Anda di halaman 1dari 26

KATARAK

BAB I PENDAHULUAN

Katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan di dunia, yaitu sekitar 18 juta orang. Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (senile). Prevalensi katarak senilis meningkat sesuai usia. Di Indonesia, pada tahun 2000 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut sebanyak 15.3 juta jiwa dan 22% diantaranya menjalani operasi katarak dibawah usia 55 tahun. Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut dan masalah gizi masyarakat. Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa, dimana pada keadaan normal transparan. Kata katarak berasal dari bahasa Yunani, katarraktes yang berarti air terjun karena dulu dianggap bahwa katarak adalah cairan beku atau kental dari otak yang mengalir di depan lensa. Penderita katarak akan merasakan berbagai gejala seperti melihat hanya nuansa abu-abu, gangguan penglihatan, penglihatan kabur, distorsi, silau, diplopia, dan perubahan persepsi warna dan gejala-gejala tersebut akan bervariasi sesuai dengan jenis spesifik dari katarak.

Page | 1

KATARAK

BAB II ISI Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar kornea transparan tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid, sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf. Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan gambar. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal atau impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein, protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Katarak adalah terjadi kekeruhan pada lensa akibat hidrasi cairan dan denaturasi protein. Penyebab kekeruhan lensa ini bisa primer: gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa. Sekunder: akibat tindakan pembedahan lensa dan komplikasi penyakit lokal maupun umum. Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak antara lain: degeneratif, pemakaian obat kortikosteroid dalam jangka panjang, berbagai penyakit peradangan dan metabolik (DM, galaktosemi, distrofi miotonik), faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet).

Page | 2

KATARAK

DEFINISI

Katarak adalah suatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata sehingga terjadi penurunan kualitas penglihatan. Katarak berasal dari bahasa yunani (katarrhakies) dan bahasa latin (cataracta) yang berarti air terjun. Saat air mengalir dengan cepat (turbulensi), saat itu air dapat berubah dari jernih menjadi keruh atau berawan. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak pada umumnya menyerang kedua mata, namun salah satu mata dapat mengalami percepatan dibanding yang lainnya. Katarak merupakan penyebab utama (52%) kebutaan. Beberapa gejala umum katarak adalah pandangan yang kabur dan tidak dapat dikoreksi dengan lensa, warna-warna tampak kusam, kesulitan melihat di tempat terang, dan kesulitan membaca atau mengemudi di malam hari. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. ANATOMI LENSA

Gambar 1. Anatomi mata

Page | 3

KATARAK

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa. FISIOLOGIS LENSA Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

METABOLISME LENSA NORMAL Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa
Page | 4

KATARAK
lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

KLASIFIKASI KATARAK Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam : -Katarak kongenital, katarak yang sudah didapat sejak lahir -Katarak infantil, katarak yang terlihat pada usia di bawah satu tahun. -Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia satu tahun. -Katarak presenilis, katarak yang terjadi sebelum usia 50 tahun -Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun. Berdasarkan perkembangannya katarak dibagi atas 4 stadium yaitu : 1. Katarak Insipien 2. Katarak Immatur 3. Katarak Matur 4. Katarak Hipermatur Gambar 2. Katarak senilis

Page | 5

KATARAK
1. Stadium insipien Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.

2. Stadium imatur Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

3. Stadium matur Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur. Gambar 3. Katarak Matur

Page | 6

KATARAK
4. Stadium hipermatur Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa.Keadaan ini disebut katarak Morgagni. Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi, pada umumnya terjadi pada stadium II.

Gambar 4. Penglihatan pasien katarak

Page | 7

KATARAK
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak Insipien Kekeruhan Cairan lensa Ringan Normal Imatur Sebagian Bertambah (masuk) Matur Seluruh Normal Hipermatur Masif Berkurang (air+masa lensa keluar) Iris Bilik mata depan Sudut bilik mata Shadow test Penyulit Negatif Positif Glaukoma Negatif Pseudopos Uveitis + glaukoma Normal Sempit Normal Terbuka Normal Normal Terdorong Dangkal Normal Normal Tremulans Dalam

Berdasarkan Lens Opacities Classification System III (LOCS III), ada 4 hal yang perlu dinilai yaitu : 1. Opasitas nukleus 2. Warna Nukleus 3. Katarak Kortikal 4. Subkapsular Posterior

1. Katarak Nuklear Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitamhitaman . Keadaan ini disebut katarak Brunesen atau Nigra.

Page | 8

KATARAK
2. Katarak Kortikal Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.

3. Katarak Kupuliform Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear. Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.

Perubahan lensa pada usia lanjut adalah : a. Kapsul Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular

b. Epitel Makin tipis, sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

c. Serat lensa Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal.

d. Korteks Tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi dan sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Selain itu terdapat jenis katarak lain :

i.

Katarak rubella

Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil

Page | 9

KATARAK
ii. Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa. Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.

iii.

Katarak Komplikata

Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi. Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu menjadi katarak lamelar.

iv.

Katarak Diabetik

Akibat tidak terkontrolnya gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga mempercepat terjadinya katarak. Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan. Sebetulnya hal ini terjadi pada kapsula posterior. Seluruh dunia lebih dari 285 juta orang terkena dampak diabetes mellitus. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 439 juta pada 2030 menurut Diabetes Internasional Federasi. Sebuah komplikasi yang sering dari kedua tipe 1 dan tipe 2 diabetes retinopati diabetes, yang dianggap penyebab kelima kebutaan di Amerika Serikat. Pada 95% penderita diabetes tipe 1 dan 60% tipe 2 penderita diabetes dengan durasi penyakit lebih dari 20 tahun, tanda-tanda retinopati diabetes terjadi.

v.

Katarak Sekunder

Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi).

vi.

Katarak Traumatika

Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, arus listrik, panas dan dingin).

Page | 10

KATARAK
ETIOLOGI Katarak umumnya merupakan penyakit degenerasi pada usia lanjut .

I . Proses pada nukleus Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong kearah tengah, maka serabutserabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus) mengalami dehidrasi, penimbunan ion calcium dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada kasus ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Gambar 5. Lensa Katarak

II. Proses pada korteks Timbulnya celah-celah antara serabut-serabut lensa yang berisi air dan penimbunan calcium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak menjadi lebih miop. PATOFISIOLOGI

Katarak terjadi melalui dua proses, yaitu :

1. Penumpukan protein di lensa mata

Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan penglihatan. Pada proses selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.
Page | 11

KATARAK

2. Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina.

FAKTOR RESIKO

Penderita diabetes melitus Penggunaan beberapa jenis obat dalam jangka panjang. Kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E. Paparan / radiasi sinar ultraviolet. Penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol; seperti obat-obat golongan statin dan squalene synthase inhibitor dapat meningkatkan risiko terjadinya kekeruhan lensa mata (katarak). Squalene merupakan enzim yang terdapat dalam tubuh dan berperan dalam metabolisme kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzim squalene synthase akibat penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu terjadinya katarak. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan penambahan asupan squalene untuk mencegah terjadinya katarak pada penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol.

GEJALA KLINIS 1. Penglihatan kabur dan berkabut 2. Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata 3. Seperti ada titik gelap di depan mata 4. Penglihatan ganda
Page | 12

KATARAK
5. Sukar melihat benda yang menyilaukan 6. Halo, warna disekitar sumber sinar 7. Warna manik mata berubah atau putih 8. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari 9. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang 10. Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari 11. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah 12. Sering berganti kaca mata 13. Penglihatan menguning 14. Untuk sementara jelas melihat dekat

Gambar 6. Gejala katarak pengelihatan kabur

Page | 13

KATARAK
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA Anamnesa: Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti: Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film Perubahan daya lihat warna Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata Lampu dan matahari sangat mengganggu Sering meminta ganti resep kaca mata Lihat ganda Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia) Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

Pemeriksaan klinis: Pemeriksaan tajam penglihatan dengan Snellen Chart. Tajam penglihatan biasanya akan sangat berkurang. Tes Pinhole : tidak membaik menandakan ada kelainan media refraksi atau kekeruhan lensa Tes Slitlamp : mikroskop khusus untuk menilai struktur mata. Untuk menilai lensa diberikan midriatikum untuk melebarkan pupil.

Page | 14

KATARAK
Shadow Test : Diketahui semakin sedikit lensa keruh semakin besar bayangan iris pada lensa yang keruh. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris dan lihat bayangan iris pada lensa yang keruh. Bila letak bayangan jauh dan besar berarti katarak imatur sedang bila bayangan kecil dan dekat pupil berarti lensa katarak matur. Tes Funduskopi : refleks fundus negative karena lensa keruh Tonometri: komplikasi glaukoma. Menilai TIO

Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tapi dapat juga struktur okular lain ( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan). 1. Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati 2. Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil 3. Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur Kelainan Laboratorium : Tes pengukuran glukosa darah DM atau hiperglikemia akan menyebabkan penimbunan sorbital dan fruktosa didalam lensa. Dilakukan untuk pre pembedahan katarak : pemeriksaan darah rutin ( Hb, leukosit, gula darah) dan clotting & bleeding time.

Pemeriksaan penunjang : USG Pada pasien katarak media penglihatan yaitu lensa keruh membuat pemeriksa sukar untuk mengevaluasi bagian dalam bola mata. Antara kelainan yang mungkin dijumpakan
Page | 15

KATARAK
adalah pendarahan, peradangan, ablasi retina, kelainan kongenital ataupun tumor intraokular. Operasi katarak memerlukan pengukuran panjang sumbu bola mata untuk menetapkan ukuran kekuatan lensa intraokuler. PENATALAKSANAAN Non Bedah Untuk katarak yang masih ringan dengan harapan proses pengeruhan dapat dihentikan atau diperlambat diberikan pengobatan medikamentosa. Obat yang dikenal dipasaran Catalin, Quinax, Catarlen. Yang harus diteteskan 5 kali sehari satu tetes terus menerus. Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.

Bedah Indikasi Ektraksi Katarak Indikasi Klinis Apabila katarak menimbulkan penyulit uveitis atau glaukoma meskipun visus masih baik untuk bekerja. Dilakukan operasi setelah keadaan menjadi tenang. Indikasi Visuil a) Katarak monokuler Apabila sudah masuk stadium matur. Apabila visus pasca bedah sebelum dikoreksi lebih baik dari pada sebelum operasi.

b) Katarak Binokuler Apabila sudah masuk stadium matur.


Page | 16

KATARAK
Bila visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi bersamaan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis, glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.

Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan isi kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior.

a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.

b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadi katarak sekunder. Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular
Page | 17

KATARAK
dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

c. Fakoemulsifikasi

Merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi 3 mm. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan hanya perlu membuat luka irisan sekitar 1,8 2,75 milimeter saja. Dengan alat ini lensa dipecah dalam beberapa bagian selanjutnya dihisap. Kemudian diteruskan dengan pemasangan lensa tanam lipat (Foldable Intra Oculer Lens). Keuntungan dari teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko infeksi kecil, tanpa jahitan, penyembuhan lebih cepat dan rehabilitasi visus/penglihatan lebih cepat sehingga pasien lebih puas. Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan katarak operasi dapat dilakukan tanpa menunggu matang.

Gambar 7. Operasi Fakoemulsifikasi Tehnik operasi ini menggunakan suatu alat yang disebut tip yang dikendalikam secara ultrasonik untuk memecahkan nukleus dan mengaspirasi lensa sehingga berbeda dengan EKEK konvensional. Pada fakoemulsifikasi luka akibat operasi lebih ringan sehingga penyembuhan
Page | 18

KATARAK
luka juga berlangsung lebih cepat disamping perbaikan penglihatan juga lebih baik. Astigmat pasca bedah katarak bisa diabaikan. Pemilihan tehnik operasi ini tergantung keras/ lunaknya lensa. Setelah lensa katarak diambil penderita hanya mempunyai tajam penglihatan 1/60. Penggantian lensa ada dua cara yaitu : Penderita setelah operasi diberi kaca mata atau lensa kontak S + 10 dioptri supaya dapat melihat jauh. Untuk penglihatan dekatnya harus ditambah dengan S + 3 doptri. Jika keadaan refraksi penderita sebelumya miopia harus dikurangi dengan derajat miopianya, pada hipermetropia ditambah. Penderita dipasang lensa tanam bersamaan waktu dilakukan operasi, keuntungannya adalah penderita langsung dapat melihat jelas, tidak perlu memakai kaca mata sangat tebal, lapang pandang penderita tetap luas dan distorsi sinar dapat dihilangkan. d. Small Incision Cataract Surgery ( SICS ) Perbedaan yang nyata dengan EKEK adalah pada irisan operasi dilakukan dengan irisan kecil sehingga terkadang hampir tidak membutuhkan jahitan luka insisi. Penyembuhan lebih cepat dan risiko astigmatisma yang lebih kecil.

PROGNOSIS Baik dengan tindakan bedah. Dimana pada operasi dapat memperbaiki ketajaman penglihatan pada >90% kasus. Sisanya 10% mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infeksi yang menghambat pemulihan visual. Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak

Page | 19

KATARAK
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.

KOMPLIKASI

Bila katarak tidak segera ditangani dan dibiarkan maka jelas akan mengganggu kemampuan melihat dan kemungkinan juga dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma dan uveitis. Dari katarak matur tidak di operasi bisa menjadi katarak hipermatur kemudian berubah kepada Morgagnian. Akhirnya massa lensa keluar dan terjadilah uveitis. Pada katarak hipermatur juga bisa terjadi luksasi / subluksasi lensa dan akhirnya vitreus lensa menutup pupil dan terjadilah glaukoma sekunder.

Pada perjalanan katarak dapat terjadi penyulit. Yang tersering adalah glaukoma yang terjadi karena :

Fakotopik Berdasarkan kedudukan lensa. Oleh karena proses intumesensi, iris terdorong kedepan, sudut COA dangkal, aliran COA tidak lancar sedangkan produksi terus berlangsung sehingga tekanan intra okular meninggi dan menimbulkan glaukoma.

Fakolitik Lensa yang keruh jika kapsulnya rusak substansi lensa yang keluar akan diresorpsi oleh serbukan fagosit atau makrofag yang banyak di COA, serbukan ini sedemikian banyaknya sehingga menyumbat sudut COA dan menyebabkan glaukoma.

Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena substansi lensa sendiri yang menumpuk disudut COA terutama bagian kapsul lensa dan menyebabkan exflolation glaucoma.

Page | 20

KATARAK
Fakotoksik - Substansi lensa di COA merupakan zat toksik bagi mata sehingga terjadi reaksi alergi dan timbullah uveitis. Uveitis ini dapat menyebabkan glaukoma. A. Dapat Timbul Waktu Melakukan Operasi Katarak : Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan risiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrumen yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (vitrektomi). Pemasangan lensa intraokular sesegera mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi ini. Pendarahan, dapat terjadi pada waktu melakukan insisi kornea. Prolaps iris, dapat terjadi pada waktu memasukkan keratome sehingga iris tidak dimasukkan lagi. Prolaps corpus ciliar, akibatnya iris tertarik keatas, sehingga hilang tidak terlihat. Hifema, perdarahan bisa terjadi dari insisi korneo-sklera, korpus siliaris atau vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari insisi, harus dilakukan kauterisasi. Irigasi dengan BBS dilakukan sebelum ekstraksi lensa. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis dan iridosiklitis. B. Dapat Timbul Setelah Operasi Katarak : Pada hari pertama dapat timbul peradangan yang dapat di obati dengan anti biotik. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pascaoperasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan. COA menjadi dangkal. Jika dibiarkan pada hari ke 4 dan 5 dapat menyebabkan COA dangkal sehingga timbul ablasi retina.

Page | 21

KATARAK
Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi (kurang dari 0,3%). Pasien datang dengan: a) mata merah yang terasa nyeri: b) penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah pembedahan; c) pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion). Pasien membutuhkan penilaian mata segera, pengambilan sampel akueous dan vitreous untuk analisis mikrobiologi, dan terapi dengan antibiotik intravitreal, topikal, dan sistemik. Astigmatisnne pascaoperasi

Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan pengekuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan mudah di klinik dengan anestesi lokal, dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun rnungkin diperlukan penjahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil rnenghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisme yang telah ada sebelurnnya. Edema makular sistoid

Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bile disertai hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat. Opasifikasi kapsul posterior

Komplikasi bedah katarak paling umum terjadi pada prosedur fakoemulsifikasi adalah selubung lensa yang berkabut atau kapsul lensa yang tertinggal di mata tempat diletakkannya lensa intraokular. Kapsul yang tertinggal akan secara progresif menjadi berkabut sekitar dua tahun kemudian. Ini akan menyebabkan penurunan penglihatan, sama seperti mendapatkan katarak

Page | 22

KATARAK
lagi. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser (neodymium yttrium (ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Jika jahitan nilon dada tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan jahitan. Komplikasi sementara dari bedah katarak yang paling umum terjadi adalah:

Mata terasa gatal dan lengket serta pandang kabur setelah prosedur bedah katarak, Kemerahan di bagian putih dari mata disertai dengan rasa kasar yang gatal, Beberapa diantaranya akan mengalami rasa sakit pada mata, namun ini biasanya akan menghilang setelah satu atau dua minggu kemudian,

Sakit pada kelopak mata atau mata.

Komplikasi bedah katarak yang umum terjadi: Pelepasan retina (Retinal detachment) Komplikasi bedah katarak jenis ini merupakan suatu kondisi di mana cairan meresap melalui suatu retakan di retina, yang menyebabkan retina terlepas dari belakang mata. Perdarahan koroidal (Choroidal Hemorrhage) Perdarahan koroidal adalah ketika jaringan pembuluh darah kecil (disebut choroid/koroid" yang menyuplai darah ke retina mengalami perdarahan selama dilakukannya prosedur bedah. Biasanya terjadi pada pasien tua dan pasien yang memiliki glaukoma.

Page | 23

KATARAK
PENCEGAHAN Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan: Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayuR. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

Page | 24

KATARAK

BAB III KESIMPULAN

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut, kongenital, penyakit mata (glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, penyakit intraokular lain), bahan toksis khusus (kimia dan fisik), keracunan obat(eserin, kotikosteroid, ergot, asetilkolinesterase topikal), kelainan sistemik atau metabolik (DM, galaktosemi, distrofi miotonik), genetik dan gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin. Faktor resiko dari katarak antara lain DM, riwayat keluarga dengan katarak, penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu, pembedahan mata, pemakaian kortikosteroid, terpajan sinar UV dan merokok.

Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar.

Page | 25

KATARAK

DAFTAR PUSTAKA

1. IIyas, Sidarta. H. Prof. dr. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. Hal : 200-211. 2. Voughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika. Jakarta. 2000. Hal : 175-81. 3. Prof. Suhardjo, Dr. Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2007. Hal : 85 102. 4. National Eye Institute. Cataract : What you should know. U.S. Department of Health and Human Services : National Institute of Health; 2003.p.1-6. 5. Pusat Informasi Penyakit. Medicastore. Katarak. 2011. Diunduh dari

http://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html 6. Wordpress. Razi Maulana. Katarak Senilis. Maret 2011. Diunduh dari

http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/ 7. Artikel Mata. Atasi Katarak dengan Operasi Fakoemulsifikasi. 2011. Diunduh dari http://www.jalancahaya.org/atasi-katarak-dengan-teknik-operasi-fakoemulsifikasi.html 8. Nana Widjaya : Ilmu Penyakit Mata, Cetakan Kelima, Edisi Keempat, Abadi Tegal, Jakarta, 1990, Hal 202-209.

Page | 26

Anda mungkin juga menyukai