Anda di halaman 1dari 14

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA Jl.

Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Dhuwur, Semarang 50234 USULAN PENELITIAN Nama NIM Judul yang diusulkan : Wima Prihananda : 03.70.0127 :

Evaluasi Dan Perbandingan Kandungan Logam Berat (Cu, Cd, Fe, Pb, Zn) Pada Sayuran Kangkung Yang Berasal Dari Kawasan Industri Sayung Kabupaten Demak Dan Bandungan Kabupaten Semarang. ABSTRAK Kangkung adalah salah satu jenis sayuran hijau yang sering sekali dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kangkung digemari karena harganya yang relatif murah, mudah diolah dan memiliki kandungan gizi yang diperlukan tubuh seperti karbohidrat, vitamin dan mineral. Selain itu budidaya tanaman kangkung sangat mudah dilakukan, kangkung dapat ditanam pada berbagai kondisi iklim dan cuaca serta tidak memerlukan perawatan khusus. Akan tetapi lokasi penanaman serta faktor lingkungan dapat mempengaruhi kandungan yang terdapat dalam kangkung. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan mengevaluasi kandungan logam berat di tinjau dari lokasi penanaman. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Metode yang dipilih destruksi sampel dan pengukuran kandungan logam dengan flame AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan Microsoft Excell 2003 dan untuk penyajian data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows version 12.0 Kata kunci : Kangkung, Logam Berat (Cu, Cd, Fe, Zn, dan Pb), AAS.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Urban agriculture atau pertanian perkotaan adalah suatu sistem bercocok tanam yang dilakukan di daerah perkotaan. Pertanian perkotaan hampir sama seperti pertanian pada umumnya, hanya saja dalam sistem pertanian perkotaan tidak menggunakan lahan khusus seperti pada pertanian di desa pada umumnya. Dalam pertanian perkotaan biasanya hanya menggunakan lahan sisa seadanya karena keterbatasan lahan yang ada di kota. Pertanian perkotaan dilakukan karena kebutuhan masyarakat kota yang cukup tinggi akan hasil pertanian, terlebih jika letak desa penghasil pertanian jauh dari kota tersebut. Masyarakat kota juga biasanya lebih suka memilih sesuatu yang praktis dan cepat, termasuk juga sayuran dan hasil pertanian lainnya. Hal lain seperti biaya produksi dan distribusi yang murah juga menjadi pertimbangan munculnya sistem urban agriculture di kota-kota besar.

1.2. TINJAUAN PUSTAKA


Sayuran hijau umumnya mudah di dapat dan harganya relatif murah, seperti daun singkong, kangkung, bayam dan lain lain. Berdasarkan warnanya, sayuran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sayuran hijau tua seperti daun singkong, kangkung, dan bayam; sayuran hijau muda seperti seledri dan selada, dan sayuran yang hampir tidak berwarna seperti sawi putih dan kol. Pada sayuran, semakin hijau warnanya maka kandungan karotennya akan semakin tinggi pula ( Abdillah, 2005). Kangkung dengan nama latin ipomoea aquatica forsk atau ipomoea reptans poir1 merupakan tanaman sayuran yang umurnya bisa lebih dari 1 tahun. Pertumbuhannya menjalar atau membelit pada tanaman di sekitarnya. Ia merupakan jenis tanaman sayuran daun dan dapat dimasukkan dalam famili Convolvulacea. Daun kangkung berukuran panjang dan berwarna hijau keputih-putihan. Ada dua jenis kangkung, yaitu: (1) kangkung rabut, dengan daun licin dan berbentuk mata panah yang berwarna hijau pucat, dan bunganya berwarna putih dengan bentuk kantung yang mengandung empat biji benih; dan

(2) kangkung petik, dengan daun lebar dan tirus berwarna hijau kelam serta bunga berwarna putih keunguan. Di dalam Kangkung terdapat kandungan vitamin A, vitamin B1, vitamin C, protein, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, hentriakontan, dan sitosterol. Berdasarkan penelitian, bahan-bahan yang dikandung oleh Kangkung memiliki manfaat untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan dan sebagai antiracun (http://khasiatbuah.com/kangkung.htm). Klasifikasi tanaman kangkung adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Asteridae Ordo: Solanales Famili: Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan) Genus: Ipomo Spesies: Ipomoea aquatica Forsk. (Kemal Prihatman,2000). Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar). Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya

berbentuk terompet dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung. Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitamhitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative (Rahmat Rukmana, 1995). Adapun kandungan gizi kangkung per 100 gr dapat dilihat pada tabel. Tabel. 1 Kandungan gizi kangkung per 100 gram bahan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kalori (Kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Vitamin A (SI) Vitamin C (mg) Vitamin B1 (mg) Kalsium (mg) Fosfor Unsur Gizi Jumlah 729 3 0,3 5,4 6300 32 0,07 73 50 2,5 57,2

10 Zat Besi (mg) 11 Air Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI. Dalam (Haryoto, 2009).

Manusia dan lingkungan hidupnya memiliki hubungan yang timbal balik. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dan sekitarnya manusia dipengaruhi oleh lingkunga hidupnya. Manusia ada di dalam lingkungan hidupnya dan ia tidak dapat terpisah dari padanya. Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia. Selain itu juga di sebabkan perubahan pola penggunaan energi dan materi (Sastrawijaya, 2000)

Penurunan mutu lingkungan dapat terjadi karena pencemaran limbah industri dan limbah rumah tangga yang mengakibatkan penimbunan senyawa beracun oleh tumbuhan dan hewan yang di konsumsi manusia. Banyak studi yang menunjukan bahwa tanaman dan hewan yang di bududayakan di lingkungan yang tercemar akan menghasilkan bahan pangan yang tercemar pula, akhirnya manusia selaku konsumen akan menghadapi resiko gangguan kesehatan jika terpaksa mengkonsumsi bahan bahan pangan yang tercemar tersebut. Industrialisasi dan urbanisasi telah terbukti menyebarkan berbagai senyawa pencemar ke lingkungan, termasuk logam beracun (Widianarko, 2002a) Di beberapa daerah, pencemaran terjadi karena limbah dari industri, rumah tangga, dan pencemaran dari logam (Fardiaz, 1992). Akibatnya muncul berbagai persoalan terutama yang menyangkut mutu lingkungan hidup akibat pencemaran yang terjadi di air permukaan, air bawah tanah, tanah , dan hewan yang di budidayakan di lingkungan yang tercemar akan menghasilkan bahan pangan yang tercemar pula, termasuk meningkatnya senyawa pencemar. Industrialisasi dan urbanisasi telah terbukti menyediakan berbagai senyawa pencemar ke lingkungan, termasuk logam beracun (Widianarko, 2002 dalam Purwanti, 2003). Pencemaran lingkungan di Indonesia terus menigkat, seperti halnya di negara negara berkembang terjadi peningkatan senyawa pencemar seiring dengan perkembangan kombinasi di tiga sektor yaitu pertanian, industri, dan jumlah penduduk. Degradasi lingkungan akan secara langsung menurunkan produksi pangan yang dihasilkan. Dari banyak studi yang dilakukan telah diketahui adanya senyawasenyawa pencemar lingkungan yang terperangkap di dalam bahan dan produk pangan, pada hewan akuatik, senyawa pencemar dapat diambil dari air dan sedimen (Widianarko, 2002b). Setiap senyawa beracun yang terlepas ke lingkungan akan tersebar dan kemudian tertimbun dalam maturik biologi dan kimia untuk selanjutnya menimbulkan dampak pada inangnya atau ditransfer kepada inangnya yang lebih tinggi, atau dapat juga mengalami perubahan sifat, baik fisikawi maupun kimiawi. (Widianarko, 1998).

Salah satu substansi pencemar yang berbahaya adalah logam berat (Freedman, 1989), kontaminsai logam berat di lingkungan merupakan masalah besar bagi dunia saat ini. Permasalahan spesifik logam berat di lingkungan terutama karena akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaanya di alam, serta meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara, dan air meningkat. Proses industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap meningkatnya kontaminsai tersebut. Suatu organisme akan kronis apabila produk yang dikonsumsi mengandung logam berat (Suhendrayatma, 2001). Masuknya logam berat kelingkungan berasal dari sumber sumber lainya yang meliputi: pertambangan minyak, emas, keramik, pestisida, pabrik pupuk, dan kegiatan industri lainya. Kontaminasi ini akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya usaha eksploitas berbagai sumber alam dimana logam berat terkandung didalamnya. (Suhendrayatma, 2001). Beberapa penelitian meneliti tentang logam berat seperti timbal, zinc, dan cadmium pada tanaman karena sangat berhubungan dengan masalah lingkungan dan juga kemampuan untuk terakumulasi. Logam-logam tersebut dapat ditemukan secara alamiah di lingkungan tetapi aktivitas industri akan meningkatkan levelnya yang akan mengakibatkan polusi (Onyedika, G.O&Nwosu G.U, 2008). Sebuah penelitian menunjukan bahwa tanah atau lahan yang terletak di pinggir jalan akan diperkaya oleh Pb dan juga logam berat lain yang berasal dari emisi kendaraan. Lahan pinggir jalan yang terkontaminasi akan menimbulkan bahaya kesehatan jika logam-logam tersebut terkirim atau terseber ke tendon lain. Tanah yang terkontaminasi ini akan menjadi suatu bentuk yang akhirnya akan menjadi sumber bioakumulasi. Perpindahan logam berat dari tanah menuju tanaman merupakan bagian dari fungsi sifat fisiko-kimia dari tanah maupun dari tanaman (Ano,A.O, et all. 2007). Sumber dari logam berat pada tanaman adalah media tumbuh tanaman itu sendiri. Logam berat ini akan diserap oleh akar tanaman. Walaupun sebagian logam berat seprti Cu, Zn, Mn, dan Fe dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai nutrisi, namun banyak kandungan logam berat yang tidak memiliki dampak positif yang signifikan terhadap fisiologi tanaman. Tanaman-tanaman yang tumbuh di lingkungan tercemar akan mengakumulasi racun dari logam berat pada konsentrasi tinggi yang akhirnya akan menyebabkan resiko serius bila

dikonsumsi oleh manusia ( Okoronkwo NE, et all. 2005). Masuknya bahan pencemar (polutant) ke dalam ekosistem dapat melalui: air, udara, dan tanah. Pencemaran air dapat terjadi karena penimbunan bahan kimia atau limbah industri dan rumah tangga ke dalam air. Hal ini akan mempengaruhi kehidupan dalam air itu (Sastrawijaya, 2000). Dalam berbagai penelitian banyak di kemukakan adanya pencemaran logam beracun pada banyak sungai dan danau seperti kasus pencemaran merkuri di Minamata Jepang (Groten et all, 1994). Pencemaran di Teluk Jakarta yang disebabkan oleh kontaminasi logam Zn, Cu, Pb, Cd yang berasal dari sungai sungai yang bermuara menuju teluk (Rozanah, 2004). Penurunan mutu lingkungan hidup akhirnya dapat mengakibatkan penimbunan senyawa beracun oleh tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi manusia. Akan terjadi bioakumulasi logam ke dalam jaringan hewan dan tumbuhan yang hidup dalam ekosistem yang tercemar. Akibatnya manusia selaku konsumen akan menghadapi resiko gangguan kesehatan jika terpaksa mengkonsumsi bahan bahan pangan yang tercemar tersebut (Widianarko, 2002). Adanya pelepasan dan penyebaran substansi pencemar ke lingkungan akan menyebabkan penangkapan (uptake) dan penimbunan (accumulation) terhadap lingkungan tersebut serta mahluk hidup melalui rantai makanan. Pada mahluk hidup logam berat maupun substansi pencemar secara umum dapat masuk ke dalam tubuh melalui 4 jalu utama yaitu makanan, air, udara, dan debu (Widianarko, 2002). Masukan logam berat yang tak terkendali ke dalam tanah merupakan hal yang tidak diinginkan, karena sekalinya logam berat ini terakumulasi maka akan sangat sulit dihilangkan. Masalah yang akan dihadapi kemudian adalah keracunan pada tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang terkontaminasi. Selain itu akan mengakibatkan penangkapan oleh tanaman yang akan mengakibatkan tingkatan logam yang tinggi pada jaringan tanaman. Sebenarnya sumber utama dari pencemaran logam berat ini bisa berasal dari airvyang digunakan untuk mengairi lahan ( Okoronkwo NE, et all 2005).

Logam seperti besi (Fe), seng (Zn), dan tembaga (Cu) termasuk ke dalam logam essensial yang sangat dibutuhkan tubuh (Palar, 1994). Sedangkan logam seperti timbal (Pb), Kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) di kategorikan dalam logam non essensial. Bahkan bersifat toksik meskipun dalam jumlah kecil. Meningkatnya konsentrasi logam dalam makanan melebihi batas yang di izinkan dapat menimbulkan efek racun bagi yang mengkonsumsinya (Vries,1996). Fe merupakan meneral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu sebnyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa. Kelebihan besi dalam tubuh dapat mencapai 200 hingga 1500 mg. Kelebihan Fe dapat menyebabkan rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, dan pingsan. Angka kecakupan gizi yang dianjurkan untuk orang dewasa untuk pria adalah 13 mg/hari dan 26 mg /hari untuk wanita (Almatsier, 2002). Kandugan Zn yang terdapat dalam tubuh dapat mencapai 22,5 gram. Kelebihan Zn dapat mengakibatkan muntah, diare, demam kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Angka kecukupan gizi untuk Zn yang dianjurkan adalah 15 mg untuk pria dewasa dan wanita dewasa perharinya. Sedangkan angka kecakupan gizi (AKG) untuk Cu adalah 1,53 mg/hari dan kelebihan Cu dapat menyebabkan gagal ginjal dan dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan kematian (Almatsier, 2002).

Logam Cd di kelompokkan sebagai logam berat dengan tingkat racun yang berbahaya bagi mahluk hidup serta menduduki tingkat tertinggi sebagai pencemar. Logam berat dapat menjadi racun ketika logam tersebut tidak dapat termetabolisme oleh tubuh dan terakumulasi dalam tubuh (Groten, 1994 ; Rozanah, 2004 dan Systran, 2003). Cd secara singkat berwarna putih keperakan, ukuranya sangat kecil sehingga tidak terlihat oleh mata telanjang, selain itu Cd larut dalam air dan tidak berbau (Wingky, 2005). Cd ada dalam bahan mentah, kontaminasi yang tinggi dapt di temukan di organ internal (ginjal dan hati). Pada hewan berkaki empat, dalam sea food dan pada spesies jamur (Groten et al, 1994).

Cd akan memberi efek negatif pada sebagian enzim yang penting dalam tubuh kita. Cadmium juga dapat mengakibatkan penyakit osteomalacia (penyakit tulang), kerusakan sel darah merah dan merusak ginjal. Cadmium secara kimia mirip dengan Zinc dan ditemukan pada oksidasi tingkat +2. Secara spesifik Cd dapat menggantikan fungsi Zn pada beberapa enzim kemudian merubah stereokimia dari enzim-enzim tersebut kemudian merusak aktivitas katalisis. Pada akhirnya akan menimbulkan gejala penyakit (Okoronkwo NE, et all 2005). Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh manusia dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tubuh, menimbulkan cacat fisik, menurunkan kecerdasan melemahkan sistem saraf, dan berpengaruh ke tulang. Pencemaran logam berat sebetulnya tidak mengenal ambang batas karena jika sudah masuk ke dalam tubuh manusia, dia bersifat akumulatif atau tertimbun (Rozanah, 2004) berbahayanya unsur Cd bila terakumulasi terus dalam tubuh shingga mencapai kadar yang tinggi dan menyerang organ tubuh kita terutama ginjal dan paru paru, hal ini dapat di rasakan dalam jangka waktu 1525 tahun (Wingky, 2005).

Timbal (Pb) salah satu jenis logam berat yang berbahaya bagi tubuh. Tingginya kontaminasi timbal pada lingkungan menjakan timbal sebagai non-essential trace element yang paling tinggi kadarnya pada tubuh manusia dengan kadar 100-400 mg/berat badan. Sebagian timbal terakumulasi di dalam tulang, jeroan, hati, dan ginjal. Timbal merupakan senyawa racun yang bersifat mengganggu sistem darah, sistem urat syaraf dan juga sistem ginjal. Pada anak-anak timbal akan mempengaruhi perkembangan otak (Winarno F.G&Rahayu, T.S, 1994). Makanan yang dilaporkan memiliki kandungan timbal yang tinggi adalah makanan kaleng,

ikan, kerang-kerangan dan juga udang. Sedangkan timbal pada sayuran termasuk rendah. Sayuran yang berbentuk daun biasanya memiliki kandungan timbal lebih tinggi dibanding dengan sayuran umbi atau biji-bijian. Hasil tanaman yang berasal dari daerah dekat jalan raya dilaporkan memiliki kandungan timbal 10 kali lebih tinggi dibandingkan denganyang berada di pedesaan (Winarno F.G&Rahayu, T.S, 1994). 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan logam berat pada sayuran khususnya kangkung yang ditanam di daerah kawasan industri Sayung, Kabupaten Demak. Selain itu juga untuk membandingkan kandungan logam berat (Cu, Cd, Pb, Fe, Zn, dan Hg) yang ada di bagian daun dengan kandungan logam berat yang ditanam didaerah perkebunan dan pertanian Bandungan, Kabupaten Semarang. 2. MATERI METODA 2.1. Pengambilan Sampel Sampel berupa daun kangkung diambil dari daerah Sayung dan dari daerah Bandungan, sampel diambil dalam keadaan masih segar. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari. Pengambilan sampel di ulang sebanyak 3 kali dan setiap pengambilan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali juga. Sampel tersebut langsung dibawa ke laboratorium ilmu pangan Universitas Soegijapranata Semarang. 2.2 Analisa Fisik Sampel Analisa fisik terhadap sampel daun kangkung dilakukan dengan menimbang berat masing masing sampel dengan menggunakan neraca analitik. Sampel daun yang dihitung beratnya diulang sebanyak 3 kali ulangan. 2.3 Pengujian Kadar Air Pengukuran kadar air daun kangkung di lakukan dengan metode pengeringan (Thermogravimetric) yaitu dengan cara menguapkan air yang ada dalam bahan pangan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 100oC selama 24 jam. Setelah pengeringan sampel dipindah

dalam desikator dan kemudian ditimbang sampai mencapai berat konstan (Sudarmadji, 1998). 2.4 Analisa Logam 2.4.1. Destruksi Sampel Untuk pengukuran diperlukan sampel dalam bentuk bubuk (powder), sehingga sampel yang sudah kering ditumbuk/dihaluskan dengan mortal (Barrera et al, 2001 ). Sampel dalam bentuk bubuk (powder) didestruksi dengan menggunakan larutan asam yaitu H2SO4, HCLO4 dan HNO3 didalam ruang asam, hingga berasap putih. Sampel yang sudah didestruksi disaring dengan menggunakan kertas saring whatman 540 hingga didapatkan larutan yang jernih dan diencerkan menggunakan HCL 0,1 sebanyak 10 ml (Allent, 1989). 2.4.2. Analisa Logam Dengan AAS Logam yang dianalisa meliputi Cu, Cd, Fe, Pb dan Zn. Analisa kandungan logam menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (Barrera et al., 2001) dengan parameter analisa seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Parameter Analisis AAS Panjang Gelombang Slit* Lamp current(mA)** 3 15 15 15 Energi 55 72 48 53 (nm) 228.8 0.7 324.8 0.7 217 0.7 213.9 0.7 Sumber : Running the 3100 AAS Keterangan AAS : * nanometer panjang gelombang ** miliAmpere

Kandungan logam pada sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Konsentrasi logam (g/g berat kering) = hasil pembacaan AAS.v.r m Keterangan : v = volume pengenceran (ml) r = jumlah pengenceran m = berat sampel (g) Konsentrasi logam (g/g berat basah) = konsentrasi logam (g/g berat kering) x (100-%KA) 100 2.5 Analisa Data Analisa perbedaan konsentrasi logam dari tiap-tiap lokasi menggunakan one way ANOVA. Hasil analisa disajikan dalam bentuk grafik dan tabel komputasi dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. 2.6 Evaluasi Risiko MCL atau JMK = MTWI atau ULSR Konsentrasi logam MTWI : Maximum Tolerable Weekly Intake ( g/kg berat badan ) untuk logam Cd ULSR : Upper Limit of Safe Range (mg/hr) untuk logam Cd dan Zn.

3. TINJAUAN PUSTAKA
Abdillah, A. S. (2005). Bugar dengan Mengkonsumsi Sayuran. http : //www.pikiranrakyat.com//ceta/2005/0205/17/cakrawala/laiinya03.htm Ahsanullah, M ; M. C. Mobley & D.S. Negilski (1984). Accumulation of Cadmium From Contaminated Water dan Sediment by The Shrimp.

Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. P.T Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Bat, Levent : M. Sezgin ; A. Gundogdu dan M. Culha (1998). Toxicity of zinc, Cooper and Lead to Idotea Baltica (Crutacea, Isopoda ). Journal of Biology. Brigden, K., I. labunska, R. Stringer, P. Jhonston, D. Santillo and J. Anston (2000). Identification of Organic Pollutants dan Heavy Metal Contaminant in Sampele Collected from The Vicinity of Oxiquim Plant. The Sector el Salto vina del Mar Chile. Department of Biological Science Unversity of Exeter. UK. Groten, S.D dan P.J Van Bladeren (1994). Cadmium Bioavailability dan Health Risk In Food. Trend In Food Science & Technology. Vol 5 February. Elsevier Science. Palar, H. (1994). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat Rineka Cipta. Jakarta.

Rozanah, A. (2004). Pencemaran Teluk Jakarta. www.Republika.co id Suhendarayatna. Tokyo- Japan. Systran. (2003). Heavy Metal Toxicity Life Extention. www.lef.org/protocols/prtcl-156.html (2001). Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan

Microorganisme : Suatu Kajian Kepustakaan. Sinergy Forum PPI Tokyo of Technology.

Wingky. (2005). Bahayanya 4 logam berat. http : //ina-nagaoka.org/articles.php?id=93

Haryoto. (2009). Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarangan Rumah. http://khasiatbuah.com/kangkung.htm

Anda mungkin juga menyukai