Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONSEP DAN KEWAJIBAN BELA NEGARA Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh : 1. Destini Puji Lestari 2. Euis Marya Syahida 3. Miski Fahmiatul Masruroh 4. Wulan Suciningrum 22020111130032 220201111300 220201111400 220201111300

A.11.2/2011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh swt karena atas rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan di Universitas Diponegoro Semarang semester I. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu terselesaikannya makalah ini. Ucapan terima kasih tersebut kami sampaikan kepada : 1. Bapak.........selaku pengampu mata kuliah pendidikan kewarganegaraan 2. Teman-teman A.11.2 yang telah memberikan dorongan dan semangat Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran sangat membantu kami demi perbaikan untuk waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk penyusun dan para pembaca semua.

Semarang, September 2011 Penyusun

28

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara, secara hukum telah dimuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Peraturan Perundang-undangan lainnya, yaitu : 1) Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 27 ayat (3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara 2) Undang-Undang No. 39 tentang HAM tahun 1999 dalam pasal 68 dinyatakan bahwa Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan 3) Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dalam pasal 2 Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri; pada pasal 9 ayat (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Tentang hak dan kewajiban bela negara perlu dikaji lebih mendalam dari sisi etika, khususnya etika politik. Mengapa demikian ? Karena alasan-alasan hukum saja tidak memadai untuk dijadikan dasar tentang hak dan kewajiban bela negara. Maknanya hukum yang dibuat harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral, karena menyangkut martabat manusia. Pertanyaan yang mendasar yang diajukan dalam tulisan ini ialah, atas dasar apa negara menetapkan hak dan kewajiban warga negara untuk melakukan bela negara ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dalam

pembahasan ini dibatasi pada tiga konsep, yaitu : a) kesadaran ; b) bela negara ; c) hak dan kewajiban membela negara. Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan pada NKRI / Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI. B. Identifikasi Masalah 1. Jelaskan konsep-konsep bela negara! 2. Jelaskan kewajiban bela negara! C. Batasan Masalah Agar pembahasan makalah ini tidak terlalu luas dan lebih terfokus kepada masalah yang kami bahas, maka kami membatasi masalah hanya pada ruang lingkup konsep bela negara dan kewajiban bela negara. D. Metode Pembahasan Dalam membahas masalah-masalah tersebut kami menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah : 1. Metode deskriptif 2. Metode sebab akibat 3.

BAB II ISI 1. Konsep Bela Negara Konsep bela negara pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Konsep bela negara dapat diuraikan yaitu secara fisik a. Secara Fisik Konsep bela negara secara fisik dapat didefinisikan dengan cara "memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Bela negara secara fisik melibatkan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara dan merupakan hak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik Indonesia. Namun, seperti diatur dalam UU No. 3 tahun 2002 dan sesuai dengan doktrin sistem pertahanan semesta, maka pelaksanaannya dilakukan oleh rakyat terlatih (Ratih) yang terdiri dari berbagai unsur misalnya resimen mahasiswa, perlawanan rakyat, pertahanan sipil, mitra babinsa, okp yang telah mengikuti pendidikan dasar militer dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi yaitu ketertiban umum, perlindungan masyarakat, keamanan rakyat dan perlawanan rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur rakyat terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani keamanan dan ketertiban masyarakat, sementara fungsi perlawanan rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana rakyat terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang. maupun non-fisik.

b. Secara Non-Fisik Sedangkan secara non-fisik, bela negara dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara. di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi saat ini, justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi ancaman, gangguan,hambatan dan tantangan baik dari luar maupun dari dalam seperti yang telah diuraikan di atas. Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bela negara tidak selalu harus berarti "memanggul bedil menghadapi musuh". Keterlibatan warga negara sipil dalam bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara: a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi denganmenghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak b. menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika) d. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undangundang dan menjunjung tinggihak azasi manusia e. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masingmasing. 2. Kewajiban Bela Negara

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara." dan " Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang." Jadi sudah pasti mau tidak mau sebagai warga negara Indonesia kita wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara: 1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. 2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat. 3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988. 4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI. 5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI. 6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3. 7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti : 1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling) 2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri 3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn 4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka. Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan pada NKRI / Negara Kesatuan

Republik Indonesia seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI. Beberapa jenis / macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara : 1. Terorisme Internasional dan Nasional. 2. Aksi kekerasan yang berbau SARA. 3. Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar angkasa. 4. Gerakan separatis pemisahan diri membuat negara baru. 5. Kejahatan dan gangguan lintas negara. 6. Pengrusakan lingkungan. Contoh terorisme internasional dan nasional 1. Terorisme Internasional

WASHINGTON (Berita SuaraMedia) Keengganan pemerintah Obama untuk menyebut peristiwa serangan pesawat di sebuah fasilitas pemerintahan AS di Texas pekan lalu sebagai tindakan terorisme menunjukkan adanya standar ganda AS. AS menentukan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai tindak "terorisme". Penyematan label "terorisme" agaknya hanya khusus diberikan untuk tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Muslim. "Tidak diragukan lagi, kejadian itu seharusnya diklasifikasikan sebagai tindak terorisme," kata profesor Michael Greenberger, direktur Pusat Kesehatan dan Keamanan (CHHS) di Universitas Maryland kepada IslamOnline. Sebagaimana sudah diketahui, hari Kamis (18/02) pagi lalu, Joseph Stack, seorang teknisi software berusia 53 tahun, dengan sengaja menabrakkan sebuah pesawat kecil ke bangunan Inland Revenue Service (IRS) di Austin, Texas. Hal tersebut menyebabkan bangunan tersebut dilalap api dan menewaskan satu orang lainnya, selain Stack yang juga tewas dalam serangan bunuh diri tersebut.

Dalam sebuah catatan yang sengaja ditinggalkan setelah dirinya melakukan serangan bunuh diri, Stack menuliskan bahwa dirinya mengeluhkan layanan pemerintah AS. Stack kecewa karena dirinya mengaku dua kali ditarik pajak oleh IRS, hal tersebut menyebabkan dirinnya kehilangan uang ribuan dolar. Stack kemudian menuliskan bahwa pada akhirnya, dirinya menetapkan bahwa "kekerasan bukan hanya merupakan sebuah jawaban, tapi kekerasan adalah satusatunya jawaban." Tapi, Gedung Putih tetap saja menolak menyebut serangan tersebut sebagai tindak terorisme. Departemen Keamanan AS membantah adanya "kaitan" dengan aktivitas para "teroris". Kepala kepolisian Austin juga bersikukuh mengatakan bahwa serangan tersebut bukanlah aksi terorisme. Namun, para pakar hukum dan keamanan memiliki pandangan yang berbeda. Mereka tanpa ragu lagi menyebut orang yang sengaja menabrakkan pesawat ke sebuah bangunan yang berisi banyak orang dengan dilandasi oleh dendam pribadi terhadap pemerintah atau demi mengeluarkan pernyataan politis sebagai seorang teroris. "Jika kita buka kembali definisi di dalam buku-buku, maka tindakan itu jelas termasuk tindak terorisme," kata Greenberger. "Terorisme didefinisikan sebagai tindakan teror yang bertujuan untuk mengubah arah kebijakan pemerintah. Sementara tindak kriminal adalah tindakan yang murni bersifat pribadi dan tidak ditujukan untuk mengubah kebijakan pemerintah." Mark Potok, dari Southern Poverty Law Center (SPLC), sebuah organisasi di Oklahoma yang bertujuan untuk memerangi ekstremisme dan kejahatan yang dilandasi kebencian, mengamini ucapan Greenberg tersebut.

"Jika seseorang melakukan sesuatu untuk menyuarakan pernyataan politik atau didorong atas ideologi, maka hal itu termasuk tindak terorisme," katanya kepada IOL. "Apa yang dilakukan pria itu, setidaknya sebagian di antaranya, betul-betul memiliki motif ideologis." Greenberger, yang juga menjadi pengajar di Fakultas Hukum Universitas Maryland, mengatakan bahwa serangan Texas tersebut menjadi contoh bahwa penyematan label teroris harus dilakukan secara objektif. "Jika dia adalah seorang Muslim atau berasal dari ras berbeda, mereka (pemerintah AS) akan langsung menyebut tindakan itu sebagai tindak terorisme," tuturnya. "Tapi, dalam hal ini kita tidak boleh memberikan penilaian berdasarkan warna kulit atau ras seseorang." Organisasi-organisasi pembela hak asasi manusia menghubungkan keengganan pemerintah untuk menyebut tindakan itu sebagai aksi terorisme dengan fakta bahwa sang penyerang tidak cocok dengan "deskripsi baku" dari profil seorang "teroris". "Jika saja nama si penyerang adalah Abdullah Mohamed, AS akan langsung menyebut tindakan itu sebagai aksi terorisme," kata Nihad Awad, direktur nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), kepada IOL. "Tapi, berhubung nama si penyerang adalah Joe Stack, maka penyematan label teroris secara otomatis digugurkan." CAIR mengorganisir sebuah konferensi pers pada hari Senin waktu setempat untuk mengemukakan kekhawatiran atas penerapan standar ganda AS terhadap penyematan label terorisme di kalangan non-Muslim.

Menurut Awad, terorisme adalah terorisme, tanpa memandang agama, ras atau identitas dari pelaku atau korban. Ia mendesak pemerintah AS untuk tidak menggunakan istilah terorisme sebagai "bola politik" dan tidak lagi menggunakan persepsi tertentu untuk menentukan siapa saja yang boleh disebut teroris. "Harus ada arti yang jelas terhadap istilah seperti terorisme. Dan kita harus menggunakan (istilah itu) secara benar atau tidak perlu menggunakannya sama sekali." (dn/io) www.suaramedia.com 2. Terorisme Nasional Solo (ANTARA News) - Korban bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton Solo, Minggu, sebanyak 11 orang sedangkan satu orang tewas yang diduga pelaku bom bunuh diri tersebut. "Hingga saat ini diketahui korban luka 10 orang dirawat di RS Oen dan satu lainnya di RS Brayat Minulyo, satu orang tewas diduga pelaku bom bunuh diri," kata Wali Kota Solo, Joko Widodo di sela meninjau lokasi. Hingga saat ini belum diketahui keberadaan korban tewas yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton, Kota Solo sekitar pukul 10.55 WIB itu. Wartawan ANTARA di lokasi kejadian melaporkan, aparat kepolisian berjaga di Gereja Bethel Injili Sepenuh, di Jalan AR Hakim Nomor 49, Kepunton, Solo.Sekeliling kompleks itu telah dipasangi garis polisi. Petugas menutup arus lalu lintas sekitar 100 meter dari depan gereja itu, sedangkan masyarakat setempat tampak menyaksikan dari jauh lokasi tersebut. Wali Kota Solo, Joko Widodo, dan Wakil Wali Kota Solo, FX Hady Rudiatmo sekitar pukul 12.45 WIB tiba di gereja untuk meninjau lokasi ledakan

Pintu gereja ditutup oleh petugas dan polisi berjaga-jaga di berbagai tempat di sekitar kompleks gereja. Mobil gegana kepolisian setempat juga telah tiba (J005*M029) di depan gereja tersebut.

Anda mungkin juga menyukai