Anda di halaman 1dari 3

Tugas Kopkel Ke- 9 Manajemen dan Permodalan Koperasi Astri Sabrina Qhoirunisa (H34090065) _____________________________________________________________ NOMOR 4 a.

Sejauh mana sumber modal yang berasal dari dalam yakni dalam bentuk simpanan (wajib, sukarela, rutin) berperan dalam mengembangkan koperasi tersebut? Dari kasus di lapangan, anggota koperasi enggan membayar kewajiban mereka dalam bentuk simpanan. Mengapa itu bisa terjadi dan strategi apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam memenuhi kewajibannya ? uraikan ! b. Apakah selamanya sumber modal/dana dari luar koperasi itu buruk? Jelaskan! Ketika koperasi menggunakan dana dari luar, seberapa besar modal yang digunakan oleh koperasi tersebut, sehingga koperasi tetap dikategorikan koperasi yang baik dan sehat. JAWAB A. Sejauh mana sumber modal yang berasal dari dalam berperan dalam mengembangkan koperasi. Dari kasus di lapangan, anggota koperasi enggan membayar kewajiban mereka dalam bentuk simpanan, mengapa bisa terjadi dan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam memenuhi kewajiban. Sumber modal yang dibutuhkan oleh koperasi dalam pengembangan kegiatannya dapat berasal dari modal sendiri dan modal luar/pinjaman. Permodalan yang berasal dari modal sendiri dirumuskan sebagai modal yang menanggung resiko atau disebut modal equity, sama halnya seperti saham yang terdapat dalam organisasi perseroan terbatas. Dalam UU No.25 Tahun 1992, modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah. Menurut kelompok kami, sumber modal yang berasal dari dalam atau modal sendiri yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan rutin tersebut sangat berperan dalam berkembangnya suatu koperasi. Simpanan-simpanan yang diberikan oleh para anggota menjadi sumber permodalan yang kuat bagi koperasi itu sendiri yang dapat digunakan baik untuk keperluan operasional dari kegiatan yang dilakukan oleh koperasi, hingga untuk mengembangkan atau perluasan kegiatan perkoperasian yang dilakukan demi meningkatkan pelayanan kepada para anggota sebagai sumber modal. Modal yang diperoleh dari modal sendiri pada dasarnya dapat digunakan untuk membeli barang-barang modal seperti membayar kompensasi tempat usaha, mesin-mesin, alat-alat produksi dan lain-lain kebutuhan jangka panjang, juga untuk modal kerja dalam membiayai operasional koperasi dalam menjalankan usahanya. Peranan sumber modal sendiri sebagai salah satu sumber permodalan koperasi menjadi penting dalam pengembangan koperasi, karena dalam prakteknya, sebagai gambaran, simpanan pokok dan simpanan wajib dari para anggota dapat menjadi sumber permodalan yang kuat apabila koperasi memiliki banyak anggota. Semakin banyak anggota yang tergabung dalam koperasi, semakin besar simpanan pokok dan simpanan wajib yang masuk

ke dalam kas koperasi, sehingga semakin besar pula permodalan koperasi dari dalam yang dapat digunakan untuk menunjang kebutuhan dana dalam melakukan kegiatan usaha koperasi. Oleh karena itu, penting dalam berkoperasi untuk dapat melakukan strategi agar dapat meningkatkan jumlah anggota, di samping untuk memupuk permodalan sendiri atau permodalan dari dalam, juga demi memberikan rasa yakin pada anggota lama dan baru terhadap efektivitas koperasi dalam memenuhi kewajibannya. Dari kasus di lapangan, banyak ditemui kasus anggota koperasi enggan membayar kewajiban mereka dalam bentuk simpanan. Hal itu bisa terjadi, karena adanya rasa ketidakyakinan dari para anggota terhadap efektivitas koperasi dalam memenuhi kewajibannya. Selain itu dapat pula disebabkan karena anggota tidak merasakan adanya manfaat dan keadilan dalam pelaksanaan proses pelayanan koperasi kepada mereka, sehingga untuk ikut serta dalam membayar simpanan pun mereka enggan, bahkan meninggalkan koperasi dengan alasan mencari tempat yang memberikan pelayanan dan kebutuhan yang lebih baik dan lebih lengkap. Pelayanan yang dapat diterima oleh anggota koperasi sebagai salah satu hak mereka dapat berupa pelayanan sosial serta peningkatan kesejahteraan yang diukur dari peningkatan pendapatan dan akses terhadap kebutuhan hidup yang lebih murah dibandingkan apabila tidak menjadi anggota koperasi. Apabila benefit tersebut tidak dirasakan oleh anggotanya, atau dengan kata lain koperasi tidak bisa memberikan pelayanan yang optimal kepada para anggota, maka keengganan anggota untuk ikut serta membayar kewajiban dalam bentuk simpanan sebagai kesadaran mereka dalam berkoperasi pun sulit dicapai. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam memenuhi kewajibannya dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut. Pertama, perlu adanya penanaman kesadaran kepada para anggota koperasi bahwa setiap anggota harus tahu persis apa usaha dan kebutuhan yang akan dikembangkan dan dipenuhi oleh koperasinya, dan apa tujuan pembentukan tersebut. Para anggota harus memiliki keyakinan bahwa koperasinya akan mampu meningkatkan kesejahteraan seluruh anggotanya dan menganggap sebagai kebutuhan bersama. Kedua, koperasi harus mampu meningkatkan kepercayaan yang telah terbentuk dari para anggotanya dengan mewujudkan kegiatan koperasi yang memberikan manfaat ril dalam memperbaiki kehidupan anggotanya, sehingga anggota merasa puas menjadi anggota koperasi karena adanya manfaat yang dirasakan dibandingkan apabila tidak bergabung menjadi anggota. Dengan adanya sinkronisasi antara kepercayaan anggota dengan manfaat yang diberikan oleh koperasi, disertai dengan adanya manajemen yang baik dalam koperasi sehingga partisipasi anggota dapat meningkat dan dapat mengembangkan koperasi secara umum.

B. Apakah selamanya sumber modal/dana dari luar koperasi itu buruk? Ketika koperasi menggunakan dana dari luar, seberapa besar modal yang digunakan oleh koperasi tersebut, sehingga koperasi tetap dikategorikan koperasi yang baik dan sehat Penggunaan sumber modal/dana dari luar koperasi tidak selamanya buruk, karena menurut kelompok kami, selama penggunaan modal dari luar tersebut dapat diorganisir dengan baik, misalnya dibuat perjanjian yang jelas dan tertulis dengan waktu pengembalian yang teratur, serta dapat menjadi

penopang dana dalam mewujudkan pengembangan koperasi agar menjadi lebih baik dalam melayani kebutuhan anggotanya, maka sah-sah saja. Sebagai contoh pada Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya. Modal koperasi ini berasal dari modal sendiri (simpanan anggota) dan modal luar. Modal luar berasal dari beberapa bank yang menjadi mitra dari koperasi antara lain Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank Putra dan Bank Muamalat Indonesia. Adanya pinjaman dari pihak luar tersebut, seperti yang diinformasikan dalam website Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya, berkaitan dengan sistem plafon yang diterapkan untuk anggota yang pinjam, artinya anggota mempunyai hak pinjam sebesar 4 kali simpanan wajibnya. Selain itu meskipun koperasi wanita tersebut pada tahun 2002 memperoleh 55% sumber permodalan dari luar, namun volume usaha mencapai Rp 59 Milyar yang berarti omset rata-rata perbulan sebesar Rp 4,9 milyar. Dari contoh tersebut menjadi bukti bahwa permodalan dari luar pun bukan hal yang buruk, apabila disertai dengan adanya kemampuan perkembangan koperasi yang jelas terlihat dan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Ketika koperasi menggunakan dana dari luar, besar modal yang digunakan oleh koperasi tersebut, harus seimbang dalam hal struktur modal. Seperti yang dijelaskan dalam salah satu koridor koperasi, dimana koperasi harus mampu membangun modal sendiri yang seimbang antara modal yang bersumber dari anggota dan modal yang berasal dari non-anggota. Keterlibatan anggota dalam membangun permodalan harus ditingkatkan sehingga tingkat ketergantungan koperasi terhadap modal luar dapat dikurangi. Adapun proporsi penggunaan modal luar oleh koperasi sebaiknya lebih kecil daripada modal sendiri, sehingga koperasi tetap dikategorikan koperasi yang baik dan sehat. DAFTAR PUSTAKA Baga, Lukman M dkk. 2009. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. Bogor: Departemen Agribisnis FEM IPB http://www.setiabhaktiwanita.com

Anda mungkin juga menyukai