Anda di halaman 1dari 22

1.

2 Permasalahan Makan pagi mempunyai peranan penting terutama bagi anak di usia 6-12 tahun yaitu untuk pemenuhan gizi pada saat pagi hari dimana anak-anak diusia tersebut masih dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental, selain itu juga mempunyai aktivitas yang sangat padat. Apabila anak-anak terbiasa makan pagi maka akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak, terutama daya ingat anak sehingga dapat mendukung prestasi belajar anak kearah yang lebih baik. Permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah tidak semua anak terbiasa makan pagi sehingga timbul pertanyaan apakah ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar anak SD kelas V Sekolah Dasar Negeri Citarum 01-02-03-04 Semarang Tahun 2005? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang ada tidaknya hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar pada anak kelas V Di Sekolah Dasar Negeri Citarum 01-02-03-04 Semarang 2005. 1.4 Penegasan Istilah Untuk mengatasi masalah dan menghindari kemungkinan salah tafsir maka perlu ditegaskan istilah istilah dalam skripsi ini. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan untuk mendapat penjelasan adalah sebagai berikut : 1) Kebiasaan

Kebiasaan adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan secara rutin, sudah lazim dilakukan sehari-hari atau waktu (Suharto & Tata iryanto, 1989: 26). 2) Makan pagi Makan pagi adalah sejumlah makanan yang dikonsumsi seseorang pada pagi hari (waktu mulai matahari terbit sampai kira-kira pukul 05.00-07.00) (Ahmadi, 1993: 152). Jadi kebiasaan anak untuk makan pagi di mulai dari pukul 05.00 sampai pukul 07.00. dimana mencakup frekuensi makan pagi, rata-rata kandungan enenrgi dan protein dalam makan pagi selama satu minggu. 3) Prestasi belajar Prestasi belajar adalah kemampuan dan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran (Suharto& Tata Iryanto, 1989:168). Data prestasi belajar akan di ambil dari daftar nilai tes pertengahan semester pertama dalam tahun 2005. 1.5 Kegunaan Hasil Penelitian 1) Bagi pihak Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khususnya kepada pihak sekolah yang ditujukan pada pengajar dibidang penjaskes agar memberi pengetahuan mengenai peningkatan gizi yang baik. 2) Bagi mahasiswa Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dan mengaplikasikan ilmu di bangku kuliah dengan penelitian yang dilakukan di sekolah tersebut

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Belajar Pengertian Belajar menurut bukunya Abu Ahmadi, 1993:93, mengemukakan beberapa definisi tentang belajar tetapi dalam proposal ini hanya akan dikemukakan tiga diantaranya adalah: 1) Menurut Pendapat Tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Disini yang dipentingkan pendidikan intelektual. Kepada anak anak diberikan bermacam-macam mata pelajaran untuk menambah pengetahuan yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal. 2) Ahli pendidikan modern merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut : belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, maka timbullah pengertian baru. 3) Ernest R. Hilgrad dalam bukunya Theories of Learning memberikan definisi Sebagai berikut: Learningis the process by which an activity originates or is changed through training prosedures ( whether is the laboratory or in the natural environment ) as distinguished from changes by faktors not attribut to training. Definisi ini menggambarkan bahwa

seseorang yang belajar kelakuannya akan berubah daripada sebelum itu. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Misal: Perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah hasil dari belajar. Dari definisi diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan yang terjadi itu merupakan akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan di luar individu. Proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis. Kecuali bila seseorang telah berhasil dalam belajar, maka seseorang itu telah mengalami proses tertentu dalam belajar. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya ( Syaiful Djamarah, 2002: 141). Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan atau pandangan yang menghasilkan sikap atau tingkah laku pada

waktu seseorang menghadapi suatu keadaan tertentu. Perubahan tingkah laku ini tidak berdasarkan naluri atai bersifat sementara, tetapi perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena dia telah belajar sesuatu yang baru., jenis-jenis belajar ada 2 macam yaitu : 1) Belajar terpimpin, dimana ada seseorang yang membimbingnya (dalam suatu lembaga pendidikan atau on the job). 2) Belajar dari pengalaman dimana seseorang secara kebetulan belajar dari sesuatu yang dia alami dan dia jumpai dalam hidupnya (Suhardjo, 2003:83). Proses belajar terdiri dari taraf-taraf yang antara lain adalah mengingat dimana apabila seseorang peserta didik sudah mengerti sesuatu dengan sesungguhnya, maka menjadi mudahlah baginya untuk mengingatingat pengertian-pengertian tersebut. Mengingat-ingat juga merupakan suatu proses yang terdiri dari mencamkan, menyimpan dan mereproduksi. 2.1.2 Prinsip-prinsip Belajar Pengajar dan ahli psikologi tidak sependapat tentang hakekat belajar secara eksak, namun terdapat prinsip-prinsip belajar tertentu yang telah disetujui oleh ahli pendidikan pada umumnya. Eurich (dalam Djamarah dan Zein, 1996:11 ) dari Ford Foundation telah menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1) Hal apapun yang telah dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajari sendiri, tidak seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar untuknya. 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatan) sendiri, dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3) Setiap murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberi penguatan (reinforcement)

4) Penguatan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.

Bagi anak usia sekolah antara 6-12 tahun masih dalam usia pertumbuhan fisik dan mental yang mempunyai kesibukan dipagi hari misalnya, harus berangkat pagi-pagi sekali dan pulang tengah hari atau sore hari, masih ditambah kegiatan ekstra dan sesampainya di rumah harus menyiapkan tugas-tugas, dimana agar dalam pertumbuhan, perkembangan fisik dan mental normal, serta stamina anak itu tetap fit selama mengikuti kegiatan tersebut dan memperoleh prestasi belajar yang baik maka sarana dan prasarana utamanya adalah dengan mencukupi kebutuhan pangan dan gizi yang seimbang dan berkualitas yaitu dengan pengaturan makanan yang baik salah satunya adalah membiasakan anak untuk makan pagi, tetapi kenyataanya ada saja alasan yang membiasakan anak untuk tidak makan pagi, misalnya, ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk makan pagi (Sintha, 2001:77). Anjuran makanan sehari untuk anak sekolah dalam hal ini untuk anak sekolah kelompok umur 10 sampai 12 tahun terdiri dari : 1) 1 piring nasi atau padanannya 1 piring sama dengan 200 gr, 2) 3 potong lauk nabati atau padanannya 1 potong sama dengan 50 gr,

3) 1,5 porsi sayur atau padanannya 1 porsi sama dengan 100 gr tanpa kuah 4) 2 potong buah atau padanannya sama dengan 100 gr buah matang. Sedangkan makanan selama disekolah lebih dipentingkan mengkonsumsi makanan selingan selama disekolah agar kadar gula tetap terkontrol dengan baik, sehingga konsentrasi terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap terlaksanakan. Jenis makanan selingan, seperti kroket, singkong isi tempe, getuk singkong campur kacang ijo, lemper ayam, kue, kukus ubi kayu, semar mendem, ketimus, dsb( jenis jajanan dapat disesuaikan dengan daerah masing-masing). Memilih makanan yang baik yaitu makanan yang sehat dimana makanan harus memenuhi triguna makanan, makanan harus bersih dimana makanan harus bebas dari lalat, debu, dan serangga lainnya, makanan yang aman adalah makanan yang tidak mengandung bahan berbahaya yang dilarang untuk makanan, seperti zat pewarna dan zat pengawet yang diperuntukkan bukan untuk makanan dan tidak tercemar oleh bahan kimia yang membahayakan manusia, dan makanan yang halal dimana makanan tidak bertentangan dengan agama yang dianut agama. Ciri-ciri makanan yang tidak layak dikonsumsi antara lain makanan bau basi, makanan rasanya sudah berubah, makanan yang sudah lembek,berlendir, berbusa, makanan berjamur, makanan mengeras atau mengering, makanan berulat atau mengandung benda asing, makanan kadaluarsa, makanan yang sudah berubah warnanya dan makanan kemasan yang rusak (misal kaleng menggelembung).

Perilaku makan yang baik untuk anak sekolah yaitu melalui pesan gizi seimbang untuk anak sekolah antara lain; 1) Makanlah aneka ragam makanan 2) Biasakan makan pagi 3) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi 4) Gunakan garam beryodium 5) Makanlah makanan sumber zat besi 6) Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya 7) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, jangan jajan sembarangan tempat, pilih jajanan yang dibungkus, pilih minuman atau makanan yang tidak berwarna mencolok 8) Bacalah label pada makanan yang dikemas. Makanan yang teratur meliputi; frekuensi makan 3 kali dan ditambah 2 kali makanan selingan, selanjutnya waktu makan sebaiknya pagi, siang dan sore hari diantara waktu-waktu makan tersebut sebaiknya makan makanan selingan (Depkes RI Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001: 5-11). 2.1.7 Produktifitas Penelitian di universitas Lowa yang berlangsung 10 tahun menunjukkan bahwa anak-anak dan orang dewasa yang makan pagi secara rutin dan dengan kualitas baik, mempunyai penampilan fisik dan mental yang baik, serta lebih

produktif sepanjang pagi dan siang. Mereka juga mempunyai kecepatan reaksi dan lebih sedikit mengalami kelelahan pada otot-ototnya, dibandingkan dengan mereka yang tidak makan pagi (Suaramerdeka, 2004: 25). 2.1.8 Pola Konsumsi Makan pada Anak Sekolah Anak-anak dalam usia ini umumnya sudah dapat memilih dan menentukan makanan mana yang disukai mana yang tidak disukai. Sering kali mereka memilih makanan yang salah, lebih-lebih jika orang tuanya tidak memberikan petunjuk apaapa padanya, selain itu anak-anak ini gemar sekali jajan. Hal ini terjadi karena kebiasaan dirumah atau dipengaruhi dari teman, kadang-kadang mereka menolak makan pagi dirumah dan sebagai gantinya meminta uang untuk jajan (Hurlock, 1993:165) Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari, ini berarti makan pagi (sarapan) hendaknya jangan ditinggalkan, seringkali orang mengabaikan makan pagi (sarapan) karena diburu oleh waktu yang sempit. Sebagian orang harus meninggalkan rumah sejak pagi-pagi untuk memulai aktivitasnya ditempat kerja. Sementara di rumah makan pagi belum tersedia, akhirnya makan pagi ditinggalkan tanpa ada perasaan bersalah (Ali Khomsan, 2002: 103).

Secara kuantitas dan kualitas rasanya sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi apabila kita hanya makan 1 kali atau 2 kali sehari. Keterbatasan volume lambung menyebabkan kita tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara frekuentif yakni 3 kali sehari termasuk makan pagi (Ali Khomsan, 2002: 103). Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil kalau kita melakukan makan pagi. pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi belajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas dalam hal ini adalah prestasi belajar. Kedua, pada dasarnya makan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Ali Khomsan, 2002 : 103) . Melewatkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrai karena tiadanya suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada dari jaringan lemak tubuh. Tidak makan pagi menyebabkan kekosongan lambung selama 10-11 jam karena makanan terakhir yang masuk ketubuh kita

adalah makan malam pukul 19.00 (Ali Khomsan, 2002:103). Dengan berpuasa selama itu, maka kadar gula (glukosa) akan menurun, kadang-kadang sampai dibawah normal. Padahal gula darah adalah sumber energi utama bagi otak, itulah sebabnya makan pagi bisa membuat tubuh loyo.(Ali Khomsan, 2002: 103). Makan pagi seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap. Hanya saja masalahnya seringkali sayur tidak bisa tersedia secara instan, sehingga makan pagi yang disediakan minus sayuran. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena fungsi sayuran sebagai penyumbang vitamin dan mineral bisa digantikan oleh buah (Ali Khomsan, 2002: 104). Minum susu di pagi hari sangat baik karena susu selain sebagai sumber vitamin dan mineral juga kaya akan lemak, apabila kita mengkonsumsi lemak maka akan relatif lebih tahan lapar. Di dalam tubuh lemak dicerna lebih lama dibandingkan karbohidrat dan protein (Ali Khomsan, 2002:104). Pada awal usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah. Dengan demikian anakanak ini mulai masuk kedalam dunia baru. Dimana dia mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru kehidupanya (Sjahmien Moehji, 2003: 57).

Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi kebiasaan makan salah satunya adalah kebiasan makan pagi mereka. Pengalaman-pengalaman baru baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut kalau-kalau terlambat tiba disekolah, menyebabkan anak-anak ini sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka (Sjahmien Moehji, 2003: 57). Keadaan ini harus diatasi sedemikian rupa, sehingga cukup diberikan waktu untuk anak ini beristirahat setelah pulang sekolah, cukup waktu untuk makan pagi, dan sebagainya. Makan pagi biasanya tidak banyak mengandung unsur-unsur gizi, kecuali kalori yang memang diperlukan anak-anak ini untuk menahan rasa lapar mereka saat berada di sekolah saat mengikuti pelajaran sekolah (Sjahmien Moehji, 2003: 57). 2.1.9 Bekal sekolah untuk anak sekolah Apabila anak-anak ini diberi bekal, maka hendaklah diperhatikan bahwa bekal makanan yang diberikan kepadanya (anak sekolah) dapat memberikan unsurunsur gizi yang kurang terdapat dalam makanan waktu pagi. Demikian juga dalam makanannya waktu siang dan malam. Memberikan bekal makanan kepada anakanak ini membawa beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut: 1) Anak-anak dapat dihindarkan dari gangguan rasa lapar 1282 Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document This is a private document.

Bukanlah hal yang mudah untuk membuat anak memiliki konsentrasi yang penuh dalam sebuah proses pembelajaran (KBM). Karena konsentrasi yang dimiliki oleh siswa-siswi tingkat sekolah dasar yang mungkin hanya sekitar 5-10 menit saja. Dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah kegiatan belajar mengajar yang interaktif antara siswa. Oleh karenanya guru bukanlah central dalam proses belajar mengajar akan tetapi siswalah yang mengembangkan kemampuan mereka dengan topik ataupun pokok bahasan yang mereka sedang pelajari. Menurut beberapa pakar pendidikan, anak-anak usia sekolah dasar memang memerlukan beberapa media pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan dan daya konsentrasi belajar mereka apakah dengan menggunakan gambar, puppet (boneka) dan alat-alat pembelajaran yang lainnya. Pembelajaran yang menarik siswa sangatlah penting karena tanpa adanya hal tersebut daya konsentrasi ataupun fokus siswa didalam pembelajaran tidak akan berlangsung lama. Ada beberapa strategi yang bisa kita lakukan dalam rangka membuat proses KBM menjadi menarik dan juga siswa menjadi konsentrasi yaitu : 1. Role Play Jadikan siswa sebagai tokoh ataupun bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Kita semua mengetahui bahwa ilmu yang tidak pernah diaplikasikan dalam kehidupan ataupun dunia real tidaklah akan terekam dan bertambah. Demikian juga dengan proses yang dilakukan oleh siswa didalam proses pembelajaran, semua hal yang didapatkan oleh siswa dalam proses KBM yang dilakukan haruslah sesuatu yang real yang kemudian bisa aplikasikan dalam kegiatan proses pembelajaran sehingga semakin merekat didalam ingatan mereka. 2. Diskusi Ajak siswa untuk berdiskusi dengan kita. Sebagai guru dalam proses pembelajaran kita harus membiarkan mereka mengungkapkan apa yang menjadi pendapat mereka. Jangan pernah sekali-kali kita membatasi pendapat yang mereka ungkapkan, berikan apresiasi yang baik terhadap mereka dan arahkan mereka ketika kita melihat bahwa apa yang mereka sampaikan sudah mulai menyimpang dari pokok tujuan.

3. Games Semua orang pasti suka bermain. Tidak hanya anak-anak akan tetapi orang dewasa juga suka bermain. Oleh karena itu apapun pelajaran yang kita ajarkan dan sesulit apapun pelajaran itu akan sangat mudah disampaikan dan dimengerti oleh siswa manakala hal itu disampaikan dalam bentuk permainan. Jangan kita membatasi wawasan kita dengan hanya membatasi permainan yang ada dengan merujuk kepada buku saja. Buatlah permainan yang menarik yang kemudian bisa diaplikasikan dalam mata pelajaran yang kita ajarkan dengan membuat games yang sesuai dengan topik bahasan. Contohnya adalah dalam pembelajaran bahasa Inggris, siswa sangat sulit sekali untuk memahami penggunaan beberapa pola kalimat dalam bentuk Present tense, Past tense, Future dan yang lainnya. Dengan games yang kita inovasi kita bisa membuat sebuah permainan dimana ada beberapa kelompok dan setiap kelompok harus mengutus perwakilannya. Dari setiap anggota regu yang maju kedepan menunjukkan kepada teman-teman dalam satu groupnya tentang apa yang sedang, sudah, akan, atau apa kalimat yang tercantum didalam kertas putih yang kita berikan. I am sleeping, misalnya sehingga siswa yang mempresentasikan kemudian berlaku seolah-olah seperti sedang tidur. Biarkan temannya yang lain menebak tanpa si presenter berkata apapun. Jika dia melanggar maka sangsi yang diberikan adalah pengurangan nilai untuk groupnya. Share

Bukanlah hal yang mudah untuk membuat anak memiliki konsentrasi yang penuh dalam sebuah proses pembelajaran (KBM). Karena konsentrasi yang dimiliki oleh siswa-siswi tingkat sekolah dasar yang mungkin hanya sekitar 5-10 menit saja. Dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah kegiatan belajar mengajar yang interaktif antara siswa. Oleh karenanya guru bukanlah central dalam proses belajar mengajar akan tetapi siswalah yang mengembangkan kemampuan mereka dengan topik ataupun pokok bahasan yang mereka sedang pelajari. Menurut beberapa pakar pendidikan, anak-anak usia sekolah dasar memang memerlukan beberapa media pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan dan daya konsentrasi belajar mereka apakah dengan menggunakan gambar, puppet (boneka) dan alat-alat pembelajaran yang lainnya. Pembelajaran yang menarik siswa sangatlah penting karena tanpa adanya hal tersebut daya konsentrasi ataupun fokus siswa didalam pembelajaran tidak

akan berlangsung lama. Ada beberapa strategi yang bisa kita lakukan dalam rangka membuat proses KBM menjadi menarik dan juga siswa menjadi konsentrasi yaitu : 1. Role Play Jadikan siswa sebagai tokoh ataupun bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Kita semua mengetahui bahwa ilmu yang tidak pernah diaplikasikan dalam kehidupan ataupun dunia real tidaklah akan terekam dan bertambah. Demikian juga dengan proses yang dilakukan oleh siswa didalam proses pembelajaran, semua hal yang didapatkan oleh siswa dalam proses KBM yang dilakukan haruslah sesuatu yang real yang kemudian bisa aplikasikan dalam kegiatan proses pembelajaran sehingga semakin merekat didalam ingatan mereka. 2. Diskusi Ajak siswa untuk berdiskusi dengan kita. Sebagai guru dalam proses pembelajaran kita harus membiarkan mereka mengungkapkan apa yang menjadi pendapat mereka. Jangan pernah sekali-kali kita membatasi pendapat yang mereka ungkapkan, berikan apresiasi yang baik terhadap mereka dan arahkan mereka ketika kita melihat bahwa apa yang mereka sampaikan sudah mulai menyimpang dari pokok tujuan. 3. Games Semua orang pasti suka bermain. Tidak hanya anak-anak akan tetapi orang dewasa juga suka bermain. Oleh karena itu apapun pelajaran yang kita ajarkan dan sesulit apapun pelajaran itu akan sangat mudah disampaikan dan dimengerti oleh siswa manakala hal itu disampaikan dalam bentuk permainan. Jangan kita membatasi wawasan kita dengan hanya membatasi permainan yang ada dengan merujuk kepada buku saja. Buatlah permainan yang menarik yang kemudian bisa diaplikasikan dalam mata pelajaran yang kita ajarkan dengan membuat games yang sesuai dengan topik bahasan. Contohnya adalah dalam pembelajaran bahasa Inggris, siswa sangat sulit sekali untuk memahami penggunaan beberapa pola kalimat dalam bentuk Present tense, Past tense, Future dan yang lainnya. Dengan games yang kita inovasi kita bisa membuat sebuah permainan dimana ada beberapa kelompok dan setiap kelompok harus mengutus perwakilannya. Dari setiap anggota regu yang maju kedepan menunjukkan kepada teman-teman dalam satu groupnya tentang apa yang sedang, sudah, akan, atau apa kalimat yang tercantum didalam kertas putih yang kita berikan. I am sleeping, misalnya sehingga siswa yang mempresentasikan kemudian berlaku seolah-olah seperti sedang tidur. Biarkan temannya yang lain menebak tanpa si presenter berkata apapun. Jika dia melanggar maka sangsi yang diberikan adalah pengurangan nilai untuk groupnya.

. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan (Judarwanto , 2008) Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini

mengakibatkan gangguan pada banyak organ-organ dan sistem tubuh anak (Judarwanto, 2008) Sarapan atau makan pagi adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi seseorang. Biasanya orang makan malam sekitar pukul 19:00 dan baru makan lagi paginya sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-12 jam mereka puasa. Dengan adanya puasa itu, cadangan gula darah (glukosa) dalam tubuh seseorang hanya cukup untuk aktivitas dua sampai tiga jam di pagi hari. Tanpa sarapan seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar glukosa di bawah normal. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing dan sakit berkonsentrasi. Itu semua karena kekurangan glukosa yang merupakan sumber energi bagi otak (Wiharyanti, 2006) Studi mengenai sarapan yang dilakukan di IPB oleh Faridi, Madonijah dan Latifah menunjukkan bahwa 46,3 % anak di beberapa SD di Duren Sawit Jakarta Timur

selalu sarapan, 41,3% kadang-kadang sarapan dan sisanya 12,4% tidak pernah sarapan. Presentase anak Hipoglikemi diukur pada pukul 09:00 relatif rendah (55%) dibandingkan anak yang tidak sarapan (73%) (Wiharyanti, 2006) Berdasarkan penelitian Breakfast Reduces Declines in Attention and Memory Over The Morning in SchoolChildren yang dilakukan oleh K.A. Wesnes. C. Pincock, D. Richardson, G Helm, Shails ahli Gizi Inggris tahun 2003 dengan Metode Random pada 29 anak, tentang tingkat perhatian dan kemampuan daya ingat pada 30, 90, 150, 210 menit setelah sarapan dalam empat hari didapatkan hasil : Anak yang tidak sarapan dan hanya memperoleh minuman glukosa menunjukkan daya konsentrasi atau tingkat perhatian dan kemampuan mengingat yang menurun secara signifikan seiring dengan pertambahan waktu. Di sisi lain, anak yang mendapat sereal meski mengalami penurunan daya konsentrasi namun tidak signifikan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa menu sarapan pagi yang mengandung karbohidrat kompleks memberikan pengaruh positif bagi anak dalam mempertahankan kemampuan konsentrasi belajar dan mengingat di sekolah. (Wiharyanti, 2006) Bagi anak sekolah, meninggalkan sarapan membawa dampak yang kurang menguntungkan. Konsentrasi di kelas biasa buyar karena tubuh tidak memperoleh masukan gizi yang cukup. Sebagai gantinya, anak jajan di sekolah untuk sekadar mengganjal perut. Tetapi mutu dan keseimbangan gizi jadi tidak seimbang. Oleh karena itu kebiasaan sarapan hendaknya dipertahankan dalam setiap keluarga ( Khosman, 2002 dalam Mardiah, 2005). Kebiasaan makan pagi termasuk ke dalam salah satu 13 pesan dasar gizi seimbang. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan

memudahkan menyerap pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar (Depkes, 2002). Penelitian Sri Desfita, 2008 menemukan 41,7% subjek jarang makan pagi. Hal ini banyak disebabkan karena subjek tidak memiliki cukup waktu untuk makan pagi. Terdapat beberapa alasan untuk tidak makan pagi seperti tidak lapar, tidak ada waktu, tidak ada yang menyiapkan makanan, tidak suka makanan yang disiapkan, makanan tidak ada dan sebagainya (Muhilal & Damayanti, 2006). Penelitian Kurniasari, 2005 di Yogyakarta menunjukkan 25% anak SD jarang makan pagi dengan alasan tidak sempat, tidak terbiasa dan tidak selera. Berdasarkan laporan BPS Kabupaten Majalengka (2006), hanya 15,2% anak SD yang mempunyai kebiasaan makan pagi. Pada umumnya anak sudah diberi uang jajan sementara makanan yang dijajakan di sekolah kurang terjamin kandungan gizinya (Wiyono, 2008) Makan pagi dapat menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi sehari yaitu sekitar 450-500 kalori dengan 8-9 gram protein. Selain kandungan gizinya cukup, bentuk makan pagi sebaiknya juga disukai anak-anak dan praktis pembuatannya (Muhilal & Damayanti, 2006). Kebiasaan makan pagi dapat berkontribusi terhadap status gizi anak. Anak yang biasa makan pagi akan dapat memenuhi kebutuhan gizinya dalam sehari. Penelitian Irawati (2000) menemukan anak yang tidak biasa makan pagi berisiko terhadap status gizi kurang (Wiyono, 2008) Kekurangan gizi menyebabkan anak mudah lelah, tidak kuat melakukan aktivitas fisik yang lama, tidak mampu berpikir dan berpartisipasi penuh dalam proses belajar. Risiko untuk menderita penyakit infeksi lebih besar pada anak yang kurang gizi, sehingga tingkat kehadirannya rendah di sekolah (Muhilal & Damayanti, 2006).

Hasil analisis data dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu pada Tahun 2004 dan Tahun 2005. Tahun 2004, dari 17.835 anak usia sekolah ditemukan sebanyak 435 anak usia sekolah berstatus gizi buruk dan 7.400 anak usia sekolah lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar 10.000 orang anak. dibandingkan dengan Tahun 2004, angka anak usia sekolah gizi kurang mengalami peningkatan, Tahun 2005 dari 16. 076 anak usia sekolah yang mempunyai status gizi buruk yaitu 476 anak, 7.600 anak usia sekolah lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar 8.000 orang anak (Arisman, 2006). Secara Nasional prevalensi Status gizi penduduk umur 6-14 tahun (usia sekolah) untuk kategori kurus adalah 13,3% pada laki-laki dan 10,9% pada perempuan. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%. Provinsi Sulawesi Selatan prevalensi Kurus baik pada Laki-laki maupun perempuan lebih tinggi dari angka nasional yaitu 15.5% dan 13.4%. (Riskesdas Sul-Sel, 2007). Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF 1998 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan

Kesehatan Nasional, 2005). Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan. Jika diamati perubahan prevalensi anak pendek dari tahun ke tahun maka prevalensi anak pendek ini praktis tidak mengalami perubahan oleh karena perubahan

yang terjadi hanya sedikit sekali yaitu dari 39,8% pada tahun 2002 menjadi 36,1% pada tahun 2004 (Depkes, 2004 dalam Pamularsih, 2009). Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008 dalam Pamularsih, 2009). Prevalensi status gizi kurang (BB/U) pada penelitian Hasbia, 2009 di SDN 20 Pinrang yaitu sebesar 28.6%, kurus (BB/TB) 0.5% dan pendek (TB/U) 43.3%. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Umar Syakur, 2009 di SDN 164 Pinrang menemukan bahwa anak usia sekolah dengan status gizi kurang yaitu 25.6% dengan tingkat prestasi belajar kurang yaitu 16.3%. Data ini menunjukkan bahwa kekurangan gizi di Kabupaten Pinrang masih terjadi pada anak usia sekolah dan memberi pengaruh terhadap prestasi belajarnya di sekolah, Status gizi yang kurang pada anak ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur isbat Bennu (2002) dalam Umar syakur, 2009 mendeskripsikan bahwa sebesar 65,8 % murid yang status

gizinya buruk dan mempunyai prestasi belajar yang rendah berdasarkan nilai sumatif.

Hal ini menunjukkan bahwa status gizi memberi pengaruh terhadap tingkat prestasi belajar. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa dengan melakukan pengukuran status gizi dan pengambilan data prestasi belajar pada 69 orang anak kelas IV dan V, maka ditemukan 8.2% anak dengan status gizi menurut indikator IMT/U tergolong kurus (wasting) dan yang masuk dalam kategori prestasi belajar rendah dari akumulasi nilai rata-rata mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, dan Bahasa Indonesia sebagai alat ukur penilaian yaitu 44.59% Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui hubungan antara kebiasaan makan pagi, status gizi dengan prestasi belajar di SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang maka dapat dirumuskan pernyataan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan status gizi siswa SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2010. 2. Apakah ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar siswa SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2010. 3. Apakah ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2010. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan pagi, status gizi dengan prestasi belajar siswa SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

2. a.

Tujuan Khusus Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan status gizi siswa SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

b.

Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar siswa SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

c.

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan perspektif terhadap kebiasaan makan pagi, status gizi dan prestasi belajar.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan menjadi salah satu alternatif kepustakaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

3. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang serta instansi terkait dalam menetapkan kebijakan kesehatan yang terkait dengan permasalahan yang didapatkan dari penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai