Anda di halaman 1dari 12

Angka Kematian ibu dan Bayi 2009 Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan

Indonesia adalah 307 per100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup.Angka kematian ibu dan bayi adalah yang tertinggi di Asia Tenggara.Pemerintah menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKBmenjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup, ujar Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (Depkes) DrSjafii Ahmad MPH pada jumpa pers Hari Kesehatan Nasional ke-44 di Jakarta , kemarin.Selain itu, menurut Sjafii, pada tahun depan pemerintah menargetkan prevalensi gizi kurang padaanak balita akan diturunkan dari 25,8% menjadi 20% dan umur harapan hidup dinaikkan dari 66,2 tahunmenjadi 70,6 tahunSjafii menjelaskan, salah satu strategi Depkes mencapai target tersebut adalah denganmenggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Lantaran itu, masyarakat perludidorong untuk membangun Desa Siaga, Pos Kesehatan Pesantren, Pos Pelayanan Terpadu dan lainlain.Depkes telah berhasil membentuk 50% dari total desa yang ada telah memiliki status Desa Siaga,papar dia.Sjafii berharap pada tahun 2009, total 70 ribu desa yang ada di Indonesia telah memiliki Desa Siaga.Tujuan pembentukan Desa Siaga adalah untuk menunjang upaya penurunan AKI dan AKB sertamengatasi permasalahan kesehatan lain, tutur dia.Pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan menempatkan bidan dan melatih para kader darimasyarakat. Tahun 2006 sudah dibentuk 12.000 desa siaga. Tahun 2007 terbentuk 30.000 desasiaga, tahun 2008 bertambah 16.000 desa siaga, dan tahun 2009 ada 12.000 desa siaga, papar dia.Dia mengakui, rendahnya derajat kesehatan Indonesia yang diakibatkan tingginya angka kematian ibu,angka kematian bayi, dan angka gizi kurang membuat IPM atau Human Development Indeks (HDI)berada jauh lebih rendah dari Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja, bahkan Laos.Indeks Pembangunan manusia (IPM) Indonesia yang masih teronggok pada peringkat 107 dari 177negara berdasarkan penilaian lembaga kependudukan dunia, UNDP tahun 2007.IPM merupakan alat ukur kualitas suatu bangsa yang memiliki derajat kesehatan baik secara fisik,mental dan social serta produktifitas yang tinggi. IPM diukur dari tingkat pendapatan, kesehatan danpendidikan.Karena itu, Depkes terus memberi prioritas tinggi pada pembukaan akses kesehatan masyarakat miskin. C ontohnya pemberian Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang menaungi 76,4 juta jiwa orangtidak mampu. Angka Kematian Ibu Dan Bayi Di Jabar Tinggi PRO3RRI - Cimahi:: Angka kematian ibu dan bayi di Jawa Barat hingga saat ini masih cukuptinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2008, angka kematianibu tercatat 724 kasus dari 740 ribu 588 kelahiran hidup.Sedang tahun 2009 angka sementara kematian ibu mencapai 708 kasus dari 553 ribu kelahiranhidup.Hal itu diungkapkan Ketua Empat Tim Penggerak PKK Jawa Barat Nyonya EuisSugiarti.SH.MPd,selaku ketua tim penilai lomba Hari Kesatuan Gerak PKK/KB-Kes tingkatJawa Barat tahun 2009 di Kelurahan Baros Kecamatan Cimahi Tengah kota Cimahi.Sementarauntuk angka kematian bayi di Jawa Barat menurut Euis, pada tahun 2008 mencapai 4 ribu 433kasus dan angka sementara tahun 2009 sebanyak 4 ribu 83 kasus.Insert : padahal kita telah bertekad untuk pencapaian visi Jawa Barat kualitas pembangunanmanusia kita yang diindikasikan dengan Indeks Pembangunan Manusia-IPM harus mencapaiangka 80 pada tahun 2015.Euis menyebutkan, salah satu komponen IPM adalah indeks kesehatan yang ditunjukkan denganusia harapan hidup

yang banyak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.Untuk mengatasi masalah itu kata Euis sangat ditentukan oleh sejauhmana kemitraan antarastake holder baik unsure pemerintah,swasta,LSM, organisasi profesi tokoh masyarakat serta pararelawan dilini terdepan khususnya semua yang terlibat dalam Tim Penggerak PKK dari semuatingkatan.Oleh karenanya ia mengajak seluruh elemen masyarakat Jawa Barat bersama-sama bahu membahu dengan berbagai daya dan upaya untuk mensukseskan kegiatan gerak PKK/KB-Kesehatan didaerah ini.Disisi lain Euis mengungkapkan TIM Penggerak PKK Kelurahan BarosKecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi menjadi salah satu nominator lomba Hari KesatuanGerak PKK/KB-Kes untuk mewakili Jawa Barat pada penilaian lomba di tingkat nasional

Pengertian 1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122). Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281). Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998: ).

2.

3.

Tujuan Perawatan Masa Nifas Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah: 1. 2. 3. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul,2000:121)

4.

Perubahan Masa Nifas Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu: 1. Perubahan fisik Involusi Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya: Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus. Involusi pada alat kandungan meliputi: Uterus Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Diameter Bekas Melekat Plasenta Involusi TFU Berat Uterus Keadaan Cervix

Setealh Sepusat pladsenta lahir 1 minggu Pertengahan pusat symphisis 2 minggu 6 minggu Tak teraba

1000 gr 500 gr

12,5

Lembik

7,5 cm

Dapat dilalui 2 jari

350 gr Sebesar hamil 2 minggu Normal 8 minggu 30 gr Sumber: Rustam muchtar, 1998 Involusi tempat plasenta 50 gr

5 cm 2,5 cm Dapat dimasuki 1 jari

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121 ) Perubahan pembuluh darah rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas. Perubahan pada cervix dan vagina Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)

(1) Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga. Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari ketujuh. Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas. Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.( Manuaba, 1998: 193) Dinding perut dan peritonium Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130) Sistim Kardiovasculer Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230) Ginjal Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230) Sistim Hormonal Oxytoxin

Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas. Prolaktin Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231) Laktasi Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi. Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 0,2 %. Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )

Tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi: Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, Tekanan darah > 140 / 90 mmHg mungkin bisa naik dari tingkat disaat persalinan 1 3 hari post partum. Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C Denyut nadi: 60-100 X / menit Denyut nadi: > 100 X / menit

2. Perubahan Psikologi Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu: Periode Taking In Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru. Periode Taking Hold Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar. Periode Letting Go Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: ) Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)

Perawatan Masa Nifas Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi: 1. Mobilisasi Dini Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193) 2. Rawat Gabung Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193) 3. Pemeriksaan Umum Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan. 4. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi: Fisik Fundus uteri Payudara Patrun lochia : tekanan darah, nadi dan suhu : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus. : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba

Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tandatanda infeksi. ( Manuaba, 1998: 193) 5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:

Diit Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan. Pakaian Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar. Perawatan vulva Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.Untuk cara merawat luka dapat dilihat pada lampiran 1 Miksi Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288) Defekasi Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288) Perawatan Payudara Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum

mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.Cara perawatan payudara ada pada lampiran no.2 ( Mac. Donald, 1991: 430) Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan. Cuti Hamil dan Bersalin Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan. Mempersiapkan untuk Metode KB Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari Abdul,2000:129) DAFTAR PUSTAKA Angsar M. Dikman, 1995, Hipertensi Dalam Kehamilan, Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya ________, 1994, Obstetri Phantom, Fakultas Kedokteran Airlangga, Surabaya Bennet R. Brown Linda K, 1996, Myles Text Book For Mmidwives, Chrurcchill Livingstone, Tokyo Dennen C. Philip, 1994, Partus Forceps, Binarupa Aksara, Jakarta Hamilton PM, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta Hariadi R, 1991, Obstetri Williams, Airlangga University Press, Surabaya Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta Long C Barbara, 1996, Perawatan Medika Bedah, YIA Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Bandung Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Santosa NI, 1995, Manajemen Kebidanan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta Sastrawinata Sullaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Offset, Bandung Sastra, Sulaiman, 1983, Obstetri Patologi, Elemen Banddung Sweet BR, 1993, Mayes Midwifery A Text Book For Midwive, Bailiere Tindall, Tokyo Wiknyosastro, H, 1991, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta Wirjoatmojo. K, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Lab/UPF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo, Surabaya EPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG Angka kematian ibu dan bayi di Jawa Barat hingga saat ini masih tertinggi di Indonesia. Bahkan, trennya meningkat. Pada 2010, kasus kematian ibu di Jabar sebanyak 794 kasus dan bayi sekitar 4.987 kasus. Sementara, di 2011 meningkat menjadi angka kematian ibu sebanyak 837 kasus dan bayi 5.201 kasus. ''Jabar sudah berupaya setengah mati untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak tapi angkanya selalu besar,'' ujar Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Alma Lucyati, kepada wartawan usai Peluncuran Program Expanding Maternal Neonatal Survival (EMAS) USAID, Selasa (18/4). Alma menjelaskan, Jabar selalu menjadi penyumbang terbesar angka kematian ibu dan anak karena jumlah penduduknya besar dibandingkan daerah lain. Padahal, kalau dilihat secara prosentase dengan daerah yang penduduknya sedikit, kasus di Jabar sebenarnya kecil. ''Memang perlu special treatment (penanganan khusus) untuk menekan angka kematian ibu dan anak di Jabar,'' kata Alma. Oleh karena itu, lanjut dia, bantuan dari USAID EMAS berupa technical assistance, sangat diperlukan. Karena, tingginya angka kematian ibu dan anak itu terjadi janganjangan karena data yang belum akurat. Penyebab lainnya, budaya dan infrastruktur. ''Program yang diberikan EMAS ini benar-benar fokus ke penyebab kematian ibu dan anak,'' tegas Alma. Menurut Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf, sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan Millennium Development Goals adalah menurunnya angka kematian ibu dan anak. Pada 2015, angka kematian ibu dan anak diharapkan bisa mencapai 102/100 ribu angka kematian ibu dan 23/100 ribu angka kematian bayi.

Untuk mencapai target tersebut, kata dia, Jabar terus meningkatkan layanan kesehatan. Tahun ini, Pemprov Jabar menganggarkan dana untuk kesehatan cukup besar di APBD, yakni sebesar Rp 900 miliar. Sementara dari APBN, Pemprov Jabar memperoleh bantuan Rp 1 triliun. Jadi, total anggaran yang berputar untuk kesehatan sekitar Rp 2 triliun. Hampir sebagian besar dana tersebut kembali ke daerah kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai