Anda di halaman 1dari 18

Makalah Telaah Kurikulum Kimia SMA

KURIKULUM KIMIA DI NEW ZEALAND


Dosen Pengampu : Das Salirawati, M.Si

Disusun Oleh : Lia Yuniarti

(09303241009) Sabti Yunia Firdausi

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 201

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sistem pendidikan di Negara New Zealand ini boleh dibilang unik. Wajib belajar di negara ini ada di rentang 6-16 tahun atau sampai sekolah lanjutan pertama (intermediate school). Ketika memasuki jenjang pendidikan sekolah menengah (secondary school) yang setara dengan SMA, warganya dibebaskan untuk berhenti setiap saat. Sehingga di sana, wajar terjadi siswa baru kelas I SMA, tiba-tiba berhenti sekolah dan mengalihkan kursus. Ada juga yang begitu kelas II SMA, keluar dan langsung mengikuti program diploma. Mereka yang meloncat-meloncat ini biasa disebut traders. Dengan kursus singkat seseorang dinyatakan memiliki kemampuan tertentu dan mereka bisa bekerja berdasar keterampilan atau keilmuan tertentu itu. Perbolehan meloncat-loncat di jenjang pendidikan inilah yang membuat kami tertarik untuk membahas bagaimana kurikulum kimia di sana. Sehingga kami ingin membandingkan antara kurikulum di New Zealand dengan kurikulum di Indonesia. Dan harapannya dari perbandingan ini, kita bisa mengevaluasi kurikulum kita dan bisa mengembangkan kurikulum tingkat satuan pengajaran yang tepat kepada siswa. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sejarah singkat kurikulum di New Zealand? 2. Seperti apakah kurikulum kimia di New Zealand ? 3. Bagaimana kurikulum kimia di New Zealand? 4. Bagaimana kurikulum kimia di tingkat sekolah? 5. Seperti apakah perbedaan antara kurikulum di New Zealand dengan kurikulum di Indonesia?

PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Sebelum revisi secara komprehensif dari kurikulum sekolah pada tahun 1990-an, kurikulum di New Zealand ditentukan melalui lebih dari selusin silabus dan pedoman dalam bentuk tulisan tangan. Dokumen-dokumen itu terus berubah dari tahun ke tahun (1961-1986). Pada pertengahan tahun 1980-an, Departemen Pendidikan mulai bekerja pada suatu kerangka menyeluruh untuk merevisi kurikulum sekolah. Hasil revisi ini tidak digunakan, baru pada tahun 1988 direvisi lagi, kemudian langsung diterbitkan pada tahun tersebut. Namun, akibat reformasi administrasi pendidikan pada tahun 1989 dan perubahan pemerintah pada tahun 1990, kurikulum ini benar-benar dihilangkan dalam pendidikan. Revisi total kurikulum sekolah New Zealand dimulai pada tahun 1991, baik dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Maori, program ini hampir selesai pada tahun 2001. Kurikulum Nasional baru inilah yang menggantikan silabus lama tahun 1992. Awalnya mereka menerbitkan dalam bentuk draft untuk konsultasi dan uji coba, kemudian diumumkan dalam bentuk final, dan akhirnya 'dikukuhkan' untuk pedoman pelaksanaan wajib. Pada tahun 1996, pengembangan dan pelaksanaan kurikulun baru tersebut dihentikan oleh Menteri Pendidikan dalam menanggapi kekhawatiran yang meluas di seluruh sektor sekolah tentang kecepatan dan skala perubahan yang dijadwalkan. Jadwal baru untuk kurikulum diumumkan di Juli 1997 dengan memperkenalkan periode transisi minimal dua tahun antara publikasi dan aplikasinya.

B. Kurikulum New Zealand 1. Visi Visi untuk para generasi muda adalah:
a.

Menjadi generasi muda yang kreatif, enerjik dan mampu berusaha. pengetahuan dan teknologi baru untuk dapat menjamin ketahanan sosial, budaya, ekonomi dan masa depan lingkungan sekitar untuk Negara kita

b. Menjadi generasi muda yang dapat meraih kesempatan melalui

c.

Menjadi generasi muda yang akan menciptakan sebuah Aotearoa New Zealand yang mana Maori and Pakeha dapat saling menghargai satu sama lain sebagai partner, dimana semua kebudayaan diharga kontribusinya yang dibawanya,

d. Menjadi

generasi

muda

yang

dalam

usia

sekolahnya

akan

mengembangkan nilai, pengetahuan, dan kompetensi yang memungkinkan mereka untuk hidup secara utuh dan nyama
e.

Menjadi generasi muda yang percaya diri, mempunyai koneksi, (actively involved), pelajar sejati.

2. Prinsip Pinsip-prinsip ini disusun berdasarkan keyakinan tentang apa yang penting dan sangat diperlukan dalam kurikulum sekolah, nasional dan lokal. Prinsip ini meletakkan siswa sebagai pusat pengajaran dan pembelajaran, menuntut bahwa mereka harus mengalami kurikulum yang mengajak dan menantang mereka untuk belajar cara memanfaatkan kekuatan unik dan ideide orisinil, sehingga menjadi generasi muda yang berorientasi pada masa depan. Semua kurikulum harus sesuai dengan 8 prinsip berikut a. High expectations b. Cultural diversity c. Inclusion d. Coherence e. Future focus f. Treaty of Waitangi

g. Community engagement h. Learning to learn 3. Nilai Siswa akan didukung untuk: a. Cerdas b. Berinovasi, bereksperimen, dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dengan cara berfikir yang kritis, kreatif, dan aplikatif. c. Unik d. Adil e. Berpartisipasi aktif dalam komunitasnya f. Peduli pada lingkungan g. Memiliki integritas tinggi, termasuk jujur, bertanggungjawab, menjaga dan melestarikan budaya, serta peduli pada mereka sendiri, orang lain, dan hak asasi manusia. Meskipun prinsip dan nilai terlihat sama, tetapi kedua hal ini memiliki fungsi yang berbeda. Prinsip berhubungan dengan bagaimana kurikulum di sekolah direncanakan dan dikaji, sedangkan nilai bagian dari keseharian kurikulum, termasuk di dalamnya adalah bagaimana model pembelajaran dan pemantauannya. 4. Kompetensi Pokok Kurikulum New Zealand mengidentifikasi kecakapan siswa dari 5 hal: a. Cara berfikir
b. Penggunaan bahasa, simbol, dan teks

c. Manajemen diri d. Hubungannya dengan orang lain e. Partisipasi dan kontribusi siswa 5. Bidang Pelajaran Kurikulum New Zealand memiliki 8 bidang pelajaran, yaitu: a. Bahasa inggris

b. Seni c. Pendidikan kesehatan dan kesegaran jasmani d. Bahasa e. Matematika dan statistika f. Sains g. Sosial sains h. Teknologi 6. Pendidikan yang Efektif Siswa dapat belajar dengan baik jika guru: a. Menciptakan suasana belajar yang mendukung b. Mendorong siswa dengan pemikirannya dan tindakan-tindakan c. Mengembangkan metode belajar baru yang relevan dan dipahami guru d. Memfasilitasi siswa untuk belajar bersama
e. Menghubungkan materi pokok dengan kehidupan sehari-hari

f. Menyediakan kesempatan belajar yang memadai


g. Mengajang dengan metode pemecahan masalah (theaching as inquiry)

C. Kurikulum Kimia di New Zealand


1. Kimia dalam kurikulum Sains

Untuk mempromosikan ilmu pendidikan yang komprehensif dan kontemporer kurikulum telah diatur ke dalam enam helai pembelajaran terpadu, yaitu:

Empat dari sub bidang pelajaran ini, making sense of the living world (biologi), making sense of the physical world (fisika), making sense of the material world (kimia), making sense of planet earth and beyond (geografi) menyediakan konteks pembelajaran yang luas melalui dua sub bidang pelajaran lainnya (making sense of the nature of science and its relationship to technology dan developing scientific skills and attitudes) secara terpadu. Siswa yang memiliki minat dan bakat di bidang Sains dapat melanjutkan pendidikan di senior school, yang lainnya dapat terus belajar ilmu sebagai subjek terpadu, belajar spesialisasi dari sains, ataupun melakukan keduanya.
2. Tingkat Pencapaian

Setiap sub bidang pelajaran dibagi menjadi delapan tingkat yang menggambarkan perkembangan kurikulum sains dari junior primer (J1: tahun 1) hingga senior secondary (F7: tahun 13). Sejumlah pencapaian tujuan dijelaskan dalam masing-masing sub bidang pelajaran dan pada setiap tingkat (level).

Pembelajaran dijelaskan pada masing-masing tingkatan berdasarkan pada pertimbangan dari guru yang berpengalaman dan temuan dari penelitian terbaru dalam pembelajaran di bidang sains. Adalah penting untuk mengenali siswa sebagai individu yang belajar pada tingkat yang berbeda dan dengan cara yang berbeda. Hal ini tidak diharapkan semua siswa usia yang sama akan mencapai tingkat yang sama pada waktu yang sama, atau bahwa setiap siswa akan selalu mencapai tingkat yang sama di semua alur dari kurikulum sains. Kurikulum dalam ilmu dapat dimodelkan dengan matriks tiga dimensi:

Hal ini tidak dimaksudkan bahwa setiap bagian dari matriks ini diajarkan secara tertutup. Dalam skema perencanaan sekolah dan program kelas, guru didorong untuk memenuhi kebutuhan siswa mereka dengan unit pengembangan pembelajaran berdasarkan tujuan dari berbagai bagian dari matriks.

Pendekatan fleksibel dalam penerapan kurikulum berarti bahwa hubungan sederhana antara tujuan dan waktu mengajar tidak dapat ditentukan. Dalam setiap tahun sekolahnya, siswa diharapkan memiliki pengalaman belajar yang diambil dari semua alur pembelajaran. Agar mencapai tingkat 8 siswa wajib melakukan perpanjangan masa sekolah untuk melakukan penelitian di masing-masing sub bidang pelajaran. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil pendekatan terpadu dengan menggabungkan belajar mereka dari dua atau lebih sub bidang pelajaran dalam suatu penyelidikan tunggal. Pendekatan ini dapat mengurangi masa perpanjangan yang diambil oleh siswa. 3. Kurikulum Kimia Nasional a. Tujuan Sub Bidang Pelajaran Dalam pembelajaran tentang material world siswa akan menggunakan pengetahuan, kemampuan, dan sikapnya untuk: 1) Menyelidiki sifat-sifat dan unsur, memahami mengidentifikasi mengapa ahli pola kimia kecenderungannya,

menggolongkan unsur-unsur itu. 2) Mengaplikasikan pengetahuan dari sifat-sifat unsur untuk menyimpan memanfaatkannya dengan tepat baik di rumah, industri, maupun lingkungan. 3) Menyelidiki reaksi, dan aplikasinya dalam proses-proses kimia 4) Menjelaskan hubungan timbal balik antara zat kimia dan proses kimia dengan teknologi, manusia, dan lingkungan. b. Isi
1) Tujuan Sub Bidang Pelajaran Kimia

Pada setiap tingkat, seperangkat tujuan menggambarkan prestasi belajar yang diharapkan dalam sains. Untuk tingkat 1 sampai 5 pencapaian tujuan dihubungkan / dirata-rata dalam dua periode tahun pembelajaran; sedangkan untuk tingkat 6, 7, dan 8 tujuan yang terkait dengan periode satu tahun pembelajaran. Dalam perencanaan guru program mereka didorong untuk menghubungkan pencapaian tujuan

dari alur yang berbeda untuk memberikan pengalaman pembelajaran terpadu. Pada makalah ini, dicontohkan isi kurikulum kimia pada tingkat 1. Sedangkan untuk tingkat 2-8 terlampir. Tujuan sub bidang pelajaran kimia pada tingkat satu adalah sebagai berikut :
a) Menyelidiki sifat-sifat fisika sederhana dan menggunakannya

untuk mendeskripsikan dan mengelompokkan materi/bahan dalam kehidupan sehari-hari, contoh : bentuk, tekstur, warna, ukuran, bau, dan sebagainya. b) Menjelaskan dan mengkomunikasikan ide mereka atas pilihan yang tepat dari materi untuk aktifitas yang sudah lazim berdasarkan sifat-sat tampak yang sederhana dan mudah, contoh: pakaian untuk musim dingin, sepatu untuk berjalan,berlari, dan bekerja. c) Menyelidiki bagaimana bahan-bahan yang sudah lazim berubah saat dipanaskan atau didinginkan, contoh : air, daging, telur. d) Membicarakan tentang penggunaan teknologi yang umum didalam rumah untuk mengubah atau mengawetkan bahan , contoh : memasak dan menggunakan kompor, mendinginkan dan menggunakan lemari es. c. Metode
1) Konteks untuk Belajar

Dalam pembelajaran sains, siswa belajar secara efektif, dan melihat relevansinya. Berbagai sampel konteks belajar disarankan untuk setiap tingkat. Hal ini memungkinkan pencapaian tujuan yang harus dicapai melalui pendekatan pembelajaran terpadu. Konteks yang disarankan tidak diwajibkan untuk dilaksanakan secara lengkap. Hal ini dimaksudkan agar guru tidak hanya mengambil dari sampel konteks belajar, tetapi juga mengidentifikasi hal lain yang sesuai untuk siswa dan yang mencerminkan karakteristik masyarakat local serta sumber dayanya. Berikut ini contoh konteks pembelajaran pada tingkat 1 ( Tingkat 2-8 terlampir) : Plastik, kebun, berbelanja, garasi, dapur, tempat sampah, berenang, berkemah.

2) Pengalaman Belajar

Siswa perlu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untuk memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam ilmu yang dijelaskan oleh pencapaian tujuan. Untuk memberikan beberapa ide awal, berbagai pengalaman belajar yang mungkin diberikan pada setiap tingkat di semua alur pembelajaran. Bila pengalaman belajar yang mungkin pada setiap tingkat satu dianggap kolektif, kurikulum memberikan pedoman tentang konsep, bahasa, pendekatan, teknik, materi, dan peralatan yang sesuai untuk masing-masing tingkat. Kurikulum juga menyarankan lingkup dan kedalaman belajar. Berikut ini contoh pengalaman belajar yang dianjurkan Untuk murid-murid pada tingkat 1 ( Tingkat 2-8 terlampir) :

Menginterpretasikan grafik sederhana, Penyortiran obyek di ruang kelas, menggunakan perangkat sederhana, seperti kertas, kaca, kayu, dan plastik Mengidentifikasi dan mengelompokkan obyek. Memilih bahan yang tepat untuk membuat seuah contoh binatang dari batasan tertentu yang diberikan bahan Bekerja dalam kelompok kecil untuk memikirkan pertanyaanpertanyaan yang ditanyakan oleh seorang ahli, contoh seorang dokter gigi, perawat kesehatan, tukang kebun, tukang bangunan, tukang roti, atau insinyur tentang bahan-bahan yang mereka gunakan dalam pekerjaan mereka.

Menyelidiki bahan-bahan terbaik yang digunakan masyarakat untuk membungkus maupun membuang ikan dan kepingan atau es batu yang dibawa pulang.

Mengamati apa yang terjadi apabila es batu diletakkan dibawah sinar matahari Mengklarifikasi ide-ide dalam komposisi yang dibutuhkan untuk membuat biskuit yang berpedoman pada resep.

Memanggang roti, atau membuat es berasa (Indonesia : es mamboo), untuk menunjukkan bagaimana beberapa materi berubah dengan berubahnya kondisi.

Mengeringkan bunga-bunga menggunakan tekanan, untuk melihat bagaimana perubahan ketika mereka kering Membuat makalah dari media cetak untk mengklarifikasi ide-ide dalam alat-alat tepat yang dibutuhkan untuk produksi tersebut Menyelidiki bagaimana sesuatu itu disimpan di dalam lemari es akan bertahan segar lebih lama daripada apabila mereka disimpan dalam ruangan yang hangat (suhu kamar)

d. Evaluasi Tujuan utama dari penilaian berbasis sekolah adalah untuk meningkatkan belajar siswa dan kualitas program pembelajaran. Penilaian tugas dan prosedur harus konsisten dengan tujuan umum pendidikan sains dan kompatibel dengan aktivitas kelas reguler. Dengan cara ini penilaian akan menjadi bagian integral dari program pembelajaran. Tidak ada contoh penilaian yang disarankan untuk Mengembangkan keterampilan dan sikap Ilmiah sebagai tujuan dalam sub bidang pelajaran. Penilaian dikembangkan bersama-sama dengan tujuan dari sub bidang pelajaranan lainnya. Penting untuk menyadari bahwa daftar ini tidak lengkap atau definitif. Seperti sampel konteks pembelajaran dan pengalaman belajar yang mungkin, contoh penilaian menunjukkan sifat potensi dan berbagai tugas penilaian. Guru juga perlu untuk mencari dan menyusun tugas-tugas penilaian lainnya untuk mereka diagnostik, monitoring, dan review tujuan sendiri. Dalam memilih tugas penilaian, guru harus peka terhadap belajar yang berbeda dan gaya komunikasi siswa mereka. Ini adalah alasan lagi untuk menggunakan berbagai penilaian tugas-tugas dan prosedur. Berikut ini contoh penilaian pada tingkat 1 ( Tingkat 2-8 terlampir) : Guru dan murid dapat menilai murid :

Memahami sifat-sifat obyek, ketika murid mendeskripsikan itu dalam artian bentuk, warna, tekstur, ukuran, dan bau sehingga hal itu dapat dikenali dengan teman sebangku Memahami sifat sederhana dari beberapa bahan ketika murid memilih dari susunan bahan, seperti kotak, lapisan-lapisan, itu semua cocok untuk pembangunan model jembatan. Penguasaan terhadap bagaimana suatu zat itu dapat mengalami perubahan ketika murid melukis sebuah gambar yang terjadi ketika es batu dikeluarkan dari freezer (pendingin) Memahami teknologi yang tepat untuk menyimpan bahanbahan, ketika murid memilih gambar atau memotret makanan dan menerangkan dimana tiap itu sebaiknya disimpan

D. Kurikulum Kimia di Tingkat Sekolah Berikut ini materi kimia yang diajarkan di Kings High School: Tahun 11 : 1.1 Asam Basa 1.2 Reaksi logam 1.3 Tumbukan partikel 1.4 Struktur atom 1.5 Bahan bakar organic Tahun 12: 2.1 analisis kualitatif 2.2 analisis volumetri asam basa 2.3 kimia kuantitatif 2.4 partikel 2.5 kimia organik 2.6 kesetimbangan, perpindahan panas, laju reaksi, asam lemah dan kuat 2.7 redoks Tahun 13: 3.1 praktik penelitian 3.2 titrasi redoks

3.3 stuktur dan ikatan/ termokimia 3.4 kimia organik 3.5 kesetimbangan dan larutan dalam pelarut air Untuk diterima oleh lembaga pendidikan tersier (perguruan tinggi), harus dengan mendapat paling sedikit 42 kredit di tingkat 3 ke atas, dan memenuhi syarat-syarat matematika, membaca, dan mata pelajaran yang khusus. National Certificate of Educational Achievement (NCEA, Sertifikat Nasional Prestasi Pendidikan) adalah kualifikasi utama Selandia Baru untuk siswa sekolah menengah dalam Tahun 11 sampai 13. E. Perbedaan antara Kurikulum di New Zealand dengan Kurikulum di Indonesia
1. Perbandingan sistem Pendidikan a. Sekolah di New Zealand menggunakan sistem kredit. Sedangkan di

Indonesia tidak.
b. Pendidikan di New Zealand dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

kindegarden (sampai usia 4 tahun), Primary education yaitu usia 5 sampai 12 tahun, yang dikenal dengan year 1-8, dan secondary education yaitu usia 13 sampai 18 tahun, dibedakan atas year 9, year 10, year 11, year 12, year 13. Sedangkan di Indonesia juga terdapat pengelompokan yaitu SD kelas 1-6, SMP kelas 7-9, SMA kelas 10-12.
c. Materi yang dipelajari pada Level 1 semua subyek wajib diikuti oleh

siswa, pada level 2 sudah mulai sesuai potensi masing-masing siswa, setelah selesai pada level 2 ini bisa melanjutkan ke level 3 atau melanjutkan ke PT atau bekerja, namun kebanyakan siswa di NZ mematangkan sampai level 3 kemudian baru melanjutkan ke PT. Inilah yang sering diistilahkan dengan peloncatan jenjang. Sedangkan di Indonesia, semua materi pelajaran wajib ditempuh.
d. Penentuan level diperoleh dari hasil NCEA, setiap level ada laporan

perkembangan dan hasil seperti raport di Indonesia. Di New Zealand tidak

ada siswa yang tinggal kelas, yang ada adalah penambahan waktu untuk menyelesaikan kredit yang ditempuh. e. Seorang siswa dinyatakan selesai menyelesaikan hingga level 3 jika yang bersangkutan telah menyelesaikan 80 kredit.
f. New Zealand juga mengadakan ujian nasional, hanya saja sistemnya

berbeda dengan Indonesia. Di New Zealand, yang menentukan siswanya mengikuti ujian nasional adalah sekolah masing-masing, dengan pemikiran bahwa sekolahlah yang mengetahui kemampuan siswanya. Selain itu siswa di New Zealand dapat mengikuti ujian lain untuk mendapatkan NCEA (National Certificate Education Achievement), sertifikat ini diperoleh dari ujian pada tahun 11 (NCEA level 1), 12 (NCEA level 2), dan 13 (NCEA level 3 dan 4). NCEA ini berfungsi untuk melamar pekerjaan atau universitas. Sedangkan Di Indonesia, bukti kelulusannya hanya berupa ijasah yang diperoleh dari ujian Nasional pada akhir tahun setiap jenjang pendidikan (kelas 6 SD, kelas 9 SMP, kelas 12 SMA).
g. Di New Zealand tidak berlaku adanya buku paket seperti di Indonesia.

Hal ini dikarenakan guru sebagai pelaksana kurikulum tingkat kelas telah mandiri dan mampu menyusun modul sesuai dengan kebutuhan siswa dan karakter sekolah.
h. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan sistem pengajaran berpasangan.

Pasangan mengajar ditentukan oleh guru masing-masing, jika dari pasangan ini tidak cocok, guru diijinkan beralih ke pasangan lain sekalipun tidak sama backgroundnya. Sedangkan di Indonesia tidak berpasangan.
i.

Budaya yang sangat baik dan dapat diterapkan di Indonesia adalah kebiasaan adanya meeting antara kepala sekolah 20 menit sebelum mengajar, dan 20 menit sebelum pulang untuk kegiatan membaca. Dua budaya ini dilaknasakan setiap hari. Budaya membaca ini diterapkan oleh seluruh warga sekolah. Sedangkan di Indonesia tidak ada.

j. New Zealand mengembangkan kurikulum secara bottom-up. Sebelum kurikulum disahkan, sudah terlebih dahulu dipaparkan kepada murid,

orangtua, masyarakat dan dunia usaha. Sehingga suara dari mereka bisa diserap. Setelah konsep kurikulum jadi, pemerintah mengadakan polling untuk menanyakan apakah kurikulum sudah sesuai dengan kebutuhan. Polling menjaring kembali suara para ahli. Baru kemudian menjadi sebuah kurikulum. Sedangkan di Indonesia, tanpa uji coba. Jadi langsung disahkan oleh pihak-pihak yang terkait dan pemerintah. k. Mayoritas sekolah di New Zealand merupakan sekolah milik pemerintah dimana antara laki-laki dan perempuan dipisahkan. Sedangkan sekolah di Indonesia mayoritas campur antara lakki-laki dan perempuan. 2. Perbandingan Materi Pada dasarnya pokok-pokok materi kimia yang diajarkan di New Zealand sama dengan pokok-pokok materi kimia yang diajarkan di Indonesia. Hanya saja pembelajaran kimia di New Zealand lebih aplikatif dibandingkan pembelajaran di Indonesia.

PENUTUP Kurikulum yang digunakan di New Zealand bertujuan untuk menjadikan generasi muda sebagai pembelajar seumur hidup yang percaya diri, kreatif, mampu bersosialisasi, dan aktif terlibat dalam komunitasnya. Pada kurikulum ini kimia merupakan bagian dari mata pelajaran Sains. Kimia di New Zealand diajarkan secara aplikatif. Setiap pelajar menikmati lingkungan yang menunjang pembelajaran. Di dalam kelas-kelas kecil, para pelajar menerima lebih banyak perhatian secara pribadi dari guru-guru mereka daripada yang akan mereka peroleh di negara dunia lainnya. Para pelajar diperlakukan sebagai individu dan didorong tidak saja untuk belajar dari orang lain melainkan juga untuk berpikir secara mandiri. Para pelajar akan belajar cara memanfaatkan kekuatan unik dan ide-ide orisinil mereka dan bagaimana menyalurkan ide-ide itu ke dalam karir yang menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://indonesian.anriintern.com/news/education-in-new-zealand, diakses pada hari kamis tanggal 16 Desember 2010.

http://www.inca.org.uk/pdf/062001review.pdf, diakses pada hari Selasa tanggal 14 Desember 2010. http://www.minedu.govt.nz/~/media/MinEdu/Files/EducationSectors/Schools/ScienceInT heNewZealandCurriculum.pdf, diakses pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010. http://www.tki.org.nz/r/science/curriculum/toc_e.php diakses pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010. http://www.tki.org.nz/ diakses pada hari Kamis tanggal 16 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai