1 Analisis Fisik Dasar Analisis fisik dasar merupakan salah satu metode analisis yang digunakan
untuk mengetahui karakteristik wilayah di Desa Gembongan. Analisis fisik dasar tersebut menggunakan transek desa dan analisis kemampuan lahan. 7.1.1 Transek Desa Transek Desa merupakan salah satu metode deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan keadaan Desa Gembongan secara umum dan menyeluruh dalam hal jenis tanah, ketinggian, guna lahan, potensi dan masalahnya. Lintasan transek yang disurvei adalah dari bagian selatan yaitu jalan provinsi hingga bagian utara desa yang berbatasan dengan Desa Beratwetan, sedangkan untuk bagian barat hingga timur, mengambil lokasi permukiman yang mencakup tiga dusun di Desa Gembongan. A. Kondisi wilayah Desa Gembongan dalam Transek tata guna lahan SelatanUtara, akan ditemui guna lahan berupa permukiman, ladang jagung, ladang tebu, sawah, dan ladang tebu.
VII-1
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
1. Permukiman Permukiman di Desa Gembongan berada pada ketinggian 28 meter dpl dengan kemiringan lahan yang relatif datar, yaitu sebesar 5%. Secara khusus dalam transek tergambar Dusun Gembongan Kulon dan Gembongan Lor. Jenis tanah secara umum di Desa Gembongan adalah tanah aluvial. Kondisi jalan pada wilayah permukiman tesebut telah beraspal. Terdapat jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto serta Kabupaten Kediri di bagian selatan Desa Gembongan yang berbatasan dengan Sungai Brantas. Terdapat beberapa sarana di daerah permukiman tersebut, yaitu sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, serta sarana perdagangan dan jasa. Pola permukimannya adalah gathered atau memusat, sehingga berpotensi untuk mempermudah terjadinya interaksi sosial antar warga Desa Gembongan, sedangkan masalah yang ada di permukiman tersebut adalah kondisi drainase yang meluap akibat sampah yang dibuang ke selokan karena tidak adanya tempat sampah di setiap rumah. Drainase yang meluap tersebut mengakibatkan bau tidak sedap dari selokan, banjir ke jalan saat musin penghujan, serta tempat munculnya sarang penyakit. Pengadaan tempat sampah di setiap rumah, serta
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-2
pengadaan TPS di Desa Gembongan akan menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke selokan dan sungai sehingga drainase pun tidak akan meluap seperti saat ini. 2. Ladang jagung Ladang jagung di Desa Gembongan berada pada ketinggian 25meter dpl. Terdapat sarana pemakaman diantara ladang jagung. Ada dua jenis tanaman jagung yang ditanam pada areal ini yaitu jagung 21 dan jagung lanang wedok sebagai tanaman pangan. Hasil panen jagung sebesar 2,2 ton/Ha. Lahan ladang jagung tersebut merupakan lahan untuk tanaman musiman. Ketika musim kemarau, ditanami tanaman jagung, dan ketika musim hujan ditanami padi. Tanaman jagung tidak membutuhkan banyak air untuk tumbuh sehingga berpotensi untuk ditanam ketika musim kemarau yang cenderung memiliki sedikit pasokan air untuk irigasi. Permasalahan yang ada yaitu adanya hama wereng dan tikus sehingga menganggu pertumbuhan tanaman jagung. Perlunya diadakan penyuluhan bagi para petani jagung mengenai pertanian jagung agar dapat mengatasi permasalahan hama dan tikus serta nantinya dapat dilakukan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
pengembangan tanaman jagung yang dapat meningkatkan hasil panen jagung. 3. Ladang Tebu I Ladang Tebu tersebut mempunyai ketinggian 25 meter dpl. Jenis tanaman tebu yang ditanam pada wilayah ini adalah tanaman tebu PMC 51. Tanaman tebu tidak membutuhkan banyak air seperti halnya tanaman padi, sehingga tanaman tebu merupakan solusi tanaman yang ditanam ketika pasokan air untuk irigasi kurang. Selain itu, tanah aluvial juga cocok untuk ditanami tanaman palawija di wilayah ini, yang juga akan meningkatkan hasil pertanian Desa Gembongan dan menambah variasi komoditas di Desa Gembongan. Hasil panen tanaman tebu sebesar 100 ton/Ha, Kesulitan irigasi saat musim kemarau menjadi masalah bagi pertumbuhan tanaman tebu sehingga pertumbuhan tanaman tebu menjadi terhambat. DAM Menturus yang rusak menjadi penyebab sulitnya irigasi
VII-3
ke pertanian Desa Gembongan, sehingga dibutuhkan perbaikan DAM agar irigasi menjadi lancar dan hasil pertanian tebu pun dapat meningkat. 4. Sawah Sawah pada Desa Gembongan memiliki ketinggian 24 meter dpl. Jenis tanaman padi pada wilayah ini adalah ir 46 dengan usia padi 105 hari dengan jenis tanah aluvial, serta kondisi tanah yang memerlukan banyak air agar tanaman padi dapat tumbuh. Panen padi 8,6kuintal/450m2. Panen dilakukan setiap tiga bulan sekali. Permasalahan yang ditemukan adalah kesulitan air serta adanya hama yang menyerang tanaman padi dari dalam secara keseluruhan tanaman sehingga mengakibatkan gagal panen untuk tahun 2011. Penyuluhan dan sosialisasi mengenai tanaman padi bagi para petani guna mengatasi hama tersebut dan pengembangan serta peningkatan hasil panen tanaman padi yang harga jualnya jauh lebih tinggi dari tanaman tebu dan jagung, sehingga perekonomian para petani pun dapat semakin meningkat. Perbaikan DAM Menturus untuk memperlancar irigasi menjadi faktor penting dalam peningkatan perekonomian para petani padi. 5. Ladang tebu II Ladang tebu tersebut terdapat pada ketinggian 23 meter dpl. Jenis tebu yang ditanam pun sama dengan jenis tebu pada lahan tebu lainnya di Desa Gembongan, yaitu tanaman tebu PMC 51. Tanaman tebu dipanen tua ketika sudah berumur satu tahun. Panen tebu di Desa Gembongan adalah 100 ton/Ha setiap panennya. Dengan hasil panen tebu yang berjumlah besar tersebut, Desa Gembongan berpotensi untuk bekerja sama dengan Pabrik Gula Gempolkerep di desa sebelah karena mudahnya aksesibilitas yang juga menekan biaya transportasi perangkutan tebu tersebut. Masalah ladang tebu tersebut adalah kekurangan air karena sulitnya irigasi ke ladang tebu. Perlunya perbaikan DAM Menturus untuk memperlancar irigasi ke pertanian tebu sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian tebu para petani. Berdasarkan transek tata guna lahan Desa Gembongan, dapat disimpulkan bahwa lahan permukiman membutuhkan perhatian lebih dari
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-4
pemerintah desa agar masalah drainase meluap serta persampahan sepanjang Jalan Atmoprawiro yang melintasi Dusun Gembongan Kulon dan Dusun Gembongan Lor dapat segera diatasi, serta perlunya penanganan khusus dalam hal irigasi ke pertanian agar pertumbuhan tanaman serta hasil panen jagung, padi, dan tebu dapat maksimal. Berdasarkan jenis tanahnya, yaitu tanah aluvial, serta ketinggian dan kelerengan lahan di Desa Gembongan cocok untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga dapat mendukung pertanian desa jika dilihat dari faktor fisik alamiahnya. Berdasarkan kelengkapan fasilitas pertanian, seperti traktor dan irigasi, lahan pertanian di Desa Gembongan sudah memenuhi untuk menjadi lahan pertanian. Namun untuk proses penggilingan padi dan tebu, Desa Gembongan tidak mempunyai alat penggiling, sehingga untuk nantinya diperlukan alat penggiling hasil panen padi dan tebu agar harga jual hasil pertanian pun semakin tinggi dan dapat meningkatkan perekonomian para petani Desa Gembongan.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-5
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO B. Kondisi wilayah Desa Gembongan dalam Transek Barat-Timur akan ditemui guna lahan berupa permukiman, sarana perdagangan, permukiman, sarana perdagangan, permukiman, sarana perdagangan, sarana keamanan, sarana kesehatan, sarana perdagangan, dan permukiman.
VII-6
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO 1. Permukiman Permukiman pada Desa Gembongan terletak pada ketinggian 28 mdpl dan wilayah ini cenderung datar. Dengan ketinggian ini, Permukiman pada Desa Gembongan merupakan wilayah yang baik untuk ditempati. Tidak hanya ketinggian yang baik untuk wilayah permukiman, jenis tanah berupa tanah alluvial merupakan tanah yang baik untuk lahan pertanian dan mempunyai kadar air yang sangat baik untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Sehingga banyak warga desa gembongan yang memakai sumur sebagai sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Permasalahan yang dihadapi pada permukiman warga yaitu berupa sanitasi dan sampah yang buruk. Hal ini dapat terlihat dalam sistem drainase yang mampet dan kotor serta terdapat penumpukan sampah. Sehingga dapat menyebabkan genangan banjir pada beberapa ruas jalan permukiman desa. Untuk itu, perlu diadakan pembersihan rutin dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga dan merawat lingkungan permukiman warga sendiri. 2. Sarana Perdagangan Sarana perdagangan pada transek desa Barat-Timur merupakan sarana perdagangan berupa warung dan toko. Warung dan toko pada daerah ini merupakan warung dan toko yang menjual kebutuhan alat rumah tangga. Bentuk bangunan yang permanen dan tersebar pada setiap dusun dapat mempermudah warga Desa Gembongan membeli kebutuhan rumah tangga sehari-hari. 3. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan pada desa Gembongan berupa polindes yang terletak pada dusun Gembongan Wetan. Sarana kesehatan ini sering dilakukan oleh warga untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai informasi penyakit, imunisasi dll. Sehingga dengan terdapatnya sarana kesehatan ini, warga bisa mengantisipasi penyakit-penyakit yang ada. Permasalahan yang dihadapi polindes ini merupakan kurang dilakukan perawatanperawatan. Hal ini terlihat dalam bentuk bangunan yang kurang terawat.
VII-7
Tidak hanya itu, polindes ini ketika tidak dipakai untuk penyuluhan, warga desa banyak yang melakukan berinteraksi dan berkumpul dan sering membuat kotor tempat ini. Sehingga perlu di lakukan perbaikan dalam sarana ini seperti pembersihan dan perawatan pada bagian-bagian yang rusak. Agar masyarakat yang datang untuk berobat dapat lebih nyaman dan mendukung untuk dilakukan perobatan pada warga Desa Gembongan. 4. Sarana Keamanan Sarana Keamanan pada Desa Gembongan yaitu berupa pos kamling yang berfungsi untuk menjaga keamanan warga Desa Gembongan. Sama halnya dengan sarana kesehatan, kondisi pos kamling ini tidak terawatt dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Karena penjaga pada pos kamling ini sering tidak berada ditempat dan tidak melakukan tugasnya, akibatnya banyak warga desa yang menggunakan pos kamling ini hanya sekedar untuk berkumpul-kumpul atau tidak dilakukan pengurusan pada sarana ini. Sehingga perlu dilakukan perawatan dan perbaikan pada sarana ini seperti di fungsikan kembali sarana ini agar keamanan warga desa gembongan dapat terjaga. Sehingga berdasarkan penjelasan tersebut Dusun Gembongan Wetan merupakan dusun yang sarana dan prasarananya kurang, Sedangkan Dusun Gembongan Kulon merupakan Dusun yang lengkap sarana dan prasarananya. Sehingga dengan penjelasan tersebut, Dusun Gembongan wetan perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah desa untuk penambahan berupa sarana dan prasarana yang menunjang kebutuhan dan aktiftas warga Dusun Gembongan Wetan. 7.1.2 Analisis Kemampuan Lahan Analisis kemampuan lahan merupakan kemampuan suatu lahan yang difungsikan dan dimanfaatkan secara keseluruhan dan lahannya digunakan agar dapat menghasilkan suatu produksi tanaman yang akan direncanakan. Analisis kemampuan lahan merupakan upaya dan usaha yang digunakan untuk menganalisis potensi dan masalah yang ada dalam suatu lahan. Analisis kemampuan lahan sangat berpengaruh karena dapat mendukung proses penyusunan rencana penggunaan lahan dalam suatu wilayah.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-8
Berdasarkan tabel tabel klasifikasi dan skor menurut SK Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/11/1980 dan No.683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi, maka dapat dilihat analisis kemampuan lahan pada wilayah Desa Gembongan sebagai berikut: 1. Kelerengan Desa Gembongan Data klasifikasi dan nilai skor kelerengan setiap dusun di Desa Gembongan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 1 Klasifikasi dan Nilai Skor Kelerengan Desa Gembongan Kelerengan Dusun Kelas Klasifikasi NilaiSkor (%) GembonganKulon 1 5% Datar 20 Gembonganwetan 1 5% Datar 20 Gembonganlor 1 5% Datar 20 Mulyosari 1 6% datar 20
Sumber: Hasil Analisis (2011)
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Klasifikasi dan nilai skor kelerengan Desa Gembongan bersifat homogen, semua desa termasuk kedalam kelas 1 dengan kelerengan 5% - 6% dengan klasifikasi Datar dengan nilai skor 20. Dengan nilai skor tersebut, Desa Gembongan ditetapkan sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman. 2. Jenis Tanah Desa Gembongan menurut Kepekan Terhadap Erosi dan Intensitas hujan harian Rata-rata Desa Gembongan Data jenis tanah dan curah hujan di Desa Gembongan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 2 Data Jenis Tanah dan Curah Hujan Curah Hujan Jenis Tanah Intensitas Nilai Jenis curah hujan Klasifikasi Klasifikasi skor Tanah (mm/hari) Sangat 7,083 10 Aluvial Tidak Peka rendah
Kelas
Nilai skor 15
Klasifikasi dan nilai skor jenis tanah Desa Gembongan bersifat homogen, semua desa termasuk ke dalam kelas 1 dengan jenis tanah datar dengan klasifikasi tidak peka. Dengan nilai skor tersebut, Desa Gembongan ditetapkan sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman.
VII-9
Klasifikasi dan nilai skor kelerengan Desa Gembongan bersifat homogen, semua dusun termasuk kedalam kelas 1 dengan intensitas hujan 7,08 mm/hari dengan klasifikasi sangat rendah dengan nilai skor 10. Dengan nilai skor tersebut, Desa Gembongan ditetapkan sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman. Dari hasil analisis di atas penetapan fungsi kawasan dilakukan dengan menjumlahkan nilai skor dari ketiga faktor yang dinilai pada setiap satuan lahan. Besarnya jumlah nilai skor tersebut merupakan nilai skor kemampuan lahan untuk masing-masing satuan lahan.
Tabel 7. 3 Tabel Jumlah Nilai Skor Kemampuan Lahan untuk masing-masing Satuan Lahan Desa Jumlah Nilai Skor Gembongan 45
Sumber :HasilAnalisis(2011)
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 4 FungsiKawasanDesaGembongan Desa Fungsi Kawasan Gembongan Kawasan budidaya tanaman tahunan, Kawasan budidaya tanaman semusim, kawasan permukiman.
Sumber :HasilAnalisis(2011)
Hasil skor tiap dusun sama dengan dusun yang lain, yaitu 45. Ini berarti bahwa karakteristik lahan desa gembongan bersifat homogen. Peruntukan lahan di Desa gembongan yaitu sebagai kawasan budidaya tanaman tanuhan karena mempunyai nilai skor di bawah 45, seperti tanaman jagung, akan tetapi tidak cocok untuk tanaman jati karena kelerengan hanya antar 0-8% sedangkan untuk tanaman jati memerlukan kelerengan lebih dari 15%, kawasan budidaya semusim seperti tebu, padi, palawija yang sangat cocok karena skor dibawah 125 dan kemiringan dibawah 8%. Sebagai kawasan permukiman karena kelerengan dibawah 8%. Pengembangan kawasan di Desa gembongan lebih direncanakan sebagai kawasan budidya tanaman semusim karena berdasarkan klasifikasi kelerengn 5% dan datar, jenis tanah aluvial dan tidak peka, dan kemiringan dibawah 8%.
VII-10
Peta 7. 1 Peta
Kelerengan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-11
Peta 7. 2 Peta
Jenis Tanah
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-12
Peta 7. 3 Peta
curah hujan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-13
Peta 7. 4 Peta
kemampuan lahan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-14
7.2
Analisis Kependudukan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
7.2.1 Proyeksi Penduduk Pertumbuhan penduduk Desa Gembongan dari tahun ke tahun tidak selalu mengalami kenaikan, dengan rata-rata pertumbuhan penduduknya adalah 1,22% pertahun. Rumus untuk menghitung rata-rata pertumbuhan penduduk Desa Gembongan adalah : Pertumbuhan penduduk (r) : =( ) 100%
penduduk di tiap tahun mulai dari tahun 2006 hingga tahun 2011. Pertumbuhan penduduk tiap tahun tersebut dirata-rata dan menghasilkan 1,22%. Adapun hasil hitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. 5 Jumlah Penduduk Desa Gembongan Tahun 2006-2011
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) 0,92 14,7 -0,3 2,61 -10,6 1,22 % 2006 3677 2007 3711 2008 4259 2009 4246 2010 4357 2011 3894 Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Sumber:Hasil Analisis 2011
VII-15
4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 2006 2007
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Jumlah Penduduk
2008
2009
2010
2011
Gambar 7. 3 Jumlah Penduduk Desa Gembongan Tahun 2006-2010 Sumber: Survei Primer (2011)
Berdasarkan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di atas, maka dapat diketahui trend pertumbuhan penduduk yang kemudian digunakan untuk menentukan metode yang akan dipakai untuk memproyeksi jumlah penduduk pada tahun-tahun yang akan datang. Trend pertumbuhan penduduk diperoleh dari menggabungkan titik-titik jumlah penduduk pada tahun 2006 hingga tahun 2011, seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Penduduk
VII-16
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO Dari grafik di atas, terlihat bahwa pertumbuhan penduduk di Desa Gembongan dari tahun ke tahun tidak selalu naik. Terjadi pertumbuhan penduduk yang curam ketika berada di tahun 2007 menuju 2008. Hal itu terjadi karena meningkatnya angka kelahiran yang ada di Desa Gembongan. Berdasarkan trend tersebut, maka metode yang akan digunakan untuk memproyeksikan penduduk adalah metode pertumbuhan linear. Metode ini merupakan metode yang lebih mudah digunakan untuk perhitungan 10 tahun ke depan. Adapun penggunaan metode pertumbuhan linear ini adalah menggunakan rumus : = faktor pembanding/satuan waktu = periode waktu (tahun) = tingkat populasi dasar = +
untuk 10 tahun mendatang. Berikut adalah proses perhitungan proyeksi penduduk Desa Gembongan tahun 2011-2031.
Tabel 7. 6 Jumlah Penduduk Desa Gembongan Tahun 2006-2011
Jumlah Penduduk (jiwa) 2006 3677 2007 3711 2008 4259 2009 4246 2010 4357 2011 3894 Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Sumber:Hasil Analisis 2011 Tahun Pertambahan Penduduk 0 34 548 -13 111 -463 217
Dari tabel di atas dapat kita ketahui rata-rata pertambahan penduduk di Desa Gembongan dengan cara : 217 5 = 43,4 = 43 = =
VII-17
= = = = = = = =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO = = = = = = = = + + + + + + + +
VII-18
= = = = =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-19
Dari perhitungan proyeksi penduduk Desa Gembongan tahun 2012 hingga 2032 di atas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. 7 Proyeksi jumlah penduduk desa gembongan tahun 2012-2032
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 Sumber: Hasil analisis (2011) Jumlah penduduk 3937 3980 4023 4066 4109 4152 4195 4238 4281 4324 4367 4410 4453 4496 4539 4582 4652 4668 4711 4754 4797
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Berdasarkan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di atas, maka dapat diketahui trend pertumbuhan penduduk yang kemudian digunakan untuk menentukan metode yang akan dipakai untuk memproyeksi jumlah penduduk pada tahun-tahun yang akan datang. Trend pertumbuhan penduduk tersebut diperoleh dengan menggabungkan titik-titik jumlah penduduk pada tahun 2012 hingga tahun 2032, seperti gambar di bawah ini :
VII-20
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa proyeksi penduduk Desa Gembongan selalu mengalami peningkatan dari tahun 2012-2032. Hal ini sangat memungkinan untuk terjadi pertambahan penduduk jika melihat lahan permukiman penduduk yang masih tersedia.
7.2.2 Analisis Distribusi Penduduk Analisis distribusi penduduk digunakan untuk menganalisis persebaran penduduk Desa Gembongan di tiap dusun. Selain itu, juga untuk menganalisis proyeksi persebaran penduduk Desa Gembongan tiap dusun pada 20 tahun mendatang. Perhitungan distribusi penduduk ini menggunakan data jumlah penduduk di tiap dusun pada tahun 2011, serta data proyeksi jumlah penduduk Desa Gembongan di tahun 2012, 2017, 2022, 2027 dan 2032. Perhitungan distribusi penduduk menggunakan rumus : =
Dari rumus tersebut maka akan diperoleh proyeksi distribusi penduduk Desa Gembongan dengan perhitungan sebagai berikut :
2032
VII-21
115 3937 = 613 739 115 4152 = = 646 739 115 4367 = = 680 739 115 4582 = = 713 739 115 4797 = = 746 739 = 149 3937 = 794 739 149 4152 = = 837 739 149 4367 = = 880 739 149 4582 = = 924 739 149 4797 = = 967 739 = =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
219 3937 = 1167 739 219 4152 = = 1230 739 219 4367 = = 1294 739 219 4582 = = 1358 739 219 4797 = = 1422 739
VII-22
Dari perhitungan di atas, proyeksi distribusi penduduk Desa Gembongan di tiap dusun dalam 20 tahun mendatang dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7. 8 Proyeksi distribusi penduduk Desa gembongan per dusun tahun 2012, 2017, 2022, 2027 dan 2032
2012 Mulyosari 613 Gembongan Kulon 794 Gembongan Lor 1167 Gembongan Wetan 1364 Sumber : Hasil analisis (2011) Dusun 2017 646 837 1230 1438 Jumlah Penduduk 2022 680 880 1294 1513 2027 713 924 1358 1587 2032 746 967 1422 1662
256 3937 = 1364 739 256 4152 = = 1438 739 256 4367 = = 1513 739 256 4582 = = 1587 739 256 4797 = = 1662 739 =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Berdasarkan tabel tersebut maka diketahui proyeksi distribusi penduduk Desa Gembongan dalam gambar berikut :
VII-23
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Mulyosari Gembongan Kulon Gembongan Lor Gembongan Wetan 2012 2017 2022 2027 2032
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa distribusi penduduk setiap dusun di Desa Gembongan diproyeksikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan SNI No 03-1733 Tahun 2004 bahwa kebutuhan luas lantai hunian minimum tiap orang adalah 9,6 m2. Berdasarkan luas hunian tersebut dapat diproyeksikan suatu dusun dapat menampung hingga berapa jumlah penduduk yang maksimal. Serta dapat menunjukkan pada tahun berapa sebuah dusun akan penuh oleh penduduk.
Tabel 7. 9 Proyeksi Kebutuhan Lahan Dusun Mulyosari
Tahun Jumlah Penduduk 2012 613 2017 646 2022 680 2027 713 2032 746 Sumber : Hasil analisis (2011) Kebutuhan Lahan (Ha) 0,5884 0,6201 0,6528 0,68448 0,71616
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lahan permukiman di Dusun Mulyosari masih bisa menampung penduduk hingga tahun 2032. Hal ini dapat dianalisis dari luas lahan untuk permukiman di Dusun Mulyosari sebesar 7,58 Ha dapat menampung jumlah penduduk di tahun 2032 yang hanya membutuhkan lahan sebesar 0,37 Ha untuk permukiman penduduk.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-24
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lahan permukiman di Dusun Gembongan Kulon masih bisa menampung penduduk hingga tahun 2032. Hal ini dapat dianalisis dari luas lahan untuk permukiman di Dusun Gembongan Kulon sebesar 11,21 Ha dapat menampung jumlah penduduk di tahun 2032 yang hanya membutuhkan lahan sebesar 1,39 Ha untuk permukiman penduduk.
Tabel 7. 11 Proyeksi Kebutuhan Lahan Dusun Gembongan Lor
Tahun Jumlah Penduduk 2012 1086 2017 1144 2022 1199 2027 1261 2032 1325 Sumber : Hasil analisis (2011) Kebutuhan Lahan 1,04256 1,09824 1,15104 1,21056 1,2720
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lahan permukiman di Dusun Gembongan Lor masih bisa menampung penduduk hingga tahun 2032. Hal ini dapat dianalisis dari luas lahan untuk permukiman di Dusun Gembongan Lor sebesar 11,15 Ha dapat menampung jumlah penduduk di tahun 2032 yang hanya membutuhkan lahan sebesar 1,27 Ha untuk permukiman penduduk.
Tabel 7. 12 Proyeksi Kebutuhan Lahan Dusun Gembongan Wetan
Tahun Jumlah Penduduk 2012 1339 2017 1408 2022 1479 2027 1555 2032 1634 Sumber : Hasil analisis (2011) Kebutuhan Lahan 1,28544 1,35168 1,41984 1,4928 1,56864
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lahan permukiman di Dusun Gembongan Wetan masih bisa menampung penduduk hingga tahun 2032. Hal ini dapat dianalisis dari luas lahan untuk permukiman di Dusun Gembongan Wetan sebesar 12,72 Ha dapat menampung jumlah penduduk di tahun 2032 yang hanya membutuhkan lahan sebesar 1,56 Ha untuk permukiman penduduk.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-25
7.2.3 Analisis Kepadatan Pendududuk Desa Gembongan terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Mulyosari, Dusun Gembongan Kulon, Dusun Gembongan Lor dan Dusun Gembongan Wetan. Jumlah penduduk Desa Gembongan pada tahun 2011 adalah sebesar 3894 jiwa. Luas lahan Desa Gembongan seluruhnya adalah 200,895 Ha. Perhitungan kepadatan penduduk di Desa Gembongan menggunakan rumus : =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Analisis kepadatan penduduk digunakan untuk menganalisis proyeksi kepadatan penduduk di tiap dusun Desa Gembongan selama 20 tahun ke depan. Perhitungan proyeksi kepadatan penduduk menggunakan data proyeksi jumlah penduduk per dusun Desa Gembongan tahun 2012, 2017, 2022 dan tahun 2027. Luas lahan dan data penduduk di tiap dusun Desa Gembongan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. 13 Luas Lahan Dan Proyeksi Penduduk Tiap Dusun Desa Gembongan
Dusun Luas Lahan (Ha) Mulyosari 35,622 Gembongan Kulon 16,181 Gembongan Lor 11,44 Gembongan Wetan 137,652 Sumber : Hasil analisis (2011) 2012 318 1191 1087 1341 Jumlah Penduduk (jiwa) 2017 2022 2027 332 350 371 1243 1308 1386 1144 1194 1264 1399 1472 1560 2032 388 1451 1324 1633
Dari data di atas maka dapat diperoleh proyeksi kepadatan penduduk Desa Gembongan dengan perhitungan sebagai berikut : a. Proyeksi kepadatan Penduduk Dusun Mulyosari = = 332 = 9,32 35,622 350 = 9,83 35,622
VII-26
= = = = = = = = = = = = = = =
371 = 10,41 35,622 388 = 10,89 35,622 1191 = 73,60 16,181 1243 = 76,81 16,181 1308 = 80,83 16,181 1386 = 85,65 16,181 1451 = 89,67 16,181 1087 = 95,35 11,4 1144 = 100,3 11,4 1194 = 104,7 11,4 1264 = 110,8 11,4 1324 = 116,1 11,4 1341 = 9,74 137,652
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
d. Proyeksi kepadatan Penduduk Dusun Gembongan Wetan 1399 = 10,16 137,652 1472 = 10,69 137,652
VII-27
= =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari perhitungan proyeksi kepadatan penduduk di Desa Gembongan tiap dusunnya dalam 20 tahun mendatang diperoleh hasil proyeksi kepadatan penduduk yang disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 7. 14 Proyeksi Kepadatan penduduk desa gembongan per dusun tahun 2012, 2017, 2022, 2027 dan tahun 2032
2012 Mulyosari 8,93 Gembongan Kulon 73,60 Gembongan Lor 95,35 Gembongan Wetan 9,74 Sumber : Hasil analisis (2011) Dusun Kepadatan penduduk (jiwa/Ha) 2017 2022 2027 9,32 9,83 10,41 76,81 80,83 85,65 100,3 104,7 110,8 10,16 10,69 11,33 2032 10,89 89,67 116,1 11,86
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui trend kepadatan penduduk di setiap dusun Desa Gembongan yang disajikan pada gambar berikut.
120 100 80 60 40 20 0 Mulyosari Gembongan Kulon Gembongan lor Gembongan Wetan 2012 2017 2022 2027 2032
Dari gambar proyeksi penduduk Desa Gembongan di atas dapat diketahui bahwa Dusun Gembongan Kulon dan Dusun Gembongan Lor yang memiliki kepadatan penduduk tinggi. Hal ini terjadi karena luas lahan Dusun Gembongan
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-28
Kulon dan Dusun Gembongan Lor yang paling luas. Menurut gambar di atas, kepadatan penduduk Desa Gembongan akan terus mengalami kenaikan. Hal ini juga berarti bahwa pertumbuhan penduduk Desa Gembongan akan terus meningkat. 7.2.4 Pola Permukiman Pola permukiman di Desa Gembongan adalah berkumpul (gethered) atau memusat. Hal ini dapat dilihat dari letak permukiman ke lahan pertanian yang cukup jauh. Namun jika dilihat dari segi per dusun, posisi dan letak masyarakat mengikuti jalan (linear). rumah-rumah
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
penduduk biasanya dipengaruhi topografi, kemiringan tanah, kondisi iklim, dan ketersediaan lahan untuk wilayah tersebut. Pola tersebut terbentuk secara alami untuk memenuhi kebutuhan lahan tani bagi masyarakat setempat. Dilihat dari jenis bangunannya, struktur permukiman pada pembuatan rumah adalah sebagian besar 97% permanen. Struktur bangunan di Desa Gembongan sendiri hampir semua 90% terbuat dari batu bata. Hal ini didukung dari kemiringan lahan desa serta struktur tanah yang keras. Selain itu, masyarakat Desa Gembongan juga lebih memilih menggunakan batu bata karena kondisi iklim yang sering mengalami kemarau, sehingga membutuhkan kualitas bangunan rumah yang bisa melindungi dan cukup dijangkau bagi masyarakat dari segi pendapatan. Kesimpulan dari hasil analisis pola permukiman di Desa Gembongan adalah bentuk permukiman yang memusat jika dilihat secara keseluruhan desa, sedangkan jika ditinjau dari setiap dusun bentuk permukiman adalah linear mengikuti jalan. Posisi dan letak tersebut dapat dikatakan baik karena jika ditinjau dari lokasi dan letak dataran Desa Gembongan merupakan dataran rendah dan memerlukan pola permukiman yang rapi.
VII-29
Peta 7. 5 Peta
pola permukiman
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-30
7.3
Analisis Struktur Ruang Pembentukan struktur ruang desa dilakukan dengan cara melakukan analisis
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
terhadap setiap sub wilayah administratif desa melalui beberapa variabel. Beberapa parameter yang digunakan dalam menganalisis pembagian pusat dan sub pusat desa nata lain: 1. Kelengkapan dan persebaran sarana 2. Jumlah penduduk tiap dusun 3. Aksesibilitas Desa Gembongan terdiri atas empat dusun, yaitu Dusun Mulyosari, Dusun Gembongan Kulon, Dusun Gembongan Lor, dan Dusun Gembongan Wetan. Untuk menganalisis pusat dan sub pusat kegiatan di Desa Gembongan adalah dengan menggunakan analisis matriks indeks sentralitas. Matriks indeks sentralitas adalah bagian dari suatu matriks fungsi wilayah atau yang sering disebut dengan analisis fungsi. Analisis fungsi merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah studi, yang memiliki kaitan dengan berbagai aktivitas penduduk/masyarakat, agar dapat memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut.
VII-31
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO 7.3.1 Indeks Sentralitas
Tabel 7. 15 Matriks Fungsi Wilayah Dengan Indeks Sentralitas Desa Gembongan Kabupaten Mojokerto
Pendidikan NO Dusun A 1 2 3 4 Mulyosari Gembongan Kulon Gembongan Wetan Gembongan Lor Jumlah 0 1 0 0 B 2 1 0 0 C 1 0 0 0 D 0 0 0 0 0 E 0 1 0 0 1 F 0 1 0 0 1 G 0 1 0 0 1 H 0 1 0 0 1 I 0 0 0 1 1 J 0 1 0 0 1 K 1 3 0 0 4 L 0 1 0 0 1 M 2 3 2 0 7 N 1 0 1 0 2 O 1 0 0 1 2 Kesehatan Pemerintahan Peribadatan Olahraga Makam Perdagangan dan Jasa P 0 1 1 0 2 Q 5 10 5 1 21 R 0 3 1 1 5 13 27 10 4 54 per unit sarana
G: Praktek Dokter F: Rumah Sakit bersalin H: Apotek I: Kantor Pelayanan/Administrasi J: Kantor Pelayanan Utilitas Umum & Jasa
VII-32
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
NI =
Keterangan: NI Pn Pi
Pn 1000 Pi
: Nilai indeks dasar dari tiap faktor : Nilai dasar faktor : Nilai dasar faktor tertinggi
K =1 + 3.3 log n
I=
Keterangan:
K = jumlah kelas I = interval kelas n = banyaknya variabel Setiap dusun yang memiliki sarana dapat diberikan suatu peringkat berdasarkan jenis sarana yang sudah tersedia. Berikut ini adalah nilai indeks berdasarkan jenis sarana tiap dusun: 1. Nilai Indeks Sarana Pendidikan
Tabel 7. 16 Nilai Indeks Sarana Pendidikan Desa Gembongan Tahun 2011
Jumlah Fasilitas Mulyosari 3 Gembongan Kulon 3 0 Gembongan Wetan Gembongan Lor 0 Sumber: Hasil analisis (2011) Dusun Nilai Index 1000 1000 0 0 Klasifikasi 1 1 2 2
VII-33
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Jumlah Fasilitas 0 3 0 0 Nilai Index 0 1000 0 0
Klasifikasi Nilai Indeks: 1 = 501-1001 2 = 0-500 4. Nilai Indeks Sarana Perdagangan Dan Jasa
Tabel 7. 19 Nilai Indeks Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Gembongan Tahun 2011
Dusun Mulyosari Gembongan Kulon Gembongan Wetan Gembongan Lor Sumber: Hasil analisis (2011) Jumlah Fasilitas 5 14 7 1 Nilai Index 357,1428 1000 500 71,4285 Klasifikasi 3 1 2 3
VII-34
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO 5. Nilai Indeks Sarana Pemerintahan
Tabel 7. 20 Nilai Indeks Sarana Pemerintahan Desa Gembongan Tahun 2011
Jumlah Fasilitas Mulyosari 1 Gembongan Kulon 4 0 Gembongan Wetan Gembongan Lor 1 Sumber: Hasil analisis (2011) Dusun Nilai Index 250 1000 0 250 Klasifikasi 3 1 3 3
VII-35
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO 8. Nilai Indeks Aksesibilitas
Tabel 7. 23 Indeks Sarana Makam Desa Gembongan Tahun 2011
Tingkat Aksesibilitas Mulyosari 3 Gembongan Kulon 4 4 Gembongan Wetan Gembongan Lor 4 Sumber: Hasil analisis (2011) Dusun Nilai Index 750 1000 1000 1000 Klasifikasi 2 1 1 1
Keterangan tingkat Aksesibilitas di Desa Gembongan: sangat baik :5 baik :4 sedang :3 buruk :2 sangat buruk :1 Klasifikasi : 1 = 876 1001 2 = 750 875 9. Nilai indeks Jumlah Penduduk Tiap Dusun
Tabel 7. 24 Nilai Indeks Jumlah penduduk di Desa Gembongan Tahun 2011
Jumlah penduduk Mulyosari 315 Gembongan Kulon 1178 1075 Gembongan Wetan Gembongan Lor 1326 Sumber: Hasil analisis (2011) Dusun Nilai Index 237,5565 888,3861 810,7088 1000 Klasifikasi 2 1 1 1
VII-36
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
G N x B (1) 3 2 2 3 K N N x B (1) 3 2 3 2 K H N N x B (5) 10 15 15 15 K N I NxB (3) Total N x B R A N K III I II IV
1 1 2
3 3 2
2 1 2
2 3 2 2
2 1 2 2
2 3 2 2
3 1 2 3
1 2 1 2
3 2 3 2
2 1 1 1
2 3 3 3
2 1 1 1
2 3 3 3
6 9 9 9
48 76 54 52
VII-37
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
d) D = Sarana Perdagangan dan jasa; Nilai pembobotan= 4 e) f) E = Sarana Pemerintahan; Nilai pembobotan F = Sarana Makam; Nilai pembobotan =5 =1 =1 =5 =3
g) G = Sarana Olahraga; Nilai pembobotan h) i) H = Tingkat aksesibilitas; nilai pembobotan I = Jumlah penduduk; nilai pembobotan
Berdasarkan tabel diatas, dapat terlihat bahwa Dusun Gembongan Kulon merupakan pusat desa orde kesatu karena memiliki jumlah nilai pembobotan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan ketiga dusun lainnya jika dilihat dari seluruh variabel yang dapat dijadikan indikator penentuan pusat dan sub pusat desa. Dusun Gembongan Kulon
sebagai pusat orde pertama merupakan pusat yang tidak berada dalam sub ordinasi dusun lainnya dan memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan desa. Pusat orde kedua di Desa Gembongan ini adalah Dusun Gembongan Wetan. Dusun ini memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan setingkat di bawah Dusun Gembongan Kulon. Pusat orde ketiga dan keempat pada prinsipnya memiliki ciri-ciri yang sejalan dengan uraian diatas. Pusat orde ketiga di Desa Gembongan adalah Dusun Mulyosari, sedangkan pusat orde keempatnya adalah Dusun Gembongan Lor. Dengan demikian, pusat orde pertama
(Dusun Gembongan Kulon) dapat dikatakan sebagai pusat Desa Gembongan, sedangkan pusat orde kedua, ketiga, dan keempat (Dusun Gembongan Wetan, Mulyosari, dan Gembongan Lor) dapat dikatakan sebagai sub pusat Desa Gembongan. adalah uraian pusat dan sub pusat desa: Berikut ini
VII-38
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO 1. Pusat desa sebagai pusat kegiatan atau pelayanan Desa Gembongan memiliki pusat kegiatan ataupun pelayanan di Dusun Gembongan Kulon. Dusun ini memiliki beberapa peran yang dapat terlihat dari fungsinya, yaitu sebagai berikut: a. Fungsi perdagangan dan jasa Dusun Gembongan Kulon memiliki jumlah sarana perdagangan ataupun jasa yang paling banyak dan lengkap dibandingkan dengan dusun lainnya. Sarana perdagangan yang terdapat di dusun Gembongan Kulon ini berupa warung, toko ataupun kios-kios. b. Fungsi kesehatan Sarana kesehatan yang terdapat di Dusun Gembongan Kulon ini adalah tempat praktek dokter, apotek, dan laboratorium. Ketiga sarana kesehatan ini merupakan sarana kesehatan yang terdapat di Desa Gembongan, yang hanya terdapat di Dusun Gembongan Kulon, tidak terdapat pada ketiga dusun lainnya. c. Fungsi peribadatan Fungsi peribadatan yang dinaungi oleh Dusun Gembongan Kulon sebagai pusat kegiatan atau pelayanan Desa Gembongan meliputi musholla/ langgar dan masjid. Keberadaan masjid di dusun tersebut dipergunakan sebagai tempat beribadah masyarakat muslim dan shalat Jumat. d. Fungsi Pendidikan Dusun Gembonn Kulon memiliki sarana pendidikan berupa bangunan TK, SD dan tempat kursus Bahasa Inggris. Sarana pendidikan ini tidak hanya ada di Dusun Gembongan Kulon melainkan juga terdapat di dusundusun yang lainnya, seperti SMP terdapat di Dusun Mulyosari. e. Fungsi Pemerintahan Dusun Gembongan Kulon memiliki sarana pemerintahan berupa kantor pelayanan umum dan pos keamanan, sedangkan balai desa terdapat di Dusun Mulyosari. f. Fungsi Pemakaman Dusun Gembongan Kulon tidak memiliki sarana pemakaman. Sarana pemakaman terdapat di Dusun Mulyosari dan Dusun Gembongan Lor yang letaknya berdekatan dengan Dusun Gembongan Kulon. g. Fungsi Olahraga
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-39
Sarana olahraga di Desa Gembongan berupa lapangan bola kaki yang tidak terdapat di Dusun Gembongan Kulon sebagai pusat desa, tetapi terdapat di Dusun Gembongan Wetan dan Dusun Mulyosari yang letaknya berdekatan dengan Dusun Gembongan Kulon. Selain karena adanya sarana penunjang yang lengkap, Dusun Gembongan Kulon juga ditunjang oleh adanya prasarana jalan utama yang sudah diaspal, tetapi juga terdapat sedikit jalan makadam, yaitu jalan -jalan selain di jalan utama. 2. Sub Pusat Kegiatan atau Pelayanan Terdapat tiga dusun di Desa Gembongan yang menjadi sub pusat kegiatan atau pelayanan, yaitu Dusun Gembongan Lor, Dusun Gembongan Wetan, dan Dusun Mulyosari. a. Dusun Gembongan Lor Berdasarkan ketersediaan sarananya, Dusun Gembongan Lor memiliki jumlah sarana yang jauh lebih sedikit dibandingkan Dusun Gembongan Kulon. Meskipun Dusun Gembongan Lor terletak di Jalan Atmoprawiro, yang merupakan jalan utama di Desa Gembongan, namun Dusun tersebut hanya memiliki empat sarana, yaitu dua warung, balai desa, serta makam. Sehingga untuk mengakses sarana lainnya, warga Dusun Gembongan Lor akan mendapatkannya di pusat kegiatan atau pelayanan yaitu Dusun Gembongan Kulon. b. Dusun Gembongan Wetan Dusun Gembongan Wetan memiliki jumlah sarana sebanyak 11 sarana yaitu sarana peribadatan, sarana RTH dan Lapangan Olahraga, serta sarana perdagangan dan jasa. Sehingga untuk mendapatkan pelayanan sarana kesehatan, pendidikan, pemakaman, pemerintahan dan pelayanan umum, warga Dusun Gembongan Wetan harus mengakses ke Dusun Gembongan Kulon sebagai pusat pelayanan di Desa Gembongan. c. Dusun Mulyosari Dusun Mulyosari merupakan dusun dengan jumlah penduduk terkecil yaitu sebesar 8% dari jumlah total penduduk Desa Gembongan, namun dusun tersebut sudah terlengkapi sarana yang memadai, yaitu sarana pemakaman, sarana perdagangan dan jasa, sarana RTH dan Olahraga, sarana pendidikan, sarana peribadatan, serta sarana pemerintahan dan pelayanan umum. Tidak adanya sarana
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-40
kesehatan mengharuskan warga Dusun Mulyosari untuk mengaksesnya ke Dusun Gembongan Kulon. 3. Linkage Sistem a. Linkage Sistem Pusat Desa dan Sub Pusat Desa Gembongan Linkage sistem yang ada pada Desa Gembongan dihubungkan oleh prasarana jalan yang berada di sepanjang administratitif Desa Gembongan dari Dusun Mulyosari sampai dengan Dusun Gembongan Lor. Hal ini dikarenakan karena terdapat akses utama berupa Jalan Atmoprawiro sebagai jalan utama desa yang dapat menghubungkan dusun-dusun pada Desa Gembongan. Jalan Atmoprawiro
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
mempunyai kondisi yang baik karena berupa jalan perkerasan aspal. Jalan Atmoprawiro juga menghubungkan antara Desa Gembongan dengan desa lain yaitu Desa Beratwetan, sehingga dengan terdapatnya jalan ini interaksi antar Desa Gembongan dan Desa Beratwetan menjadi lebih mudah.
Keterangan : 1 = Pusat desa 2 = Sub pusat desa 3 = Sub pusat desa 4 = Sub pusat desa
VII-41
Pusat Desa Gembongan terletak pada Dusun gembongan kulon, sedangkan pada sub pusat desa terletak pada Dusun Gembongan Lor, Dusun Gembongan Wetan dan Dusun Mulyosari. Dusun Gembongan Kulon sebagai pusat desa merupakan lokasi yang strategis karena terletak di dekat jalan provinsi yang menghubungkan antara kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang sehingga terdapat banyak saran dan prasarana yang mendukung di dusun ini. Sedangkan pada sub pusat desa lainnya seperti Dusun Mulyosari, Dusun Gembongan Wetan dan Dusun Gembongan Lor menjadi sub pusat desa karena aksesibilitas menuju masing-masing dusun terhambat oleh prasarana dan lokasi dusun yang tidak mendukung. Hal ini terlihat pada kondisi eksisting Desa Gembongan, karena pada sub pusat mulyosari dan dusun Gembongan Wetan aksesibilitas menuju dusun ini kurang mendukung karena jalan-jalannya berlubang. Sedangkan pada sub pusat Dusun Gembongan Lor belum menjadi sub pusat desa karena pada dusun ini selain untuk menjangkau dusun yang jauh dari keramaian dan jalan provinsi tersbut, di dusun ini hanya terdiri dari 20 % permukiman sedangkan lahan lainnya sebanyak 80 % digunakan untuk lahan pertanian Desa Gembongan. Dengan hal ini, maka Dusun Mulyosari, Dusun Gembongan Wetan dan Dusun Gembongan Lor sangat baik menjadi sub pusat Desa Gembongan. Maka dari itu, untuk kemajuan dari sub pusat-sub pusat desa yang ada, perlu penambahan sarana dan perbaikan prasarana yang ada. Hal ini berfungsi untuk memajukan sub pusat yang ada pada Desa Gembongan.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Berdasarkan gambar diatas, pintu masuk atau aksesibilitas menuju Desa Gembongan terbagi menjadi 6 akses. Tetapi untuk akses utama menuju desa ini, jalan
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-42
atmoprawiro yang terletak ditengah Desa merupakan jalan utama desa. Pintu masuk ini berfungsi bagi truk-truk yang melewati Desa Gembongan ke Desa Beratwetan dan hal ini dapat membuat hubungan antar desa menjadi lebih erat. Tidak hanya untuk melewati saja, melainkan truk-truk tersebut mengangkut hasil pertanian Desa Gembongan. Sehingga dengan adanya truk-truk ini hasil pertanian dapat lebih mudah dikirim ke pabrik setempat untuk diolah lebih lanjut. Tidak hanya aksesibilitas menuju Desa Gembongan yang mudah, tetapi juga aksesibilitas dari Desa Gembongan menuju desa-desa sekitarnya dapat mudah dijangkau dari Desa Gembongan. Akses ini melalui jalan provinsi yang menghubungkan kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang. Kondisi pada akses ini sangat baik, karena selain akses ini banyak dilalui oleh truk-truk besar, akses ini juga merupakan penghubung antar Kecamatan Gedeg dan kecamatan lainnya. b. Linkage Sistem Desa Gembongan dan Desa Sekitarnya Linkage sistem Desa Gembongan dan desa sekitarnya dapat diakses melalui jalan provinsi yang menghubungkan antara Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto. Untuk dapat mencapai Desa Beratwetan dapat melalui akses jalan atmoprawiro sedangkan untuk mencapai Desa Ngareskidul dan Desa Gempolkerep dapat melalui akses jalan provinsi. Jarak dari Desa Gembongan menuju Desa Beratwetan yaitu sejauh 2,6 Km sedangkan untuk mencapai Desa Ngareskidul sejauh 1,8 Km dan juga jarak untuk menuju Desa Gempolkerep yaitu 1,3 Km. Dengan hal jarak yang dekat ini, kerjasama antar Desa Gembongan dan Desa-desa lain dapat menjadi lebih mudah, seperti melakukan kerja sama dengan Pabrik Gula Gempolkerep yang terletak pada Desa Gempolkerep untuk melakukan penanaman tebu di Desa Gembongan, sehingga aksesisibiltas menuju desa-desa terdekat dapat dijangkau dengan baik.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-43
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-44
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO 7.3.2 Analisis Kebutuhan Sarana Sarana yang terdapat di Desa Gembongan terdiri dari sarana Pendidikan, sarana Pemerintahan dan pelayanan umum, sarana Kesehatan, sarana Peribadatan, sarana RTH dan Olahraga, Sarana Pemakaman, serta sarana perdagangan dan jasa. Sarana-sarana tersebut tersebar pada seluruh dusun di Desa Gembongan. Persebaran sarana di Desa Gembongan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. 26 Persebaran Sarana
Jenis Sarana Dusun Gembongan Kulon Dusun Gembongan Wetan Dusun Gembongan Lor 1 1 2 4 Dusun Mulyosari 2 1 1 3 1 1 5 14 Total
Sarana Pendidikan a. TK 1 b. SD 1 c. SMP d. Kursus Bahasa 1 Inggris Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum a. Balai Desa b. Loket Pembayaran 1 PLN c. Pos Hansip 3 Sarana Kesehatan a. Klinik 1 Bersalin b. Praktek Dokter 1 c. Apotek 1 Sarana Peribadatan a. Musholla/ 2 3 Langgar b. Masjid Warga 1 Sarana RTH dan Olahraga Lapangan 1 Sarana Pemakaman Pemakaman Umum Sarana Perdagangan dan Jasa Warung / Toko 14 7 27 11 JUMLAH Sumber: Hasil Survei (2011)
1 3 1 1 1 1 4 1 1 1 8 1 2 2 28 56
VII-45
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-46
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-47
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-48
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-49
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Penduduk Penduduk
Proyeksi Minimum
Sarana Pendidikan a. TK 1.250 b. SD 1.600 c. SMP 4.800 d. SMA 4.800 e. Kursus Bahasa 2.500 Inggris Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum a. Balai Desa 2.500 b. Loket Pembayaran 30.000 PLN c. Pos Hansip 2.500 Sarana Kesehatan a. Klinik Bersalin 30.000 b. Praktek Dokter 5.000 c. Apotek 30.000 Sarana Peribadatan a. Musholla/ 250 Langgar b. Masjid Warga 2.500 Sarana RTH dan Olahraga Lapangan 30.000 Sarana Pemakaman Pemakaman Umum 120.000 Sarana Perdagangan dan Jasa Warung / Toko 250 Sumber: Hasil Analisis (2011)
Berdasarkan tabel analisis kebutuhan sarana Desa Gembongan, maka dibutuhkan adanya penambahan sarana untuk memenuhi kebutuhan sarana Desa Gembongan, terutama sarana pendidikan. Sarana pendidikan Desa Gembongan untuk TK (Taman Kanak-Kanak), dan SMA agar masyarakat Desa Gembongan dapat melanjutkan sekolah tingkat lanjut di Desa Gembongan yang nantinya akan mempermudah aksesibilitas dari rumah menuju sekolah. Sarana Peribadatan, khususnya musholla dinilai masih kurang untuk Desa Gembongan
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-50
karena hanya memiliki delapan musholla yang masih jauh dari seharusnya, yaitu 15 musholla. Selain itu sarana di Desa Gembongan juga ada yang melebihi kapasitas dan kebutuhan, yaitu sarana perdagangan dan jasa. Jumlah warung/toko di Desa Gembongan telah melebihi jumlah yang seharusnya tersedia untuk melayani warga Desa Gembongan. Terdapat ketimpangan jumlah sarana perdagangan antara dusun yang satu dengan yang lain, seperti pada Dusun Gembongan Kulon yang memiliki 14 toko, sedangkan Dusun Gembongan Lor hanya memiliki dua toko. Dan untuk memenuhi kebutuhan desa seharusnya untuk Desa Gembongan Kulon hanya memerlukan lima unit warung / toko. Namun, secara umum Desa Gembongan telah memenuhi kebutuhan untuk berbagai sarana, seperti sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sarana kesehatan, sarana peribadatan, serta sarana RTH dan olahraga. Setiap sarana mempunyai fungsi dan tingkat kualitas sesuai dengan penggunaan dan kualitas dari sarana itu sendiri. Proyeksi kebutuhan sarana berdasarkan kebutuhan sarana selama 20 tahun kedepan adalah sebagai berikut :
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-51
Tabel 7. 28 Proyeksi Kebutuhan Sarana Desa Gembongan Tahun 2016, 2021, 2026, dan 2031
Jenis Sarana Penduduk minimum yang dilayani sarana di Desa Gembong an Tahun 2011 1 3 1 1 Jumlah Penduduk Tahun 2016 Jumlah Penduduk Tahun 2021 Jumlah Penduduk Tahun 2026 Jumlah Penduduk Tahun 2031 Kebutuhan Sarana Tahun 2016 Kebutuhan Sarana Tahun 2021 Kebutuhan Sarana Tahun 2026 Kebutuhan Sarana Tahun 2031
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Sarana Pendidikan a. TK 1.250 b. SD 1.600 c. SMP 4.800 d. SMA 4.800 e. Kursus Bahasa 2.500 Inggris Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum a. Balai Desa 2.500 b. Loket Pembayaran 30.000 PLN c. Pos Hansip 2.500 Sarana Kesehatan a. Klinik 30.000 Bersalin b. Praktek 5.000 Dokter c. Apotek 30.000 Sarana Peribadatan a. Musholla/ 250 Langgar b. Masjid Warga 2.500 Sarana RTH dan Olahraga Lapangan 30.000 Sarana Pemakaman Pemakaman 120.000 Umum
3 3 1 1 2
3 3 1 1 2
4 3 1 1 2
4 3 1 1 2
2 1 2 1 1 1 16 2 1 1
2 1 2 1 1 1 17 2 1 1
2 1 2 1 1 1 18 2 1 1
2 1 2 1 1 1 19 2 1 1
VII-52
Penduduk Jenis Sarana minimum yang dilayani Sarana Perdagangan dan Jasa Warung / Toko 250 Sumber: Hasil Analisis (2011)
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Jumlah Penduduk Tahun 2026 Jumlah Penduduk Tahun 2031 Kebutuhan Sarana Tahun 2016 Kebutuhan Sarana Tahun 2021 Kebutuhan Sarana Tahun 2026 Kebutuhan Sarana Tahun 2031
16
17
18
19
VII-53
Dalam 20 tahun ke depan, Desa Gembongan masih memerlukan penambahan sarana, khususnya untuk sarana peribadatan dan sarana pendidikan, karena berdasarkan proyeksi penduduk hingga 20 tahun ke depan, jumlah penduduk Desa Gembongan mengalami peningkatan, meskipun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan. Pengurangan sarana yang jumlahnya berlebihan dibutuhkan untuk Desa Gembongan agar sarana-sarana tersebut dapat melayani sesuai dengan tingkat pelayanan dan jumlah minimum penduduk yang dilayani. Sarana-sarana yang tidak mengalami peningkatan jumlah sarana juga membutuhkan peningkatan kualitas pelayanan sarana selama 20 tahun ke depan. 7.3.3 Analisis Kebutuhan Prasarana Analisis kebutuhan prasarana di Desa Gembongan meliputi prasarana jalan, drainase, air, listrik, komunikasi, dan persampahan. Bertujuan untuk memproyeksikan kebutuhan prasarana yang ada di Desa Gembongan untuk 20 tahun ke depan agar sesuai dengan kebutuhan. A. Jaringan Jalan Kondisi eksisting jaringan jalan yang ada di Desa Gembongan adalah aspal, kedua jalan makadam dan sebagian kecil jalan paving. Pembagian jalan menurut dusun-dusun yang ada di Desa Gembongan sebagai berikut:
Tabel 7. 29 Distribusi Jalan Desa Gembongan
Dusun Mulyosari Gembongan Kulon Gembongan Lor Gembongan Wetan Total Sumber: Hasil Analisis 2011 Jalan (Km2) 0.6 2.6 5.45 3.04 11.69 Lebar (meter) 2 3.5 23 2 2-3
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kebutuhan untuk jaringan jalan Desa Gembongan adalah perbaikan jalanjalan aspal yang rusak. Sekitar 30% jalan di Desa Gembongan rusak atau berlubang karena sering dilalui kendaraan-kendaraan besar yang mengambil hasil produksi pertanian, sedangkan kebutuhan jalan di Desa Gembongan sudah mencukupi sesuai kebutuhan, karena semua wilayah yang ada di Desa
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-54
Gembongan sudah dilalui jaringan jalan yang baik. Selain itu, lebar jalan yang ada di Desa Gembongan sudah memenuhi standar hirarki jalan menurut SNI 031733-2004 bahwa jalan lokal sekunder memiliki lebar jalan dengan perkerasan 3 meter dan jalan lingkungan 2 meter.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
B. Jaringan Drainase Jaringan drainase berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan. Drainase yang ada di Desa Gembongan merupakan drainase sekunder yang sebagian besar adalah buatan dengan perkerasan yang dibangun dengan bantuan PNPM. Sistem drainase adalah terbuka, yang langsung menerima limpahan air dari badan jalan. Kebutuhan untuk jaringan drainase Desa Gembongan adalah pembangunan jaringan drainase di sekitar jalan makadam di kawasan pertanian, karena di kawasan tersebut sering terjadi banjir ketika musim hujan sehingga air mengambang. Selain itu perawatan drainase buatan, karena ketika musim kemarau saluran drainase tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah sembarangan sehingga saat musim hujan datang air menjadi tersumbat dan menimbulkan banjir.
VII-55
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
C. Jaringan Air Bersih Jaringan air bersih di Desa Gembongan sudah merata di setiap rumah. Masyarakat Desa Gembongan ada yang memperoleh air bersih melalui sumur pompa dan sumur bor. Masyarakat tidak mendapatkan kesulitan untuk memperoleh air bersih. Selain itu air di Desa Gembongan telah memenuhi kriteria air bersih yaitu tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Menurut standar kebutuhan air bersih, Desa Gembongan dengan jumlah penduduk 3.894 jiwa masuk ke dalam kategori VI desa kecil yaitu jumlah penduduk yang terlayani 3.000-10.000 jiwa dengan ketentuan kebutuhan air bersih adalah 45 liter/orang/hari. Sehingga dalam jangka waktu 20 tahun kebutuhan air bersih dapat diproyeksikan sebagai berikut:
Tabel 7. 30 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Tahun 2012-2032
Tahun proyeksi (5 tahunan) 2012 2017 2022 2027 2032 Sumber: Hasil Analisis (2011) Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Bersih (liter) 177.165 186.840 196.515 206.190 215.865 Standar kebutuhan 45 liter/orang/hari 3937 4152 4367 4582 4797
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air bersih di Desa Gembongan sampai pada akhir tahun perencanaan 2032 adalah 215.865 liter untuk 4797 jiwa.
VII-56
D. Jaringan Listrik
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Listrik di Desa Gembongan difasilitasi oleh PLN yang dialirkan melalui tiangtiang listrik dan semua rumah warga telah dialiri listrik. Untuk kantor pemerintahan desa memiliki kapasitas listrik sebesar 450 watt, rumah warga berkisar 450 watt, 900 watt, dan 1300 watt. Kebutuhan prasarana listrik di Desa Gembongan dapat dihitung dengan asumsi setiap rumah memiliki daya listrik sebesar 450 watt dan jumlah keseluruhan rumah adalah 739 unit maka kebutuhan listrik sebesar 332.550 watt.
Tabel 7. 31 Rencana Jaringan Listrik Desa Gembongan
Jumlah penduduk Penambahan unit rumah Rencana jaringan listrik Sumber: Hasil Analisis (2011) 2012 3937 48 21.600 Tahun Perencanaan 2017 2022 2027 4152 4367 4582 91 134 177 40.950 60.300 79.650 2032 4797 220 99.000
E. Jaringan Komunikasi Desa Gembongan telah mendapat pelayanan jaringan komunikasi dari TELKOM sehingga warga dapat berkomunikasi melalui saluran telepon rumah atau menggunakan telepon genggam (handphone). Kemajuan jaringan
komunikasi juga dapat dilihat dengan adanya warung internet atau warnet untuk mempermudah komunikasi dan sistem informasi masyarakat Desa Gembongan. Arahan rencana yang ingin dikembangkan di Desa Gembongan oleh lembaga desa yaitu LPM adalah pengembangan teknologi tepat guna sehingga dengan adanya kemajuan jaringan komunikasi di Desa Gembongan dapat turut mengembangkan rencana teknologi tepat guna di Desa Gembongan. F. Jaringan Sanitasi dan Persampahan Sanitasi di Desa Gembongan dengan sistem sanitasi setempat on site individual dimana 100% telah menggunakan MCK pribadi pada rumah tangga masing-masing. Namun di Desa Gembongan terdapat fasilitas MCK komunal yang kondisinya kurang terawat. Timbulan sanitasi di Desa Gembongan dapat dihitung sebagai berikut:
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-57
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO 1000 80%
Untuk pengelolaan sampah sendiri di Desa Gembongan masih tradisional yaitu warga mengumpulkan sampah rumah tangganya masing-masing untuk kemudian dibakar di halaman rumah. Maka kebutuhan pengelolaan jaringan persampahan menurut standar yang berlaku adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 33 Standar Kebutuhan Prasarana Persampahan
No 1 Komponen Peralatan Kapasitas 10-40 lt 40 lt 70 lt 1 m3 0,5 m3 1 m3 Cakupan Pelayanan 1 KK 1 unit/kk 1 unit/100 m 1 unit/50 kk 1 unit/25 kk 1 unit/50 kk Umur Teknis 2-3 hari 1 tahun 2 tahun 10 tahun 3 tahun 3 tahun Keterangan Pewadahan Kantong Bin Bin Pejalan Kaki Bak Permanen Bak Kayu 2 Pengumpulan Gerobak 3 Pengolahan Skala Individual Composter Vermi Compost Sumber: Surjono 2009
10 lt 20 lt/hr
1 unit/kk 1 unit/kk
3 tahun 1 tahun
Tahun proyeksi (5 tahunan) Jumlah Penduduk Timbulan sampah = 2012 3937 2017 4152 2022 4367 2027 4582 2032 4797 Sumber: Hasil analisis 2011
Kebutuhan jaringan persampahan untuk Desa Gembongan adalah pengelolaan yang lebih baik sesuai standar mulai dari pewadahan, pengumpulan dan
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-58
pengolahan. Kegiatan pewadahan sampah dengan syarat tidak mudah rusak dan kedap air, mudah diperbaiki, ekonomis, mudah dikosongkan, jenis wadah antara lain kantong plastik, bin, penempatan wadah secara individual di halaman muka dan belakang sedangkan untuk komunal ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber sampah dan tidak mengganggu pemakai jalan serta mudah
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
pengoperasiannya. Pengumpulan sampah juga dapat dilakukan secara individual maupun komunal. Dan tahap terakhir yang dapat dilakukan di Desa Gembongan pengolahan yang terdiri dari teknik pengomposan, pembakaran, daur ulang, pemadatan dan lain lain yang dapat dilakukan pada skala rumah tangga. 7.4 Analisis Sosial 7.4.1 Bagan Kencenderungan Pada Desa Gembongan terjadi beberapa perubahan-perubahan yang di beberapa aspek dalam periode waktu tertentu. Perkembangan ini dapat dilihat dari aspek Tata Guna Lahan, Jalan, Moda Transportasi, Sarana Prasarana, dan Jumlah penduduk Desa Gembongan. Pada analisis bagan kecenderungan, akan diketahui aspek-aspek tertentu yang saling berhubungan yang satu dengan yang lainnya dan apakah dari aspek tersebut dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dari waktu ke waktu.
VII-59
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 35 Bagan Kecenderungan
Aspek Sebelum tahun 1970 Terdapat Masalah pertanian berupa terdapatnya hama yang merusak tanaman padi, jagung dan kedelai. Hama yang menyerang berupa hama tikus dan hama wereng. Penggunaan irigasi sudah menggunakan irigasi teknis yang bersumber dari Dam Menturus. Perkerasan jalan dilakukan pada tahun 1988. Pembangunan jalan ini dimulai pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Namun jalan lingkungan masih berupa tanah. Transportasi sudah dapat sudah dapat dilewati di desa gembongan, tetapi masih di dominasi oleh Sepeda dan Motor Kebutuhan air masyrakat masih menggunakan sumur sebagai sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan listrik sudah dirasakan oleh masyarakat sejak tahun 1977 Permukiman masih sangat jarang dan masih banyak terdapat tanah kosong. Permukiman di dominasi oleh rumah semi permanen dan non permanenn Tahun 1970-1990 FISIK Penanaman tanaman tebu dilakukan oleh warga karena warga menanam tanaman ini sebagai tanaman musiman pada saat musim kemarau, sedangkan pada saat musim hujan menanam tanaman padi. SARANA PRASARANA Perkerasan jalan dilakukan pada setiap seluruh jalan, termasuk perkerasan pada jalan lingkungan telah dilakukan. Terdapat masalah di beberapa jalan tanah yang retak-retak dan belubang di beberapa titik jalan lingkungan. Tahun 1990-Sekarang
Pertanian
Terdapat masalah pertanian berupa penyerangan hama dan menyebabkan tanaman padi gagal panen.
Jalan
Moda Transportasi
Transportasi telah didominasi oleh kendaraan roda dua dan beberapa kendaraan roda empat
Transportasi telah didominasi oleh kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat
Air Bersih
Masyarakat menggunakan Sanyo sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan seharihari Kebutuhan listrik sudah dirasakan oleh masyarakat sejak tahun 1977 Permukiman sudah mulai dipadati oleh rumah warga Desa Gembongan dan juga rumah-rumah hampir sebagian besar rumah permanen dan semi permanen.
Masyarakat menggunakan Sanyo sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan seharihari Kebutuhan listrik sudah dirasakan masyarakat sejak tahun 1977 oleh
Listrik
Permukiman
Permukiman sudah mulai dipadati oleh rumah jenis permanen oleh warga Desa Gembongan
VII-60
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Aspek Sebelum tahun 1970 Biaya pada sarana pendidikan masih ditanggung oleh wali murid masingmasing. Tahun 1970-1990 Terdapatnya bantuan dari pemerintah untuk sarana pendidikan tetapi masyarakat masih belum banyak yang memakai sarana pendidikan SOSIAL Penghitungan jumlah penduduk sulit dilakukan karena pada tahun ini belum di lakukan perhitungan penduduk Pembentukan RT/RW dilakukan di tahun sebelum tahun 1990 Pembentukan lembaga desa seperti LPM, BPD dll masih Jumlah penduduk Desa Gembongan sebanyak 3673 orang. Laki-laki : 1812 orang Perempuan : 1861 orang Kepengurusan tetap dilakukan oleh warga Desa Gembongan EKONOMI Sebagian karyawan swasta, buruh tani dan sebagian lagi PNS Jumlah penduduk Desa Gembongan sebanyak 3894 orang. Laki-laki : 1943 orang Perempuan : 1948 orang Kepengurusan tetap dilakukan oleh warga Desa Gembongan Tahun 1990-Sekarang Terdapatnya bantuan dari pemerintah untuk sarana pendidikan serta hampir semua warga Desa Gembongan telah memakai sarana pendidikan ini.
Pendidikan
Jumlah Penduduk
Lembaga
Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani. Sumber : Hasil Analisis (2011)
VII-61
1. Aspek Pertanian
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Aspek pertanian pada Desa Gembongan terjadi perubahan pada waktu ke waktu. Karena pada sebelum tahun 1970, lahan-lahan di Desa Gembongan didominasi oleh pertanian, padi jagung dan kedelai dan belum terdapat pertanian tebu. Hal ini disebabkan belum terdapatnya pabrik tebu yang beroperasi pada tahun ini. Setelah tahun 1970-1990, penanaman pertanian tebu dilakukan oleh warga Desa Gembongan, hal ini didukung karena pada tahun ini, pabrik Gula Gempolkerep telah beroperasi dan warga dapat memanen hasil dari pertanian tebu tersebut langsung dipasarkan pada Pabrik Gula tersebut. Pada tahun 1990-Sekarang pertanian sudah berkembang, hal ini ditandai dengan hasil produksi dari sektor pertanian yang tinggi, sehingga dengan hasil produksi yang tinggi dapat memajukan aspek ekonomi warga Desa Gembongan. 2. Aspek Sarana dan Prasarana Aspek kedua yang mendasari perubahan-perubahan yang terjadi pada Desa Gembongan yaitu aspek Sarana dan Prasarana yang ada. Dimulai pada sebelum tahun 1970, pada tahun ini kondisi prasarana seperti jalan telah mendukung aktifitas warga, karena jalan tersebut telah dilakukan perkerasan berupa jalan aspal. Sehingga, dengan dilakukannya perkerasan ini, transportasi dapat melalui jalan ini. Tetapi hanya terbatas pada beberapa kendaraan saja. Tidak hanya itu, prasarana listrik sudah dapat dirasakan pada tahun ini, dengan adanya listrik tersebut, maka permukiman dan sarana-sarana yang ada dapat mendukung untuk melakukan aktifitas keseharian warga Desa Gembongan. Pada tahun 1970-1990, telah banyak terjadi perubahan pada Desa Gembongan. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pengguna kendaraan bermotor dan bertambah pula permukiman-permukiman yang ada pada Desa Gembongan. Dalam aspek air bersih, karena listrik telah memenuhi kebutuhan warga pada sebelum tahun 1970, maka banyak warga yang beralih menggunakan dari sumur timba ke sumur sanyo pada tahun ini. Pada tahun 1990-sekarang, perubahan-perubahan yang terjadi hanyalah perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana yang ada untuk memenuhi kebutuhan dari warga Desa Gembongan, seperti dengan semakin banyaknya permukiman yang ada, maka semakin banyak pula toko-toko dan warung-warung yang menjual alat kebutuhan rumah tangga. Penambahan-penambahan jalan pada Desa yang dapat mempermudah aksesibilitas warga dari dusun yang satu ke dusun yang lain, sehingga sarana dan prasarana yang ada dapat memenuhi kebutuhan warga Desa Gembongan.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-62
3. Aspek Sosial
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Perubahan yang terjadi pada aspek sosial belum terlalu terlihat pada sebelum tahun 1970. Hal ini terjadi karena pada tahun ini belum dilakukan perhitungan-perhitungan penduduk, baik dari penduduk yang datang maupun keluar. Akibatnya Desa Gembongan belum tahu jumlah penduduknya, sedangkan untuk lembaga-lembaga yang ada, sudah terdapat beberapa lembaga desa seperti LPM, BPD dan perangkat desa, sehingga warga aspirasi warga dapat ditampung pada lembaga-lembaga ini. Pada tahun 1970-1990 perhitungan telah mulai dilakukan, jumlah penduduk laki-laki pada tahun ini yaitu 1812 jiwa dan perempuan 1862 jiwa, sehingga dengan dilakukannya perhitungan ini, maka dapat dihitung kebutuhan-kebutuhan penduduk yang ada, dan lembaga-lembaga yang ada telah bertambah seperti karang taruna yang membantu pemuda-pemuda warga desa untuk mempunyai keahlian dalam membuka berbagai usaha sehingga pemuda-pemudi warga desa gembongan tidak menjadi pengangguran, serta pada tahun 1990-sekarang, jumlah penduduk meningkat yaitu jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1943 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1948, hal ini terjadi karena banyak warga dari desa lain yang tinggal di Desa Gembongan. Dan juga untuk lembaga-lembaga desa, tetap dilakukan kepengurusan untuk menampung aspirasi-aspirasi dari warga Desa Gembongan. 4. Aspek Ekonomi Aspek terakhir yang terjadi perubahan pada Desa Gembongan yaitu aspek ekonomi. Pada sebelum tahun 1970, dengan jumlah penduduk yang masih terbatas, warga pekerjaan pada warga Desa Gembongan di dominasi oleh petani, sehingga aspek ekonomi sulit meningkat pada tahun ini. Pada tahun 1970-1990 terdapat berbagai variasi mata pencaharian di Desa Gembongan karena seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk dan jumlah mata pencaharian pun semakin bertambah. Dengan adanya variasi mata pencaharian tersebut, maka perekonomian pada Desa Gembongan pun semakin maju. Hal ini dapat berdampak pada pemenuhan kebutuhan sarana-sarana yang ada seperti peningkatan sarana toko dan warung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga Desa Gembongan. Dan pada tahun 1990-sekarang, warga Desa Gembongan telah mempunyai banyak pekerjaan. Sehingga perekonomian Desa Gembongan terangkat dan kesejahteraan warga meningkat. Berdasarkan hasil analisis diatas, maka melaui bagan kecenderungan ini dapat ditemukan berbagai aspek yang saling berhubungan satu sama lain. Hubungan tersebut
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-63
dapat terjadi berdasarkan perubahan dari waktu kewaktu sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan dari berbagai aspek yang berhubungan tersebut yang dapat dijadikan antisipasi bagi masyarakat untuk memahami kejadian-kejadian yang ada. Penjelasan dari berbagai aspek yang berhubungan tersebut disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-64
Tabel 7. 36 Matriks Keterkaitan Antar Aspek Yang Berhubungan Dalam Bagan Kecenderungan
ASPEK Pertanian Jalan Pertanian Jalan Moda Transportasi Air Bersih Listrik Permukiman Pendidikan Jumlah Penduduk Lembaga Mata Pencaharaian Sumber : Hasil Analisis (2011) Moda Transportasi Air Bersih Listrik Permukiman Pendidikan Jumlah Penduduk Lembaga Mata Pencahatian -
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-65
Berdasarkan tabel diatas, maka terdapat aspek yang sangat berpengaruh pada aspek lainnya, yaitu aspek permukiman. Aspek permukiman berpengaruh kepada semua aspek, sehingga aspek permukiman merupakan aspek terpenting dalam pembangunan Desa Gembongan. Aspek yang pengaruhnya hanya sedikit pada Desa Gembongan yaitu aspek lembaga, karena aspek ini hanya berpengaruh pada 3 aspek lainnya yaitu aspek pertanian, aspek permukiman dan aspek jumlah penduduk. Hal ini disebabkan karena aspek lembaga hanya mempunyai pengaruh pada masyarakat dan warga Desa Gembongan, dan tidak berpengaruh pada aspek lainnya seperti listrik dan air bersih sehingga untuk perkembangan selanjutnya pada Desa Gembongan, dapat lebih mementingkan aspek permukiman, karena dengan adanya aspek tersebut maka aspek-aspek lainnya akan berpengaruh pada pembangunan desa. Aspek yang paling cepat berkembang yaitu aspek pertanian. Karena dalam perkembangan pertanian Desa Gembongan, terjadi perubahan tanaman yang ada, yaitu perubahan dari tanaman kedelai dan palawija diganti dengan tanaman tebu. Hal ini dapat berakibat hal positif untuk memajukan sektor ekonomi Desa Gembongan dari pertanian tebu tersebut. 7.4.2 Analisis Kelembagaan Terdapat dua jenis lembaga di Desa Gembongan yaitu lembaga formal dan lembaga non formal. Lembaga formal adalah lembaga yang terbentuk berdasarkan peraturan pemerintah daerah maupun peraturan pemerintah desa dan sudah terstruktur dengan baik. Sedangkan lembaga non formal adalah lembaga yang terbentuk karena keputusan masyarakat Desa Gembongan. A. Analisis Lembaga Formal Terdapat empat lembaga di Desa Gembongan yang termasuk dalam lembaga formal, yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). 1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Berdasarkan Perda No.12 Tahun 2006, terdapat tiga fungsi BPD yaitu pengawasan, penyusunan anggaran, dan membuat peraturan desa. Dalam proses pembuatan anggaran desa, BPD berperan penting dalam
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-66
mengusulkan anggaran dana ke pemerintah dan mengawasi rencana anggaran bulanan desa, bukan melaksanakan. BPD juga berfungsi aspiratif yaitu menampung, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat ke pemerintah desa, karena tak jarang aspirasi masyarakat tidak didengerkan oleh pemerintah desa, sehingga melalui BPD, aspirasi masyarakat dapat tersalurkan. BPD berfungsi dalam proses pemerataan terhadap semua dusun yang terdapat di Desa Gembongan, sehingga dalam pemilihan anggotanya pun berasal dari semua dusun di Desa Gembongan sebagai perwakilan masyarakat setiap dusun. BPD berhubungan erat dengan pemerintah desa karena BPD berfsifat kemitraan, koordinatif, dan konsultatif terhadap lembaga lainnya. Sehingga dalam proses penyelesaian masalah yang terdapat di Desa Gembongan, BPD berkoordinasi dengan LPM, Pemerintah Desa, dan Karang Taruna. Hubungan lainnya dengan karang taruna adalah para pemuda pemudi anggota Karang Taruna Gembongan Mandiri tersebut dipercaya dalam mengelola uang listrik warga Desa Gembongan sehingga berpotensi dalam peningkatan kemampuan anggota karang taruna dalam ilmu manajemen keuangan serta mengembalikan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat Desa
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Gembongan terhadap Karang Taruna Gembongan Mandiri. 2. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Berdasarkan UU No.65 Tahun 1979 dan diperbarui tanggal 31 Januari 1981, Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Tirta Boga berfungsi untuk mengatur air di Desa Gembongan agar terjadi pemerataan air sebagai irigasi ke persawahan. HIPPA juga berperan dalam mengatur pola tanaman di lahan pertanian Desa Gembongan agar tanaman menjadi teratur. Dalam usaha menjalin kekerabatan sesama petani dan pengurus HIPPA, maka diadakan pertemuan rutin dua kali setahun untuk berdiskusi dan membahas masalah pertanian yang terdapat di Desa
VII-67
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Lembaga ini beranggotakan 17 orang yang berfungsi sebagai mitra kerja perangkat desa serta membantu pelaksanaan pembangunan di Desa Gembongan. LPM rutin mengadakan rapat anggota minimal tiga bulan sekali dan rapat koordinasi dengan BPD dan perangkat desa untuk membahas permasalahan yang ada di Desa Gembongan. LPM mempunyai enam bidang yang dibawahi oleh ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara, yaitu agama, pembangunan dan prasarana lingkungan hidup, kesejahteraan masyarakat, pendayagunaan teknologi tepat guna, pemberdayaan SDM, dan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat. Setiap bidang mempunyai kegiatan masing-masing yang mengundang minat masyarakat. Partisipasi masyarakat berperan penting dalam kesuksesan kegiatan yang
diselenggarakan oleh LPM. Diantara enam bidang tersebut, bidang pendayagunaan teknologi tepat guna susah dikembangkan karena kendala lahan yang sempit di Desa Gembongan. Teknologi yang ingin dikembangkan adalah rencana membuat pupuk dari limbah pabrik gula. 4. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pembinaan kesejahteraan Keluarga Desa Gembongan beranggotakan 26 orang sebagai pengurus lembaga tersebut.Dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan PKK, hanya 60% ibu-ibu yang turut serta.Hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya partisipasi masyarakat serta hanya persoalan ekonomi yang menjadi fokus mereka, seperti halnya bila ada acara berkumpul untuk membahas uang atau mendapat santunan uang, maka mayoritas ibu-ibu datang mengahadiri acara tersebut. B. Analisis Lembaga Non Formal Terdapat tiga lembaga non formal di Desa Gembongan, yaitu Karang Taruna, Ikatan Shalawat dan Hadrah (Ishari), dan Muslimat. 1. Karang Taruna Gembongan Mandiri Pada Tahun 1985, Karang Taruna Remaja Harapan Desa Gembongan menjadi yang terbaik se-Jatim karena banyaknya usaha yang dijalankan para pemuda-pemudi. Namun, karena kurang optimalnya kinerja pemerintah desa, maka karang taruna mengalami penurunan sehingga pada
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-68
tahun 1990-an tidak ada lagi lembaga karang taruna di Desa Gembongan. Pada tahun 2008, Karang Taruna Gembongan Mandiri dibentuk dan mendapat banyak bantuan alat-alat untuk melakukan usaha dari dinas sosial. Namun, dalam perkembangannya usaha tersebut kurang
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
dioptimalkan sehingga usaha karang taruna tidak lagi dijalankan.Karang Taruna Gembongan Mandiri berperan sebagai fasilitator dalam penyaluran bakat dan minat para pemuda-pemudi Desa Gembongan, tetapi kurangnya partisipasi pemuda-pemudi menjadi kendala dalam perkembangan lembaga tersebut. Kurang berjalannya regenerasi juga menjadi kendala, karena para pemuda-pemudi Desa Gembongan masih perlu diarahkan dan dibina oleh para perangkat desa, serta masyarakat desa yang dulu merupakan anggota dari Karang Taruna Remaja Harapan, agar dapat mengulang kesuksesan mereka di era Tahun 1980-an. Dalam setiap kegiatan yang diadakan karang taruna, dalam rangka peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang masih baru tersebut, masyarakat selalu memberi respon positif dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Karang taruna memiliki hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga lainnya yaitu dengan PKK dalam kegiatan penyuluhan masyarakat, Karang Taruna Gembongan Mandiri yang menjalankan manajemen ekonomi, serta hubungannya dengan Muslimat dan Ishari untuk saling berkoordinasi dan bekerjasama dalam setiap kegiatan Hari Besar Agama Islam yang diadakan di Desa Gembongan. 2. Ikatan Shalawat dan Hadrah (Ishari) Lembaga Ishari bergerak dalam bidang kesenian islam di Desa Gembongan. Lembaga tersebut kurang memiliki keterkaitan dengan masyarakat desa dan lembaga lainnya. Lembaga Ishari hanya berkaitan dengan karang taruna dan Muslimat saat acara pada Hari Besar Agama Islam. Meskipun tingkat keaftifannya kecil hanya dalam acara lomba, namun partisipasi masyarakat dalam setiap acaranya cukup besar. Lembaga ini memang tidak memberi pengaruh langsung terhadap kesejahteraan serta pengembangan wilayah Desa Gembongan. Namun, dengan mengikuti setiap lomba shalawat yang ada, maka Lembaga Ishari
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-69
telah mengenalkan Desa Gembongan secara luas hingga tingkat kecamatan, bahkan se-Kabupaten Mojokerto. 3. Muslimat Anggota Muslimat Desa Gembongan juga merupakan anggota dari PKK. Setiap kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh Muslimat selalu mendapat respon positif dari masyarakat Desa Gembongan, seperti kegiatan pengajian yang terjadwal. Tidak jauh berbeda dengan Lembaga Ishari, Lembaga Muslimat juga tidak memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan Desa Gembongan, tetapi memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan kerohanian masyarakat. C. Diagram Venn Kelembagaan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Berdasarkan diagram hubungan kelembagaan, dapat disimpulkan bahwa semua lembaga yang terdapat di Desa Gembongan memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat Desa Gembongan. Namun, yang memiliki pengaruh besar terhadap Desa Gembongan adalah HIPPA, LPM, BPD, karena HIPPA berperan mengatur air untuk irigasi, dimana mayoritas penduduk Desa Gembongan bermatapencaharian sebagai petani, yang membutuhkan HIPPA
VII-70
untuk mendapat air yang sama rata, sedangkan LPM dan BPD berperan dalam pembangunan desa serta menampung aspirasi masyarakat maka dari itu kedua lembaga tersebut memiliki pengaruh erat terhadap masyarakat. Lembaga PKK juga berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat karena lembaga tersebut yang mengelola bantuan dari pemerintah dalam bentuk pangan, serta adanya program-program mengenai penyuluhan kesehatan masyarakat oleh lembaga PKK. Organisasi Karang Taruna yang masih baru belum memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Desa Gembongan, begitu pula dengan Ishari yang aktif hanya ketika mengikuti perlombaan shalawat. Lembaga Muslimat dan Ishari memang tidak berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan kemajuan desa, tetapi berpengaruh besar dalam peningkatan kerohanian masyakat Desa Gembongan. Antara lembaga yang satu dengan lembaga yang saling memiliki keterkaitan yang memungkinkan terjadinya kerjasama antar lembaga. HIPPA, LPM, BPD, dan PKK merupakan organisasi formal yang selalu memerlukan pemerintah desa sebagai penghimpun tertinggi dalam kelembagaan Desa Gembongan. LPM bekerja sama dengan Karang Taruna dalam masalah pengelolaan uang pembayaran listrik masyarakat. Karang Taruna mengelola dana untuk acara yang diselenggarakan oleh LPM dan PKK sebagai penyedia konsumsi. BPD, LPM, dan Pemerintah Desa bersama-sama berkoordinasi dalam menyelesaikan masalah desa, serta dalam peningkatan pengembangan dan pembangunan desa. Muslimat, Ishari, dan Karang Taruna bersama-sama dalam membuat kegiatan pada setiap Hari Besar Agama Islam. Dampak positif dari hubungan antar lembaga adalah meningkatkan hubungan kekeluargaan antar lembaga, mempermudah koordinasi antar lembaga, menyelesaikan masalah yang menyangkut desa secara bersamasama, serta mengembangkan lembaga ke arah yang lebih baik. Dampak negatif yang mungkin didapat adalah tersebarluasnya mengenai masalah intern lembaga yang bersangkutan. Kemungkinan kerjasama antar lembaga sangat mungkin terjadi, tetapi disesuaikan dengan peran dan fungsi lembaga tersebut. Lembaga yang bergerak di bidang irigasi pertanian, HIPPA, tidak memungkinkan bekerja
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-71
sama dengan lembaga di bidang kerohanian, yaitu Muslimat dan Ishari, serta dengan lembaga anak muda, yaitu Karang Taruna. Lembaga PKK memungkinkan bekerja sama dengan Karang Taruna, Muslimat, Ishari, dan LPM dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan PKK yang bersifat menyeluruh. Yang bisa dimanfaatkan dari keterkaitan antar lembaga tersebut adalah apabila lembaga, yang masih kecil pengaruhnya terhadap masyarakat, bekerja sama dengan lembaga, yang sudah berpengaruh besar pada masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang masih berpengaruh kecil tersebut. LPM, sebagai lembaga yang sudah dipercaya dan berpengaruh bagi masyarakat Desa Gembongan, bekerja sama dengan Lembaga Karang Taruna, sebagai lembaga yang masih baru terbentuk dan belum berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat, dalam pengelolaan pembayaran uang listrik bulanan masyarakat Desa Gembongan, sehingga berdasarkan kebijakan LPM tersebut, masyarakat Desa Gembongan wajib membayarkan uang iuran listrik melalui Karang Taruna. Hal tersebut berakibat pada meningkatnya pengaruh Karang Taruna terhadap kehidupan masyarakat Desa Gembongan. D. Kajian Gender Kelembagaan Lembaga di Desa Gembongan terdiri dari lembaga formal dan lembaga non formal. Lembaga formal terdiri dari pemerintahan Desa Gembongan, PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), BPD (Badan Permusyawaratan Desa), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), dan HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air). Sedangkan lembaga non formal terdiri dari karang taruna Desa Gembongan, lembaga muslimat, dan ISHARI (Ikatan Shalawat dan Hadrah). Kajian gender kelembagaan bertujuan melihat peran laki-laki dan perempuan dalam mengelola sistem yang ada di tiap lembaga.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-72
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dapat diketahui bahwa peran perempuan di kelembagaan Desa Gembongan mendominasi di lembaga PKK, lembaga Muslimat, lembaga ISHARI. Peran perempuan cenderung di kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan seperti pemberdayaan, kesejahteraan keluarga dan kesenian. Namun perempuan di Desa Gembongan juga turut terlibat dalam sistem pemerintahan desa sebagai Kasi Pembangunan dan Kaur Keuangan, serta di lembaga karang taruna sebagai bendahara dan sekretaris. Sedangkan laki-laki mendominasi di lembaga BPD, HIPPA, Karang Taruna, dan sistem pemerintahan desa Gembongan itu sendiri. Terlihat bahwa laki-laki mendominasi peran-peran penting dalam lembaga yang ada di Desa Gembongan seperti ketua, penyelesaian masalah desa. Untuk kegiatankegiatan desa yang diadakan oleh tiap-tiap lembaga, hampir semuanya melibatkan peran perempuan seperti mengurus kesekretariatan, bendahara, dan konsumsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran laki-laki dan perempuan dalam kelembagaan Desa Gembongan sudah seimbang, yang artinya perempuan melakukan pekerjaan yang memang seharusnya dilakukan kaum perempuan begitu juga sebaliknya dengan kaum laki-laki.
VII-73
E. Analisis Partisipatif
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Analisis partisipatif bertujuan untuk mengetahui dan mengudentifikasi pelaku atau stakeholder yang ada di Desa Gembongan yang memiliki kepentingan masing-masing yang berbeda terhadap suatu rencana, program atau proyek. Hasil yang diperoleh berupa gambaran mengenai lembaga atau kelompok yang ada di Desa Gembongan, kepentingan lembaga tersebut serta potensi dan permasalahannya.
VII-74
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 37 Matriks Partisipatif Kelompok Desa Gembongan
No. 1. Kelompok HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air) Kepentingan - Pengaturan pola tanam - Irigasi ke lahan pertanian lancar Kekhawatiran - DAM Menturus merupakan pusat sistem irigasi ke pertanian desa Gembongan sering rusak karena minim konstruksi. - Petani tidak mau dihimpun - Pemerintah desa apabila tidak melakukan koordinasi dengan BPD dalam pengambilan keputusan - Masyarakat apabila program kerja tidak tercapai Konflik 1 dengan 9 Para petani karena tidak mau dihimpun untuk berinovasi pola tanam. Pengelola DAM Menturus 2 dengan 8 2 dengan masyarakat Implikasi / Konsekuensi - Peningkatan hasil - Minimnya - Penyuluhan mengenai produksi dengan pengetahuan petani pola tanam yang baik pola tanam yang mengenai pola sehingga dapat lebih inovatif tanam menghasilkan - Irigasi terhambat produksi pertanian sehingga yang berkualitas menurunkan hasil - Perbaikan DAM produksi pertanian Menturus agar irigasi lancar. Potensi Kelemahan - Pembangunan desa merata - Minimalisir konflik di Desa Gembongan - Manajemen pembangunan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang fokus pada pembangunan desa seperti PNPM. - Tanggap dalam menyelesaikan permasalahan desa. - Pelatihan, penyuluhan, sosialisasi - Pemerataan gender - Meningkatkan kerjasama - Meningkatkan ekonomi masyarakat - Kerjasama pembangunan desa dengan BPD dan
2.
3.
4.
- Pemberdayaan keluarga - Gender - Pemberdayaan elemen masyarakat, pemuda dan seluruh lapisan - Pembangunan desa melalui partisipasi masyarakat
- Pemerintah desa yang kurang koordinasi - Pabrik gula Gempolkerep yang tidak menepati komitmen
4 dengan 8
- Ikut meningkatkan permodalan masyarakat - Partisipasi aktif dalam kegiatan - Perencanaan teknologi tepat
Kurang koordinasi di internal lembaga tersebut maupun dengan eksternal seperti pemerintah desa, BPD, karang taruna, dan PKK
VII-75
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
No. 5. Kelompok Lembaga Muslimat ISHARI (Ikatan Shalawat dan Hadrah) Kepentingan - Meningkatkan IMTAQ - Meningkatkan kebudayaan Islam Kekhawatiran Konflik Potensi guna Kegiatan yang diselenggarakan - Keberagaman budaya Islam - Partisipasi masyarakat Kelemahan Implikasi / Konsekuensi pemerintah desa Mengadakan kegiatan santunan untuk lansia dan anak yatim - Meningkatkan kerjasama - Turut dalam perlombaan kesenian Islam - Pelatihan - Pelatihan ketrampilan untuk pemuda pemudi khusunya yang pengangguran agar produktif - Meningkatkan kerjasama
6.
7.
Karang taruna
Kepercayaan masyarakat. Karena lembaga ini sempat vakum dan berdiri lagi sehingga masih belum mendapat kepercayaan masyarakat sepenuhnya. Pemerintah desa yang kurang mengayomi.
7 dengan 8
- Regenerasi tidak berjalan - Antusiasme dan partisipasi kurang sehingga kegiatan yang diselenggarakan sedikit
VII-76
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
No. 8. Kelompok Pemerintah desa Kepentingan - Kemasyarakatan desa Gembongan - Pembangunan desa Gembongan - Menyusun peraturan dan arahan rencana Kekhawatiran - Rencana tidak berjalan - Tidak dapat mengkoordinir masyarakat dengan baik - Tidak dapat menghimpun atau mengatur lembagalembaga desa Konflik 8 dengan 2, 4, 7 Potensi Sikap keterbukaan dan keramahan aparatur desa Kelemahan - Tidak dapat berkoordinasi dengan baik - Tidak mampu menghimpun seluruh lembaga yang ada di desa - Aparatur desa kurang disiplin waktu - Pembangunan desa belum merata - Irigasi sering rusak - Kekurangan modal - Penyakit tanaman hama Implikasi / Konsekuensi - Meningkatkan kerjasama - Mengkoordinir semua lembaga - Pemerataan pembangunan
- Hasil produksi meningkat - Harga bahan baku rendah - Lancarnya sistem irigasi 10. Pedagang - Konsumen meningkat - Produk bervariasi dengan harga yang menguntungkan Sumber: Hasil Analisis (2011)
9.
Petani
9 dengan 1
Lokasi yang strategis hampir di setiap dusun dan di tengah permukiman warga
VII-77
Lembaga-lembaga yang ada di Desa Gembongan memiliki keterkaitan dengan masyarakat desa sendiri dan aparatur pemerintahan serta satu visi yaitu mewujudkan pembangunan yang lebih maju untuk Desa Gembongan, baik itu dari sektor pembangunan fisik, ekonomi masyarakat, pertanian, kesenian dan ketrampilan. Namun dalam kegiatan-kegiatan yang berlangsung sendiri masalah yang kerap dihadapi adalah kurangnya koordinasi baik itu dengan antar lembaga atau koordinasi ke aparatur pemerintah desa akibatnya kegiatan tidak terarah dan partisipasi masyarakat kurang. Dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga yang memiliki kepentingan dalam sektor pembangunan fisik desa Gembongan adalah pemerintah desa dan BPD serta lembaga-lembaga eksternal yang membantu di desa Gembongan ini adalah PNPM. Sedangkan sektor sosial kemasyarakatan seperti meningkatkan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, kesenian dan ketrampilan terdiri dari LPM, PKK, Karang taruna, lembaga muslimat, ISHARI. Dan sektor pengembangan pertanian desa Gembongan dihimpun oleh lembaga HIPPA. Sehingga arahan rencana
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
pengembangan yang mungkin dilakukan berdasarkan peran-peran lembaga yang ada di desa Gembongan adalah pembangunan fisik, peningkatan kualitas SDM masyarakat, dan pengaturan usaha pertanian. Di desa Gembongan sendiri terdapat potensi untuk peningkatan SDM masyarakat yaitu melalui home industry yang dimiliki oleh Bapak Samian. Industri tersebut memproduksi alat-alat rumah tangga dan mempekerjakan janda-janda yang pengangguran dan anak-anak muda untuk membayar biaya sekolahnya. Industri ini terbilang maju karena sudah dapat memasarkan sampai Kota Surabaya. 7.5 Analisis Ekonomi Analisis ekonomi berfungsi untuk mengetahui karakteristik perekonomian Desa Gembongan dengan melakukan analisis aktivitas keseharian mata pencaharian Desa Gembongan, serta dengan analisis dari hasil komoditas di Desa Gembongan melalui kalender musim, sketsa kebun, arus masukan keluaran, kajian mata
VII-78
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kajian mata pencaharian merupakan kajian berbagai aspek mata pencaharian yang ada di desa Gembongan yang meliputi sumber daya, tenaga kerja, bahan baku dan hasil, masalah serta asal mulanya. Tujuannya selain untuk memperoleh informasi berbagai aspek mata pencaharian, adalah untuk menghasilkan keluaran kegiatan yang layak dapat dikembangkan di desa Gembongan sehingga pengembangan kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan mendasar masyarakat yaitu peningkatan pendapatan, berdasarkan potensi usaha yang ada.
Tabel 7. 38 Tabel Kajian Mata Pencaharian Desa Gembongan
No 1. Sumber Daya Padi Tenaga Kerja L P (%) (%) 55 45 Pemasaran Tidak sulit, diambil oleh tengkulak langsung di rumah petani Bahan Baku / Hasil Hasil baik, harga bibit padi Rp8.300/kg Bagaimana memulai Pengetahuan sendiri Masalah Terhambatnya irigasi sehingga terjadi kekeringan pada sawah yang mengakibatka n gagal panen Adanya hama tanaman ketika jagungberumu r kira-kira 10 hari
2.
Jagung
42
3.
Tebu
62,5
Tidak sulit, karena ada perjanjian sebelumnya dengan sebuah pabrik jagung yang akan membeli jagung tanaman petani Dipasarkan melalui tengkulak 27,5 Tidak sulit, karena langsung dijual ke PG Gempok Kerep seharga 58
Pengetahuan sendiri
Bibit tebu didapat dari petani lain seharga Rp60.000/ kw Untuk bibit yang paling baik dibeli
Pembelian pupuk yang mengharuskan memakai kartu anggota sehingga pupuk kandang sulit diperoleh
VII-79
No
Sumber Daya
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Pemasaran Bahan Baku / Hasil Bagaimana memulai Masalah
4.
Peternakan
100
di pabrik gula dengan harga Rp70.000/ kw Peternak membeli kambing yang masih mengandun g Besi, karet, plastik dan stainless dari pabrik lain Bahan bakunya mudah didapatkan seperti angin, besi dan karbit Mobil dan pengendara
Pengetahuan sendiri
5.
Industri
20
80
6.
Pertukangan
100
Tidak sulit, karena langsung dikirim ke Surabaya untuk didistribusikan ke konsumen Tidak sulit, karena langsung didatangi oleh konsumen
Pengetahuan sendiri
Ketika musim tanam, peternak kesulitan dalam mencari rumput Modal usaha yang dimiliki kurang
Pengetahuan sendiri
7.
Rental Mobil
100
8.
Pedagang
50
50
Tidak sulit, karena konsumen langsung mendatangi travel Tidak sulit, karena konsumen langsung mendatangi toko/ warung
Pengetahuan sendiri
Penegatahuan sendiri
Sektor yang menjadi mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Gembongan adalah sektor pertanian dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 290 jiwa. Mata pencaharian yang ada di sektor pertanian antara lain petani dan buruh tani. Sebanyak 578 penduduk desa Gembongan bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian di desa Gembongan terdiri dari padi, tebu, dan jagung yang memiliki hasil
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-80
produksi cukup tinggi. Hasil produksi padi dapat dijual Rp 500.000/kw, tebu memiliki hasil pertanian 1000 kw yang dijual Rp 32.000/kw, dan jagung seharga Rp 2.760/kg. Hasil pertanian desa Gembongan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat petani, terutama untuk petani tebu dan padi, untuk petani tebu yang melakukan panen setahun sekali dapat memenuhi kebutuhannya selama 3 bulan sedangkan petani padi dengan lahan minimal 450 m2 dapat memenuhi kebutuhan primernya dalam sebulan, kemudian petani jagung dengan penghasilannya memperoleh Rp. 57.000/hari. Sehingga arahan kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengembangan usaha pertanian untuk peningkatan pendapatan masyarakat. Kegiatan ini layak dilakukan mengingat areal pertanian di desa Gembongan masih mendominasi yaitu seluas 169 Ha dari luas total desa 200,895 Ha. Dalam kajian tersebut juga ditemukan permasalahan yang ada pada mata pencaharian pertanian seperti terhambatnya irigasi, penyakit tanaman oleh hama, arahan rencana yang dapat dilakukan adalah perbaikan sistem irigasi serta penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan petani mengenai perawatan tanaman agar terhindar dari penyakit. 7.5.2 Bagan Peringkat Mata Pencaharian Bagan peringkat mata pencaharian merupakan teknik matriks ranking dengan merangkai sejumlah daftar mata pencaharian kemudian memberi nilai pada masingmasing aspek kajian. Kemudian dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan pengembangan kegiatan. 1. Matriks Peringkat Mata Pencaharian Matriks peringkat mata pencaharian berguna untuk mengetahui mata pencaharian paling banyak dan memiliki berpotensi untuk dikerjakan oleh masyarakat desa Gembongan berdasarkan hasil skoring dari parameter sebagai berikut: a) Ketenagakerjaan Jika perbandingan jumlah pekerja pria dengan wanita relatif seimbang, maka nilainya = 3, dilambangkan dengan Jika jumlah tenaga kerja wanita lebih sedikit dari tenaga kerja pria, maka nilainya = 2, dilambangkan dengan
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-81
Jika jumlah tenaga kerja pria lebih sedikit dari tenaga kerja wanita, maka nilainya = 1, dilambangkan dengan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
b) Tingkat kesejahteraan Jika dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tersier maka nilainya = 3, dilambangkan dengan Jika dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, maka nilainya = 2, dilambangkan dengan Jika belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari (primer saja/sekunder saja), maka nilainya = 1, dilambangkan dengan c) Waktu bekerja Jika waktu bekerja 6 jam sehari, maka nilainya = 3, dilambangkan dengan Jika waktu bekerja antara 3-5 jam sehari, maka nilainya = 2, dilambangkan dengan Jika waktu bekerja 2 jam sehari, maka nilainya = 1, dilambangkan dengan pada tingkat komponen-komponen tersebut juga sama, maka untuk menentukan yang paling tinggi rangkingnya adalah jumlah mata pencaharian yang paling banyak di desa Gembongan.
Tabel 7. 39 Bagan Peringkat Mata Pencaharian
Komponen Mata Pencaharian Ketenagakerjaan L (%) Petani padi Petani tebu Petani jagung Peternak Pengrajin/ industri Pedagang 55 62,5 42 100 20 50 27,5 58 0 80 50 P (%) 45 Tingkat kesejahteraan Rp 18.300 36.600/hari Rp 57.000/hari Rp 13.200/hari Rp 32.000/hari Rp 100.000/hari Rp 20.000 23.000/hari Waktu bekerja 7,5 jam 7,5 jam 7,5 jam 9 jam 17 jam 12 jam 578 Jumlah (orang) Jumlah Ranking
d) Apabila terdapat dua atau lebih komponen yang jumlahnya sama, dan nilai
8 8 5 13 42 15 8 7 9
3 2 4 5 6 1
VII-82
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Komponen Mata Pencaharian Ketenagakerjaan L (%) Tukang Sumber: Hasil Analisis (2011) 100 0 P (%) Tingkat kesejahteraan Rp 15.000/hari Waktu bekerja 6 jam Jumlah (orang) Jumlah Ranking
45
Berdasarkan matriks peringkat mata pencaharian diatas, ranking paling atas diduduki oleh pedagang berdasarkan parameter ketenagakerjaan, penghasilan, dan lamanya waktu bekerja. Mata pencaharian pedagang memiliki jumlah tenaga kerja yang seimbang antara pekerja laki-laki dan perempuan. Dari segi penghasilan sendiri, pedagang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari meliputi primer, sekunder atau tersier dengan asumsi kebutuhan primer Rp 18.300 dan kebutuhan sekunder Rp 2.800/hari. Dari lama waktunya bekerja, pedagang termasuk kategori produktif karena bekerja selama 12 jam dengan asumsi pekerja produktif adalah 6 - 10 jam. Selanjutnya mata pencaharian petani dan peternak memiliki jumlah yang sama sehingga dirating lagi dengan parameter jumlah banyaknya mata pencaharian tersebut di desa Gembongan. Mata pencaharian petani di desa Gembongan berdasarkan matriks peringkat masih termasuk baik karena dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan/atau tersier, kecuali petani jagung karena tanaman jagung merupakan tanaman peralihan dari pertanian padi sehingga penghasilannya sendiri merupakan penghasilan tambahan/sampingan. Mayoritas mata pencaharian yang ada di desa Gembongan produktif dilihat dari lamanya waktu bekerja yaitu antara 6 17 jam/hari dengan jam paling lama adalah pengrajin/industri yang merupakan home industry berpenghasilan paling tinggi dibanding mata pencaharian lain. Perdagangan di desa Gembongan merupakan toko-toko kelontong, warung yang didirikan sendiri oleh rumah tangga. Untuk arahan rencananya memiliki potensi mampu menyediakan kebutuhan rumah tangga di desa Gembongan sehingga masyarakat desa tidak perlu keluar dari desa untuk pemenuhan kebutuhannya. Selain itu, pertanian merupakan mata pencaharian dengan prospek yang baik karena lahan pertanian cukup luas dan hasil produksi tinggi. Arahan rencana yang dapat disusun
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-83
adalah pengembangan pertanian mulai dari perbaikan sistem irigasi, penyuluhan mengenai inovasi usaha tani agar mata pencaharian sebagai petani dapat meningkatkan perekonomian masyarakat itu sendiri, serta perbaikan sistem pemasaran hasil tani. 7.5.3 Analisis Location Quotient Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara awal untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini belum memberikan kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji kembali melalui teknis analisis yang lain yang dapat menjawab apakah kesimpulan sementara tersebut terbukti kebenarannya. Walaupun teknik ini tidak memberikan kesimpulan akhir, namun sudah cukup memberikan gambaran akan kemampuan daerah yang bersangkutan dalam sektor yang diamati. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relative antara kemampuan suatu sektor Desa Gembongan dengan kemampuan sektor Kecamatan Gedeg. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Keterangan : Ntbx NTBx : Nilai tambah bruto komoditas x di Desa Gembongan : Nilai tambah bruto komoditas x di Kecamatan Gedeg Analisis dengan LQ merupakan alat sederhana untuk mengetahui apakah suatu daerah sudah seimbang atau belum dalam kegiatan tertentu yang dapat dilihat dari besarnya angka LQ. Dengan kata lain, angka LQ memberikan indikasi sebagai berikut:
VII-84
1. LQ > 1, menyatakan sub-daerah bersangkutan mempunyai potensi ekspor dalam kegiatan tertentu. 2. LQ < 1, menunjukkan sub-daerah bersangkutan mempunyai kecenderungan impor dari sub-daerah lain. 3. LQ = 1, memperlihatkan daerah yang bersangkutan telah mencukupi dalam kegiatan tertentu. Berikut ini merupakan tabel hasil produksi komoditas yang ada di Desa gembongan dan Kecamatan Gedeg.
Tabel 7. 40 LQ dari Hasil Pertanian Desa Gembongan Kecamatan Gedeg Tahun 2011
No 1 2 3 Jenis Tanaman Padi Jagung Tebu Jumlah Sumber : Hasil analisis (2011) Harga Tanaman Pertanian Desa Gembongan Kecamatan Gedeg 2307000000 199900000000 2330394000 18018980000 6400000000 19872960000 11037394000 237791940000 LQ 0,2486367 2,7863119 6,9382189
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pertanian jagung dan tebu yang merupakan komoditas utama yang ada di Desa Gembongan. Nilai LQ dari jenis tanaman tebu dan jagung bernilai lebih dari satu (LQ>1), maka tanaman tersebut efisien untuk ditanam di Desa Gembongan. Selain itu, jenis tanaman jagung dan tebu juga mampu mencukupi kebutuhan produksi pertanian di luar Desa Gembongan. Jadi hasil pertanian jagung dan tebu mempunyai potensi ekspor untuk kebutuhan daerah lain. Sedangkan padi bukan merupakan komoditas utama hasil pertanian dari Desa Gembongan. Nilai LQ dari jenis tanaman padi bernilai kurang dari satu (LQ<1) sehingga tanaman tersebut kurang efisien untuk ditanam di Desa Gembongan. Hal ini berarti bahwa untuk kebutuhan padi di Desa Gembongan tidak berpotensi untuk mengekspor ke daerah lain melainkan adanya kemungkinan mengimpor dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan padi Desa Gembongan. 7.5.4 Bagan Peringkat Komoditas Bagan peringkat komoditas merupakan teknik matriks ranking dengan merangkai sejumlah daftar komoditas kemudian memberi nilai pada masing-masing
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-85
aspek kajian. Sehingga dapat dilihat mayoritas komoditas yang diproduksi desa Gembongan.
1. Matriks Ranking Komoditi Utama
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Komoditi utama merupakan barang atau hasil produksi yang menjadi unggulan atau mendominasi di desa Gembongan. Matriks ranking disusun berdasarkan skoring dari parameter sebagai berikut: a) Hasil produksi Hasil produksi dapat digolongkan baik, apabila jumlah produksi banyak dan lahan komoditas luas. Nilainya = 3, Dilambangkan dengan *** Hasil produksi digolomngkan sedang , apabila jumlah produksi sedang dan laha komoditas luas, atau jumlah produksi sedang tetapi lahanya kecil. Nilainya = 2, dilambangkan dengan ** Hasil produksi digolongkan kecil, apabila jumlah produksi kecil. Nilainya = 1, dilambangkan dengan * b) Kualitas Kualitas tanaman atau hasil produksi baik, nilainya = 3, dilambangkan dengan *** - Kualitas tanaman atau hasil produksi sedang , nilainya = 2, dilambangkan dengan ** - Kualitas tanaman atau hasil produksi tidak baik, nilainya = 1, dilambangkan dengan * c) Keuntungan harga jual Keuntungan harga jual dilihat berdasarkan hasil perhitungan input output, adapun penilainya adalah sebagai berikut : Hasil penjualan dapat dikatakan baik, apabila keuntungan setiap panen dapat mengangkat kualitas hidup pekerja. Nilainya = 3, dilambangkan dengan *** Hasil penjualan dapat dikatakan sedang, apabila keuntungan setiap panen tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil (cukup). Nilainya = 2, dilambangkan dengan **
VII-86
Hasil penjualan dapat dikatakn kurang baik, apabila keuntungan setiap panen sangat kecil. Jadi antara biaya produksi yang dikeluarkan hampir menyamai hasil jual. Nilainya = 1, dilambangakn dengan *
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
d) Wilayah pemasaran Penjualan dapat dikatakan baik, jika wilayah pemasaran mencakup desa Gembongan sampai keluar kecamatan. dengan *** Penjualan dapat dikatakan sedang, jika wilayah pemasaran di desa Gembongan sampai lingkungan kecamatan. Nilainya = 2, dilambangkan dengan ** Penjualan dapat dikatakan kurang baik, jika wilayah pemasaran hanya di dalam desa, atau hanya di satu tempat pemasaran. Nilainya = dilambangkan dengan * e) Apabila terdapat dua atau lebih komponen yang jumlahnya sama, maka dilihat komoditi yang tingkatan komponennya lebih tinggi nilainya. Adapun urutannya adalah : - Hasil produksi Kualitas Tempat pemasaran 1, Nilainya = 3, dilambangkan
f) Apabila terdapat dua atau lebih komponen yang jumlahnya sama, dan nilai pada tingkat komponen-komponen tersebut juga sama, maka untuk menentukan yang paling tinggi rangkingnya adalah jenis komoditi yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat.
Tabel 7. 41 Bagan Peringkat Komoditas
Komponen Komoditi Hasil Produksi (Ton/Ha) 46,14/24,2 ** Jagung *** Kualitas Keuntungan Wilayah Pemasaran Pasar, tengkulak, konsumsi sendiri ** PT. Bisi dan tengkulak Jumlah Ranking
Padi
**
6.682.000/tahun ** 4.482.280/tahun
VII-87
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Komponen Komoditi Hasil Produksi (Ton/Ha) ** 2000/122,34 Kualitas Keuntungan * 20.895.000/tahun *** Wilayah Pemasaran ** Pasar, pabrik gula, dan tengkulak ** Jumlah Ranking
Tebu
***
11
Berdasarkan hasil bagan peringkat komoditas, tebu merupakan hasil komoditas paling besar di desa Gembongan dimana panen terjadi hanya satu tahun sekali. Pendapatan bersih pertanian tebu adalah Rp. 20.895.000 per tahunnya, karena sebesar Rp 11.105.000 digunakan sebagai modal untuk memulai produksi. Wilayah pemasaran untuk hasil tebu sendiri sudah mampu memproduksi sampai keluar kecamatan Gedeg berdasarkan hasil LQ dengan nilai 6,9382189. Komoditas jagung dan padi memiliki jumlah yang sama sehingga dilakukukan rating kembali berdasarkan analisis LQ dimana jagung memiliki nilai LQ 2,7863119 sedangkan padi LQ 0,2486367. Komoditas kedua adalah jagung yang memiliki penghasilan Rp 6.287.280 dimana panen terjadi tiga kali dalam setahun saat musim kemarau. Komoditas jagung merupakan tanaman peralihan dari pertanian padi ketika mencapai musim kemarau. Dapat dilihat bahwa komoditas jagung memiliki peluang sebagai komoditas utama desa Gembongan karena hasil produksinya mencapai tiga kali dalam setahun. Terakhir adalah komoditas padi yang memiliki penghasilan Rp 4.300.000. Padi memiliki hasil komoditas yang minim dibanding komoditas lainnya karena untuk pertanian padi membutuhkan sistem irigasi yang baik, sedangkan irigasi desa Gembongan sering rusak dari sistem pusat yaitu DAM Menturus. Dapat disimpulkan mengenai arahan rencana untuk hasil komoditas desa Gembongan adalah merencanakan sistem pemasaran yang baik agar dapat memberikan keuntungan untuk petani, mengadakan penyuluhan atau sosialisasi untuk usaha tani agar lebih inovatif dalam pola tanam.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-88
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Sekitar pukul 04.00 Ayah bangun kemudian Ayah berangkat ke sawah pada pukul 07.00 hingga pukul 11.00. Setelah itu Ayah beristirahat hingga pukul 12.00 dan kembali ke sawah hingga pukul 15.30. Kemudian Ayah mandi hingga pukul 17.00 dan beristirahat hingga pukul 20.00. b. Ibu Ibu bangun pada pukul 04.00 kemudian Ibu memasak pada pukul 06.00 hingga pukul 07.00. Kemudian Ibu mandi hingga pukul 08.00. Setelah itu Ibu menjaga rumah dan bersih-bersih rumah hingga pukul 17.00 kemudian Ibu beristirahat hingga pukul 20.00. c. Anak Anak bangun pada pukul 04.00 kemudian Anak pergi ke sawah pada pukul 07.00 hingga pukul 11.00. Setelah itu Anak beristirahat hingga pukul 12.00 dan kembali lagi ke sawah hingga pukul 15.30. Kemudian Anak mandi hingga pukul 17.00 dan beristirahat hingga pukul 20.00.
VII-89
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari diagram aktivitas keluarga petani dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini bisa dilihat dari waktu pekerjaan Ayah masih kurang efektif, dan dari pendapatannya masih belum mencukupi kebutuhan sehari-hari. Padahal sudah memakai jasa buruh tani, dan waktu bekerjanya cukup banyak yaitu 7,5 jam setiap harinya. Begitu juga dengan waktu bekerja Ibu masih kurang efektif, karena Ibu lebih sering menghabiskan waktu dirumah hanya untuk jaga rumah dan bersih-bersih rumah. Selain itu Ibu lebih banyak bersantai dibandingkan dengan Ayah. Waktu yang begitu banyak seharusnya bisa dimanfaatkan oleh Ibu untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana
kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 18.00 sampai dengan pukul 20.00 karena pada waktu itu Ayah sudah pulang dari sawah dan pada saat itu jam santainya Ayah. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00, karena Ibu tidak mungkin menghabiskan waktu yang begitu banyak hanya
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-90
untuk jaga rumah dan bersih-bersih rumah, maka dari itu dapat diadakan sosialisasi atau penyuluhan. 2. Peternak a. Ayah Ayah bangun pada pukul 05.00 dan dilanjutkan dengan aktivitas pagi. Setelah itu pada pukul 07.00 Ayah memasukkan sapi ke kandang dan memberi makan pada sapi hingga pukul 11.00. Kemudian Ayah memandikan sapi hingga pukul 12.00 dan dilanjutkan Ayah makan siang hingga pukul 13.00 kemudian Ayah istirahat hingga pukul 15.00. Setelah itu Ayah mandi hingga pukul 16.00 dan dilanjutkan mengambil rumput hingga pukul 17.00 kemudian Ayah mengurus sapi hingga pukul 20.00. Setelah itu Ayah makan malam, dan Ayah tidur malam pada pukul 21.00. b. Ibu Ibu bangun pada pukul 05.00 dan dilanjutkan melakukan aktivitas pagi hingga pukul 07.00. Kemudian Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga hingga pukul 12.00. Setelah itu Ibu makan siang hingga pukul 13.00 dan istirahat hingga pukul 15.00 kemudian Ibu mandi sore hingga pukul 16.00 dan dilanjutkan Ibu mengerjakan perkerjaan rumah tangga hingga pukul 20.00. Kemudian Ibu makan malam dan Ibu tidur malam pada pukul 21.00. c. Anak Anak bangun pada pukul 05.00 dan dilanjutkan persiapan untuk berangkat sekolah hingga pukul 07.00 kemudian Anak pergi ke sekolah dan pulang pada pukul 14.00. Kemudian Anak makan dan istirahat hingga pukul 15.30 dan dilanjutkan Anak mengambil rumput hingga pukul 17.00. Setelah itu Anak mandi dan dilanjutkan belajar hingga pukul 20.00 dan makan malam, kemudian Anak tidur malam pada pukul 21.00.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-91
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari diagram aktivitas keluarga peternak dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini bisa dilihat dari waktu pekerjaan Ayah masih kurang efektif, dan dari pendapatannya masih belum mencukupi kebutuhan sehari-hari. Padahal waktu bekerja Ayah cukup yaitu 9 jam setiap harinya. Begitu juga dengan waktu bekerja Ibu masih kurang efektif, karena Ibu lebih sering menghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Seharusnya waktu yang begitu banyak dapat dimanfaatkan oleh Ibu untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.00 karena pada waktu itu Ayah sedang istirahat, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.00, karena Ibu sedang istirahat, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. 3. Pengusaha
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-92
a. Ayah
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Ayah bangun pada pukul 05.00 kemudian Ayah Sholat dan dilanjutkan makan pagi. Setelah itu Ayah bekerja memantau usahanya hingga pukul 22.00 dan dilanjutkan tidur malam. b. Ibu Ibu bangun pada pukul 04.00 kemudian Ibu Sholat dan dilanjutkan memasak hingga pukul 06.00. Setelah itu Ibu memantau usahanya hingga pukul 12.00 dan beristirahat hingga pukul 16.00 kemudian Ibu bersantai. Ibu tidur malam pada pukul 22.00. c. Anak Anak bangun pukul 05.00 kemudian Sholat dan dilanjutkan makan hingga pukul 07.00. Setelah itu Anak bekerja hingga pukul 14.00 dan dilanjutkan tidur siang hingga pukul 16.00 kemudian Anak bersantai. Anak tidur malam pada pukul 22.00.
Berdasarkan diagram aktivitas keluarga pengusaha dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini dapat dilihat
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-93
dari waktu pekerjaan Ayah masih kurang efektif, karena Ayah menghabiskan waktunya hanya untuk memantau usahanya, padahal waktu bekerjanya cukup banyak yaitu selama 17 jam setiap harinya. Tetapi dari pendapatannya sudah mencukupi kebutuhan bagi keluarga. Sedangkan waktu Ibu bekerja memantau usahanya selama 6 jam, selain itu Ibu lebih banyak bersantai dibandingkan dengan Ayah. Waktu yang banyak digunakan untuk bersantai itu seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 14.00 sampai dengan pukul 19.00 karena pada waktu itu Ayah tidak mungkin bekerja terus-menerus dari selang waktu antara pukul 05.00 sampai dengan 22.00 yang digunakan untuk mengecek usaha, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 18.00, karena Ibu sedang istirahat, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. 4. Pegawai Negeri Sipil a. Ayah Ayah bangun pada pukul 04.30 kemudian Sholat Shubuh dan dilanjutkan melakukan persiapan untuk bekerja hingga pukul 07.00. Ayah bekerja di Kantor Kecamatan hingga pukul 09.00 dan kemudian bekerja di Balai Desa hingga pukul 13.00. Ayah istirahat, Sholat Dhuhur dan makan siang hingga pukul 14.00 dan kemudian tidur siang hingga pukul 16.00. Kemudian Ayah mandi dan dilanjutkan Sholat Ashar dan dilanjutkan bersantai hingga pukul 18.00. Kemudian Ayah Sholat Magrib dan dilanjutkan Sholat Isya hingga pukul 19.00 dan dilanjutkan Ayah bersantai. Setelah itu Ayah tidur malam pad pukul 24.00. b. Ibu Ibu bangun pada pukul 04.30 kemudian Ibu memasak hingga pukul 06.00 dan dilanjutkan membersihkan rumah hingga pukul 07.00. Setelah itu Ibu
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-94
menjaga toko hingga pukul 13.00 dan dilanjutkan Ibu tidur siang hingga pukul 15.30 dilanjutkan Ibu kembali menjaga toko. Kemudian Ibu tidur malam pada pukul 22.00. c. Anak Anak bangun pukul 04.30 kemudian persiapan untuk bekerja hingga pukul 07.00 dan berangkat kerja hingga pukul 17.00. Jika Anak bekerja lembur, Anak pulang pada pukul 20.00 dan dilanjutkan Anak bersantai. Kemudian Anak tidur malam pada pukul 22.00.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Berdasarkan diagram aktivitas keluarga Pegawai Negeri Sipil dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu pekerjaan Ayah sudah efektif, karena kerjanya sudah diatur oleh jadwal dan jika dilihat dari penghasilannya sudah mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan dari pekerjaan Ibu masih belum efektif, karena Ibu bekerja menjaga toko selama 12,5 jam. Seharusnya waktu Ibu yang banyak digunakan untuk menjaga toko itu dapat dimanfaatkan untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana
VII-95
kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 20.00 sampai dengan pukul 22.00 karena pada waktu itu Ayah sedang bersantai, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 17.00 sampai dengan pukul 20.00, sebab pada saat Ibu menjaga toko waktunya bisa diluangkan untuk bersosialisasi dan jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. 5. ABRI a. Ayah Ayah bangun pada pukul 05.00 kemudian Sholat dan dilanjutkan makan pagi. Pada pukul 06.00 Ayah berangkat bekerja dan pulang pada pukul 15.00 setelah itu Ayah beternak hingga pukul 18.00. Kemudian Ayah melakukan kegiatan di rumah dan tidur malam pada pukul 22.00. b. Ibu Ibu bangun pada pukul 04.00 kemudian Ibu memasak hingga pukul 05.00. Setelah itu Ibu membersihkan rumah hingga pukul 06.00 dan dilanjutkan mengawasi Anaknya ke sekolah hingga pukul 12.00. Kemudian Ibu tidur siang hingga pukul 15.00 dan dilanjutkan Ibu melakukan kegiatan di rumah. Setelah itu Ibu tidur malam pada pukul 22.00. c. Anak Pada pukul 05.00 Anak bangun kemudian Sholat dan dilanjutkan makan pagi. Pukul 06.00 Anak berangkat sekolah dan pulang sekolah pukul 14.00. Setelah itu Anak melakukan kegiatan di rumah hingga pukul 17.00 kemudian Anak belajar dan dilanjutkan Anak tidur malam pada pukul 20.00.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-96
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari diagram aktivitas keluarga ABRI dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu pekerjaan Ayah sudah efektif, karena kerjanya sudah diatur oleh jadwal dan jika dilihat dari penghasilannya sudah mencukupi kebutuhan keluarga.
Sedangkan dari pekerjaan Ibu masih belum efektif, karena pada saat Ibu mengawasi anak sekolah selama 6 jam, seharusnya Ibu hanya mengantar saat pergi ke sekolah dan menjemput saat pulang sekolah. Pada selang waktu saat Ibu mengantar dan menjemput anak dari sekolah dapat dimanfakaat untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana
kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00 karena pada waktu itu Ayah sedang melakukan kegiatan di rumah, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, sebab pada saat itu Ibu melakukan kegiatan di rumah dapat diluangkan waktunya untuk bersosialisasi dan jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi.
VII-97
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Pada pukul 05.00 Ayah bangun kemudian melakukan persiapan untuk bekerja hingga pukul 06.00. Setelah itu Ayah berangkat bekerja dan pulang bekerja pukul 14.00 kemudian Ayah tidur siang hingga pukul 16.00 dan dilanjutkan Ayah bersantai kemudian Ayah tidur malam pada pukul 21.00. b. Ibu Ibu bangun pukul 05.00 kemudian Ibu memasak di pagi hari dan dilanjutkan Ibu membersihkan rumah hingga pukul 08.00. Setelah itu Ibu memasak lagi hingga pukul 11.00 kemudian Ibu melakukan aktivitas hingga pukul 12.00 dan dilanjutkan Ibu tidur siang hingga pukul 15.00. Kemudian Ibu bersih-bersih rumah hingga pukul 16.00 dan dilanjutkan Ibu bersantai. Setelah itu Ibu tidur malam pada pukul 21.00. c. Anak Anak bangun pada pukul 06.00 kemudian Anak bermain hingga pukul 12.00. Setelah itu Anak tidur siang hingga pukul 15.00 dan dilanjutkan bersantai kemudian Anak tidur malam pada pukul 20.00.
Gambar 7. 20 Diagram Aktivitas Pegawai Swasta STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-98
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari diagram aktivitas keluarga pegawai swasta dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu pekerjaan Ayah sudah efektif, karena kerjanya sudah diatur oleh jadwal dan jika dilihat dari penghasilannya masih belum mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan dari pekerjaan Ibu masih belum efektif, karena waktu untuk santai begitu banyak, yang seharusnya waktu itu bisa dimanfaatkan untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 17.00 sampai dengan pukul 20.00 karena pada waktu itu Ayah sedang melakukan bersantai di rumah, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 17.00 sampai dengan pukul 20.00, sebab pada saat itu Ibu bersantai di rumah, jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. 7. Tukang a. Ayah Ayah bangun tidur pagi pada pukul 05.00, setelah itu olahraga bersepeda hingga pukul 08.00. Ayah bersarapan pagi hingga pukul 09.00 dan langsung berangkat untuk bekerja. Pukul 11.30 Ayah pulang dari kerja untuk istirahat sejenak hingga pukul 13.00 dan kembali bekerja hingga pukul 17.00. Setelah pulang bekerja Ayah membersihkan rumah hingga pukul 18.00 dan bersantai di rumah hingga pukul 22.00. b. Ibu Ibu bangun tidur pada pukul 05.00 untuk memasak hingga pukul 08.00. Setelah sarapan pagi hingga pukul 10.00 Ibu membersihkan rumah. Ibu bersantai sejenak hingga pukul 12.00. Ibu tidur siang hingga pukul 15.00 kemudian memasak hingga pukul 16.00. Setelah itu Ibu bersantai dan tidur pada pukul 22.00. c. Anak
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-99
Anak bangun pada pukul 08.00 untuk sarapan setelah itu beristirahat hingga pukul 13.00. Anak bekerja hingga pukul 17.00 kemudian bersantai hingga pukul 23.00.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari diagram aktivitas keluarga tukang dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu pekerjaan Ayah sudah efektif, karena dilihat dari pekerjaan Ayah sudah teratur, namun dari penghasilannya masih belum mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan dari pekerjaan Ibu masih belum efektif, karena waktu untuk santai begitu banyak, yang seharusnya waktu itu bisa dimanfaatkan untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00 karena pada waktu itu Ayah sedang melakukan bersantai di rumah, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, sebab pada saat itu Ibu bersantai di rumah, jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-100
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
8. Pedagang a. Ayah Ayah bangun tidur pada pukul 10.00 dan pada pukul 11.00 ke pasar hingga pukul 12.00 . Kemudian Ayah menjaga warung hingga pukul 00.00 . b. Ibu Ibu bangun tidur pukul 05.00 dan pada pukul 06.00 menjaga warung hingga pukul 08.00 . Ibu memasak hingga pukul 10.00 kemudian menjaga warung hingga pukul 20.00 . c. Anak Anak bangun pada pukul 05.00 , kemudian berangkat sekolah pada pukul 06.00 hingga pukul 13.00 . Anak belajar kelompok hingga pukul 16.00
kemudian bersantai hingga pukul 19.00 . Anak belajar hingga pukul 21.00 kemudian tidur malam.
VII-101
Dari diagram aktivitas keluarga pedagang dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu pekerjaan Ayah masih belum efektif, karena dilihat dari waktu pekerjaan Ayah terlalu banyak menghabiskan waktu, namun dari penghasilannya masih belum mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan dari pekerjaan Ibu sudah efektif, karena ada waktu untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, karena pada waktu itu Ayah dapat meluangkan waktu walaupun sedang menjaga warung, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 14.00 sampai dengan pukul 16.00, sebab pada saat itu Ibu dapat meluangkan waktu walaupun sedang menjaga warung, jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. 9. Jasa a. Ayah Ayah bangun pada pukul 04.00 untuk sholat. Pada pukul 06.00 Ayah mencuci mobil dan sarapan di pagi hari hingga pukul 08.00. Ayah bekerja hingga pukul 12.00 setelah itu melakukan istirahat sejenak. Kemudian Ayah kembali bekerja kembali hingga pukul 16.00. Ayah sholat dan istirahat hingga pukul 19.00 dan kembali bekerja hingga pukul 23.00. b. Ibu Ibu bangun tidur pada pukul 04.00 untuk melakukan sholat. Pada pukul 06.00 ibu memasak untuk sarapan bersama keluarga pada pukul 07.00. Kemudian ibu bekerja hingga pukul 12.00 dan istirahat hingga pukul 13.00. Setelah itu ibu kembali bekerja hingga pukul 16.00. Ibu beristirahat hingga pukul 19.00 dan menonton TV hingga pukul 22.00 . c. Anak
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-102
Anak bangun tidur di pukul 04.30. Setelah sholat Anak makan bersama keluarga pada pukul 07.00 dan dilanjutkan untuk berangkat ke sekolah hingga pukul 12.00 untuk beristirahat. Setelah itu Anak kembali lagi sekolah hingga pukul 15.00. Anak istirahat dan menonton TV hingga pukul 21.00.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari diagram aktivitas keluarga pedagang dapat disimpulkan bahwa Ayah merupakan tumpuan ekonomi bagi keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu pekerjaan Ayah sudah efektif, karena dari penghasilannya sudah mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan dari pekerjaan Ibu sudah efektif, karena ada waktu untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Untuk arahan rencana kedepannya, bila diadakan penyuluhan atau sosialisasi yang sasarannya Ayah dapat diadakan sekitar pukul 16.00 sampai dengan pukul 18.00, karena pada waktu itu Ayah sedang beristirahat di rumah, sebab jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk Ibu pada pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, sebab pada saat itu Ibu sedang menonton TV di rumah, jika pada jam yang lain tidak memungkinkan untuk bersosialisasi.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-103
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO 7.5.6 Kajian Gender Kajian gender adalah kajian yang digunakan untuk mengetahui pengumpulan dan pengolahan informasi tentang gender (data perempuan dan laki-laki). Kajian Gender membutuhkan data terpilah berdasarkan jenis kelamin dan suatu pengertian dari konstruksi sosial dari peran gender, bagaimana pembagian kerja dan dinilai. Kajian Gender adalah proses dari analisa informasi agar supaya menjamin manfaat dan sumberdaya pembangunan secara efektif dan adil ditujukan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Tujuan kajian gender ini untuk mengetahui berapa banyak tenaga kerja yang mendominasi dibeberapa lapangan pekerjaan, sehingga dapat diketahui apakah perempuan telah memperdayakan diri dan berperan aktif dalam penuntasan kemiskinan di Desa Gembongan. Berikut ini adalah kajian gender dari beberapa sektor mata pencaharian di Desa Gembongan.
Tabel 7. 42 Kajian Gender Mata Pencaharian
No 1. Petani a. Petani Tebu Penanaman Pemeliharaan Pemanenan b. Petani Jagung Penanaman Pemeliharaan Pemanenan c. Petani Padi Penanaman Pemeliharaan Pemanenan 2. Peternak Perawatan Pemanenan 3. Pedagang Berdagang Sektor Mata Pencaharian Jenis Kegiatan Tenaga Kerja
VII-104
4.
Jasa
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Pembukaan Usaha Travel di Rumah Pembukaan Usaha Jahit
1. Petani a. Petani Tebu 1. Proses Penanaman Pada proses penanaman tanaman tebu, kegiatan ini lebih cenderung dikerjakan oleh petani perempuan dibanding petani laki-laki.
Perbandingannya adalah 1:2. Sebelum proses penanaman dilakukan, sebelumnya ada tahapan persiapan lahan, pembuatan lubang, serta persiapa sistem pengairan. Proses penanaman tanaman tebu sendiri seharusnya lebih dikerjakan oleh petani laki-laki, karena kecenderungan untuk penanaman sendiri kurang efektif, dimana kegiatan ini bisa diganti oleh petani perempuan untuk melakukan aktivitas rumah tangga, agar keseimbangan antara pekerjaan diluar dn di dalam rumah bisa seimbang. 2. Proses Pemeliharaan Pada proses pemeliharaan tanaman tebu, kegiatan ini lebih cendrung dikerjakan oleh petani lak-laki dibanding petani perempuan. Perbandingannya adalah 3 : 1. Proses ini sendiri terdiri dari pemberian pupuk serta penutupan lubang galian tanah. Proses pemeliharaan telah efektif karena sebagian besar proses ini dilakukan oleh petani laki-laki. Untuk proses pemeliharaan, dibutuhkan pengecekan dan pembersihan lahan setiap harinya untuk mencegah adanya hambatan seperti hama yang sering menggangu tanaman pada umumnya. 3. Proses Pemanenan Pada proses pemanenan tanaman tebu, kegiatan ini sama-sama dikerjakan oleh petani laki-laki dan perempuan. Hanya saja lebih cenderung pada petani laki-laki. Perbandingannya adalah 3 : 2. Proses ini terdiri dari penebasan tebu serta pengelupasan. Proses ini telah efektif karena dikerjakan bersama oleh
VII-105
petani laki-laki dan perempuan, tetapi petani perempuan lebih aktif untuk proses penjualan setelah proses penanaman untuk proses distribusi penjualan ke pasar.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
b. Petani Jagung 1. Proses Penanaman Pada proses penanaman tanaman jagung, kegiatan ini dikerjakan hanya dengan petani perempuan. Namun sebelum kegiatan penanaman dilakukan, sebelumnya ada tahapan persiapan lahan dan pembuatan lubang yang dikerjakan sepenuhnya oleh petani laki-laki. Hal tersebutlah yang petani
perempuan. Kecenderungannya sendiri kurang efektif, dimana tidak adanya kerja sama antara petani laki-laki dan petani perempuan. 2. Proses Pemeliharaan Pada proses pemeliharaan, kegiatan ini sama-sama dikerjakan oleh petani lak-laki dan petani perempuan. Perbandingannya adalah 2 : 2. Untuk proses pemeliharan, terdiri dari pemberian air serta pemupukan pada tanaman. Proses ini terdiri dari persiapan lahan serta pembuatan lubang. Kecenderungan pada proses pemeliharaan telah efektif, karena sama-sama dikerjakan oleh petani laki-laki dan perempuan. 3. Proses Pemanenan Pada proses pemanenan, kegiatan ini sama-sama dikerjakan oleh petani laki-laki dan petani perempuan. Perbandingannya adalah 2 : 2.
Kecenderungan pada proses ini telah efektif karena adanya keseimbangan kerja sama antara petani laki-laki dan perempuan. c. Petani Padi 1. Proses Penanaman Pada proses penanaman tanaman padi, kegiatan ini sama-sama dierjakan oleh petani laki-laki dan perempuan. Perbandingannya adalah 2 : 2. Dalam proses penanaman padi, terdiri dari persiapan lahan, sistem pengairan,
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-106
pembersihan lahan, serta pemberian pupuk dasar. Kecendrungan pada proses ini telah efektif karena adanya keseimbangan kerja antara petani laki-laki dan perempuan. 2. Proses Pemeliharaan Pada proses pemeliharaan, kegatan ini cenderung dikerjakan oleh petani laki-laki dibanding petani perempuan. Perbandingannya adalah 3 : 1. Dalam proses ini, terdiri dari pemberian pupuk pada hari ke-26 dan hari ke-60. Kecenderungan pada proses ini telah efektif dimana kegiatan pemeliharaan memang harus dikerjakan sebagian besar oleh petani laki-laki.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
2. Peternak (ikan lele) a. Proses Perawatan Pada proses perawatan ternak ikan lele ini, lebih cenderung dikerjakan oleh peternak laki-laki dibanding perempuan. Perbandingannya adalah 2 : 2. Dalam proses ini, terdiri dari pembersihan kolam setiap minggu serta pemberian makan setiap hari yang sama- sama dikerjakan oleh peternak lakilaki dan perempuan. Kecenderungan ini telah efektif dimana proses perawatan serta pembersihan kolam dikerjakan serta dirawat oleh peternak laki-laki. b. Proses Pemanenan Pada proses ini, kegiatan memanen ikan lele sama-sama dikerjakan oleh peternak laki-laki dan perempuan. Perbandingannya adalah 2 : 2. Dalam proses ini, terdiri dari pengangkatan ikan dari kolam dengan menggunakan jaring serta pengurasan pada bak ikan. Proses pemanenan diadakan satu kali setiap tiga bulan. 3. Pedagang Pada kegiatan proses berdagang para pedagang, kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan kerja dan tugas dari masing-masing pedagang, sehingga tidak ada perbandingan antara gender pada kegiatan berdagang.
Misalnya saja pada masyarakat yang bekerja sebagai pedagang sayur. Pada pedagang sayur yang berjualan dipasar, gender ini cenderung kepada pedagang
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-107
perempuan. Sama hal nya dengan pedagang jualan keliling (seperti cilok dan es lilin), gender ini cenderung kepada pedagang laki-laki. 4. Jasa Sama halnya dengan proses kegiatan para pedagang, kegiatan jasa dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan kerja dan tugas dari masing-masing pekerja jasa, sehingga tidak aada perbandingan antara gender pada kegiatan aktivitas jasa. Misalnya saja pada masyarakat desa yang membuka jasa pembukaan travel dirumah, kegiatan dan aktivitas ini tentu dikerjakan oleh laki-laki, sedangkan pada jasa pembuka usaha jahit dirumah tentu dikerjakan oleh perempuan.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-108
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 43 Kalender Musim
VII-109
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-110
1. Jagung
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Jagung merupakan tanaman semusim karena ditanam dan dipanen pada musim yang sama, tanaman jagung sebagai tanaman pengganti tanaman padi pada musim kemarau karena tanaman jagung hanya membutuhkan sedikit air yaitu sekitar 85 mm/bulan, jadi curah hujan yang rendah pada musim kemarau dapat diatasi dengan menggunakan saluran irigasi dan air limbah pabrik gula sehingga tanaman jagung dapat diproduksi secara optimal. Suhu optimum tanaman jagung antara 23oC 30oc , sedangkan suhu rata-rata Desa Gembongan 25Oc jadi
tanaman jagung dapat diproduksi secara optimal di Desa Gembongan dan suhu tidak mempengaruhi kondisi dan hasil tanaman ke arah yang negatif. Tanaman Padi dilakukan pada Bulan Juli sampai Bulan September atau pada musim kemarau. Proses ini sangat cocok dilakukan karena tanaman jagung membutuhkan sinar matahari yang cukup agar pertumbuhan tidak terhambat dan hasil biji menjadi optimal. Persiapan lahan dilakukan setelah panen padi, persiapan dilakukan dengan menggemburkan tanah dan diolah dengan cara dibajak. Pada proses ini kualitas tanaman menjadi kurang maksimal karena seharusnya tanah tanaman jagung dicampur dengan abu dari sisa pembakaran tanaman jagung sebelumnya agar mendapatkan unsur tanah yang optimal dan akan mempengaruhi kondisi dan hasil dari tanaman jagung. Penanaman jagung dilakukan setelah proses persiapan lahan dan pembibitan telah selesai, tidak ada masalah pada tahap penanaman tanaman jagung. Tahap selanjutnya yaitu pemupukan. Pemupukan pertama pada minggu kedua umur tanaman. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk Urea atau pupuk Phonska, petani tidak kesulitan untuk mendapatkan pupuk. Tanaman Jagung di Desa gembongan terserang hama belalang dan tikus, akan tetapi warga dapat mengatasi melakukan pencegahan hama dengan cara penyemprotan Petsona setelah umur tanaman 10 hari. Tanaman jagung dipanen setelah jagung berusia lebih dari 80 hari atau pada bulan ketiga tanaman. Panen dilakukan oleh buruh tani dan dipasarkan langsung ke PT. BISI dengan sisa tanaman jagung untuk konsumsi sendiri. Selanjutnya pada bulan Oktober masa
VII-111
istirahat tanah pasca panen dan pada awal november atau awal musim hujan dilakukan persiapan lahan untuk produksi tanaman padi. 2. Padi Tanaman padi di Desa Gembongan terdapat dua jenis, yang mengalami pergantian dengan tanaman jagung dan tidak mengalami pergantian. Lahan tanaman yang mengalami pergantian atau tidak mengalami pergantian tidak memiliki perbedaan hasil produksi, hanya saja kualitas tanah lebih baik tanah yang mengalami pergantian dan pendapatan penduduk lebih bertambah karena lahan yang tidak mengalami pergantian tidak mengalami produksi apapun. Masa istirahat yang cukup panjang dapat menyebabkan masyarakat mengalami kehilangan pendapatan. Padahal hal tersebut dapat direncanakan dengan matang dengan mengalami pergantian tanaman semusim seperti jagung. Sebaiknya masyarakat melakukan produksi komoditas pertanian semusim lainnya agar dapat menambah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Tanaman padi sering mengalami kekurangan air pada musim kemarau sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya hasil produksi dan gagal panen. Proses pertama tanaman padi, persiapan lahan tanaman padi dimulai pada bulan april setelah satu bulan masa istirahat pasca panen sebelumnya. Pada bulan ini cuaca masih tidak menentu, adanya peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, curah hujan relatif tidak stabil, akan tetapi masih cukup untuk dilakukannya proses pertanian, jadi petani memnfaatkan irigasi dari DAM untuk mengairi sawah. Pemupukan tanaman padi dilakukan secara berkala yaitu setelah padi berumur 20 hari dan pemupukan kedua setelah padi berumur 50 hari. Pada bulan ketiga mulai memasuki musim kemarau sehingga pengairan sulit didapat, petani kekurangan air dan terancam menurunnya hasil produksi atau malah terjadi gagal panen. Akan tetapi pasca panen pada musim kemarau menyebabkan percepatan masa pengeringan padi dan pendapatan masyarakat tidak mengalami penundaan. Proses kedua, persiapan lahan dilakukan setelah musim kemarau atau pada awal musim hujan, masyaakat tidak mengalami kekurangan air karena intensitas curah hujan yang tinggi dan terhindar dari berkurangnya hasil produksi
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-112
atau gagal panen. Proses dilakukanya tanaman padi sama seperti tahap pertama, tidak ada hal yang membedakan akan tetapi proses pengeringan tanaman padi pasca panen cenderung sulit karena intensitas curah hujan yang tinggi. Siklus penanaman padi di Desa Gembongan kurang efektif karena masih dilakukan penanman padi pada musim kemarau padahal tanaman padi membutuhkan air yang banyak untuk pengairan, tidak hanya dapat mengandalkan irigasi dan DAM. Pengalihan siklus tanam padi dapat dilakukan oleh masyarakat desa setempat dengan cara melakukan produksi pada musim hujan atau setidaknya menjelang musim hujan. Dari kalender musim dan intenistas curah hujan, petani dapat memulai proses pertanian pada bulan februari dan panen pada Bulan Mei. Bulan Februari masih berada pada musim hujan sehingga dari segi pengairan sangat positif dan panen pada musim pancaroba, intensitas curah hujan sedang, masih dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan air. Pada Bulan Juni sampai Bulan September merupkan masa istirahat atau dapat dilakukan pergantian komoditas ke tanaman jagung. Pada akhir musim kemarau atau pada Bulan Oktober dapat dilakukan kembali produksi tanaman padi, intensitas curah hujan yang cendurung rendah dapat diatasi dengan irigasi dan DAM, intensitas curah hujan pada akhir musim kemarau tidak terlalu rendah, sudah menunjukan batas normal untuk memulai pertanian. Panen kedua dilakukan pada bulan januari. Masa istirahat lahan pertanian komoditas padi hanya dalam wakt 20 hari karena tidak akan mengganggu proses produksi selanjutnya. Tanaman padi sejak 2010 terkena sejenis penyakit baru yang belum terdeteksi dan dapat menurunkan hasil produksi bahkan menyebabkan petani gagal panen, sehingga untuk pertanian padi petani mengalami kesulitan dalam pengelolahan dan pendapatan jadi menurun. Seharusnya untuk menyelesaikan masalah ini pemerintah tingkat kecamatan mulai bertindak agar penyakit tidak menyebar dan meluas. Pemerintah dapat melakukan riset mengenai penyakit dan mencari obat yang dapat memusnahkan penyakit tersebut, lalu mengadakan penyuluhan mengenai obat tersebut terhadap masyarakat desa. Penyakit ini belum terdeteksi,
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-113
apabila penyakit ini sudah bisa ditanggulangi maka produksi komoditas petani dapat kembali normal. 3. Tebu Tanaman tebu merupakan tanaman yang berumur panjang, proses produksi tanaman tebu berlangsung selama kurang lebih satu tahun, tebu yang ingin dijadikan bibit berumur 7-8 tahun, tebu sudah bisa dipanen pada usia tebu 10 bulan dengan kandungan sukrosa 10% sedangkan tebu yang berusia 12 bulan memiliki kandungan sukrosa 13%. Intensitas curah hujan yang cocok untuk tanaman tebu kurang dari 2000 mm per tahun. Ketinggian kurang dari 500 mdpl. Desa gembongan memiliki intensitas curah hujan melebihi standar tanaman tebu, akan tetapi maslah ini dapat diatasi karena lamanya sinar matahari di Desa gembongan lebih dari 10 jam per hari karena termasuk daerah tropis, dengan ketinggian kurang lebih 22-28 mdpl, tanman tebu cocok di tanam di Desa Gembongan. Tanaman tebu memerlukan banyak air tapi tidak sampai tergenang, Desa Gembongan masih bisa menyediakan pengairan untuk tanaman tebu. Tanaman tebu membutuhkan air yang banyak pada usia 8 bulan dan semakin berkurang menjelang panen. Tanaman tebu di Desa Gembongan sesuai dengan kriteria tanaman tebu, pada usia tanaman 8 bulan berada tepat pada pertengahan musim hujan dan panen pada awal musim kemarau sehingga kandungan tebu tepat dan hasil produksi tidak terpengaruh cuaca. Teknik ini merupakan arahan dari Pabrik Gula sebagai tempat pemasaran hasil panen. Tanaman tebu di Desa Gembongan terkena hama tikus yang dapat diatasi dengan membawa ular, anjing atau burung hantu ke ladang tebu dan hama penggerek pucuk yang dapat diatasi dengan pupuk PETSONA yang mudah didapat. Perawatan tanaman tebu tidak sulit, cukup melepaskan daun tua dan penyiangan ladang agar tidak mengganggu perkembangan tebu. Panen dan pemasaran tanaman tebu di Desa Gembongan memiliki tiga cara yaitu menyerahkan panen dan pemasaran langsung dikelolah oleh pihak pabrik, panen dilakukan oleh buruh tani dan pemasaran langsung diambil oleh pihak
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-114
pabrik, panen dan pemasaran dilakukan oleh buruh dan diserahkan ke pabrik atau tengkulak. 4. Lele Tambak lele merupakan komoditas yang dapat menghasilkan keuntungan dalam sektor peternakan. Lele mempunyai siklus hidup yang singkat hanya berumur tiga bulan sudah layak untuk dijual ke pasar, harga lele cukup tinggi yaitu Rp 9.700,- . Pengairan Tambak lele menggunakan irigasi di desa setempat, apabila debit air irigasi menurun maka peternak mengalami kesulitan akan debita air kolam. Peternak membutuhkan waktu tiga bulan untuk menjual hasil ternaknya. Pembelian bibit di tempat penangkaran bibit dengan jumlah banyak, lalu diangkut ke tambak yang berada disebelah rumah warga agar memudahkan dalam perawatan dan meningkatkan keamanan. Diperlukan tiga tambak yang berbeda berdasarkan umur ternak. Pada masa umur sebelum 30 hari, ternak dimasukan ke tambak I, setelah umur 30 hari sampai 60 hari dimasukan ke tambak II, dan setelah berumur lebih dari 60 hari dimasukan ke kandang ke II yang lebih besar luasnya karena ukuran lele yang membesar. Pergantian tambak menyesuaikan dengan ukuran ternak yang semakin membesar dimensinya, selain itu agar endapan dari pakan ternak tidak bercampur dan dapat membuat siklus tetap berlangsung tanpa harus menunggu panen per tiga bulan jadi peternak mendapatkan keuntungan setiap bulannya. 5. Kambing Ternak kambing mempunyai pangsa pasar yang tergantung dengan keadaan hari besar seperti pada Bulan Haji dan kenaikan kelas. Pada musim tersebut penjualan lebih ditekankan, jadi peternak memproyeksikan bahwa produksi mereka akan lebih banyak pada bulan-bulan tersebut. Pada hari-hari biasa peternak jarang atau tidak menjual kambing ternaknya karena masih menunggu umur yang cukup agar pas terjual pada musim haji atau kenaikan kelas. Pakan ternak mudah didapat pada saat panen komoditas pertanian, rumput sisa pertanian dapat dijadikan pakan ternak, ketika tidak pada musim panen, masyarakat mencari rumput disekitar lahan pertanian dan jumlahnya terbatas.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-115
7.5.8 Sketsa Kebun Di Desa Gembongan juga terdapat perkebunan tebu. Perkebunan tebu ini sering dijumpai karena Desa gembongan merupakan daerah tropis dan paling cocok untuk berkebun tanaman tebu. Daerah Desa Gembongan merupakan daerah dataran rendah, sehingga produktivitas perkebunan sangat cocok digunakan dan dikelola untuk tanaman tebu. Jarak antar tanaman tebu adalah 1m x 1m. Sistem irigasi dari tanaman ini berasal dari DAM Menturus yang langsung dialirkan menuju lahan pertanian warga melalui saluran irigasi buatan.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Variabel
Eksisting
Analisis
Jarak tanam
100cm x 100cm
Ketinggian
0 250 m dpl
23-25m dpl
Jarak antar tanam tebu sudah sesuai dengan standar, karena berkaitan dengan struktur pohon yang tinggi tetapi tipis dan kecil Melihat dari ketinggian lahan di Desa Gembongan yang digunakan untuk menanam tebu berada pada ketinggian 23-25m dpl (25 m dpl pada ladang tebu 1 dan 23m dpl pada ladang tebu 2), hal ini
VII-116
Variabel
Tata Cara Budidaya Tanaman Tebu (Direktorat Pembenihan dan Sarana Produksi Jendral Perkebunan)
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Eksisting Analisis
Keadaan tanah
menandakan bahwa ketinggian lahan Desa Gembongan cocok untuk budidaya tanaman tebu, karena standar ketinggian lahan untuk penanaman tebu adalah antara 0-150m dpl Keadaan tanah di Desa Gembongan telah sesuai dengan standar, namun masih ada beberapa tanah yang sistem pengairannya belum terealisasi dan dibutuhkan sistem pengairan agar terciptanya lahan yang subur
Jagung merupakan tanaman perkebunan yang hasil produksinya dijual dan disalurkan kepasar terdekat. Kebun Jagung Desa Gembongan memiliki jarak antar tanaman 0,80m x 0,80m, dengan sistem irigasi lahan jagung sama dengan sistem lahan tebu, yaitu berasal dari DAM Menturus dan dialirkan melalui saluran irigasi buatan.
VII-117
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 45 Analisis Sketsa Kebun Jagung
Variabel Tata Cara Budidaya (jurnal pertanian 2010) Eksisting Analisis Jarak antar tanam jagung tidak sesuai standar menurut jurnal pertanian, yaitu 80cm x 80cm. oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan tentang jarak tanam tebu yang baik, sehingga hasil produksi dapat meningkat. Melihat dari ketinggian lahan di Desa Gembongan yang digunakan untuk menanam jagung berada pada ketinggian 25m dpl, hal ini menandakan bahwa ketinggian lahan Desa Gembongan cocok untuk budidaya tanaman jagung, karena standar ketinggian lahan untuk penanaman jagung adalah antara 0-500m dpl Keadaan tanah di Desa Gembongan telah sesuai dengan standar dan dapat digunakan untuk menanan tanaman jagung, namun masih ada beberapa tanah yang sistem pengairannya belum terealisasi dan dibutuhkan sistem pengairan agar terciptanya lahan yang subur, termasuk untuk lahan penanaman tanaman jagung
Jarak tanam
75 cm x 25 cm
80cm x 80cm
Ketinggian
0-500m dpl
25m dpl
Keadaan tanah
Sawah di Desa Gembongan merupakan tanaman yang hasil produksinya dijual dan disalurkan kepasar terdekat. Sawah di Desa Gembongan memiliki jarak tanam 0,70m x 0,70m dengan sistem irigasinya sama dengan sistem irigasi lahan tebu, yaitu berasal dari DAM Menturus dan dialirkan melalui saluran irigasi buatan.
VII-118
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Jarak tanam
25 m x 25m
70m x 70m
Ketinggian
0-1.500m dpl
24m dpl
Keadaan tanah
VII-119
Menurut tabel 7.38 Penanaman Tebu di Desa Gembongan cocok untuk budidaya tanaman tebu, jika dilihat dari jarak tanaman, ketinggian tanah dan keadaan tanahnya, karena sudah sesuai dengan standar. Namun jika dilihat dari jarak tanaman jagung dan jarak tanaman padi tidak cocok, karena jarak tanaman tersebut tidak sesuai dengan standar. Hasil panen kebun tebu di Desa Gembongan lebih menguntungkan bagi para petani, karena tanaman tebu termasuk tanaman yang terbanyak, tetapi dalam masa perawatannya lebih lama yaitu selama 1 tahun, dibandingkan tanaman jagung dan sawah. Di Desa Gembongan tidak ada sketsa kebun terbaik karena pola tanam yang sama diantara semua lahan pertanian di Desa Gembongan. Pola tanam diatur oleh HIPPA, tidak terdapat variasi pola tanam dalam lahan yang ada di Desa Gembongan, sehingga untuk nantinya diperlukan pola tanam yang tumpangsari, disamping lahan dengan jenis tanah aluvial yang cocok untuk pertanian, juga karena dapat meningkatkan kesuburan tanah, serta dapat menambah hasil komoditas yang lebih bervariasi. Dengan menggunakan sistem tumpangsari baris, yaitu menanam dua jenis tanaman atau lebih pada satu lahan dengan jarak tanam tertentu, maka tanaman jagung ditanam secara bersamaan dengan tanaman kedelai pada lahan yang sama secara tumpang sari, karena tanaman kedelai berumur panen yang sama seperti tanaman jagung. Manfaat yang didapat adalah mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses pembersihan, dan meningkatkan hasil produksi. 7.5.9 Arus Masukan dan Keluaran Bagan arus masukan dan keluaran merupakan teknik yang digunakan untuk mengkaji sistem-sistem yang ada di masyarakat Desa Gembongan. Sistem tersebut digambarkan ke dalam bagan yang memperlihatkan bagian-bagian dalam sistem, yaitu: masukan (input) dan keluaran (output), serta hubungan antara bagian-bagian dalam sistem itu.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-120
Input meliputi sumber daya yang membuat sistem menjadi lebih baik, sedangkan output adalah manfaat atau hasil yang diperoleh dari pengolahan sumber daya tersebut. Data masukan keluaran digunakan untuk menganalisis tingkat pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk mengetahui tingkat kelayakan pandapatan masyarakat maka dibutuhkan UMR kabupaten dan kebutuhan primer yang dapat dipenuhi. UMR Kabupaten Mojokerto ialah Rp750.000, kebutuhan primer masyarakat mencangkup kebutuhan akan pangan, kebutuhan Sekunder mencangkup pembiayaan listrik, pembiayaan telpon, dan pembiayaan sekolah anak dan kebutuhan tersier meliputi kepemilikan kendaraan bermotor, kepemilikan akan alat elektronik seperti TV, Handphone, Laptop.
Tabel 7. 47 UMR dan Jenis Kebutuhan
Keterangan UMR Kabupaten Mojokerto Kebutuhan Primer (Pangan) *Asumsi keluarga terdiri dari 2 oran dewasa dan 2 orang anak Biaya Rp750.000 (sektor pertanian) Beras per Bulan 25 Rp70.000 per bulan Kg atau 1 sak
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Gas Elpiji 2 tabung 3 Kg Kebutuhan akan lauk pauk Jenis Kebutuhan Kebutuhan Sekunder Total Biaya Listrik *Asumsi 450 watt Biaya Telpon Biaya Sekolah Total Kebutuhan Tersier
Rp30.000
Rp. 550.000 per bulan Rp. 18.300 per hari Rp35.000 Rp50.000 Gratis
Rp85.000 per bulan Rp2800 per hari Kebutuhan tersier dilihat dari tingkat pendapatan yang mampu melebihi kebutuhan akan kebutuhan primer dan sekunder. Rp635.000 per bulan Rp21..600 per hari
Sistem masukan dan keluaran yang terdapat di Desa Gembongan adalah sebagai berikut:
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-121
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
musim hujan karena DAM Menturus yang merupakan sumber pengairan dari sumber air sungai Brantas yang dimanfaatkan untuk pertanian padi masyarakat rusak. Berikut ini merupakan tahapan dan teknologi yang digunakan dalam pengolahan pertanian padi masyarakat Desa Gembongan: a. Persiapan dan Pengolahan Lahan Persiapan dan pengolahan lahan dilakukan dengan mengairi kemudian mencangkul atau membajak serta membuat persemaian padi pada sebagian petak lahan tanah. Pada tahap ini, juga dilakukan pembersihan rumput. Teknologi yang digunakan dalam persiapan lahan ini adalah teknologi modern dan tradisional, seperti bajak untuk membajak lahan dan cangkul atau sabit untuk membersihkan rumput. b. Pembenihan Bibit padi diperoleh petani dengan membeli sendiri di toko pertanian. Jenis bibit yang digunakan adalah bibit serang. Proses pembenihan berlangsung selama kurang lebih 25-30 hari. Proses pembenihan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1) Benih padi direndam dalam air selama 24 jam 2) Benih didiamkan dan ditiriskan airnya selama dua hari hingga tunasnya tumbuh, kemudian benih siap disemai pada sebagian petak lahan di sawah yang telah disiapkan. 3) Setelah berusia 25-30 hari, benih siap ditanam. c. Penanaman Proses penanaman padi dapat dilakukan setelah bibit diambil dari persemaian. Pemilik lahan menyewa buruh tani untuk bertanam di sawahnya. d. Perawatan Perawatan tanaman dilakukan setelah proses penanaman. Padi dipupuk dengan menggunakan pupuk Urea atau pupuk kandang. Pemupukan yang pertama diberikan pada saat usia padi 20 hari. Pemupukan kedua dilakukaan
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-122
saat usia padi mencapai 60 hari. Pupuk tersebut diperoleh petani dengan membeli pada petani lain atau membeli sendiri di toko penjualan pupuk. Selain itu, juga diberi obat pembasmi hama wereng. e. Pemanenan Panen padi dapat dilakukan setelah tanaman berusia 105 hari. Teknik panen yang dilakukan adalah teknik manual (tradisional). f. Pemasaran Padi hasil panen tersebut biasanya langsung dijual oleh petani ke pasar. Selain itu dijual ke tengkulak, yang kemudian oleh tengkulak dijual ke pasar. Selain dijual, kebanyakan padi digunakan untuk konsumsi sendiri. g. Pasca panen Pada masa pasca panen, petani melakukan pengolahan tanah untuk mempersiapkan penanaman tanaman berkutnya. Apabila musim kemarau, petani mempersiapkan lahan untuk ditanami tebu atau jagung. Dalam pengolahan pertanian padi, tenaga kerja yang digunakan mulai masa tanam sampai panen adalah sebagai berikut: 1) Proses pengolahan lahan dilakukan sendiri oleh pemilik lahan dan beberapa orang buruh tani, terutama untuk membajk sawah dengan traktor yang disewa dari pemilik traktor. 2) Proses pembibitan dilakukan sendiri oleh pemilik sawah. 3) Proses penanaman biasanya dilekukan dengan mempekerjaan buruh tani yang pada umumnya ibu-ibu dan diupah Rp 5.000,00 per orang. 4) Proses perawatan padi dilakukan sendiri oleh pemilik sawah 5) Proses panen biasanya menggunakan jasa buruh tani, yang biasanya diupah dengan padi hasil pertanian tersebut. Modal yang dipersiapkan petani untuk proses penanaman padi adalah sebagai berikut: 1) Pembelian bibit dengan harga Rp 8.300,00/ kg. 2) Upah sewa traktor Rp 100.000,00/ lahan. 3) Pembelian pupuk dengan harga Rp 70.000,00/ Kw.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-123
4) Pembasmi hama dengan harga Rp 7.000,00/ botol. 5) Upah buruh tani Rp15.000 per buruh
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Permasalahan yang sering dihadapi dalam usaha pertanian padi di Desa Gembongan adalah sebagai berikut: 1) Rusaknya DAM Menturus yang bersumber dari air Sungai Brantas, sehingga menyebabkan terhambatnya irigasi untuk pertanian padi. 2) Sistem irigasi teknis yang terhambat karena debit air yang menurun sehingga mengakibatkan beralihnya sistem irigasi menjadi sistem irigasi tadah hujan. 3) Tidak adanya organisasi kelompok tani yang mewadahi kegiatan pertanian para petani di Desa Gembongan. Proses pengolahan pertanian padi di Desa Gembongan dapat digambarkan dalam arus masukan keluaran berikut ini :
Penanaman: Bibit ddidapat dari toko pertanian seharga Rp8.300 per Kg Buruh tani Rp15.000 per orang
Perawatan: Pemberian pupuk TSP dan pupuk kandang. Harga Rp 70.000 per Kw Pembasmian hama Rp7000 per botol
Pemasaran: 1. Pasca panen: Persiapan lahan untuk penanaman tanaman berikutnya. Jika musim kemarau, maka lahan ditanami tebu atau jagung. Pasar
2. Tengkulak
Panen: Pada bulan April, setelah padi berumur 105 hari. Biaya panen Rp 15.000 per buruh
3. Konsumsi sendiri.
Gambar 7. 27 Arus Masukan Keluaran Pertanian Padi STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-124
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Pengolahan lahan sebelum memaski masa penanaman membutuhkan dana sebesar Rp100.000 untuk menyewa mesin Traktor untuk mebajak sawah, setelah itu pembelian bibit dengan harga Rp8.300 per Kg dan membutuhkan 25 kg untuk satu bato, dan membayar buruh tanam untuk penanaman ke ladang dengan biaya Rp15.000 per petani dengan jumlah petani 5 orang, pembelian pupuk TSP dan pupuk kandang dengan harga Rp70.000 per kw untuk pupuk kandang dan membutuhkan 20 kg pupuk Phonska seharga Rp40.000, pembasmi hama wereng untuk mencegah terjadinya gagal panen dengan harga Rp7000 per botol dan memerlukan sua botol pembasmi hama. Panen hasil produksi komoditas padi setelah padi berumur 105 hari atau pada bulan ke empat. Panen membutuhkan biaya membayar semua petani dengan biaya 10% dari hasil panen, hasil dijual ke pasar, tengkulak dan konsumsi sendiri.
Tabel 7. 48 Perhitungan Biaya Masukan-Keluaran Hasil Pertanian (Padi)
NO 1. Proses Pemasukan Keterangan Asumsi: 450 m 2 per lahan Harga 1 Kw beras adalah Rp500.000, Setiap lahan mengasilkan 8,6 kw Galung Bajak Biaya Tanam Pupuk Pupuk II Ponska 20 kg Dadak Obat Bibit Pembasmi hama 2 botol Biaya Panen Biaya Penggilingan Pendapatan didapat dari hasil pemasukan dikurangi dengan pengeluaran pertanian Sumber: Survei Primer (2011) Nilai (Rp) Rp4.300.000
2.
Pengeluaran
Rp 40.000 Rp 100.000 Rp75.000 Rp70.000 Rp 40.000 Rp40.000 Rp20.000 Rp 207.500 Rp14.000 Rp75.000 Rp258.000 Rp 959.000 Rp3.341.000
3.
Pendapatan bersih
Dari hasil analisis pertanian padi diatas, bila diasumsikan petani menjual semua hasil panennya maka diperoleh keuntungan petani untuk sekali panen adalah Rp 3.341.000 dan keuntungan per tahunnya adalah sebesar Rp 6.682.000, pendapatan perbulan menjadi Rp5.56.800 pendapatan petani bila dikonversikan
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-125
sehari hanya mendpatakan penghasilan Rp18.500 per hari. Pendapatan petani mencukupi kehidupan petani untuk kebutuhan primer. Akan tetapi pendapatan petani yang memiliki satu boto lahan, maka pendapatannya dibawah UMR. Bagi petani yang hanya memiliki satu bato atau 450m2 kehidupan ekonomi berada pada tahap cukup karena dapat memenuhi kebutuhan primer. Dengan memiliki dua bato atau 900m2 maka pendapatan petani pertahun mencapai Rp14.396.000 atau mempunyai penghasilan Rp40.000 perhari. Pendapatan dengan dua bato lahan dapat mencukupi kebutuhan sekunder petani bahkan kebutuhan tersier seperti pembayaran biaya sekolah, pembayaran listrik, pembayaran biaya kursus anak dan bahakan dapat memenuhi kebutuhan tersier seperti membeli handphone low end. Apabila diasumsikan bahwa petani menjual hasil panennya, maka petani dapat mencukupi kebutuhan primer walaupun hanya dengan lahan satu bato. Pendapatan petani yang rendah karena dibawah UMR masih dapat memenuhi kebutuhan primernya, hal ini disebabkan penghasilan pertanian komoditas padi di Desa Gembongan tidak efektif karena adanya lahan kosong pada saat musim kemarau padahal petani dapat menggunakan lahan tersebut untuk menghasilkan komoditas lainnya agar pendapatan petani bertambah dan tingkat kesejahteraan meningkat. B. Tebu Tebu merupakan salah satu tanaman yang merupakan komoditas utama di Desa Gembongan. Tebu biasanya ditanam pada musim kemarau, setelah lahan ditanami padi. Sistem pengolahan komoditas tebu di Desa Gembongan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Persiapan lahan dan Pengolahan Tanah Pada tahap ini, lahan dipersiapkan dan pengolahan tanah dilakukan dengan penggemburan untuk memperoleh tanah yang subur. Penggemburan ini dilakukan dengan teknologi modern dan tradisional, yaitu memakai alat bajak dan cangkul
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-126
untuk meratakan tanah. Kemudian tanah dilubangi dengan jarak 1 meter per lubang, kemudian lahan diairi sampe becek. b. Penanaman Tahap penanaman tebu diawalai dengan mempersiapkan bibit tebu. Bibit tebu biasanya dibeli dari petani tebu lainnya atau dibeli di pabrik gula, yaitu jenis bibit PMC, 51. Kemudian tebu ditanami per bungkul. c. Perawatan Pada tahap perawatan, tebu diberi pupuk, dengan jenis pupuk Phonska, Urea, Z-a. Sebelum proses pemupukan, tebu dialiri air selama satu hari. Pemberian pupuk pertama dilakukan saat tebu berumur 2 minggu setelah proses penanaman. Kemudian dilakukan pengelentekan (pengguran daun tebu yang kering). Pengairan tanaman tebu berasal dari DAM Menturus. d. Pemanenan Pada umumnya tanaman tebu dipanen setelah dilakukan pengelentekan daun tebu selama tiga kali dalam masa tanamnya. e. Pemasaran Setelah dipanen, tebu di Desa Gembongan langsung dipasarkan ke pabrik gula. f. Pasca Panen Setelah selesai dipanen, lahan dipersiapkan kembali untuk proses tanam tebu berikutnya. Pertanian tebu dilakukan selama 3-4 kali musim tanam, setelah itu diganti dengan tanaman lainnya. Modal yang dipersiapkan petani untuk proses penanaman tebu adalah sebagai berikut: 1) Pembelian bibit dengan harga Rp 60.000,00/ Kw, jika dibeli di Pabrik Gula dengan harga Rp 70.000/ Kw. 2) Upah buruh tani 6 orang laki-laki Rp 20.000/ orang dengan waktu kerja setengah hari, 5 orang perempuan untuk pemupukan dengan upah Rp 15.000/ orang. 3) Pembelian pupuk dengan harga Rp 160.000,00/ Kw.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-127
Proses pengolahan pertanian tebu di Desa Gembongan dapat digambarkan dalam arus masukan keluaran berikut ini:
Persiapan dan pengolahan: Penggemburan dan perataan tanah dengan cara modern dan tradisional menggunakan traktor dan cangkul. Penanaman: Persiapan bibit tebu yang dibeli di Pabrik Gula dengan harga Rp60.000 per Kw Perawatan: Pemberian pupuk Phonska, Urea, ZA Pembasmian hama. Pengelentekkan daun tebu.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
s
Pasar
Pengelolahan lahan tanaman tebu membutuhkan biaya yang besar yaitu Rp3.000.000, petani membeli bibit dengan harga Rp60.000 per kw di PG Gempolkerep dan petani membutuhkan 30 kw. Perawatan dan pemupukan membutuhkan biaya Rp810.000, biaya buruh tanah dalam proses penyiangan Rp.195.000, perangkutan dan panen diborong oleh pihak pembeli yaitu sebesar Rp2.000.000, petani yang bukan memiliki lahan harus mengeluarkan uang tambahan biaya sewa lahan Rp.3.300.000
VII-128
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
2.
Pengeluaran
3.
Pendapatan bersih
Petani tebu mempunya penghasilan yang paling besar dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya, bertani jagung hanya menghasilkan panen satu tahun sekali dengan hasil panen yang cukup tinggi. Petani tebu mempunyai pendapatan Rp20.895.000 dan Rp1.741.250 lebih besar dibandingkan komoditas lainnya, bila dikonversikan perhari maka petani mendapat Rp57.000. Penghasilan petani tebu melebihi UMR dan dapat mencukupi kebutuhan primer sehingga pekerjaan ini dikatakan layak. Petani tebu mempunyai modal yang sangat besar dalam satu kali produksi yaitu Rp11.105.000, kesulitan modal merupakan masalah masyarakat. Bagi petani yang mempunyai lahan dan memproduksi
sendiri pendapatan bertambah Rp3.300.000 karena tidak perlu membayar uang sewa lahan. Petani tebu dengan penghasilan demikian dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier seperti membeli Tv, Kulkas, Handphone bahkan sepeda motor. Petani tebu memiliki waktu yang panjang dalam pengelolahan, jadi berkurangnya biaya untuk perawatan lahan dibandingkan bila harus melakukan pengolahan tanah kembali. C. Jagung Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang merupakan komoditas terbesar di Desa Gembongan selain padi dan tebu. Jagung ditanam saat musim kemarau. Pada musim kemarau biasanya lading masyarakat ditanami tebu atau
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-129
jagung. Tahapan serta teknologi yang digunakan dalam pertanian jagung adalah sebagai berikut: 1. Persiapan dan Pengolahan Lahan Persiapan dan pengolahan lahan dilakukan dengan mengairi lahan biar tanah menjadi lembek. Kemudian tanah dilubangi dengan jarak 25-30 cm per lubang. 2. Pembibitan dan Penanaman Bibit jagung diperoleh dari PT Bisi dengan harga Rp 17.500 per kilogram. Kemudian bibit ditanam pada lubang yang telah disiapkan, kemudian ditutup menggunakan pupuk kandang. 3. Perawatan Pada usia 2-3 minggu, tanaman tersebut diberi pupuk dan diairi. Pupuk yang digunakan adalah Urea dan Phonska. 4. Pemanenan Tanaman jagung dipanen setelah berumur tiga bulan. 5. Pemasaran Pemasaran jagung biasanya dalam dua bentuk, yaitu bentuk kering dan bentuk muda. Untuk yang bentuk kering biasanya langsung dipasarkan ke PT Bisi dan untuk bentuk muda diambil oleh tengkulak. 6. Pasca Panen Pasca panen lahan tanaman jagung dibersihkan untuk persiapan tanam tanaman berikutnya. Dalam pertanian jagung ini, masalah yang paling mendasar adalah masalah air. Tetapi masalah ini masih dapat ditangani dengan pembuatan air pompa, karena jagung tidak membutuhkan air yang banyak seperti halnya tanaman padi. Modal yang dipersiapkan petani untuk proses penanaman tebu adalah sebagai berikut.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-130
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Perawatan: Pemberian pupuk urea dan air setelah jagung berusia 2 minggu Memakai pupuk Urea, Kandang dan KCL Biaya Rp680.000
Pengolahan: Secara tradisional dan modern, tanah dengan biaya Rp 15.000 per buruh
Penanaman: Bibit diperoleh dari PT Bisi, dengan harga Rp175.000 per 5Kg Baiay penanaman Rp15,000 per buruh
Pasca Panen: Lahan dibersihkan dan dipersiapkan untuk penanaman tanaman berikutnya.
Pemasaran: Jagung kering: dipasarkan langsung ke PT Bisi. Jagung Muda: dipasarkan melalui tengkulak.
Panen: panen dilakukan setelah jagung berumur tiga bulan. Dengan biaya buruh Rp.15.000 per buruh
Pengolahan tanaman jagung dilakukan dengan cara tradisional dengan biaya buruh Rp15.000 dan membutuhkan 10 orang bruuh tani jadi petani mengeluarkan biaya Rp150.00 pada tahap persiapan lahan, pembelian bibit dari PT. BISI dengan harga Rp175000 per 5 Kg dan biaya penanaman Rp15.000 dan membutuhkan tiga orang buruh.Perawtan dilakukan dengan cara pemupukan, penyiangan dengan total biaya Rp.680.000, pada saat panen membutuhkan 5 orang buruh dengan biaya buruh Rp.15.000 per buruh dan hasil panen dijual dengan harga Rp2.760 per Kg atau Rp10.000 per sak
VII-131
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
2.
Pengeluaran
Pendapatan bersih didapat dari pemasukan dikurangi pendapatan Sumber: Survei Primer (2011)
3.
Pendapatan bersih
Petani jagung memiliki biaya yang tinggi untuk melakukan proses produksi yaitu sekitar Rp1.460.000 , setelah panen petani memiliki pendapatan dari hasil panen yaitu Rp6.287.280, berarti petani memiliki Rp4.827.280. Petani jagung di Desa Gembongan hanya memanfaatkan lahan untuk pertanian jagung ketika masa istirahat tanman padi atau hanya digunakan pada saat musim kemarau, padahal prospek tanaman jagung sangat tinggi, panen jagung membutuhkan waktu tiga bulan dan dapat panen tiga kali dalam setahun maka petani mendapatkan Rp14.481.840 per hektar. Tanaman tebu yang merupakan tanaman peralihan dari padi menjadi tebu sehingga pendapatan petani tebu merupakan pendapatan tambahan untuk petani tebu. Pendapatan tambahan ini merupakan prospek yang sangat besar untuk petani karena untuk perbulannya petani mendapat tambahan uang Rp3.73.523 sehingbga pendapatan petani perhari juga bertambah menjadi Rp12.450, pendapatan tambahan ini dapat memenuhi kebutuhan sekunder petani padi. D. Peternakan Lele Peternakan lele merupakan peternakan yang hanya dilakukan oleh satu orang warga di Desa Gembongan, Peternak lele mempunyai penghasilan yang mencukupi perbulannya dan tidak mempunyai masalah yang dapat mengganggu
VII-132
berkurangnya hasil produksi. Peternak lele mempunyai proses dalam beternak lele antara lain 1. Tambak Untuk pengangkaran lele dibutuhkan 3 tambak. Tambak pertama untuk lele berumur kurang dari satu bulan, tambak kedua untuk lele berumur antara satu sampai dua bulan, dan tambak ketiga berfungsi untuk lele yang berumur lebih dari tiga bulan hingga panen. 2. Benih Ikan Lele Benih ikan lele didapat dari penangkaran bibit ikan lele dengan harga Rp2000 untuk 150 bibit ikan, Peternak membutuhkan 6000 ikan lele. 3. Pakan Lele Untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan lele dibutuhkan pelet berjumlah 54Kg perbulannya dengan harga perkilo Rp5000. 4. Penjualan Panen ikan lele setelah berumur 3 bulan dan dijual ke tengkulak. Peternak dapat memanen sekitar 210 Kg dan mendapatkan pemasukan Rp9700 perKg.
Pakan Ternak Rp5000/Kg Tambak 1 Tambak 2 Tambak 3
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Panen
VII-133
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
2.
Pengeluaran
3.
Pendapatan bersih
Peternak Lele mendapatkan hasil produksi total Rp967.000 untuk sekali panen per bulannya. Dari hasil produksi tersebut, peternak lele mendapatkan Rp32.000 per hari. Pendapatan peternak lele melebihi UMR yang ditetapkan dan mampu memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder. Usaha peternak lele layak untuk dicontoh oleh warga lainnya karena pendapatan peternak melebihi UMR dan dapat memenuhi kebutuhan sekunder. Peternak lele membutuhkan lahan yang cenderung sedikit untuk menghasilkan lele yang banyak. Peternak lele membutuhkan modal untuk pembangunan tambak dan pembelian bibit serta pupuk, layaknya pemerintah setempat memberikan modal bagi warga. Usaha ternak lele dapat dijadikan usaha sampingan selain bekerja sebagai petani karena peternakan lele hanya membutuhkan waktu untuk perawatan dan pembersihan, selebihnya dapat dijaga dengan menggunakan jaring agar aman.
7.5.10 Analisis Usaha Tani
Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi, seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Menurut Ken Suratiyah (2002) usaha tani merupakan pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak dalam menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga memberikan pendapatan maksimal. Analisis usaha
VII-134
tani dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan dari sumber daya yang ada baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia, serta hal lain yang menunjang suatu usaha tani. Sehingga nantinya diharapkan suatu usaha tani dapat dimanfaatkan secara baik, efisien yang dapat meningkatkan taraf hidup bagi pelaku usaha tani tersebut. Desa Gembongan terdapat beberapa usaha tani seperti pertanian padi, pertanian tebu dan pertanian jagung. Selain itu Desa Gembongan juga memiliki peternakan lele. 1. Pertanian padi Lahan pertanian padi di Desa Gembongan seluas 450 m2. Pertanian padi Desa Gembongan masih tergantung pada datangnya musim hujan. Hal ini tejadi karena DAM Menturus yang merupakan sumber pengairan dari sungai Brantas yang dimanfaatkan sebagai sumber pengairan bagi pertanian padi masyarakat masih rusak. Pertanian padi Desa Gembongan akan berhenti ketika musim kemarau atau kering telah datang. Hal ini menjadi salah satu penghambat bagi perekonomian penduduk Desa Gembongan. Sebagian besar lahan pertanian Desa Gembongan dimiliki oleh para penduduk desa. Sebagian dari mereka ada yang mengerjakan sendiri lahan sawah mereka ada juga yang mengunakan jasa buruh tani. Buruh tani yang mengerjakan lahan sawah Desa Gembongan berasal dari luar Desa Gembongan. Para buruh tani bekerja ketika masa penanaman padi dan proses panen. Beberapa petani biasanya juga menggunakan jasa buruh tani ketika proses pengolahan lahan untuk membajak sawah. Sedangkan proses lain seperti proses pembibitan dan proses perawatan padi. Modal yang dibutuhkan dalam pengolahan pertanian padi ini terdiri dari pembelian bibit, upah buruh tani, pembelian pupuk serta pembelian pembasmi hama. Selain itu peralatan yang dibutuhkan adalah cangkul, traktor, sabit dan alat pemotong padi. Pihak Desa Gembongan menyediakan traktor untuk disewa bagi para petani padi dengan harga yang selayaknya. Bibit padi yang digunakan para petani di dapat dari para petani padi lain. Selain itu para petani juga bisa mendapatkan bibit padi di toko pertanian Desa
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-135
Gembongan dengan harga terjangkau. Jenis padi yang digunakan oleh para petani desa Gembongan adalah janis padi serang. Harga bibit padi adalah sebesar Rp 8.300/kg. Pengolahan pertanian padi dilakukan selama 4 bulan. Penanaman padi juga dilakukan hanya terjadi musim hujan. Selama musim kering lahan padi mengalami istirahat atau digunakan untuk menanam jagung. Berikut ini merupakan tahapan yang dilakukan dalam pengolahan pertanian padi di Dsa Gembongan : a. Persiapan dan pengolahan lahan Persiapan dan pengolahan lahan dilakukan mengairi kemudian
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
mencangkul dan membajak serta membuat persemaian padi. Selain itu juga dilakukan pembersihan rumput pada lahan pertanian. b. Pembenihan Proses pembenihan ini berlangsung selama 25 sampai 30 hari. Langkah pertama yaitu merendam benih padi selama 24 jam dalam air. Setelah itu benih didiamkan dan ditirkan selama dua hari hingga tusnya tumbuh, kemudian benih disemai di lahan yang telah disiapkan. Setelah berusia 25 sampai 30 hari benih siap ditanam. c. Penanaman Proses penanaman padi dapat dilakukan setelah bibit diambil dari persemaian. d. Perawatan Pada tahap perawatan, tanaman padi diberi pupuk dengan menggunakan pupuk Urea atau pupuk kandang. Pemupukan pertama dilakukan ketika usia padi memasuki 20 hari. Kemudian pemupukan kedua dilakukan ketika padi berumur 60 hari. Selain itu pada tahap ini juga diberi obat pembasmi hama wereng. e. Pemanenan Padi dipanen ketika telah berusia 105 hari. Teknik yang dilakukan adalah teknik tradisional.
VII-136
Permasalahan yang sering dialami oleh para petani padi selain adanya gangguan irigasi oleh DAM Menturus adalah terserangnya tanaman padi dengan hama wereng. Hal ini pernah terjadi pada sebagian lahan pertanian warga ketika musim panen. Sehingga mengakibatkan bnyak petani desa gembongan yang mengalami gagal panen. Masalah lain yang timbul adalah ketika musim hujan dan musim kemarau yang datang tidak menentu. Mengingat bahwa irigasi pertanian padi di Desa gembongan sebagian bergantung pada musim penghujan, maka terjadinya perubahan musim sangatlah berpengaruh terhadap pertanian padi Desa Gembongan. Ketika musim hujan dan musim kemarau datang tidak menentu, membuat irigasi untuk sebagian ladang yang menggunakan isitem irigasi tadah hujan menjadi terhambat. Desa Gembongan tidak memiliki organisasi kelompok tani. Hal ini membuat kurang aktifnya para petani Desa Gembongan untuk memajukan sektor pertaniannya. Selain itu tidak adanya kelompok tani membuat para petani kurang kompak dalam menjual hasil pertaniannya. Hasil produksi pertanian padi di Desa Gembongan cukup bagus. Namun pada akhir-akhir ini petani padi berpenghasilan buruk karena pertanian padi yang terkena hama wereng. Dari luas lahan pertanian padi di Desa Gembongan yang seluas 450 m2, menghasilkan padi seberat 700 kg/petak. Hasil pertanian padi Desa Gembongan biasanya langsung dijual oleh petani menuju pasar. Selain itu para petani biasanya juga menjual hasil produksinya kepada para tengkulak yang nanti akan disalurkan menuju pasar. Namun, kebanyakan hasil produksi biasanya juga dikonsumsi sendiri oleh para petani. Biaya tetap yang dikeluarkan dari petani padi bisa dilihat dari perhitungan berikut ini. =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
=( =(
40.000 1) + (
1) + (
100.000 1) + (
1) + (
75.000 1) + (
1) + (
75.000 1)
1)
VII-137
Biaya variabel yang dikeluarkan dari petani padi bisa dilihat dari perhitungan berikut ini. = = VC = TC FC =
290.000
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
701.000 492.000
209.000
Total Revenue atau penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Perhitungannya adalah sebagai berikut ini. = = = 8,6 500.000 =
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya = = = 4.300.000 3.599.000 701.000
4.300.000
Break Even Point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. =
/
= =
Return Cost Rasio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
290.000 = 1 0,1144
290.000
. .
327.498
VII-138
layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika R/C Ratio = 1, maka usaha pertanian berada pada titik impas (Break Event Point). R/C Ratio dapat dianalisis menggunakan perhitungan berikut ini.
=
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari perhitungan R/C Rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa R/C Ratio lebih dari satu. Jadi usaha pertanian Desa Gembongan bisa mendapatkan keuntungan atau layak untuk dikembangkan. 2. Pertanian Tebu Tebu merupakan salah satu tanaman yang merupakan komoditas utama di Desa Gembongan. Penduduk Desa Gembongan lebih banyak yang becocok tanam tebu karena pemasaran hasil produksi tebu yang sangat mudah. Pemasaran yang mudah itu dikarenakan terdapat pabrik gula Gempol Kerep yang berada di desa yang bersebelahan dengan Desa Gembongan. Modal yang dikeluarkan untuk pertanian tebu antara lain untuk pembelian bibit, upah buruh dan pembelian pupuk tebu. Pupuk tebu yang digunakan oleh para petani adalah pupuk dengan jenis Phonska, Urea dan Z-a. Dalam pengolahan tebu sebagian besar tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja laki-laki. Semua proses penanaman tebu dibantu oleh petani lakilaki. Petani perempuan membantu ketika proses penanaman, pemupukan, penutupan lubang dan pengelupasan kulit tebu. Bibit tebu yang digunakan oleh para petani tebu Desa Gembongan adalah bibit PMC,51. Biasanya petani tebu mendapatkan bibit tebu dari para petani lain, atau membelinya di pabrik gula. Petani biasanya mengalami kesulitan dalam mendapatkan bibit tebu yang berkualitas unggul. Karena harga bibit yang
VII-139
berkualitas unggul cenderung lebih mahal daripada bibit tebu yang berkualitas biasa karena bibit unggul didapatkan langsung dari pabrik gula Pengolahan tebu berlangsung selama 1 tahun. Penanaman tebu tidak terpengaruh oleh musim seperti padi yang harus ditanam selama musim hujan. Namun biasanya tebu ditanam di musim kemarau. Sistem pengolahan tebu dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Persiapan lahan dan pengolahan tanah Pada tahap ini lahan dibajak untuk mendapatkan tanah yang gembur. Kemudian diberi lubang tiap 1 meter, kemudian diairi hingga ladang terasa becek. b. Penanaman Tebu ditanam perbungkul di dalam lubang-lubang yang telah dibuat pada lahan pertanian. c. Perawatan Sehari sebelum pemupukan lahan tebu diairi selama satu hari. Kemudian diberikan pemupukan pertama pada umur 2 minggu setelah proses penanaman. Setelah pemupukan dilakukan pengelentekan (pengguguran daun tebu yang kering). d. Pemanenan Pemanenan biasanya dilakukan setelah mengalami tiga kai pengelentekan kulit tebu pada masa tanamnya.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Pemasaran hasil produksi tebu selama ini sangatlah mudah. Para petani hanya perlu menjual hasil produksinya kepada pabrik gula yang ada di sebelah Desa Gembongan. Para petani tidak perlu hingga menjual hasil produksi tebunya menuju tengkulak atau pasar. Selama ini permasalahan yang terdapat pada pertanian tebu adalah hanya sulitnya para petani mendapatkan bibit tebu yang berkualitas unggul. Para petani hanya membeli bibit tebu dari petani lain yang ada di Desa Gembongan.
VII-140
Biaya tetap yang dikeluarkan dari petani tebu bisa dilihat dari perhitungan berikut ini. =
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
=( =(
Biaya variabel yang dikeluarkan dari petani padi bisa dilihat dari perhitungan berikut ini. = = VC = TC FC =
3.300.000 1) + (
8.495.000
1) + (
2.000.000 1) + (
1) + (
195.000 1) + (
1) + (
3.000.000 1)
1)
11.105.000 2.610.000
8.495.000
Total Revenue atau penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Perhitungannya adalah sebagai berikut ini. = = = 1000 32000 =
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang didapatkan dengan perhitungan seperti di bawah ini = = 32.000.000 20.895.000 11.105.000 =
32.000.000
Break Even Point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi.
VII-141
= =
Return Cost Rasio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika R/C Ratio = 1, maka usaha pertanian berada pada titik impas (Break Event Point). R/C Ratio dapat dianalisis menggunakan perhitungan berikut ini.
=
8.495.000 = 1 0,0815
8.495.000
. . .
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
9.248.775
Dari perhitungan R/C Rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa R/C Ratio lebih dari satu. Jadi usaha pertanian tebu Desa Gembongan bisa mendapatkan keuntungan atau layak untuk dikembangkan. 3. Pertanian Jagung Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang merupakan komoditas terbesar di Desa Gembongan. Tanaman jagung ditanam oleh para petani ketika musim kemarau tiba. Tanaman jagung digunakan sebagai pengganti tanaman padi ketika tanaman padi sulit untk diolah ketika musim kemarau. Modal yang perlu disiapkan dalam penanaman tebu adalah pembelian bibit, upah para pekerja dan pembelian pupuk. Pada tahapan pengolahan jagung tidak semua pekerjaan dilakukan oleh pekerja laki-laki atau pekerja perempuan saja. Pekerja laki-laki hanya bekerja pada saat persiapan lahan dan pemberian air
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-142
sebelum pemupukan. Sedangkan petani perempuan dikhususkan bekerja ketika penanaman dan penutupan lubang saja. Untuk tahapan yang lain pekerja lak-laki dan pekerja perempuan dibutuhkan sama. Bibit jagung biasanya didapatkan dari para petani lain atau dibeli di toko pertanian. Selain itu ada juga petani yang melakukan kontrak dengan salah satu pabrik bibit jagung dengan cara petani membeli bibit jagung di pabrik yang nanti jika petani panen dari bibit itu akan dibeli oleh pihak pabrik. Pabrik jagung yang melakukan kontrak dengan petani jagung Desa Gembongan adalah PT Bisi yang merupakan pabrik bibit jagung. Pengolahan jagung hanya dibutuhkan waktu selama 3 bulan. Mengingat bahwa tanaman jagung merupakan tanaman peralihan ketika tanaman padi beristirahat untuk digantikan menjadi penanaman jagung. Tahapan penanaman dan perawatan jagung antara lain : a. Persiapan dan pengolahan lahan Pada proses persiapan tanah diairi hingga terasa lembek. Kemudian tanah dilubangi dengan jarak 25-30 cm per lubang. b. Pembibitan dan penanaman Bibit jagung ditanam pada lubang-lubang yang telah disiapkan. Kemudian lubang-lubang tersebut ditutup dengan menggunakan pupuk kandang. c. Perawatan Pada usia 2 sampai 3 minggu tanaman jagung diberi pupuk da diairi. d. Pemanenan Tanaman jagung dipanen ketika berusia tiga bulan.\
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Selama ini permasalahan pertanian jagung yang muncul di Desa Gembongan adalah irigasi air yang sangat buruk. Ketika penanaman jagung juga dibutuhkan irigasi air yang baik. Tetapi masalah ini masih bisa diatasi dengan menggunakan pompa air, karena jagung tidak membutuhkan air yang banyak seperti halnya tanaman padi.
VII-143
Biaya tetap yang dikeluarkan dari petani tebu bisa dilihat dari perhitungan berikut ini.
=( =(
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
berikut ini. = =
= 270.000 Biaya variabel yang dikeluarkan dari petani padi bisa dilihat dari perhitungan 1.460.000 1.190.000 270.000
1)
VC = TC FC =
Total Revenue atau penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Perhitungannya adalah sebagai berikut ini. = = = 2278 2760 =
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang didapatkan dengan perhitungan seperti di bawah ini = = 6.287.280 4.827.280 = 1
.
6.287.280 =
1.460.000
Break Even Point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. =
/
270.000 = 1 0,189
333.333
270.000
.
VII-144
Return Cost Rasio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika R/C Ratio = 1, maka usaha pertanian berada pada titik impas (Break Event Point). R/C Ratio dapat dianalisis menggunakan perhitungan berikut ini.
=
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Dari perhitungan R/C Rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa R/C Ratio lebih dari satu. Jadi usaha pertanian jagung Desa Gembongan bisa mendapatkan keuntungan atau layak untuk dikembangkan. 7.6 Analisis Potensi dan Masalah Analisis potensi dan masalah bertujuan untuk mengidentifikasi dan melakukan rencana dan strategi terhadap potensi dan masalah yang ditemukan. Pada potensi, setelah dilakukan analisis yang bersesuai dengan keadaan eksisting, maka diperlukan penentuan rencana pemngembangan dari potensi tersebut. Sedangkan pada masalah, setelah dianalisis keadaan eksisting dan menemukan masalah yang ada di lapangan, maka langkah berikutnya ialah menentukan rencana perbaikan terhadap masalah yang ditemui. Berikut ini merupakan potensi dan masalah yang ada di Desa Gembongan. 7.6.1 Analisis Potensi A. Terdapat hasil Pertanian yang tinggi Desa Gembongan merupakan salah satu desa yang memiliki potensi pertanian yang tinggi. Pertanian tersebut berupa jagung, padi dan tebu. Pertanian merupakan sektor pendapatan terbesar di Desa Gembongan. Hal ini
VII-145
ditunjukkan dengan beberapa hasil panen dari sektor tersebut, seperti jagung yang menghasil 3 Kw/Ha, padi 1,5 ton/ha dan tebu 1000 kw/ha. Salah satu potensi yang tinggi dalam pertanian Desa Gembongan yaitu Tebu. Hal ini dapat didukung karena hampir semua pertanian Desa Gembongan di dominasi oleh pertanian tebu. Pertanian tebu pada Desa Gembongan mempunyai kerjasama dengan Pabrik Gula PT. Gempolkerep. Pabrik Gula ini membantu masyarakat jika setelah panen tebu, langsung diangkut dan diolah oleh pabrik gula tersebut. sehingga warga Desa Gembongan tidak perlu memasarkan hasil tebu mereka kepasar atau ketengkulak setempat. B. Terdapat perikanan lele Perikanan Lele pada Desa Gembongan juga menjadi potensi lain dari Desa ini selain pertanian yang tinggi. Perikanan lele pada Desa Gembongan Lor jalan Syekh Amari. Perikanan lele ini dapat lebih dikembangkan lagi, karena masih terbatas pada dana dan melingkupi home industry saja. Untuk itu, jika perikanan lele ini dapat dikembangkan lebih baik lagi, dapat mendorong perekonomian Desa Gembongan. 7.6.2 Analisis Masalah A. Terdapatnya DAM yang jebol Permasalah yang terjadi di Desa Gembongan berupa jebolnya DAM Menturus yang mengakibatkan perairan pada sawah-sawah pertanian Desa Gembongan gagal panen. Tidak hanya itu, akibat dari jebolnya DAM Menturus ini, perikanan lele yang terdapat pada Desa Gembongan ikut merasakan kesusahan perairan. Gagal panen yang terjadi pada bulan Juli tahun 2011 lalu. Gagal panen pada pertanian padi, akibatnya padi mengering tanpa mendapatkan perairan pada pertanian ini. Sulitnya perairan ini berdampak pula pada sistem drainase dan irigasi pada Desa Gembongan. Drainase dan Irigasi menjadi kering dan macet, sehingga banyak warga yang membuang
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-146
sampah pada drainase yang ada. Akibatnya jika terjadi terdapatnya banjir dibeberapa titik Desa Gembvongan. B. Infrastruktur yang kurang terawat
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
hujan, maka
Permasalahan lain yang dihadapi Desa Gembongan berupa jalan-jalan yang berlubang. Jalan-jalan yang berlubang ini merupakan dari kurangnya perawatan jalan oleh warga desa gembongan. Kondisinya hampir 30 % jalan di Desa Gembongan berlubang dan retak-retak, dan 70 % masih dalam keadaan baik. Akibatnya, aktifitas warga Desa Gembongan terganggu akan adanya jalan-jalan yang berlubang ini. Tidak hanya permasalah jalan yang dihadapi Desa Gembongan, tetapi juga permasalah Drainase yang sering tersumpat dan mampet, akibatnya jika intensitas hujan tinggi maka terjadi genangan banjir di beberapa titik Desa Gembongan. C. Koordinasi antar pemerintah desa dan lembaga desa kurang Permasalahan selain infrastruktur dan Bendungan yang rusak adalah kurangnya koordinasi antara pemerintah desa dan lembaga desa. Hal ini terlihat dalam pembangunan desa yang lambat terjadi, akibatnya warga desa yang mengalami dampaknya berupa kurangnya pewaratan jalan dan kurangnya pemeliharaan sarana prasarana desa. Contohnya lemahnya koordinasi antar lembaga Karang Taruna yang mempunyai ide-ide untuk pembangunan infrastruktur berupa pembuatan tempat sampah permanen pada desa Gembongan kurang mendapat tanggapan dari pemerintah desa. 7.7 Analisis Hubungan Internal Eksternal Desa Gembongan memiliki hubungan dengan desa di sekitarnya yaitu Desa Beratwetan, Desa Gempolkerep, dan Desa Ngareskidul, meskipun Desa Gembongan berbatasan dengan Kabupaten Jombang yang dibatasi oleh sungai, tetapi tidak ada hubungan antara Desa Gembongan dengan Kabupaten Jombang. Hubungan Eksternal-Internal yang terdapat pada Desa Gembongan terdiri dari kerjasama pada sektor pertanian yang dapat berakibat meningkatnya ekonomi Desa Gembongan. Hubungan ini terdapat pada beberapa perkembangan aspek-aspek yang ada pada Desa
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-147
Gembongan, yaitu aspek pertanian, prasarana jalan, sarana perdagangan, dan juga aspek sosial. Penjelasan dari berbagai aspek tersebut yaitu sebagai berikut : a. Aspek Pertanian Pertanian yang ada pada Desa Gembongan merupakan salah satu bentuk kerjasama yang ada pada Desa Gembongan. Hubungan kerjasama ini terjalin antara Desa Gembongan dan Pabrik Gula Gempolkerep yang terletak pada Desa Gempolkerep. Hal ini dapat terlihat pada bentuk kerjasama penanaman tanaman tebu yang dilakukan petani Desa Gembongan terhadap Pabrik Gula Gempolkerep. Hubungan tersebut dimulai dengan pemberian bibit tebu dari Pabrik Gula Gempolkerep kepada petani-petani Desa Gembongan. Setelah itu, petani Desa Gembongan menanam bibit tersebut di lahan desa. Pada saat panen, hasil dari tebu tersebut langsung diangkut dengan truk-truk yang telah disediakan Pabrik Gula Gempolkerep kemudian petani-petani tersebut membagi hasil panen tersebut dengan pihak pabrik Gula Gempolkerep. Dengan adanya bentuk kerjasama seperti ini, sektor ekonomi pada Desa Gembongan dapat meningkat. Tidak hanya itu, petani-petani yang ada tetap menjaga pertanian tebu tersebut agar dapat menyuplai kebutuhan dari Pabrik Gula Gempolkerep dan juga dapat menjadi daerah ketahanan pangan pada daerah tersebut. b. Aspek Prasarana Jalan Aspek prasarana jalan yang terdapat pada Desa Gembongan juga merupakan bentuk kerjasama antara Desa Gembongan dan Pabrik Gula Gempolkerep. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya beberapa truk-truk yang melalui jalan Desa Gembongan yang mengangkut hasil pertanian Desa Gembongan. Sehingga dengan adanya hal ini, maka sektor perekonomian Desa Gembongan dapat meningkat. Tetapi masalah yang dihadapi Desa Gembongan yaitu terdapatnya beberapa jalan-jalan yang berlubang akibat dari pengangkutan hasil pertanian tersebut. Karena jalan-jalan yang ada merupakan jalan lingkungan dan tidak kuat untuk menahan beban dari truk-truk tersebut. Akibatnya terdapat beberapa jalan yang berlubang pada Desa Gembongan ini. Hal yang perlu diperhatikan adalah
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-148
perawatan jalan secara berkala agar jalan-jalan tersebut tidak mengganggu aktifitas dari keseharian masyarakat Desa Gembongan. c. Aspek Sarana Perdagangan Desa Gembongan terletak di pinggir jalan provinsi yang menghubungkan antara Kabupaten Mojokerto dengan Kabupaten Jombang. Hal ini merupakan salah satu keuntungan lokasi yang didapat dari aspek ini. Karena dengan adanya jalan provinsi ini, banyak masayarakat yang membuka perdagangan dan jasa di pinggir jalan tersebut. Sehingga dengan adanya perdagangan dan jasa yang terletak pada pinggir jalan tersebut, sektor perekonomian pada masyarakat Desa Gembongan dapat meningkat. Sehingga dengan adanya perdagangan ini, perlu dilakukan pengelolaan khusus yang dilakukan oleh pemerintah Desa Gembongan agar dapat menampung jumlah pedagang yang ada agar tidak menganggu kelancaran dari kendaraan yang ada pada jalan provinsi ini. d. Aspek Sosial Aspek terakhir yang merupakan salah satu bentuk hubungan kerjasama Desa Gembongan dan desa sekitarnya yaitu acara sunatan massal yang dilakukan oleh Desa Gembongan. Acara sunatan massal merupakan acara rutin yang dilakukan oleh Desa Gembongan dan dilakukan setiap dua tahun sekali. Hal ini dapat berakibat baik dalam meningkatkan aspek sosial antar desa dan menjalin erat hubungan kerjasama Desa Gembongan dan Desa sekitar, karena peserta dari Sunatan Masal tersbut bukan hanya dari warga Desa Gembongan, melainkan dari desa-desa lainnya. Dengan adanya hal ini maka perlu dipertahankan acara tersebut guna menjalin hubungan yang erat antar Desa Gembongan dan desa sekitar. 7.8 Analisis Kebijakan Analisis kebijakan merupakan evaluasi terhadap tata ruang pedesaan, terutama pengaturan terhadap penggunaan lahan atau penempatan kawasan tertentu yang memiliki fungsi tertentu untuk setiap kawasannya.Berikut ini merupakan analisis kebijakan Desa Gembongan berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto dan Musrenbang Desa Gembongan.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-149
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Menurut RTRW Kabupaten Mojokerto, Desa Gembongan di Kecamatan Gedeg merupakan kawasan perkotaan, dimana Kawasan perkotaan merupakan pasar bagi hasil pertanian atau produk perdesaan seperti bahan pangan, bahan bangunan kayu dan lain sebagainya. Permukiman perkotaan menengah, merupakan
permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan PKL Promosi. Pengembangan permukiman tersebut dapat dikembangkan di Perkotaan Sooko, Gedeg, Mojosari dan Pacet. Dengan berkembangnya kawasan permukiman tersebut akan membentuk pusat pertumbuhan skala wilayah/regional. Berkembangnya area terbangun tersebut akan berdampak terhadap skala pelayanan di tingkat regional bahkan akan dapat menghubungkan atau berinteraksi dengan Kota besar di luar wilayah Kabupaten Mojokerto dan perkotaan kecil lainnya. Pada kawasan perkotaan ini dimungkinkan untuk diarahkan pengembangan Rusunawa, terutama pada kawasan perkotaan Mojosari, Gedeg, Jetis dan Sooko. Dimana diprediksi selama 20 tahun kedepan akan terjadi perubahan dalam perkembangan jalan Tol, dan kawasan industri sehingga sangat dimungkinkan terjadi pertambahan kebutuhan akan hunian. Salah satu upaya untuk menjembatani antara kebutuhan akan hunian dan kencenderungan penggembangannya secara horisontal yang akan banyak memakan lahan maka diarahkan untuk dikembangkan Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa). Berdasarkan arahan pengembangan struktur kota di Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Gedeg menjadi salah satu pusat kegiatan lokal dengan perannya melayani skala lokal. Kebijakan RTRWP mengarahkan Kota Mojokerto sebagai kota yang termasuk dalam kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila Plus dan sebagai pusat pelayanan dari Kabupaten Mojokerto. Perkotaan Kecamatan Gedeg, Sooko, Pacet dikondisikan untuk dapat melayani beberapa kawasan perkotaan disekitarnya. Kawasan perkotaan Mojosari memiliki lokasi yang relatif strategis karena terletak pada jalur regional sehingga perkotaan ini diarahkan sebagai pusat pelayanan dari wilayah Kabupaten Mojokerto.
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-150
Berdasarkan rencana sistem jaringan prasarana Kabupaten Mojokerto, akan dilakukan perbaikan jalan untuk semua jalan lokal di daerah pedesaan. Prediksi kebutuhan listrik total di Kecamatan Gedeg pada tahun 2019 sekitar 21.175.531 watt dan pada tahun 2029 sekitar 23.829.236 watt. Prediksi kebutuhan telepon di
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kecamatan Gedeg pada tahun 2019 adalah 14236 dan pada tahun 2029 adalah 16020. Prediksi kebutuhan air bersih di Kecamatan Gedeg pada tahun 2019 adalah 13.553.585 L/hari dan pada tahun 2029 adalah 15.252.113 L/hari. Prediksi limbah cari di Kecamatan Gedeg pada tahun 2019 sebesar 8.005.5552 m 3/hari dan pada tahun 2029 sebesar 9.008.803 m3/hari. Prediksi volume sampah di Kecamatan Gedeg pada tahun 2019 sebesar 1.403 m3/hari dan tahun 2029 sebesar 1.598 m3/hari. Arahan lahan pertanian berkelanjutan bagi Kecamatan Gedeg untuk irigari teknis sebesar 1631 ha dan teknis sebesar 4 ha.Arahan lahan pertanian kering 29ha. Dalam rencana pengembangan kawasan strategis, khususnya kawasan cepat tumbuh, Kecamatan Gedeg, sebagai Pusat koleksi hasil pertanian perkebunan dan kehutanan, industri dengan wilayah pendukung adalah Jetis, Dawarblandong dan Kemlagi. Kecamatan Gedeg menjadi salah satu lokasi proyek untuk meningkatkan aksesibilitas antar fungsional kegiatan serta untuk meningkatkan kualitas fasilitas utama pendukung dalam rencana program pemantapan fungsi dan peran kota sesuai dengan RTRW Kabupaten Mojokerto. Program-program rencana per lima tahunan untuk Kecamatan Gedeg meliputi pengembangan struktur tata ruang kawasan, khususnya di bidang hasil pertanian dan pengembangan komoditas unggulan, pengembangan fungsi kawasan Kecamatan Gedeg sebagai pusat pelayanan lokal, pemantapan dan pengembangan jaringan jalan lokal dan jalan lingkungan, serta pemantapan bangunan publik sebagai posko bencana, peningkatan kulaitas lingkungan, serta penataan sempadan sungai. 7.8.2 Kesesuaian Menurut Musrenbang Desa Gembongan Analisis kesesuaian kebijakan Desa Gembongan dengan musrenbang DesaGembongan dapat digambarkan dalam matriks analisis sebagai berikut:
Tabel 7. 52 Kebijakan Musrenbagdes STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-151
No. 1.
Kebijakan Musrenbang Pembuatan plengsengan atau saluran air, sehingga dapat mengairi sawah 48 Ha. Pengaspalan jalan, sehingga dapat memeperlancar arus perekonomian.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kondisi Eksisting Pemanfaatan untuk pertanian kurang efektif dan air sering membuat jalan longsor
Kesesuaian Kebijakan Kebijakan Musrenbang Desa Gembongan dalam bidang ekonomi belum sesuai dengan kondisi eksisting Desa Gembongan saat ini.
2.
Sosial Budaya
dan
Petani mengalami kelangkaan pupuk dan untuk mendapatkan pupuk petani membeli sendiri atau meminjam kepada penjual pupuk, setelah masa panen baru dibayar menggunakan padi atau jagung. Tidak terdapat rumah tidak layak huni.
Kebijakan Musrenbang Desa Gembongan dalam bidang sosial & budaya, terutama dalam penyediaan pupuk tidak sesuai dengan kondisi eksisting saat ini.
Kebijakan bedah rumah untuk membantu warga miskin sudah dilaksanakan dengan baik.
Rehab musholla Baitul Makmur, sehingga dapat menampung = 100 orang. Sumber: Hasil Analisis 2011
Kebijakan rehap musholla belum dapat dilaksanakan karena kurangnya biaya untuk membangun musholla tersebut.
VII-152
7.9
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-153
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO Secara umum permasalahan di Desa Gembongan adalah terhambatnya perkembangan desa yang disebabkan karena belum berkembangnya ternak lele, menurunnya hasil pertanian serta pembangunan desa yang lambat. 1. Belum Berkembangnya Ternak Lele Ternak lele merupakan potensi besar bagi Desa Gembongan di sektor peternakan karena masih luasnya lahan yang dapat dibudidayakan sebagai peternakan lele, tetapi karena susahnya irigasi untuk habitat lele maka 2. Penurunan Hasil Panen Kegagalan Pertanian dan kurangnya minat bertani menjadi penyebab terjadinya penurunan hasil panen di Desa Gembongan. a. Kegagalan Pertanian Adanya hama, susahnya irigasi, dan sulitnya mendapatkan pupuk menyebabkan gagalnya pertanian. Air untuk irigasi menjadi sulit untuk didapat karena DAM Menturus yang menjadi sumber irigasi bagi Desa Gembongan sering mengalami kerusakan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perawatan secara berkala terhadap DAM tersebut serta konstruksi DAM yang kurang baik. Susah irigasi tersebut juga berakibat pada sektor peternakan, khusunya lele, yang membutuhkan banyak air untuk hidup. Kesulitan petani untuk mendapatkan pupuk karena harus memiliki kartu anggota untuk mendapatkan pupuk, hal tersebut dipicu karena tidak adanya organisasi kelompok tani di Desa Gembongan yang seharusnya dapat mempermudah pertanian desa. b. Kurangnya Minat Bertani Kurangnya minat bertani disebabkan karena petani yang rugi serta kurangnya motivasi untuk berusaha tani, sehingga berakibat pada masyarakat beralih ke pekerjaan yang lebih modern. Petani menjadi rugi karena gagalnya pertanian, serta karena hasil panen yang sedikit dijual kepada tengkulak yang melakukan permainan harga dengan selisih harga lebih tinggi 20% jika dibandingkan dengan menjual sendiri ke pasar. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya alat angkut untuk mengangkut hasil panen ke pasar. Pola tanam yang masih tradisional di Desa
STUDIO PERENCANAAN DESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-154
Gembongan menyebabkan kurangnya motivasi untuk peningkatan usaha tani karena para petani kurang mendapat sosialisasi mengenai cara yang baik utuk berusaha tani. Tidak adanya organisasi usaha tani yang menyebabkan terhambatnya perkembangan pertanian di Desa Gembongan. Masyarakat pun kurang berpartisipasi dalam pembentukan kelompok usaha tani. 3. Pembangunan Lambat Pembangunan yang lambat di Desa Gembongan disebabkan karena kurangnya partisipasi masyarakat untuk melibatkan diri dalam setiap kegiatan dan musyawarah di desa, RPJM Desa yang masih belum jelas menyebabkan pembangunan terhambat dan lambat, serta pembangunan yang tidak merata di semua dusun. a. Kurangnya Partisipasi Masyarakat Kurangnya partisipasi masyarakat disebabkan karena pemerintah kurang menanggapi masyarakat, hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja perangkat desa masih kurang. b. RPJM Desa Belum Jelas Kinerja perangkat desa yang masih kurang menyebabkan hasil kerjanya, yaitu RPJM Desa Belum Jelas. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya koordinasi antara perangkat desa dengan lembaga-lembaga di desa, yang juga berfungsi untuk membangun desa. c. Pembangunan Tidak Merata Tidak meratanya pembangunan yang tersebar di Desa Gembongan, terpusat pada Dusun Gembongan Kulon saja. Kondisi jalan yang masih rusak, penerangan jalan yang kurang memadai, serta pengelolaan sanitasi dan sampah yang masih buruk menjadi penyebab pembangunan yang tidak merata di Desa Gembongan. Tidak adanya tempat sampah menyebabkan masyarakat membuang sampah sembarangan yang berakibat pada drainase yang tersumbat. Kurangnya kesadaran masyarakat serta kurangnya pengelolaan dari pemerintah menjadi penyebab terjadinya masalah sanitasi dan sampah tersebut.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-155
7.10
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-156
Tujuan utama dari akar tujuan di atas adalah peningkatan perkembangan Desa Gembongan. Hal tersebut dapat dicapai dengan peningkatan hasil ternak lele dan panen pada sektor pertanian serta mempercepat pembangunan di Desa Gembongan. 1. Berkembangnya Ternak Lele Ternak lele berpotensi besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Gembongan. Didukung dengan adanya irigasi yang lancar setelah perbaikan DAM, maka peternakan lele dapat berkembang secara lebih optimal. 2. Kenaikan Hasil Panen Kenaikan hasil panen didukung dari keberhasilan pertanian serta peningkatan minat bertani masyarakat setempat. a. Keberhasilan Pertanian Hama yang telah teratasi dengan penyuluhan dan sosialisasi mengenai hama serta lancarnya irigasi akan menghasilkan keberhasilan pertanian Desa Gembongan. Konstruksi DAM yang telah diperbaiki serta perawatan DAM secara berkala akan membuat saluran irigasi menjadi lancar dan keberhasilan pertanian pun dapat terjadi. b. Peningkatan Minat Petani Keberhasilan pertanian akan menguntungkan petani, selain itu dengan tersedianya alat angkut untuk menjual hasil panen ke pasar, akan semakin meningkatkan minat untuk berusaha tani. Pembentukan organisasi kelompok tani yang mengadakan sosialisasi seputar pertanian akan menambah wawasan para petani sehingga pola dan cara bertanam tidak lagi tradisional dan motivasi petani pun semakin meningkat. 3. Mempercepat Pembangunan Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat, RPJM Desa yang jelas, serta pembangunan yang sudah tersebar merata menyebabkan peningkatan pembangunan yang mendukung untuk peningkatan perkembangan desa.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-157
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Peningkatan kinerja perangkat desa akan berdampak pada kinerja perangkat desa yang lebih mendengar aspirasi masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat bertambah dan masyarakat pun menjadi lebih berpartisipasi pada setiap kegiatan desa. b. RPJM Desa Jelas Pelatihan kepemimpinan akan meningkatkan kinerja perangkat desa akan menghasilkan RPJM Desa yang jelas sehingga pembangunan di Desa Gembongan pun akan menjadi lebih terarah. c. Pemerataan Pembangunan Adanya pengelolaan dari pemerintah desa akan mendukung
pemerataan pembangunan. Perbaikan dan perawatan kondisi jalan, penambahan penerangan jalan, serta pengelolaan sanitasi dan sampah yang baik akan terjadi bila didukung dengan adanya pengelolaan dari pemerintah serta kesadaran masyarakat. Pembuangan sampah pada tempatnya sebagai bentuk peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tong sampah yang kemudian dibuang ke TPS di desa merupakan bentuk pengelolaan sampah yang baik, sehingga drainase pun kembali berfungsi dengan baik. 7.11 Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan salah satu teknik dalam PRA yang digunakan dalam menginterpretasikan wilayah perencanaan Desa Gembongan.Analisis ini khusus mengkaji kondisi eksisting yang sangat kompleks dengan faktor eksternal dan faktor internal yang sangat penting dalam perencanaan Desa Gembongan. Analisis SWOT dapat digunakan untuk menetapkan tujuan secara lebih realistis dan efektif, serta dapat merumuskan strategi secara efektif pula.Analisis ini terdiri atas analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan
(opportunity), dan ancaman (threat) pada setiap sektor yang mendukung perkembangan Desa Gembongan. Cakupan analisis SWOT adalah sebagai berikut: 1. Strength (Kekuatan)
VII-158
Kekuatan disini dapat dikatakan sebagai potensi masingmasing sektor yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mendukung
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
perkembangan Desa Gembongan. 2. Weakness (Kelemahan) Weakness dapat diartikan juga sebagai masalahmasalah yang dihadapi pada masingmasing sektor yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan terhadap potensi yang di miliki Desa Gembongan. 3. Opportunity (Kesempatan) Kesempatan disini dapat diartikan sebagai peluang yang dimiliki pada masingmasing sektor untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi, namun dengan menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada masing masing sektor pengembangan terlebih dahulu. 4. Threat (Ancaman) Berupa ancaman atau hambatan yang dimiliki tiap sektor di Desa Gembongan jika permasalahan yang dihadapi tidak dapat teratasi. Dengan memakai metode analisis SWOT ini akan diperoleh semacam core strategy yang prinsipnya merupakan : a. Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara terbuka. b. Strategi yang mangatasi hambatan yang ada, dan c. Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada. Dalam analisis SWOT ini dilakukan pembagian dari sektorsektor dominan yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pola kehidupan masyarakat Desa Gembongan.Pembagian sektor yang berada di Desa Gembongan meliputi sektor pertanian, infrastruktur, sosial dan budaya masyarakat, dan kelmbagaan. Pengembangan sektor-sektor tersebut dapat dijelasakan dalam tabel berikut ini:
VII-159
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Faktor eksternal Opportunity (Kesempatan) Permintaan pabrik Gula Gempolkerep yang cukup besar terhadap hasil pertanian tebu. Permintaan harga beras yang semakin meningkat, sehingga memberi peluang besar bagi pertanian padi Desa Gembongan. Threat (Ancaman) Hama wereng yang menyerang padi pada saat masa panen.
2. Infrastruktur
Adanya program PNPM yang dimanfaatkan warga untuk membuat drainase, pavingisasi jalan, dan saluran irigasi.
Terdapatnya truk-truk yang melewati beberapa jalan desa untuk mengambil hasil panen sehingga beberapa jalan desa menjadi berlubang akibat truk-truk yang masuk pada desa ini.
3.
Peternakan lele
Kekurangan dana dalam pengembangan peternakan lele. Kurangnya air untuk peternakan lele.
VII-160
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Weakness (kelemahan) Kesulitan memperoleh bibit lele karena harus membeli pada peternak bibit.
Opportunity (Kesempatan)
4.
Sosial masyarakat
Hubungan kekerabatan masyarakat yang cukup baik. Adanya perkumpulan yang mengeratkan hubungan sosial kemasyarakatan.
5.
Adanya lembaga-lembaga formal, maupun non formal yang mebantu pengembangan Desa Gembongan. Lembaga sudah memiliki struktur, peran dan fungsi yang jelas. Ketrampilan yang dimiliki pemuda-pemudi karang taruna Sumber: Hasil analisis (2011)
Kelembagaan
Masih adanya kesenjangan sosial antara pemerintah dan masyarakat biasa, sehingga masyarakat kurang berpatisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Rendahnya kualitas SDM masyarakat. Kurang aktifnya lembaga informal dalam menggerakkan partisipasi masyarakat. Sikap apatis masyarakat terhadap kondisi Desa Gembongan. Kuranganya transparansi kepada masyarakat Kurangnya kinerja perangkat desa Kurangnya koordinasi antara perangkat desa dengan lembaga-lembaga Kurangnya partisipasi masyarakat Kurangnya regenerasi karang taruna
Pemberdayaan masyarakat dengan pelaksanaan programprogram kerja sama dengan desa di sekitar Desa Gembongan.
Daya tarik luar desa sekitar Desa Gembongan yang menarik tenaga kerja untuk bekerja ke luar Desa.
Kerja sama dengan desa di sekitarnya, terutama dalam kegiatan-kegiatan kelembagaan tingkat kecamatan.
VII-161
Penggunaan analisis SWOT juga terdapat penggabungan dua poin dari matriks yang saling berhubungan dan berkaitan, yaitu sebagai berikut: 1. SO (strength opportunity) Memanfaatkan kekuatan (strength) secara maksimal untuk meraih peluang (opportunity). 2. ST (strength threat) Memanfaatkan kekuatan (strength) secara maksimal untuk mengantisipasi dan menghadapi ancaman (threat), serta berusaha menjadikan ancaman tersebut sebagai peluang. 3. WO (weakness opportunity) Meminimalisir kelemahan (weakness) untuk meraih peluang (opportunity). 4. WT (weakness threat) Meminimalisisr kelemahan (weakness) untuk menghindarai ancaman (threat) secara lebih baik. Tujuan penggabungan ini adalah untuk meminimalisisr semua ancaman dan kelemahan yang dapat mengganggu potensi yang ada di Desa Gembongan. Keterkaitan masing-masing sektor dominan di Desa Gembongan dapat dilihat dalam matriks sebagai berikut:
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-162
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 54 Matriks Analisis Keterkaitan SWOT Sektor Pertanian Desa Gembongan
Internal Strength: Ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas, yaitu sebesar 169 Ha dari luas Desa Gembongan seluruhnya sebesar 200,895 Ha. Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian sebesar 68 % dibanding tenaga kerja di bidang lainnya. Hasil pertanian yang merupakan komoditas utama adalah padi, jagung, dan tebu. Strategi SO: Pengembangan hasil pertanian tebu, dengan memanfaatkan permintaan pabrik gula Gempolkerep, sehingga hasil pertanian tebu Desa Gembongan semakin berkembang. Pengembangan hasil pertanian Desa Gembongan dengan ketersediaan lahan yang luas, sehingga dapat dipasarkan dengan harga yang tinggi, terutama untuk tanaman padi yang permintaan harganya semakin tinggi. Strategi ST: Penanggulangan hama wereng dengan mengdakan pembasmian dan pencegahan hama selama masa perawatan, sehingga dapat mendapatkan hasil panen yang optimal. Weakness: Kurangnya air untuk irigasi pertanian akibat rusaknya DAM menturus sebagai sumber utama irigasi pertanian. Tidak ada organisasi kelompok tani. Petani sulit mendapatkan pupuk karena tidak ada organisasi yang mengurus pupuk. Strategi WO: Memperbaiki sitem irigasi DAM menturus, sehingga hasil pertanian menjadi lebih optimal dan dapat dipasarkan dengan harga yang tinggi. Mengembangkan kelompok tani di Desa Gembongan untuk memfasilitasi petani dalam mengatasi berbagai masalah dalam pertaniannya. Strategi WT: Perbaikan sistem irigasi, sehingga hasil pertanian Desa Gembongan lebih optimal. Pengembangan kelompok tani di Desa Gembongan, terutama untuk penanggulangan hama wereng.
Eksternal Opportunity: Permintaan pabrik gula Gempolkerep yang cukup besar terhadap hasil pertanian tebu Desa Gembongan. Permintaan harga beras yang semakin meningkat, sehingga memeberikan peluang besar bagi perkembangan pertanian padi Desa Gembongan.
Threat: Hama wereng yang menyerang padi pada saat masa panen.
VII-163
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 55 Matriks Analisis Keterkaitan SWOT Infrastruktur Desa Gembongan
Internal Strength: Adanya sarana pendidikan setingkat SMP yang dapat dijangkau dengan jarak yang singkat. Adanya jalan provinsi yang memudahkan warga Desa Gembongan menjangkau pasar dan kecamatan lainnya. Sebagian besar jalan sudah beraspal, sehingga memudahkan aktivitas masyarakat sehari-hari. Adanya tempat praktek dokter dan bidan yang berada di lingkungan temapat tinggal masyarakat Desa Gembongan. Strategi SO: Dengan terdapatnya program PNPM maka untuk memperbaiki dan membuat sarana dan prasarana yang baru menjadi lebih mudah karena didukung oleh program ini Weakness: Prasarana persampahan tidak ada. Sebanyak 30 % jalan desa memiliki kondisi yang berlubang Sanitasi kurang terawat. Penerangan jalan yang kurang. Banyaknya sampah yang ada pada drainase dan saluran irigasi, sehingga membuat aliran air terhambat.
Eksternal
Opportunity: Adanya program PNPM yang dimanfaatkan warga untuk membuat drainase, pavingisasi jalan, dan saluran irigasi.
Threat: Terdapatnya truk-truk yang melewati beberapa jalan desa untuk mengambil hasil panen sehingga beberapa jalan desa menjadi berlubang akibat truktruk yang masuk pada desa ini.
Strategi ST: Dengan terdapatnya pendukung sarana dan prasarana yang ada, truktruk yang melewati beberapa jalan Desa Gembongan dapat menjadi penghubung antara Desa Gembongan dan daerah lain.
Strategi WO: Pemanfaatan dana PNPM untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak. Pembuatan sarana dan prasarana yang belum terdapat di Desa Gembongan dapat didukung oleh program ini, sehingga dengan sarana dan prasarana tersebut dapat mendukung aktifitas keseharian warga. Strategi WT: Penyediaan TPS untuk menanggulangi sampah. Perbaikan jalan yang rusak, sehingga memudahkan pengangkutan sampah oleh truk, sehingga sanitasi dapat terjaga. Selain itu, memudahkan jalur distribusi barang ke Desa Gembongan karena akses jaringan jalan yang baik.
VII-164
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 56 Matriks Analisis Keterkaitan SWOT Peternakan Lele Desa Gembongan
Internal Strength: Ketersediaan lahan yang cukup di rumah warga untuk mengembangkan peternakan lele. Weakness: Kekurangan dana dalam pengembangan peternakan lele. Kurangnya air untuk peternakan lele. Kesulitan memperoleh bibit lele karena harus membeli pada peternak bibit.
Eksternal
Strategi SO: Pengembangan peternakan lele, sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal dan dapat dipasarkan dengan harga yang tinggi. Peningkatan produktivitas lele dengan pengadaan bibit lele yang bermutu baik, sehingga lele dapat dipasarkan dengan harga yang tinggi. Strategi ST: Pengembangan hasil peternakan lele, sehingga sebagian hasil dapat dimanfaatkan untuk memperoleh bibit, sehingga bibit lele dapat didapat dengan mudah dan peternakan lele dapat berkembang dengan baik.
Strategi WO: Bekerjasama dengan pemerintah desa untuk mengatasi kekurangan dana, terutama dalam upaya pengadaan bibit lele yang lebih baik sehingga produktivitas lele lebih optimal. DAM menturus untuk melancarkan sumber air untuk peternakan, karena sumber air untuk peternakan didapatkan dari irigasi pertanian, sehingga produktivitas lele meningkat. Strategi WT: Mempertahankan kualitas produksi lele secara lebih optimal agar permintaan terhadap lele tidak berkurang.
Eksternal Opportunity: Pemberdayaan masyarakat dengan pelaksanaan programprogram kerja sama dengan desa di sekitar Desa Gembongan.
Strategi SO: Pengembangan hubungan kekerabatan dengan pengadaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan desa-desa sekitar. Pengembangan perkumpulan yang ada di Desa Gembongan
VII-165
dengan pelaksanaan programprogram kerja sama dengan desa sekitar Desa Gembongan.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Threat: Daya tarik luar desa sekitar Desa Gembongan yang menarik tenaga kerja untuk bekerja ke luar Desa.
Strategi ST: Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam membangun desa, sehingga desa semakin berkembang dan masyarakat tertarik untuk membangun desanya dan bekerja di desanya sendiri, dengan membuka usaha sendiri.
Mengaktifkan peran lembaga masyarakat sebagai penggerak partisipasi masyarakat. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam program-program pembangunan desa, sehingga sikap apatis dapat berubah. Strategi WT: Meningkatkan kerja sama pemerintah dan masyarakat agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Meningkatkan kualitas SDM, sehingga masyarakat dapat membangun desanya sendiri menjadi lebih baik, dan tidak perlu bekerja di desa lain dengan membuka home industry sendiri. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
Eksternal Opportunity: Kerja sama dengan desa di sekitarnya, terutama dalam kegiatan-kegiatan kelembagaan tingkat kecamatan. Threat: Kurangnya dana bantuan dari pemerintah
Strategi WO: Kerjasama dengan desa sekitar dalam hal peningkatan kinerja perangkat desa serta lembaga. Peningkatan kinerja perangkat desa dengan mengikuti kegiatan-kegiatan di tingkat kecamatan. Strategi WT: Pengajuan proposal dana kepada pemerintah untuk pengembangan kegiatan kelembagaan desa. Subsidi dana dari aparat desa bagi lembaga-lembaga yang ada, terutama untuk pelatihan kader-kader dalam kelembagaan desa.
VII-166
7.12
Analisis IFAS-EFAS
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO matriks
SWOT. SWOT yang terdiri dari empat aspek (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman). Keempat aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain, sehingga dapat diperoleh beberapa strategi atau konsep dasar pengembangan yang dapat diterapkan di Desa Gembongan baik dari segi fisik, maupun non fisik. Konsep dasar pengembangan dan strategi ini dimulai dari melakukan penentuan kriteria dan pembobotan pada setiap sektor dan komoditas yang dihasilkan dari analisis SWOT. Hasil dari pembobotan tersebut dibuat dalam bentu kuadran. Bentuk kuadran ini akan menentukan pengembangan selanjutnya dari sektor yang diberikan bobot nilai. Penilaian dilakukan pada setiap aspek SWOT dengan memberi bobot antara 0,00 hingga 1,00 dimana jika aspek-aspek masing-masing faktor (internal/ eksternal) dijumlahkan akan menghasilkan bobot 1. Setelah melakukan pembobotan, diberikan rating, dimana rating ini menunjukkan tingkat kepentingan masing-masing sektor. Rating yang diberikan berdasarkan kriteria yang telah dibuat dimana masing-masing sektor memiliki tiga kriteria sebagai berikut: Kriteria pertama memiliki rating Kriteria kedua memiliki rating Kriteria ketiga memiliki rating A. Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor mata pencaharian utama masyarakat Desa Gembongan. Adapun kriteria rating penilaian untuk penentuan IFASEFAS dalam sektor pertanian adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 59 SWOT Pertanian
Faktor Variable Ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas, yaitu sebesar 169 Ha dari luas Desa Gembongan seluruhnya sebesar 200,895 Ha. Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian sebesar 68 % dibanding tenaga kerja di bidang lainnya. Hasil pertanian yang Kriteria 1: Ketersediaan lahan yang kurang untuk pertanian di Desa Gembongan. 2: Ketersediaan lahan yang cukup luas untuk pertanian di Desa Gembongan. 3: Ketersediaan lahan yang luas untuk pertanian. 1: Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian 033,33% 2: Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian 33,34%66,67%. 3: Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian 66, 68%100%. 1: Hasil pertanian yang merupakan komoditas utama
=3 =2 =1
Strength
VII-167
Faktor
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Weakness
Kurangnya air untuk irigasi pertanian akibat rusaknya DAM menturus sebagai sumber utama irigasi pertanian. Tidak ada organisasi kelompok tani di setiap dusun di Desa Gembongan. Petani sulit mendapatkan pupuk karena tidak ada organisasi yang mengurus pupuk. Permintaan pabrik gula Gempolkerep yang cukup besar terhadap hasil pertanian tebu Desa Gembongan.
Kriteria adalah jagung. 2: Hasil pertanian yang merupakan komoditas utama adalah jagung dan tebu. 3: Hasil pertanian yang merupakan omoditas utama adalah padi, jagung, dan tebu. 1: Air untuk irigasi pertanian sangat banyak. 2: Air untuk irigasi pertanian cukup. 3: Air untuk irigasi pertanian kurang.
Opportunity Permintaan harga beras yang semakin meningkat, sehingga memeberikan peluang besar bagi perkembangan pertanian padi Desa Gembongan. Threat Hama wereng yang menyerang padi pada saat masa panen. Sumber: Hasil Analisis (2011)
1: Terdapat organisasi kelompok tani di setiap dusun di Desa Gembongan. 2: Terdapat organisasi kelompok tani di salah satu dusun di Desa Gembongan. 3: Tidak ada organisasi kelompok tani di setiap dusun Desa Gembongan. 1: Petani mudah mendapatkan pupuk. 2: Ada organisasi usaha tani yang mempermudah penyediaan pupuk bagi petani. 3: Petani sulit mendapatkan pupuk karena tidak ada organisasi usaha tani. 1: Tidak ada pabrik gula yang menampung hasil pertanian Desa Gembongan. 2: Permintaan tebu yang cukup besar oleh pabrik gula Gempolkerep. 3: Permintaan yang besar terhadap hasil pertanian tebu dari pabrik gula Gempolkerep. 1: Permintaan harga beras menurun dan kecil. 2: Permintaan harga beras sesuai dengan harga pasar. 3: Permintaan harga beras meningkat dan besar.
1: Hama wereng meyerang padi saat masa tumbuh. 2: Hama wereng menyerang padi saat masa perawatan. 3: Hama wereng menyerang padi saat masa panen.
1. Analisis IFAS
Tabel 7. 60 Matriks Analisis IFAS Sektor Pertanian
Faktor Internal Strength (Kekuatan): Ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas, yaitu sebesar 169 Ha dari luas Desa Gembongan seluruhnya sebesar 200,895 Ha. Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian sebesar 68 % dibanding tenaga kerja di bidang lainnya. Hasil pertanian yang merupakan komoditas utama adalah padi, jagung, dan tebu. TOTAL Bobot 0,17 Rating 2 Bobot x Rating 0,34
0,16
0,48
0,17
0,51
0,50
1,33
VII-168
Weakness (Masalah): Kurangnya air untuk irigasi pertanian akibat rusaknya DAM menturus sebagai sumber utama irigasi pertanian. Tidak ada organisasi kelompok tani di setiap dusun. Petani sulit mendapatkan pupuk karena tidak ada organisasi yang mengurus pupuk. TOTAL Sumber : Hasil Analisis (2011)
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
0,17 3 0,51
0,17 0,16
3 3
0,51 0,48
0,50
1,50
2. Analisis EFAS
Tabel 7. 61 Matriks Analisis EFAS Sektor Pertanian
Faktor Internal Opportunity (Kesempatan) Permintaan pabrik gula Gempolkerep yang cukup besar terhadap hasil pertanian tebu Desa Gembongan. Permintaan harga beras yang semakin meningkat, sehingga memeberikan peluang besar bagi perkembangan pertanian padi Desa Gembongan. TOTAL Threat (Ancaman) Hama wereng yang menyerang padi pada saat masa panen. TOTAL Sumber : Hasil Analisis (2011) Bobot 0,25 Rating 2 Bobot x Rating 0,50
0,25
0,75
0,50 0,50 3
1,25 1,50
0,50
1,50
X = Kekuatan - Masalah = 1,33 1,50 = - 0,17 Y = Peluang - Ancaman = 1,25 1,50 = - 0,25
VII-169
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kuadran II
1
Kuadran I C D B A
(+) Internal -1 (POTENSI)
E F Kuadran III
-1
H G Kuadran IV
(-) Eksternal (TANTANGAN) Gambar 7. 33 Matriks Kuadran Strategi Analisis IFAS-EFAS Sektor Pertanian Desa Gembongan
Sumber: Hasil Analisis (2011)
Dari hasil perhitungan pada tahap SWOT unuk sektor pertanian, diperoleh hasil perhitungan IFAS-EFAS sehingga menciptakan suatu kuadran. Dari kuadran tersebut diketahui bahwa strategi pengembangan sektor pertanian di Desa Gembongan, yaitu menggunakan Guirella Strategy, yaitu strategi strategi gerilya, operasional dilakukan, diadakan pembangunan atau usaha pemecahan masalah dan ancaman. Hal ini dikarenakan pertemuan antara kedua titik berada di kuadran III ruang F. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan terkait dengan pengembangan sektor pertanian Desa Gembongan adalah sebagai berikut:
VII-170
a. Memperbaiki DAM menturus yang rusak, sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik untuk irigasi pertanian. b. Pemberantasan hama wereng yang mengganggu pertanian, sehingga petanian dapat bertumbuh dengan baik. c. Dibentuk kelompok usaha tani di Desa Gembongan, sehingga dapat memfasilitasi semua kegiatan pertanian masyarakat Desa Gembongan. B. Infrastruktur Infrastruktur merupakan sarana dan prasarana pendukung dalam penunjang aktifitas keseharian warga Desa Gembonbgan. Adapun kriteria rating penilaian untuk penentuan IFAS-EFAS dalam infrastruktur adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 62 SWOT Infrastruktur
Faktor Variabel Adanya sarana pendidikan setingkat SMP yang dapat dijangkau dengan jarak yang singkat. Adanya jalan provinsi yang memudahkan warga Desa Gembongan menjangkau pasar dan kecamatan lainnya. Strength Sebagian besar jalan sudah beraspal, sehingga memudahkan aktivitas masyarakat sehari-hari. Adanya tempat praktek dokter dan bidan yang berada di lingkungan tempat tinggal masyarakat Desa Gembongan Kriteria 1: Terdapatnya sarana pendidikan setingkat SMP yang sulit dijangkau. 2: Terdapatnya sarana pendidikan setingkat SMP yang mudah dijangkau 3: Terdapatnya sarana pendidikan setingkat SMP yang sangat mudah dijangkau 1: Terdapatnya jalan yang menghubungkan warga Desa Gembongan untuk menjangkau kecamatan. 2: Terdapatnya jalan yang menghubungkan warga Desa Gembongan untuk menjangkau pasar. 3: Terdapatnya jalan yang menghubungkan warga Desa Gembongan untuk menjangkau kecamatan dan pasar. 1: Sebagian besar jalan Desa Gembongan masih berupa jalan makadam 2: Sebagian besar jalan Desa Gembongan masih berupa jalan paving 3: Sebagian besar jalan Desa Gembongan masih berupa jalan aspal. 1: Terdapatnya bidan yang berada di lingkungan masyarakat Desa 2: Terdapatnya praktek dokter yang berada di lingkungan masyarakat Desa 3: Terdapatnya praktek dokter dan bidan yang berada di lingkungan masyarakat Desa 1: Terdapatnya prasarana persampahan yang sudah Permanen 2: Terdapatnya prasarana persampahan tetapi masih belum permanen 3: Tidak terdapatnya prasarana persampahan 1: Terdapatnya prasarana jalan sebanyak 100%-66,68% dalam kondisi berlubang. 2: Terdapatnya prasarana jalan sebanyak 66,67%33,34% dalam kondisi berlubang.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Prasarana persampahan tidak ada. Sebanyak 30 % jalan desa memiliki kondisi yang berlubang.
VII-171
Faktor Weakness
Variabel
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Sanitasi kurang terawat, MCK umum hanya satu. Penerangan jalan yang kurang. Banyaknya sampah yang ada pada drainase dan saluran irigasi, sehingga membuat aliran air terhambat. Adanya program PNPM yang dimanfaatkan warga untuk membuat drainase, pavingisasi jalan, dan saluran irigasi.
Opportunity
Kriteria 3: Terdapatnya prasarana jalan sebanyak 33,33%-0% dalam kondisi berlubang. 1: Terdapatnya MCK umum dan Sanitasi yang terawat dengan baik. 2: Kondisi sanitasi yang kurang terawat. 3: Kondisi sanitasi yang tidak terawat. 1: Terdapatnya penerangan jalan pada desa dan dapat menerangi seluruh jalan desa 2: Terdapatnya penerangan jalan pada sebagian desa 3: Belum terdapatnya penerangan jalan pada desa 1: Terdapatnya sedikit sampah pada drainase dan saluran irigasi 2: Terdapatnya cukup banyak sampah pada drainase dan saluran irigasi 3: Terdapatnya banyak sampah pada drainase dan saluran irigasi 1: Tidak terdapatnya program PNPM yang membantu dalam pembangunan sarana dan prasaran Desa Gembongan 2: Terdapatnya program PNPM yang membantu dalam pembangunan sarana Desa Gembongan 3:Terdapatnya program PNPM yang membantu dalam pembangunan sarana dan prasarana Desa Gembongan 1: Tidak terdapatnya truk-truk yang melewati jalan Desa Gembongan 2 : Terdapatnya truk-truk yang melewati jalan desa dan berakibat berlubangnya jalan tersebut. 3 : Terdapatnya truk-truk yang melewati jalan desa dan berakibatnya berlubangnya jalan tersebut.
Terdapatnya truk-truk yang melewati beberapa jalan desa untuk mengambil hasil panen Threat sehingga beberapa jalan desa menjadi berlubang akibat truk-truk yang masuk pada desa ini.. Sumber : Hasil Analisis (2011)
1. Analisis IFAS
Tabel 7. 63 Matriks Analisis IFAS Infrastruktur
Faktor Internal Strength (Kekuatan): Adanya sarana pendidikan setingkat SMP yang dapat dijangkau dengan jarak yang singkat. Adanya jalan provinsi yang memudahkan warga Desa Gembongan menjangkau pasar dan kecamatan lainnya. Sebagian besar jalan sudah beraspal, sehingga memudahkan aktivitas masyarakat sehari-hari. Adanya tempat praktek dokter dan bidan yang berada di lingkungan tempat tinggal masyarakat Desa Gembongan TOTAL Bobot 0,10 Rating 3 Bobot x Rating 0,30
0,10
0,30
0,10
0,30
0,10
0,30
0,40
1,20
VII-172
Faktor Internal Weakness (Masalah): Prasarana persampahan tidak ada. Sebanyak 30 % jalan desa memiliki kondisi yang berlubang Sanitasi kurang terawat, MCK umum hanya satu. Penerangan jalan yang kurang. Banyaknya sampah yang ada pada drainase dan saluran irigasi, sehingga membuat aliran air terhambat. TOTAL Sumber : Hasil Analisis (2011)
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Bobot 0,10 0,20 0,10 0,10 0,10 0,60 Rating 3 3 2 2 3 0,30 0,60 0,20 0,20 0,30 1,50
Bobot x Rating
2. Analisis EFAS
Tabel 7. 64 Matriks Analisis EFAS Infrastruktur
Faktor Internal Opportunity (Kesempatan) Adanya program PNPM yang dimanfaatkan warga untuk membuat drainase, pavingisasi jalan, dan saluran irigasi. TOTAL Threat (Ancaman) Terdapatnya truk-truk yang melewati beberapa jalan desa untuk mengambil hasil panen sehingga beberapa jalan desa menjadi berlubang akibat truk-truk yang masuk pada desa ini. TOTAL Sumber : Hasil Analisis (2011) Bobot 0,50 Rating 3 Bobot x Rating 1,50
0,50 0,50 2
1,50 1,00
0,50
1,00
X = Kekuatan - Masalah = 1,20 1,50 = - 0,30 y = Peluang - Ancaman = 1,50 1,00 = 0,50
VII-173
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
(+) Eksternal (PELUANG)
Kuadran II
Kuadran I
1
C D
B A
(+) Internal
(POTENSI)
E F Kuadran III
-1
H G Kuadran IV
(-) Eksternal (TANTANGAN) Gambar 7. 34 Matriks Kuadran Strategi Analisis IFAS-EFAS Infrastruktutr Desa Gembongan
Sumber: Hasil Analisis (2011)
Dari hasil perhitungan pada tahap SWOT untuk infrastruktur, diperoleh hasil perhitungan IFAS-EFAS sehingga menciptakan suatu kuadran. Dari kuadran tersebut diketahui bahwa strategi pengembangan infrastruktut di
Desa Gembongan, yaitu menggunakan Agresif Maintenance strategy, yaitu pengelola objek melaksanakan pengembangan secara aktif dan agresif. Hal ini dikarenakan pertemuan antara kedua titik berada di kuadran II ruang C. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan terkait dengan pengembangan sektor infrastruktur Desa Gembongan adalah sebagai berikut: a. Melakukan perbaikan jalan-jalan yang berlubang sehingga dapat membantu warga melakukan aktifitas sehari-hari. b. Membuat tempat sampah permanen yang dapat menampung sampahsampah dari warga Desa Gembongan. Hal ini dapat dilakukan dengan
VII-174
penyediaan tempat sampah secara mandiri oleh masyarakat Desa Gembongan. c. Melakukan pembersihan pada drainase dan irigasi yang tersumbat dikarenakan sampah yang menumpuk pada saluran ini, sehingga drainase dan irigasi dapat difungsikan secara maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan memnfaatkan dana PNPM untuk membuat drainase dan irigasi yang berupa perkerasan. Selain itu, masyarakat dihimbau untuk menjaga kebersihan, terutama untuk tidak membuang sampah pada saluran drainase ataupun irigasi. C. Sosial Masyarakat Sosial masyarakat menggambarkan bagaimana hubungan kekerabatan atau interaksi sosial maupun kegiatan-kegiatan yang terjadi di antar warga desa Gembongan. Setelah diketahui karakteristik sosial masyarakat melalui analisis SWOT, selanjutnya analisis IFAS-EFAS dengan memberikan kriteria untuk setiap variabel sosial masyarakat sebagai berikut:
Tabel 7. 65 Penentuan Kriteria Nilai Variabel SWOT Sektor Sosial masyarakat Desa Gembongan
Faktor Strength Variabel Hubungan kekerabatan masyarakat yang cukup baik Kriteria 1. Hubungan kekerabatan masyarakat yang cukup baik antar semua lapisan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
masyarakat 2. Hubungan kekerabatan masyarakat yang kurang baik antar semua lapisan
masyarakat 3. Hubungan kekerabatan masyarakat yang tidak baik antar semua lapisan masyarakat Perkembangan penduduk yang stabil 1. Perkembangan penduduk yang rendah tingkat pertumbuhan penduduknya. 2. Perkembangan penduduk yang stabil 3. Perkembangan penduduk yang tinggi
tingkat pertumbuhan penduduknya. Adanya perkumpulan yang mengeratkan hubungan sosial kemasyarakatan. 1. Adanya perkumpulan yang mengeratkan hubungan sosial kemasyarakatan. 2. Adanya sebagian kecil perkumpulan yang mengeratkan hubungan sosial
VII-175
Faktor
Variabel
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kriteria kemasyarakatan. 3. Tidak adanya perkumpulan yang mengeratkan hubungan sosial kemasyarakatan.
Weakness
Masih adanya kesenjangan sosial antara pemerintah dan masyarakat biasa, sehingga masyarakat kurang berpatisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
1. Masih adanya kesenjangan sosial antara pemerintah desa dengan masyarakat biasa.
2. Tidak ada kesenjangan sosial antara pemerintah desa dengan masyarakat biasa. 3. Tingginya tingkat kesenjangan sosial antara pemerintah desa dengan masyarakat biasa.
1. Kualitas SDM masyarakat tinggi 2. Kualitas SDM masyarakat sedang 3. Kualitas SDM masyarakat rendah
1. Tingginya keaktifan dari lembaga informal dalam menggerakkan partisipasi masyarakat 2. Kurangnya keaktifan dari lembaga informal dalam menggerakkan partisipasi masyarakat 3. Tidak adanya keaktifan dari lembaga informal dalam menggerakkan partisipasi masyarakat
Opportunity
Pemberdayaan masyarakat dengan pelaksanaan programprogram kerja sama dengan desa di sekitar Desa Gembongan maupun kegiatan yang diselenggarakan PKK, LPM, karang taruna
1. Pemberdayaan masyarakat yang pasif melalui pelaksanaan program-program kerja sama dengan desa di sekitar Desa Gembongan maupun kegiatan yang diselenggarakan PKK, LPM, karang taruna 2. Pemberdayaan masyarakat yang kurang aktif melalui pelaksanaan programprogram kerja sama dengan desa di sekitar Desa Gembongan maupun kegiatan yang diselenggarakan PKK, LPM, karang taruna.
VII-176
Faktor
Variabel
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kriteria 3. Pemberdayaan masyarakat yang aktif melalui pelaksanaan program-program kerja sama dengan desa di sekitar Desa Gembongan maupun kegiatan yang diselenggarakan PKK, LPM, karang taruna.
Threat
Daya tarik luar desa sekitar Desa Gembongan yang menarik tenaga kerja untuk bekerja ke luar Desa.
1. Adanya sikap apatis masyarakat terhadap kondisi Desa Gembongan 2. Tidak adanya sikap apatis masyarakat terhadap kondisi Desa Gembongan 3. Adanya sebagian kecil sikap apatis masyarakat terhadap kondisi Desa Gembongan
VII-177
1. Analisis IFAS
Faktor Internal
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Bobot 0,17 0,17 0,16 0,50 0,17 2 Rating 3 2 3 Bobot x Rating 0,51 0,34 0,48 1,33 0,34
3 2
2. Analisis EFAS
Tabel 7. 67 Matriks Analisis EFAS Sektor Sosial masyarakat
Faktor Eksternal Kesempatan / Opportunity 1. Pemberdayaan masyarakat dengan pelaksanaan program-program kerja sama dengan desa di sekitar Desa Gembongan maupun kegiatan yang diselenggarakan PKK, LPM, karang taruna Total Ancaman / Threats 1. Sikap apatis masyarakat terhadap kondisi Desa Gembongan. Total Sumber : Hasil Analisis (2011) Bobot 0,5 Rating 2 Bobot x Rating 1,0
VII-178
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
(+) Eksternal (PELUANG)
Kuadran II
1
Kuadran I C D B A
(+) Internal -1 (POTENSI)
E F Kuadran III
-1
H G Kuadran IV
(-) Eksternal (TANTANGAN) Gambar 7. 35 Matriks Kuadran Strategi Analisis IFAS-EFAS Sektor Sosial Desa Gembongan
Sumber: Hasil Analisis (2011)
Dari hasil analisis IFAS-EFAS pada sektor sosial masyarakat diperoleh sebuah kuadran. Dari kuadran tersebut diketahui bahwa strategi
pengembangan infrastruktur
Concentric Strategy, yaitu strategi pengembangan objek dilakukan secara bersamaan dalam satu naungan objek atau coordinator. Hal ini dikarenakan pertemuan antara kedua titik berada di kuadran IV ruang G. Oleh karena itu, strategi yang digunakan dalam pengembangan Desa Gembongan dalam sektor sosial masyarakat adalah: a. Meningkatkan partisipasi masyarakat, dengan melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan di Desa Gembongan.
VII-179
b. Mengajak masyarakat untuk menjaga dan memperhatikan kondisi desanya. D. Kelembagaan Sektor kelembagaan merupakan pendukung pengembangan Desa
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Weakness
VII-180
Faktor
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Opportunity
Kerja sama dengan desa di sekitarnya, terutama dalam kegiatan-kegiatan kelembagaan tingkat kecamatan.
Threat
Kriteria perangkat desa dengan lembaga 2. Koordinasi dan kerjasama sudah terjalin, namun belum erat. 3. Koordinasi dan kerjasama belum terjalin 1. Masyarakat banyak berpartisipasi aktif 2. Masyarakat sedikit yang berpartisipasi. 3. Masyarakat tidak berpartisipasi. 1. Regenerasi karang taruna telah berjalan dengan baik. 2. Regenerasi karang taruna sedang berjalan dengan baik 3. Regenerasi karang taruna tidak berjalan. 1. Tidak ada usaha untuk menjalin kerjasama dengan desa sekitar 2. Sudah ada usaha untuk menjalin kerjasama dengan desa sekitar, tetapi belum maksimal 3. Kerjasama dengan desa sekitar sudah berjalan baik dan saling menguntungkan 1. Ada dana bantuan dari pemerintah dalam jumlah banyak 2. Ada dana bantuan dari pemerintah, namun kurang dan terbatas 3. Tidak ada dana bantuan dari pemerintah.
1. Analisis IFAS
Tabel 7. 69 Matriks analisis IFAS Sektor Kelembagaan
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x rating
Streng:
Adanya lembagalembaga formal, maupun non formal yang mebantu pengembangan Desa Gembongan. Lembaga sudah memiliki struktur, peran, dan fungsi
0,2
0,6
0,15
0,45
VII-181
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
0,15 2 0,3
Weakness: Kuranganya
transparansi kepada masyarakat Kurangnya kinerja perangkat desa Kurangnya koordinasi antara perangkat desa dengan lembagalembaga Kurangnya partisipasi masyarakat Kurangnya regenerasi karang taruna
2 3
Total
Sumber: Hasil Analisis (2011)
2. Analisis EFAS
Tabel 7. 70 Matriks Analisis EFAS Peternakan Lele
Faktor eksternal Bobot Rating Bobot x rating
Opportunity:
Kerja sama dengan desa di sekitarnya, terutama dalam kegiatankegiatan kelembagaan tingkat kecamatan. Total
0,5
1,5
1,5 1 1
Threat:
Kurangnya dana bantuan dari pemerintah Total Sumber: Hasil Analisis (2011)
VII-182
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
(+) Eksternal (PELUANG)
Kuadran II
1
Kuadran I C D B A
(+) Internal -1 (POTENSI)
E F Kuadran III
-1
H G Kuadran IV
(-) Eksternal (TANTANGAN) Gambar 7. 36 Matriks Kuadran Strategi Analisis IFAS-EFAS Kelembagaan Desa Gembongan
Sumber: Hasil Analisis (2011)
Dari hasil analisis IFAS-EFAS pada sektor kelembagaan masyarakat diperoleh sebuah kuadran. Dari kuadran tersebut diketahui bahwa strategi pengembangan infrastruktut di Desa Gembongan, yaitu menggunakan Stable Growth Strategy, yaitu strategi pertumbuhan stabil dan pengembangan dilakukan secara bertahap. Hal ini dikarenakan pertemuan antara kedua titik berada di kuadran II ruang B. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan Desa Gembongan di sektor kelembagaan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan koordinasi antara perangkat desa dan lembaga-lembaga desa, sehingga pengembangan Desa dapat dilakukan dengan baik. b. Transparansi kepada masyarakat, terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum masyarakat.
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VII-183
E. Peternakan Lele
Faktor Strength
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Tabel 7. 71 SWOT Infrastruktur
Kriteria 1. Tidak tersedia lahan untuk mengembangkan peternakan lele 2. Tersedia lahan yang cukup untuk mengembangkan lele 3. Tersedia lahan yang banyak untuk mengembangkan lele 1. Tersedia banyak dana untuk peternakan lele 2. Tersedia cukup dana untuk mengembagkan lele 3. Kekurangan dana untuk mengembangkan lele 1. Ketersediaan air yang banyak untuk peternakan 2. Ketersediaan air yang cukup untuk petrnakan 3. Kurangnya air untuk peternakan 1. Bibit lele mudah didapatkan 2. Bibit lele dapat diperoleh dari peternak bibit 3. Kesulitan memperoleh bibit lele 1. Permintaan lele dengan harga rendah 2. Permintaan lele dengan harga yang cukup tinggi 3. Permintaan lele dengan harga yang tinggi. 1. Harga lele tinggi karena permintaan banyak 2. Harga lele cukup tinggi 3. Harga lele menurun karena permintaan menurun
Variabel Ketersediaan lahan yang cukup di rumah warga untuk mengembangkan peternakan lele.
Weakness
Kesulitan memperoleh bibit lele karena harus membeli pada peternak bibit. Opportunity Permintaan lele dengan harga yang cukup tinggi.
Threat
1. Analisis IFAS
Tabel 7. 72 Matriks Analisis IFAS Peternakan Lele
Faktor Internal Strength (Kekuatan): Ketersediaan lahan yang cukup di rumah warga untuk mengembangkan peternakan lele. TOTAL Weakness (Masalah): Kekurangan dana dalam pengembangan peternakan lele. Kurangnya air untuk peternakan lele Kesulitan memperoleh bibit lele karena harus membeli pada peternak bibit TOTAL Sumber : Hasil Analisis (2011) Bobot 0,50 Rating 2 Bobot x Rating 1,00
VII-184
2. Analisis EFAS
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Bobot 0,50 0,50 0,50 0,50 3 Rating 2 Bobot x Rating 1,00 1,50 1,50 1,50
VII-185
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kuadran II
1
Kuadran I C D B A
(+) Internal -1 (POTENSI)
E F Kuadran III
-1
H G Kuadran IV
(-) Eksternal (TANTANGAN) Gambar 7. 37 Matriks Kuadran Strategi Analisis IFAS-EFAS Peternakan Lele Desa Gembongan
Sumber: Hasil Analisis (2011)
Dari hasil analisis IFAS-EFAS pada sektor peternakan lele di Desa Gembongan diperoleh sebuah kuadran. Dari kuadran tersebut diketahui bahwa strategi pengembangan infrastruktut di Desa Gembongan, yaitu menggunakan Guirelle Strategy, yaitu strategi gerilya operasional dilakukan, diadakan pembagunan atau usaha pemecahan masalah dan ancaman. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan terkait sektor peternakan lele di Desa Gembongan adalah: 1. Perbaikan irigasi untuk mencukupi pengairan lele. 2. Pembentukan kelompok usaha peternakan lele bersama, untuk mengatasi kekurangan dana dan pembelian bibit lele.
VII-186
3. Meningkatkan produktivitas lele secara lebih optimal, sehingga lele dapat dipasarkan dengan harga yang tinggi 7.13 Analisis Alternatif Perencanaan Proyek Analisis alternatif proyek merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan prioritas proyek yang akan dilaksanakan pada wilayah studi berdasarkan hasil analisis akar masalah dan akar tujuan. Analisis alternatif proyek meliputi kegiatan mengidentifikasi, menentukan kriteria, memberi bobot, serta memilih salah satu pendekatan untuk mencapai tujuan. Penerapan analisis alternatif proyek yaitu dilakukan dengan cara sebagai berikut : A. Penentuan kriteria Analisis alternatif proyek mempunyai beberapa kriteria yang didasarkan atas kepentingan dan prioritas pihak-pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaan proyek. Kriteria yang digunakan untuk menilai alternatif proyek Desa Gembongan, yaitu: 1. Penerimaan Manfaat Maksimal Semakin banyak penerima manfaat, atau semakin banyak penerima yang diuntungkan, akan semakin tinggi prioritas. 2. Peningkatan Pendapatan Semakin banyak kesempatan meningkatkan pendapatan, atau semakin membaik tingkat perekonomian, akan semakin tinggi skor. 3. Peningkatan Pemanfaatan Potensi SDM Semakin tinggi pemanfaatan potensi sumberdaya manusia dan semakin baik potensi SDM yang ada, akan semakin tinggi prioritas. 4. Ketersediaan Sumber Daya Alam Semakin tersedia sumberdaya alam, akan semakin tinggi skornya. 5. Pertimbangan ekologi Semakin bersahabat dengan lingkungan, dan tidak merugikan lingkungan sekitar maka akan makin tinggi prioritas. 6. Sustainability Terkait dengan keberlanjutan proyek. 7. Keterkaitan proyek antar desa
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-187
Semakin banyak desa yang menikmati hasil proyek, makin tinggi prioritas 8. Sumbangan terhadap program strategis Kabupaten/Kecamatan Semakin tinggi sumbangannya terhadap program strategis kabupaten/ kotamadya, skor semakin tinggi. B. Pembobotan Pada analisis alternatif proyek, terdapat tahapan skoring alternatif proyek yang dilakukan adalah dengan memberikan skor pada tiap-tiap alternatif proyek berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan. Pemberian skor tersebut yaitu sebagai berikut: 1 : rendah sekali 2 : rendah 3 : cukup 4 : tinggi 5 : sangat tinggi C. Penentuan Urutan Alternatif Proyek Setelah dilakukan skoring terhadap masing-masing alternatif, maka dapat dilakukan penjumlahan dari skor tiap-tiap kriteria, kemudian dibandingkan dengan mengurutkan masing-masing alternatif dimulai dari total skor tertinggi sampai total skor terendah. Setelah melihat dari berbagai analisis yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa alternatif proyek yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah yang ada, sehingga Desa Gembongan dapat semakin berkembang dengan cepat dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya semakin meningkat. Proyek yang dapat dijadikan alternatif antara lain adalah: 1. Proyek penyuluhan penanggulangan hama penyakit tanaman pangan 2. Proyek perbaikan dan perawatan DAM Menturus 3. Proyek penyediaan alat angkut hasil panen ke pasar Berupa truk untuk kebutuhan pengangkutan hasil panen masyarakat desa, dimana satu truk dapat bermanfaatkan secara bersama-sama sesuai kebutuhan. 4. Proyek pembentukan organisasi kelompok tani 5. Proyek penyuluhan budidaya lele
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
VII-188
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Berupa tong sampah di setiap rumah tangga dan satu TPS untuk Desa Gembongan. 7. Proyek normalisasi saluran drainase 8. Proyek perbaikan dan pengaspalan jalan Berupa pengaspalan jalan di daerah permukiman yang masih berupa jalan tanah serta perbaikan jalan aspal yang rusak. 9. Proyek penyediaan lampu penerangan jalan Penyediaan lampu tersebar secara merata pada semua dusun di Desa Gembongan. 10. Proyek pelatihan kepemimpinan terhadap pemerintah desa Pelatihan kepemimpinan dalam upaya peningkatan kinerja perangkat desa
VII-189
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
2.
Peningkatan pendapatan
3.
4.
Ketersediaan SDA
5.
Pertimbangan Ekologi
6.
Sustainibility
7.
VII-190
No. 8.
Nilai 1 2 3 4 5
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
Kriteria Proyek tidak menyumbang apapun terhadap program strategis kabupaten/kodya Proyek menyumbang sedikit terhadap program strategis kabupaten/kodya Proyek cukup menyumbang terhadap program strategis kabupaten/kodya Proyek banyak menyumbang terhadap program strategis kabupaten/kodya Proyek sangat banyak menyumbang terhadap program strategis kabupaten/kodya
Proyek 1 B
X
2 B N
4 5 2 2 4 3 5
X
3 B N
4 4 2 1 3 1 1
X
4 B N
4 3 5 1 4 1 1
X
5 B N
3 4 5 2 3 1 2
X
6 B N
3 1 2 2 5 2 1
X
7 B N
3 1 2 2 5 2 1
X
8 B N
3 1 2 2 4 3 5
X
9 B N
2 1 2 1 4 1 1
X
10 N
3 1 2 1 4 1 2
N
45 75 75 20 75 50 30
N
60 75 30 20 60 30 50
N
60 60 30 10 45 10 10
N
60 15 75 10 60 10 10
N
45 60 75 20 45 10 20
N
45 15 30 20 75 20 10
N
45 15 30 20 75 20 10
N
45 15 30 20 60 30 50
N
30 15 30 10 60 10 10
B N
45 15 30 10 60 10 20
8.
50
50
20
20
30
20
20
50
20
20
420
375
245
300
305
235
235
300
175
210
VII-191
Keterangan:
STUDIO PERENCANAAN DESA 2011 DESA GEMBONGAN KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO
1. Proyek penyuluhan penanggulangan hama penyakit tanaman pangan 2. Proyek perbaikan dan perawatan DAM Menturus 3. Proyek penyediaan alat angkut hasil panen ke pasar 4. Proyek pembentukan organisasi kelompok tani 5. Proyek penyuluhan budidaya lele 6. Proyek penyediaan fasilitas persampahan 7. Proyek normalisasi saluran drainase 8. Proyek perbaikan dan pengaspalan jalan 9. Proyek penyediaan lampu penerangan jalan 10. Proyek pelatihan kepemimpinan terhadap pemerintah desa
Tabel 7. 76 Matriks Urutan Prioritas Proyek
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Proyek Proyek penyuluhan penanggulangan hama penyakit tanaman pangan Proyek perbaikan dan perawatan DAM Menturus Proyek penyediaan alat angkut hasil panen ke pasar Proyek pembentukan organisasi kelompok tani Proyek penyuluhan budidaya lele Proyek penyediaan fasilitas persampahan Proyek normalisasi saluran drainase Proyek perbaikan dan pengaspalan jalan Proyek penyediaan lampu penerangan Proyek pelatihan kepemimpinan terhadap pemerintah desa Sumber: Hasil Analisis (2011) Ranking I II VIII IV III VI VII V X IX
Berdasarkan hasil perhitungan analisis alternatif proyek, terdapat tiga dari 10 proyek dengan skor tertinggi yang akan direalisasikan untuk selanjutnya, yaitu proyek penyuluhan penanggulangan Penyakit tanaman pangan, proyek perbaikan dan perawatan DAM Menturus, serta proyek penyuluhan budidaya lele. Proyek-proyek tersebut berhubungan dengan pertanian dan petenakan Desa Gembongan, karena kedua sektor tersebut berpengaruh besar terhadap kemajuan Desa Gembongan.
VII-192