Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri. Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh mahluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga bagian dari seluruh permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang merupakan air manfaat yang dapat dipergunakan sebagai air bersih, untuk menjadi air bersih / air minum harus mengalami suatu Teknologi. Teknologi yang diterapkan mulai dari pengambilan air baku, pengolahan air untuk menjadi air bersih yang sangat tergantung kualitas sumber air baku, kemudian melaui system distribusi melalui perpipaan ke area pelayanan. Pengolahan Air dilakukan pada air baku yang pada hakekatnya tidak memenuhi standar kualitas air minum/bersih yang berlaku, sehingga unsur-unsur yang tidak memenuhi standar perlu dihilangkan ataupun dikurangi, agar seluruh air memenuhi standar yang berlaku. Hal ini dilaksanakan dengan pengolahan air. Teknologi untuk pengolahan air yang sangat tergantung dari sumber air baku dengan kualitas air yang bermacam-macam untuk dapat diolah. Pusat-pusat pengolahan air perkotaan atau municipal water treatment dengan skala besar mengolah air dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coagulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar lalu me- ngendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih dipisahkan untuk digunakan keperluan seharihari. Namun demikian, zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil. Andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat setempat. Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah penggunaan koagulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama 1

mempelajari potensi penggunaan berbagai koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan besar.Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji tanaman Moringa oleifera. Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar ke mana-mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan daun yang kecil-kecil. 1.2 Permasalah 1. Tumbuhan kelor susah untuk ditemukan. 2. Air tidak bisa dialirkan secara teratur, karena air dalam jumlah tertentu harus diendapkan dulu dan disaring melalui bak penyaringan. 3. Bahan penyaring harus sering diganti. 4. Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya. 5. Penjernihan dengan cara ini hanya untuk skala kecil. 6. Air harus dimasak lebih dahulu sebelum diminum. 1.3 Tujuan Memanfaatkan air yang tercemar limbah supaya dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. 1.4 Manfaat 1. Caranya sangat mudah. 2. Tidak memerlukan biaya yang besar. 3. Tidak berbahaya bagi kesehatan. 4. Dapat menjernihkan air lumpur, maupun air keruh (keputih-putihan, kekuningkuningan atau ke abu-abuan). 5. Kualitas air lebih baik : a. Kuman berkurang. b. Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang. c. Air lebih cepat mendidih.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Penjernihan Air Penjernihan adalah pembersihan terhadap kuman yang ada di air. Penjernihan air adalah proses pengolahan air kotor menjadi air bersih dan sehat. 2.2 Air Air adalah cairan yang tidak begitu kental dan lengket. Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh mahluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga bagian dari seluruh permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang merupakan air manfaat yang dapat dipergunakan sebagai air bersih, untuk menjadi air bersih / air minum harus mengalami suatu Teknologi. 2.3 Biji Kelor Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor). Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman drumstick karena bentuk polong buahnya yang memanjang meskipun ada juga yang menyebut sebagai horseradish karena rasa akarnya menyerupai radish. Kelor (moringa oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan keras serta

berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Budidaya tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang panjang.

BAB III METODE 3.1 Alat

Toples Besar

Kran

Pengaduk

Pisau

3.2 Bahan
Ijuk

Biji Kelor

Arang

Kerikil

Air Kotor

Pasir

3.3 Langkah Kerja 1. Sediakan sebuah ember atau jerigen dengan daya tampung 10 liter air sebagai tempat penampungan. 2. Buat tempat penyaringan dari ember atau jerigen. Beri kran pada ketinggian 5 cm dari dasar bak penyaringan. Isi dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, batu kerikil dan batu-batu dengan garis tengah 2-3 cm. 3. Kupas biji kelor dan bersihkan kulitnya. 4. Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk sampai halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang sempurnanya proses penggumpalan. 5. Campur tumbukkan biji kelor dengan air keruh dengan perbandingan 1 biji : 1 lt air keruh. 6. Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai berbentuk pasta. Masukkan pasta biji kelor ke dalam air kemudian diaduk. 7. Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/menit. 8. Kemudian aduk lagi secara perlahan dan beraturan selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit. 9. Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 1-2 jam. Makin lama waktu pengendapan makin jernih air yang diperoleh. 10. Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak naik lagi. 11. Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat dibuka, sehingga endapan dapat dikeluarkan bersama-sama dengan air kotor.

Biji kelor Pembuangan kulit biji Biji kelor Penumbukan

Biji kelor halus Pencampuran dengan air

Air keruh

Pasta biji kelor

50-60 putaran/menit, selama 30 detik; 15-20 putaran/menit selama 5 menit Pencampuran dengan air Air yang diproses Pencampuran dan pengadukan 1-2 jam

Air jernih

Gambar Diagram Proses

Gambar proses penjernihan air

3.4 Jadwal Pelaksanaan Hari / Tanggal Tempat Waktu : Sabtu, 23 April 2011. : CIKUTRA BARAT No.19 : Pukul 08.00-11.00 WIB

3.5 Rincian Biaya 1. 2. 3. 4. 5. Toples Rp. 12.500,00 x 2 Kran Rp. 7.500,00 x 2 Pasir Rp. 2.500,00 Kerikil Rp. 2.500,00 Pembuatan poster Jumlah : Rp. 25.000,00 : Rp. 15.000,00 : Rp. 2.500,00 : Rp. 2.500,00 : Rp. 19.000,00 : Rp. 64.000,00

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini akan diulas tentang kesimpulan yang berisi hasil - hasil yang diperoleh setelah dilakukan praktikum dan saran - saran yang akan memberikan catatan penting dan kemungkinan perbaikan yang perlu dilakukan untuk penelitian selanjutnya. Setelah melakukan praktikum penjernihan air dengan biji kelor, maka kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 4.1 Kesimpulan 1. Caranya sangat mudah. 2. Tidak memerlukan biaya yang besar. 3. Tidak berbahaya bagi kesehatan. 4. Dapat menjernihkan air lumpur, maupun air keruh (keputih-putihan, kekuningkuningan atau ke abu-abuan). 5. Kualitas air lebih baik. 4.2 Saran Adapun saran terhadap penjernihan air dengan biji kelor ini adalah sebagai berikut : 1. 2. Harus ada pemeliharaan terhadap saringan dengan baik. Untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat mengembangkan penjernihan air dengan lebih baik dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

http://lianaindonesia.wordpress.com/2006/08/11/3 http:www.warintek.ristek.go.id/air_sanitasi/penjernihan_air_biji_kelor.pdf http://sahabatlingkungan.multiply.com/journal/item/20 http://chemitex.blogspot.com/2009/04penjernihan-air-dengan-biji-kelor.html http://www.iptek.net.id/ind/warintek/%Fmnu%3D6% http://www.lintasberita.com/Teknologi/komputer/teknologi_tepat_guna_penjernihan_air_den gan_bijikelor

10

Anda mungkin juga menyukai