran merupakan

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.1

c. Telinga dalam Telinga dalam merupakan suatu sistem labirin membranosa yang melekat pada tulang. Telinga dalam terdiri dari organ akhir pendengaran (koklea/rumah siput) yang bertanggung jawab untuk mendeteksi suara dan organ akhir vestibuler (utrikulus, sakula dan kanalis semisirkularis) yang berfungsi dalam keseimbangan.2 Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. 1 Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala

vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti.1 Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.1

II. Perikondritis Perikondritis adalah radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasanya terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi dan sebagai komplikasi pseudokista daun telinga. Penyebab tersering pada perikondritis yaitu Pseudomonas sp. Penanganan meliputi insisi dan drainase jika terdapat cairan purulen dan/atau antibiotik. Perikondritis dapat pula merupakan hasil dari proses inflamasi. Kondisi ini berhubungan dengan penyebab autoimunologik dan sering melibatkan tulang rawan lain seperti hidung, leher (laring), dan dada (trakea, tulang rawan iga). Pada kasus seperti ini penanganan meliputi pemberian steroid dan pengontrol nyeri.2 Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa mengerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga (cauliflower ear).1

Cauliflower ear

III. Otitis eksterna Otitis eksterna ialah radang kanalis auditorius eksternus akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.1 Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengeluarkan serumen, terdapatnya benda asing, ataupun menggaruk kulit liang telinga.2

a. Otitis eksterna sirkumskripta Sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen sehingga dapat terjadi infeksi pilosebaseus dan membentuk furunkel. Penyebab tersering antara lain Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Patogenesis terjadinya otitis eksterna yaitu pada tahap preinflamasi, telinga terpajan pada faktor predisposisi seperti panas, kelembapan, maserasi, ketidakadaan serumen dan pH yang basa. Hal ini dapat menyebabkan edema pada stratum korneum dan oklusi pada papilosebaseus. Pada tahap inflamasi terjadi pertumbuhan berlebihan dari bakteri disertai edema yang progresif dan rasa nyeri. Resolusi yang tidak komplit atau inflamasi persisten lebih daru 3 bulan menyebabkan stadium inflamasi kronik.3

Gambar. Otitis Eksterna Sirkumskripta4

Gejala berupa rasa nyeri hebat akibat kulit liang telinga tidak memiliki jaringan longgar di bawahnya sehingga rasa nyeri timbul saat penekanan prikondrium dan saat membuka mulut. Jika furunkel

besar dapat menyebabkan penurunan pendengaran karena menyumbat liang telinga.1 Terapi tergantung dari keadaan furunkel. Aspirasi dilakukan jika terjadi abses. Antibiotik seperti polymixin atau bacitrasin atau antiseptik (asam asetat 2-5%) diberikan secara lokal. Obat analgetik dapat diberikan untuk mengatasi nyeri. Jika dinding furunkel tebal dapat dilakukan insisi, kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanahnya.1

b. Otitis eksterna difus Biasanya terjadi pada dua pertiga kulit liang telinga luar bagian dalam. Liang telinga tampak hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Etiologi tersering antara lain Pseudomonas. Selain itu juga Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi pada otitis media supuratif. Gejalanya berupa nyeri tekan tragus, liang telinga menyempit, sekret berbau dan disertai pembesaran dan nyeri tekan kelenjar getah bening regional. Sekret pada otitis eksterna difus tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. 1

Pengobatan dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga agar terdapat kontak yang baik antara obat dan kulit yang meradang atau kadang diberikan antibiotik sistemik.1

c. Otomikosis Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Penyebab tersering adalah

Pityrosporum, Aspergilus, Candida albicans dan jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis. 1

Gejala berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pengobatan dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Terkadang diperlukan juga obat anti jamur yang diberikan secara topikal yang mengandung nistatin dan klotrimazol.1 Otomikosis berulang atau kronik memerlukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyebabnya seperti sistem imun yang menurun.2

d. Otitis eskterna maligna Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes melitus dimana terjadi peningkatan pH serumen dibanding pasien non diabetik, sehingga lebih mudah terkena otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromise dan mikroangiopati dapat menyebabkan otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna.1

10

Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang sekitar sehingga menyebabkan kondritis, osteitis dan osteomielitis yang

menghancurkan tulang temporal. Gejala otitis eskterna maligna dapat berupa rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri yang semakin berat, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Liang telinga dapat tertutup oleh pertumbuhan jaringan granulasi. Jika saraf fasialis terkena, dapat timbul paresis atau paralisis fasial.1 Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis progresif yang disebabkan Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel pada pasien diabetes mellitus berat dan kadar gula yang tinggi akibat infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat. Pengobatan harus cepat diberikan sesuai hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeroginosa, diberi antibiotik dosis tinggi sesuai bakteri tersebut. Pengobatan dengan antibiotik golongan fluoroquinolon dosis tinggi per oral sambil menunggu hasil kultur dan uji resistensi. Jika infeksi terlalu berat dapat diberikan antibiotik parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan aminoglikosida selama 6-8 minggu. Antibiotik lain yang sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillinclavulanat, piperacilin, ceftriaxone, ceftazidine, cefepime, tobramicin, gentamicin. Selain obat-obatan, perjalanan penyakit.1 seringkali diperlukan tindakan

membersihkan luka (debrideman) secara radikal untuk memperlambat

IV. Otitis media Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba estachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Secara mudah terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif

11

(serosa, sekretoria, musinosa, efusi). Masing-masing golongan memiliki bentuk akut dan kronis.

a. Otitis media akut Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologis terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan kator penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Disebutkan pula bahwa salah satu pencetus otitis media akut adalah infeksi saluran napas atas. Pada bayi, terjadinya otitis media akut dipermudah oleh karena tuba eustachius pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Kuman penyebab utama pada otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi pada otitis media akut terdiri atas 5 stadium:1 1) Stadium oklusi tuba eustachius Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi dapat erjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

12

2) Stadium hiperemis Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudatif yang serosa sehingga sulit terlihat.1

3) Stadium supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di

13

kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta nyeri telinga bertambah berat. Apabila tekanan di kavum timpani akibat nanah tidak berkurang, maka dapat terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler serta timbul tromboflebitis pada vena kecil dan nekrosis pada mukosa dan submukosa. Nekrosis pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan mirigotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan bila terjadi ruptur maka lubang tempat ruptur tidak mudah menutup kembali. 1

4) Stadium perforasi Ruptur membran timpani dapat terjadi karena terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi sehingga

14

dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.

5) Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman penyebab rendah dapat terjadi resolusi meskipun tanpa pengobatan. Otitis media akut dapat menjadi otitis media supuratif kronik bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar secara terus menerus atau hilang timbul. Otitis media akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi. Gejala klinis otitis media akut bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang tinggi,

15

biasanya terdapat riwayat batuk dan pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau pendengaran menurun. Pengobatan otitis media akut tergantung pada stadium penyakitnya. 1) Stadium oklusi Pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang serta mengatasi infeksi. Diberikan obat tetes hidung, HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak usia dibawah 12 tahun atau HCL efedrin 1% untuk anak diatas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati, antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah bakteri, bukan virus atau alergi. 2) Stadium hiperemis Pengobatan yang diberikan adalah antibiotik, obat tetes hidung dan analgetika. Antibiotik yang dianjurkan adalah golongan penisilin atau ampisilin selama 7 hari. Terapi awal diberikan penisilin secara intramuskular agar konsentrasinya dalam darah adekuat untuk mencegah mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Jika didapatkan alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg/BB per hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritomisin 40 mg/kg BB per hari. 3) Stadium supurasi Selain dengan pemberian antibiotik, idealnya disertai

miringotomi bila membran timpani masih utuh agar gejala klinis cepat reda dan ruptur dapat dihindari.

16

4) Stadium perforasi Pengobatan diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat. Sekret biasanya akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari. 5) Stadium resolusi Pada stadium ini membran timpani akan berangsur menjadi normal, tidak ada sekret lagi, dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi, sekret akan mengalir di liang telinga luar melalui perforasi yang disebabkan berlanjutnya edema di mukosa liang telinga tengah. Pada keadaan ini, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila setelah 3 minggu pengobatan sekret masih banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak.1

b. Otitis media supuratif kronis Definisi dan perjalanan penyakit Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. 1 Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah, gizi kurang dan higiene buruk.

17

Jenis OMSK Letak perforasi di membran timpani penting untuk

menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. 1 Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.

OMSK dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna. Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral dan umumnya tidak terjadi komplikasi yang berbahaya serta tidak terjadi kolesteatoma. Pada OMSK tipe maligna terjadi kolesteatoma, perforasi terjadi di marginal atau atik serta terjadi komplikasi yang berbahaya. Sedangkan berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dengan sekret yang keluar dari kavum timpani

18

secara aktif dan OMSK tipe tenang yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering. 1

Kolesteatoma Merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Sebagaimana diketahui bahwa seluruh epitel kulit pada tubuh berada pada lokasi yang terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga bila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut akan terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma.1 Banyak teori mengenai pathogenesis dari kolesteato yaitu teori migrasi, invaginasi, implantasi dan metaplasi. Kolesteatom adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah atau merupakan epitel kulit yang terperangkap. Kolesteatom

diklasifikasikan atas 2 jenis yaitu:

19

1. Kolesteatom kongenital Kolesteatom kongenital terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga dengan membran timpani yang utuh tanpa tanda-tanda infeksi. 2. Kolesteatom akuisital a. Kolesteatom akuisital primer Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom terbentuk karena adanya proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat adanya gangguan tuba. b. Kolesteatom akuisital sekunder Kolesteatom ini terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani. Kolesteatom terbentuk sebagai akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau terjadi akibat metaplasi mukosa cavum timpani karena iritasi dan infeksi yang berulang lama. Kolesteatom merupakan media pertumbuhan kuman yang baik dan kuman yang paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas auruginosa. Sebaliknya infeksi dapat memicu sistem imun lokal yang mengakibatkan produksi berbagai macam mediator inflamasi dan berbagai sitokin. Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruktif dan mampu berangiogenesis.

20

Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis tepat baru dapat ditentukan di ruang operasi namun terdapat beberapa gejala klinis khas yang dapat membantu menegakkan diagnosis yaitu adanya perforasi marginal atau perforasi atik. Tanda ini merupakan tanda awal dari OMSK tipe maligna. Pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatom pada telinga tengah, secret berbentuk nanah dan berbau khas atau terlihat foto kolesteatom pada foto rotgen mastoid.1

Diagnosis Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan

pemeriksaan audiometri murni. Pemeriksaan lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.

21

Tatalaksana Terapi pada OMSK memerlukan waktu lama dan berulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh kembali. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan seperti (1) adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan lingkungan luar, (2) terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, (4) gizi dan higiene yang kurang.1 Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah dengan terapi konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret terus menerus keluar maka diberi H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang dilanjutkan dengan pemberian obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid, sebaiknya diberikan tidak lebih dari 1 atau 2 minggu. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin. Bila sekret telah kering, tapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Tujuannya untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki perforasi pada membran timpani, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Sedangkan pada OMSK tipe maligna prinsip pembedahannya adalah dengan pembedahan, yitu mastoidektomi.1

22

23

24

Komplikasi Otitis media supuratif baik yang akut maupun kronik mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Komplikasi sering terjadi pada OMSK tipe maligna, namun pada tipe benigna juga dapat terjadi bila virulensi patogen tinggi.

Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah yang normal dilewati, sehingga infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitarnya. Pertahanan pertama adalah mukosa kavum timpani yang mampu mengisolasi infeksi. Bila sawar ini rusak, sawar kedua adalah dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid, sehingga jika sawar ini runtuh, jaringan di sekitarnya akan mengalami infeksi. Kerusakan periostium akan menyebabkan terjadinya abses

subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis n. Fasialis atau labirinitis. Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses

25

otak. Ketika sawar tulang rusak, terdapat sawar ketiga yaitu terbentuknya jaringan granulasi. Pada otitis media supuratif akut atau suatu eksaserbasi akut, penyebaran biasanya melalui

osteotromboflebitis (hematogen). Pada kasus kronis, penyebaran terjadi melalui erosi tulang, melalui toksin yang masuk melalui beberapa jalan, seperti fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perlimfatik dan duktus endolimfatik. Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui

dengan, (1) komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, (2) dapat terjadi pada hari pertama sampai hari kesepuluh, gejala prodormal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis lokal, (3) pada operasi didapatkan dinding telinga tengah utuh dan tulang serta lapisan mukoperiosteal, meradang dan mudah berdarah sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika. Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila (1) komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit, (2) gejala prodromal infeksi lokal biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas misalnya paresis n. Fasialis ringan yang hilang timbul mendahului paresis n. Fasialis yang total atau gejala meningitis lokal yang mendahului meningitis purulen. (3) Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara fokus supurasi dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada dapat diketahui bila (1) komplikasi terjadi pada awal penyakit, (2) ada serangan labirinitis dan atau meningitis berulang, mungkin terdapat riwayat fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang atau riwayat otitis media yang sudah sembuh dan (3) pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang bukan karena erosi.1 Klasifikasi komplikasi otitis media supuratif kronik menurut Adams dkk sebagai berikut :

26

1. Komplikasi di telinga tengah a. Perforasi membran timpani persisten b. Erosi tulang pendengaran c. Paralisis nervus fasialis 2. Komplikasi di telinga dalam a. Fistula labirin b. Labirinitis supuratif c. Tuli saraf (sensorineural) 3. Komplikasi ekstradural a. Abses ekstradural b. Trombosis sinus lateralis c. Petrositis 4. Komplikasi ke susunan saraf pusat a. Meningitis b. Abses otak c. Hidrosefalus otitis

V. Labirinitis Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut labirinitis umum, dengan gejala umum vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.1 Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus. 1 Pada labirinitis serosa, toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang

27

menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel seperti fibrosis dan osifikasi. Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghingkan infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang diperlukan juga drainase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotik yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan/tanpa kolesteatoma. 1

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. 2. Jafek WB., Bruce WM., ENT Secret. 3th edition. Elsevier Inc. 2007. 3. Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2nd edition. United States: McGraw Hill. 4. Irwan, Abla GI., Atlas Berwarna Teknik Pemeriksaan Kelainan Telinga Hidung Tenggorokan. Jakarta: EGC; 2007.

Anda mungkin juga menyukai