Anda di halaman 1dari 24

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Urtikaria relatif sering dijumpai di klinik. Umumnya sembuh spontan / self-limited dalam waktu singkat. Ketika urtikaria muncul dalam bentuk kronik potensiil menimbulkan problematik bahkan dapat menyebabkan frustasi bagi pasien, maupun dokter. Urtikaria akut bila bentol kemerahan dengan ukuran yang bervareasi serta gatal, timbul dan tidak lebih dari 6 minggu, urtikaria kronik dapat disertai angioedema timbul 1-2 kali perminggu lebih dari 6 minggu, baik terus menerus atau intermiten. Angioedema; lesi lebih profunda. Sebagian penderita dapat mengalami keduanya ( urtikaria dan angioedema ) secara simultan atau bertahap . Sekitar 50% dari penderita mengalami urtikaria dan angioedema, 40% mengalami urtikaria saja, sedangkan diperkirakan sekitar 10% mengalami hanya angioedema. Diperkirakan 15-25 % dari populasi mengalami urtikaria akut dan / kronik selama hidupnya. Urtikaria Kronik Idiopatik (UKI) dapat dijumpai pada 3 % populasi. Patofisiologi terjadinya lesi berupa bentol kemerahan dan gatal tersebut dapat didasari mekanisme alergi maupun nonalergi. Bilapenyebab urtikaria kronik tidak teridentifikasi maka disebut Urtikaria Kronik Idiopatik. Pemeriksaan penunjang yang dipertimbangkan; skin test, atau RAST (IgE spesifik), DL dan hitung jenis, hitung eosinofil, pemeriksaan tinja (infestasi cacing), pemeriksaan komplemen (C4), ANA test, dsDNA, faal tiroid (TSHs, FT4), antibody mikrosomal, jika mungkin, biopsi kulit.

Penatalaksanaannya.

menghindari

penyebab

antihistamin,

kortikosteroid, hindari hal-hal yang dapat memperburuk kondisi seperti; NSAID, alkohol, kelelahan fisik dan stres.

1.2 Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat (Brown Robin Graham halaman 2205). Urtikaria adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan gigitan serangga (Saripati Penyakit Kulit halaman 3). Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang (klinik pediatric, 2009). Urtikaria (biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan kebocoran dari pembuluh darah. Secara imunologik, dari data yang ada sejak tahun 1987, urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikemukakan oleh penderita, keadaan ini juga didukung oleh penelitian ahli yang lain (Hodijah, 2009). Urtikaria (gelagata) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 pada kulit yang ditandai oleh kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat mengenai setiap bagian tubuh, termasuk membran mukosa (khususnya mulut), laring (kadangkadang dengan komplikasi respiratorius yang serius) dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama periode waktu tertentu yang bervariasi dari beberapa menit hingga beberapa jam sebelum menghilang. Selama berjam-jam atau

berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul, hilang dan kembali lagi secara episodik (Brunner dan Sudarth, 2002). Urtikaria (kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur berwarna merah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit (Medicastore, 2009). Secara umum, Urtikaria yang disebut juga Kaligata, Biduran, atau Gelagata adalah suatu reaksi alergi pada kulit akibat pengeluaran histamin ditandai dengan kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat. Istilah lain yang digunakan untuk urtikaria yaitu : Hives, nettle rash, biduran, kaligata, gelagata.

Gambar 1 : Urtikaria di berbagai tempat 2.2 Etiologi Faktor pencetus terjadinya urtikaria, antara lain: makanan tertentu, obat-obatan, bahan hirupan (inhalan), infeksi, gigitan serangga, faktor fisik, faktor cuaca (terutama dingin tapi bisa juga panas berkeringat), faktor genetik, bahan-bahan kontak (misalnya: arloji, ikat pinggang, karet sandal, karet celana dalam, dan lainlain) dan faktor psikis. 1. Jenis makanan yang dapat menyebabkan alergi misalnya : telur, ikan, kerang, coklat, jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dan lain-lain. Zat pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga dapat menimbulkan urtikaria. 2. Jenis obat-obatan yang dapat ,menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin, bronide, serum, vaksin, dan opium. 3. Bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk kembang, jamur, debu dari burung, debu rumah, dan ketombe binatang.

4. Faktor lingkungan yang terpapar dengan debu rumah, jamur, serbuk sari bunga, pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas sinar matahari, tekanan atau air juga dapat menimbulkan urtikaria. 5. Pada urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu diperhatikan. Stress emosional dapat secara langsung dan tidak langsung menyebabkan seseorang meningkat kemungkinan terjadi urtikaria. 6. Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, Lupus Eritematosus Sistemik, dll. 7. Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat. Nyamuk, lebah dan serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri.

2.3 Patofisiologi Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi setempat yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan setempat akan menimbulkan (1) vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare (kemerahan) dan (2) peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa menit kemudian akan terjadi pembengkakan setempat yang berbatas jelas (Guyton, 2008). Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan lokal. Sehingga secara klinis tampak edema lokal disertai eritem. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator misalnya histamine, kinin, serotonin, slow reacting substance of anafilacsis (SRSA) dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil (Asta Qauliyah, 2007). Sel mast merupakan sel yang berperan dalam pelepasan mediator vasoaktif seperti histamin yaitu agen utama dalam urtikaria. Mediator lain seperti leukotrin dan

prostaglandin juga mempunyai kontribusi baik dalam respon cepat maupun lambat dengan adanya kebocoran cairan dalam jaringan (Hodijah, 2009). Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator, misalnya histamin, kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil. Selain itu terjadi inhibisiproteinase oleh enzim proeolotik, misalnya kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast. Baik faktor imunologik, maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivat amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotik berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik, misalnya asetilkolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui, langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik, misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan, dapat langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan, misalnya demam, panas, emosi, dan alkohol dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik dimana biasanya Ig. E terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc, bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan Ig. E, maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3aC5a) yang mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri. Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks imun, pada keadaan ini juga

dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga terjadi misalnya setelah pemakaian bahan penangkis serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor secara genetik menyebabkan edema angioneurotik yang herediter (Irga, 2009).

Gangguan Citra Tubuh

2.4 Klasifikasi Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria. Irga, 2009

mengklasifikasikan urtikaria menurut beberapa hal. Berdasarkan lamanya serangan berlangsung, urtikaria dibedakan menjadi : Urtikaria Akut Disebut akut bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari. Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anak muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan. Penyebab urtikaria akut lebih mudah diketahui. Urtikaria Kronik Disebut kronik bila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu. Urtikaria kronik lebih sering pada wanita usia pertengahan. Kasus urtikaria kronik sulit ditemukan. Urtikaria kronik dibagi menjadi beberapa subtipe meliputi : a. Urtikaria Fisis Pada urtikaria fisis timbulnya gejala biasanya terkait dengan perubahan tempratur lingkungan yang mencolok, lebih sering akibat dingin. Pemicu yang lain misalnya; trauma mekanis, getaran, aktivitas fisik / exercise, stres emosional, sinar matahari, air. b. Urtikaria Vaskulitis Urtikaria Vaskulitis sebenarnya merupakan manifestasi kulit dari penyakit sistemik / Autoimmune diseases. c. Urtikaria Kronik Idiopatik Disebut Urtikaria kronik idiopatik jika tidak diketahui pemicunya yang spesifik pada penelusuran dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, maupun hasil laboratorium. Sebanyak 80-90% dari urtikaria kronik adalah idiopatik.

Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menurut bentuknya, yaitu : Urtikaria Papular bila berbentuk papul,

Urtikaria Gutata bila besarnya sebesar tetesan air, dan Urtikaria Gurata bila ukurannya besar-besar.. Terdapat pula yang Urtikaria Anular dan Urtikaria Arsinar.

Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi : Urtikaria Lokal Generalisata Angioederma

Ada pula yang menggolongkan berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme terjadinya, meliputi : Urtikaria atas dasar reaksi imunologik : a. Bergantung pada IgE (reaksi alergi tipe I) : i. Pada atopi ii. Antigen spesifik (polen, obat, venom) b. Ikut sertanya komplemen : i. Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II) ii. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III) iii. Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetik) c. Reaksi Alergi tipe IV (urtikaria kontak) Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik a. Langsung memacu sel mast, sehingga terjadi pelepasan mediator (misalnya obat golongan opiat dan bahan kontras). b. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat (misalnya aspirin, obat anti-inflamasi nn-steroid, golongan azodyes). c. Trauma fisik, misalnya dermografisme, rangsangan dingin, panas atau sinar, dan bahan kolinergik. Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya, digolongkan sebagai urtikaria idiopatik.

Ada pula sumber lain yang membagi urtikaria menjadi : 1. URTIKARIA AKUT Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering terjadi penyebabnya adalah: a. adanya kontak dengan tumbuhan (misalnya jelatang), bulu

binatang/makanan. b. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangankerangan dan strowberi. c. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin. 2. URTIKARIA KRONIS Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal. 3. URTIKARIA PIGMENTOSA Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal. 4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK ) Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan. Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi: 1. Heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas. 2. Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi. 3. Cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin. 4. Pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan. 5. Contact urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi. 6. Aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air. 7. Solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari. 8. Vaskulitik urtikaria.

9. Cholirgenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.

2.5 Gejala Klinis Gejala atau tanda-tanda urtikaria mudah dikenali, yakni bentol atau bercak meninggi pada kulit, tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali. Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar, atau tertusuk. Penampakan urtikaria beragam, mulai yang ringan berupa bentol merah dan gatal hingga yang agak heboh yakni bengkak pada kelopak mata (bisa satu mata atau keduanya), bibir membengkak , daun telinga menebal dan adakalanya disertai perut mulas serta rasa demam. Gejala mungkin tidak terjadi setiap saat. Untuk beberapa orang, kondisi tertentu seperti panas, dingin atau stress akan menyebabkan perburukan gejala.

2.6 Pemeriksaan Fisik Inspeksi : kulit tampak kemerahan, terdapat batas pinggir yang jelas (timbul secara tiba-tiba, memudar bila disentuh, jika digaruk akan timbul bilur-bilur yang baru), tampak adanya edema dan pembengkakan. Palpasi : terasa adanya edema dan pembengkakan serta adanya nyeri tekan. 2.7 Pemeriksaan Diagnostic/ Penunjang

Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar Imunoglobulin E, eosinofil dan komplemen.

Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.

Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin perlu diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.

Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal.

Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel. Tes kulit, meskipun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal dapat dipergunakan untuk mencari alergen inhalan, makanan, dermatofit dan kandida.

Pemeriksaan histopatologik, walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di papilla dermis, geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak. Pada tingkat permulaan tidak tampak infiltrasi seluler dan pada tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit, terutama disekitar pembuluh darah.

Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosis urtikaria kolinergik.

Tes dengan es (ice cube test) pada urtikaria dingin. Tes dengan air hangat pada urtikaria panas. (Irga, 2009).

2.8 Diagnosik /Kriteria Diagnosis Diagnosis urtikaria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis harus dilakukan dengan lengkap dan teliti serta lebih menekankan pada faktor-faktor etiologi yang dapat menimbulkan urtikaria. 2.9 Therapy / Tindakan Penanganan Secara umum penatalaksanaan dari urtikaria itu sendiri meliputi : 1. Identifikasi dan pengobatan adalah menghindari faktor resiko Ini yang paling penting dan hanya ini yang efektif untuk terapi jangka panjang. Menghindari aspirin atau zat-zat aditif pada makanan, diharapkan dapat memperbaiki kondisi sekitar 50% pasien dengan urtikaria kronik idiopatik. 2. Pengobatan lokal

a. Kompres air es atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloid Aveeno oatmeal yang bisa mengurangi gatal. b. Lotion anti pruritus atau emulsi dengan 0,25% menthol bisa membantu dengan atau tanpa 1% fenol dalam lotion Calamine. 3. Pengobatan sistemik a. Anti histamine dengan antagonis H1 adalah terapi pilihan. b. Doxepin, yaitu anti depresan trisiklik dengan efek antagonis H1 dan H2. c. Kombinasi antihistamin H1 dan H2, misalnya simetidin. d. Cyproheptadin, mungkin lebih efektif daripada antihistamin. e. Korticosteroid, biasanya digunakan untuk mengontrol vascukitis urtikaria. f. Profilaksis dengan steroid anabolic, misalnya : danazol, stanozolol. g. Hormon tyroid juga dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan angioderma. h. Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi Helicobacter pylory dengan urtikaria kronis. (Asta Qauliyah, 2007). Pada tahun-tahun terakhir ini dikembangkan pengobatan yang baru, hasil pengamatan membuktikan bahwa dinding pembuluh darah manusia juga mempunyai reseptor H2. Hal ini apat menerangkan, mengapa antihistamin H1 tidak selalu berhasil mengatasi urtikaria. Kombinasi antihistamin H1 dan H2 masih dalam penelitian lebih lanjut. Tetapi pada dermografisme yang kronik pengobatan kombinasi ternyata lebih efektif daripada antihistamin H1 saja. Pada edema angioneurotik kematian hampir 30% disebabkan oleh karena obstruksi saluran nafas. Biasanya tidak responsif terhadap antihistamin, epinefrin, maupun steroid. Pada gigitan serangga akut mungkin dapat diberikan infus dengan plasma fresh frozen, yang obyektif tentu saja pemberian plasma yang mengandung C1 esterase inhibitor, C2, dan C4. Hal yang penting ialah segera dilakukan tindakan mengatasi edema larins.

Pengobatan dengan anti-enzim, misalnya anti plasmin dimaksudkan untuk menekan aktifitas plasmin yang timbul pada perubahan reaksi antigen-antibodi. Preparat yang digunakan adalah ipsilon. Obat lain ialah trasilol, hasilnya 44% memuaskan. Pengobatan dengan cara desensitasi, misalnya dilakukan pada urtikaria dingin, dengan melakukan sensitisasi air pada suhu 10oC (1-2 menit) dua kali sehari selama 2-3 minggu. Pada alergi debu, serbuk sari bunga jamur, desensitasi mula-mula dengan alergen dosis kecil 1 minggu 2x; dosis dinaikkan dan dijarangkan perlahanlahan sampai batas yang dapat ditolerir oleh penderita. Eliminasi diet dicobakan pada yang sensitif terhadap makanan. Pengobatan lokal di kulit dapat diberikan secara simptomatik, misalnya anti-pruritus di dalam bedak atau bedak kocok. 2.10 Komplikasi Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup (Asta Qauliyah, 2007).

BAB 3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan diagnostik untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Dari wawancara akan diperoleh informasi tentang biodata, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan atau penyakit di masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pola aktifitas sehari-hari, dan riwayat psikososial. 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan penilaian melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal, perilaku melindungi atau proteksi, perilaku distraksi (merintih, menangis, gelisah) wajah tampak menahan nyeri. 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status alergenik ditandai dengan bentol kemerahan pada kulit dan rasa gatal, terbaka, tertusuk pada daerah kemerahan. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas ditandai dengan klien mengeluh sering terbangun saat tidur karena gatal pada daerah kemerahan dan klien tampak pucat. 4. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder. 5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat urtikaria ditandai dengan kulit tampak kemerahan, mata dan bibir bengkak, telinga menebal. 3.3 Intervensi Keperawatan 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

3. INTERVENSI

No 1.

Diagnosa keperawatan

Tujuan / Out come Mandiri

Intervensi Mandiri.

Rasional

Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan dengan adanya lesi keperawatan selama ...x24 jam

- Observasi rasa ketidaknyamanan yang dialami klien ( nyeri/ gatal pada daerah kemerahan, klien tampak meringis kesakitan ). - Kaji rasa nyeri yang dirasakan klien baik intensitas, karakteristik maupun beratnya ( skala 1-10) - Beri posisi yang nyaman.

- Mengetahui intensitas ketidaknyamanan yang dialami klien.

ditandai dengan penilaian diharapkan nyeri teratasi dengan melaporkan nyeri secara kriteria hasil : verbal atau non verbal, Klien mengatakan nyeri (gatal) perilaku melindungi atau proteksi, distraksi perilaku berkurang pada kulit yang bengkak dan kemerahan.

- Sebagai indikator keefektifan intervensi yang diberikan dan perubahan karakteristik nyeri.

(merintih, Klien tidak meringis, merintih dan menangis. Klien tampak kembali tenang

menangis, gelisah) wajah tampak menahan nyeri.

- Posisi yang nyaman membantu mengurangi nyeri.

- Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri yang penting.

- Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.

- Ajarkan teknik manajemen nyeri (metode relaksasi,distraksi)

- Membantu mengurangi nyeri.

Kolaborasi - Berikan analgetik sesuai indikasi. - Berikan bedak sesuai yang dianjurkan dokter.

Kolaborasi - Membantu mengurangi nyeri.

- Membantu mengurangi rasa gatal.

Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan asuhan berhubungan dengan keperawatan selama ...x24 jam

Mandiri - Kaji status kerusakan integritas kulit.

Mandiri - Membantu dalam pemberian implementasi keperawatan yang tepat.

status alergenik ditandai diharapkan integritas kulit dengan bentol kemerahan membaik dengan kriteria hasil : pada kuit dan rasa gatal, Tidak ada bentol kemerahan terbaka, tertusuk pada pada kulit. Klien tidak merasa gatal, panas, dan tertusuk pada daerah kemerahan. daerah kemerahan.

- Cuci area kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan bilaslah seluruh area dengan bersih untuk menghilangkan sabun, lalu keringkan. - Anjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan klien banyak minum.

- Bertujuan untuk membersihkan area kemerahan agar tidak terinfeksi oleh kuman ataupun bakteri penyebab penyakit.

- Asupan cairan yang cukup dapat menjaga kelembapan kulit sehingga dapat mecegah terjadinya iritasi pada kulit akibat gatal.

- Anjurkan keluarga klien secara rutin memberi bedak

- Mencegah penyebaran urtikari ke daerah yang lain.

pada daerah yang bentol kemerahan dan gatal serta melarang klien menggaruk pada daerah yang gatal.

Kolaborasi - Berikan obat anti alergi dan penanganan alergi.

Kolaborasi - Mencegah alergi untuk bertambah parah.

3.

Gangguan berhubungan

pola

tidur Setelah diberikan asuhan dengan keperawatan selama ... x-24 jam

Mandiri - Kaji waktu tidur klien tiap hari.

Mandiri - Untuk memberikan informasi tentang kondisi umum klien.

pruritas ditandai dengan diharapkan klien tidak mengalami klien mengeluh sering gangguan pola tidur dengan terbangun saat tidur kriteria hasil : - Berikkan posisi yang nyaman dengan meninggikan kepala

- Untuk meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan

karena gatal pada daerah kemerahan tampak pucat. dan klien

Klien tidak mengeluh sering terbangun saat tidur karena gatal.

ditempat tidur. - Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.

perhatian. - Untuk menghindari alergen akan menurunkan respon alergi

Klien tidak pucat

- Jelaskan pada klien gejala gatal yang berhubungan dengan penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatalgaruk-gatal-garuk.

- Untuk mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.

4.

Risiko berhubungan tempat

infeksi Setelah

diberikam

asuhan Mandiri

Mandiri - Mengetahui secara dini tandatanda infeksi sehingga bisa melakukan intervensi secara tepat

dengan keperawatan selama ..x 24 jam - Pantau tanda-tanda infeksi. masuknya diharapkan tidak terjadi/ adanya gejala-gejala kriteria hasil: Klien infeksi. tidak mengalami - Lakukan perawatan luka infeksi dengan

organisme sekunder.

- Menghindari infeksi

- Berikan pendidikan kesehatan - Mengajarkan klien agar terhindar dari

Tanda-tanda infeksi tidak mengenai pencegahan infeksi. ada, k/ul) WBC (4,00-11,00

Klien tidak demam.

5.

Gangguan

citra

tubuh dengan dalam

Setelah diberikan askep selama ... x 24 jam diharapakan tidak terjadi gangguan citra tubuh dengan kriteria hasil :

Mandiri - Validasi masalah yang dialami klien. - Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri, seperti memberi bedak pada daerah yang kemerahan.

Mandiri - Meninjau perkembangan klien.

berhubungan perubahan penampilan

sekunder

- Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh.

akibat urtikaria ditandai Klien menyatakan penerimaan dengan kulit tampak dan terhadap diri. kemerahan, bibir mata

bengkak,

telinga - Berikan dukungan moral. - Meningkatkan status mental klien.

menebal.

- Jelaskan pada klien tentang prognosis penyakit dan waktu penyembuhan.

- Dapat memberi ketenangan pada klien dan meningkatkan konsep dirinya atas kesembuhan.

4. EVALUASI No. Dx 1. Diagnosa Keperawatan Evaluasi

Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai Klien mengungkapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil: dengan penilaian melaporkan nyeri secara verbal atau Klien mengatakan nyeri (gatal) berkurang pada kulit yang non verbal, perilaku melindungi atau proteksi, bengkak dan kemerahan. Klien tampak kembali tenang perilaku distraksi (merintih, menangis, gelisah) wajah Klien tidak meringis, merintih dan menangis. tampak menahan nyeri

2.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status Integritas kulit kembali normal kriteria hasil : alergenik ditandai dengan bentol kemerahan pada kuit dan rasa gatal, terbaka, tertusuk pada daerah kemerahan 3. 4. Tidak ada bentol kemerahan pada kulit. Klien tidak merasa gatal, panas, dan tertusuk pada daerah kemerahan

Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas Gangguan pola tidur klien dapat teratasi dengan kriteria hasil : ditandai dengan klien mengeluh sering terbangun saat tidur karena gatal pada daerah Klien tidak mengeluh sering terbangun saat tidur karena gatal. Klien tidak pucat

Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya Klien tidak mengalami gejala-gejala infeksi dengan kriteria hasil: organisme sekunder Klien tidak mengalami infeksi. Tanda-tanda infeksi tidak ada, WBC (4,00-11,00 k/ul) Klien tidak demam.(suhu klien 36-370C)

5.

Gangguan perubahan

citra dalam

tubuh

berhubungan sekunder

dengan akibat

klien tidak mengalami gangguan citra tubuh dengan kriteria hasil :

penampilan

urtikaria ditandai dengan kulit tampak kemerahan, Klien menyatakan penerimaan terhadap diri. mata dan bibir bengkak, telinga menebal.

DAFTAR PUSTAKA

Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Anonim. 2009. Urtikaria. http://www.klikdokter.com/illness/detail/28. Carpenito, Lynda Juall. 1992. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hodijah. 2009. Urtikaria Kronik (Chronic Urticaria). http://www.kulitkita.com/2009/02/urtikariakronik-chronic-urticaria.html. Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Irga. 2009. Urtikaria. http://irwanashari.blogspot.com/2009/04/urtikaria.html. Medicastore.2009.Kaligata(Urtikaria).http://medicastore.com/penyakit/151/Kaligata_urtikaria.htm. Pediatri, Klinik. 2009. Urtikaria. http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/09/biduran giduan-urtikaria-bukan-sekedar-alergi-makanan-biasa/. Qauliyah, Asta. 2007. Referat : Urtikaria Kronik (Chronic

Urticaria).http://astaqauliyah.com/2007/06/20/referat-urtikaria-kronik-chronic-urticaria/. Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997

Anda mungkin juga menyukai