Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu hal yang mutlak harus dimiliki setiap orang dalam rangka melangsungkan proses hidup dan kehidupannya. Sehingga salah satu bidang yang dijadikan sebagai indikator pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia adalah bidang kesehatan, selain bidang pendidikan dan ekonomi. Pencapaian IPM bidang kesehatan ditentukan dengan panjang pendeknya Umur Harapan Hidup (UHH) yang dipengaruhi oleh tingginya angka kematian dan angka kesakitan. Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH), akan berdampak kepada populasi penduduk lanjut usia yang akan semakin mengalami peningkatan yang bermakna. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut diperkirakan sebesar 24 juta jiwa atau 9,77 % dari total jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya permasalahanpermasalahan kesehatan, karena pada usia lanjut terjadi kemunduran-kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit/masalah kesehatan baik yang bersifat infeksi atau non infeksi /degeneratif.1 Di Indonesia telah mengalami pergeseran penyakit, dari penyakit menular menjadi penyakit degeneratif, diantaranya penyakit jantung. Menurut survei 1

kesehatan rumah tangga, prevalensi penyakit kardiovasuler menduduki urutan ke10 pada tahun l980 dengan prevalensi sebesar 5,2% dan meningkat menjadi sebesar 6,3% diurutan ke-8 pada tahun 1986 (peningkatan kurang lebih 21,2%). Prevalensi sebagai penyebab kematian juga meningkat. Pada tahun 1980 penyakit kardiovaskuler menempati peringkat ke-3 dengan persentase sebesar 9,9%, peringkat ke-2 pada tahun 1986 dengan persentase sebesar 9,7% dan peringkat pertama pada tahun 1990 dengan persentase sebesar 16,5%.2 Penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dijumpai pada usia lanjut adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung pulmonik. Hipertensi merupakan faktor risiko penting bagi penyakit kardiovaskuler yang lain. Dahulu hipertensi pada lansia pernah diabaikan karena dianggap bukan masalah, tetapi sekarang telah diakui bahwa hipertensi pada lansia memegang peranan besar sebagai faktor risiko baik untuk jantung maupun otak yang berakibat pada munculnya stroke dan penyakit jantung koroner.3 Sebuah studi epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien yang hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari.4 Hasil survei Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 1995 sampai pada tahun 1997 di 27 ibukota propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih mencapai 6,8% pada laki-laki dewasa dan 13,5% pada perempuan dewasa. Meskipun angka tersebut tidak menunjukkan secara langsung jumlah lansia yang obesitas, namun penelitian Monica pada tahun 1994 menunjukkan bahwa hipertensi didapati pada 19,9% lansia yang gemuk dan 29,8% pada lansia yang obesitas.5

Status gizi adalah suatu keadaaan kesehatan akibat interaksi antara tubuh manusia, zat gizi dan makanan. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun faali dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degeneratif maupun non degeneratif yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.3 Penelitian yang dilakukan Elli Firdamila pada tahun 2009 di Kota Padang menemukan adanya hubungan bermakna antara status gizi dengan tekanan darah systole dan diastole. 6 Hasil penelitian di Kota Palu Sulawesi Tengah tahun 2008 menunjukan terdapat hubungan bermakna antara status gizi usia lanjut dengan hipertensi. Keadaan berat badan berlebih sering dijumpai pada lansia. Peningkatan jumlah lemak pada lansia ini dipengaruhi oleh penurunan aktivitas fisik yang tidak diimbangi dengan pengurangan asupan makanan. Penurunan fungsi hormon tertentu (estrogen dan progesterone) juga akan mempengaruhi metabolisme lemak. Peningkatan jumlah lemak akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung lebih tinggi sehingga timbul hipertensi.7

Pada tahun 2009 kasus penyakit hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas munjul kabupaten Majalengka berdasarkan sepuluh besar penyakit hipertensi

merupakan penyakit yang menempati urutan ke dua adalah sebanyak 9.876. 8 Berdasarkan hasil rekapitulasi kegiatan Posyandu Lansia di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul yang dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka menunjukkan bahwa hipertensi merupakan keluhan utama para lansia. Jumlah lansia peserta Posyandu lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul sebanyak 1.644, terdapat 144 lansia yang menderita hipertensi, sedangkan untuk keadaan status gizi lansia berdasarkan Indeks Massa Tubuh menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki status gizi normal dengan jumlah sebanyak 1.196 orang, lansia yang memiliki status gizi kurang berjumlah 264 orang dan lansia dengan status gizi lebih berjumlah 184 orang. Berdasarkan semua data yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HUBUNGAN STATUS GIZI

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN

MAJALENGKA TAHUN 2011.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahannya adalah Apakah ada hubungan antara status gizi lanjut usia dengan kejadian kasus hipertensi pada lanjut usia (lansia) wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2011

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara status gizi lanjut usia dengan kejadian kasus hipertensi pada lanjut usia (lansia) di wilayah kerja Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2011 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinyastatus gizi lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul Tahun 2011. 2. Diketahuinya kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul Tahun 2010. 3. Mengetahui hubungan status gizi lansia dan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul Tahun 2011.

1.4 Ruang lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada variabel bebas yaitu status gizi pada lansia sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian penyakit hipertensi pada lanjut usia. Subjek penelitian ini adalah lanjut usia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Penelitian ini

menggunakan data primer dan sekunder. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross sectional.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis 1. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam bidang ilmu keperawatan lingkup lanjut usia atau gerontik. 2. Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain dalam penelitian dengan topik yang sama dan lebih mendalam. 1.5.2 Aspek Praktis 1. UPTD Puskesmas Munjul Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi program khususnya program lanjut usia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul serta meningkatkan program promosi kesehatan tentang faktor risiko hipertensi dan komplikasinya 2. Perawat Puskesmas Dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan promosi kesehatan ataupun penyuluhan yang merupakan salah satu tindakan keperawatan kepada masyarakat lanjut usia tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit hipertensi pada lanjut usia.

Anda mungkin juga menyukai