Anda di halaman 1dari 4

SIMULASI DAN PERANCANGAN PENGONTROL DEKOPEL PADA ISOMERISASI N-BUTANA DENGAN HYSYS

Dr. Ir. Endra Joelianto dan Mulyadi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 Telp/Fax. (022)2032700; e-mail: stefanpmul@yahoo.com Abstrak Minyak bumi atau petroleum merupakan sumber bahan bakar yang terpenting hingga saat ini. Kebutuhan minyak bumi untuk menjamin kelangsungan industri merupakan yang kedua setelah kebutuhan manusia akan udara, makanan, air, dan perumahan. Salah satu zat aditif pada bensin yang semakin banyak digunakan saat ini adalah isobutana sebagai zat aditif untuk menghasilkan bahan bakar motor berangka oktan tinggi. Untuk memenuhi permintaan isobutana diperlukan suatu proses yang dapat mengubah normal butana menjadi isobutana. Proses pengubahan normal butana menjadi isobutana dalam suatu plant, yang terdiri dari unit-unit operasi yang saling berhubungan, akan dibutuhkan suatu pengontrol atau pengontrol-pengontrol yang dapat menjaga proses berlangsung dengan kondisi optimumnya. Simulasi dan perancangan pengontrol dekopel dilakukan dengan bantuan perangkat lunak HYSYS. Pengontrol dekopel diharapkan dapat menghilangkan interaksi-interaksi pada proses. Hal ini bertujuan agar plant dapat dikontrol sehingga berlangsung pada kondisi optimumnya dan lebih stabil apabila terjadi gangguan pada proses. Kata kunci: isobutana, pengontrol dekopel,HYSYS 1. Pendahuluan Minyak bumi atau petroleum merupakan sumber bahan bakar yang terpenting hingga saat ini. Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu dari dekomposisi bertahap hewan dan tumbuh-tumbuhan. Minyak mentah (crude oil) adalah cairan kental hitam yang terkumpul dalam kantong-kantong lapisan batu-batuan. Minyak kasar dibawa ke permukaan bumi melalui pengeboran dan pemompaan. Minyak bumi mentah atau minyak mentah merupakan campuran senyawa alifatik dan aromatik, termasuk pula senyawa sulfur dan nitrogen (1-6%). Karena komposisinya yang begitu rumit, minyak mentah tidak terlalu bermanfaat. Untuk pemanfaatannya, minyak kasar harus dikilang (refining). Tabel 1 Fraksi-fraksi umum minyak bumi Selang Titik Didih (oC) < 30 30 - 180 180-230 230-305 305-405 Nama Fraksi gas Bensin Minyak tanah Minyak gas Minyak gas berat Atom Karbon per Molekul C1 C4 C5 C10 C11 C12 C13 C17 C18 - C25 Penggunaan Bahan bakar pelumas Bahan bakar mobil Bahan bakar jet Bahan bakar diesel, pemanas Bahan bakar pemanas

Fraksi bensin hasil penyulingan ini terlalu sedikit bagi masyarakat pengkonsumsi bensin saat ini, dan kualitasnya pun rendah. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas bensin, dilakukan proses cracking dan reformasi (reforming) terhadap fraksi-fraksi bertitik didih tinggi. Di dalam mesin mobil, hidrokarbon rantai lurus tidak terbakar secara sempurna dan mengakibatkan ketukan (knocking). Ketukan ini mengurangi tenaga yang dihasilkan oleh mesin dan menyebabkan aus. Untuk mencegah ketukan, ke

dalam bahan bakar mobil ditambahkan senyawa aromatik atau alkana rantai bercabang yang terbakar lebih sempurna. Zat yang ditambahkan ini dikenal sebagai zat aditif. Penambahan zat aditif selain untuk mengurangi ketukan, juga untuk menaikkan bilangan oktan bensin. Salah satu zat aditif pada bensin yang semakin banyak digunakan saat ini adalah isobutana. Isobutana digunakan sebagai zat aditif untuk menghasilkan bahan bakar motor berangka oktan tinggi. Isobutana digunakan sebagai pengganti timbal karena tidak berpolusi dibandingkan timbal. Isobutana merupakan isomer dari n-butana. Keduanya mempunyai rumus molekul yang sama tetapi berbeda rumus strukturnya. Perbedaan struktur menyebabkan perbedaan tertentu pada sifat fisika atau kimia kedua isomer tersebut. Hasil penyulingan minyak bumi lebih banyak menghasilkan n-butana daripada isobutana. N-butana yang berantai lurus tidak diinginkan, maka untuk memenuhi permintaan isobutana diperlukan suatu proses yang dapat mengubah normal butana menjadi isobutana, yaitu proses isomerisasi. Isomerisasi adalah perubahan susunan atom-atom di dalam suatu molekul tanpa mengubah jumlah atom dalam molekul tersebut. Pada plant proses isomerisasi normal butana menjadi isobutana umpan segar masuk ke dalam plant melalui kolom distilasi. Kolom ini disebut sebagai kolom deisobutanizer (DIB), dimana di dalam kolom ini terjadi pemisahan antara isobutana dengan komponen-komponen lainnya yang terdapat di dalam umpan segar. Produk bawah dari kolom ini dialirkan ke dalam kolom distilasi berikutnya. Kolom kedua ini disebut sebagai heavy purge column atau secara singkat kolom purge. Pada kolom purge terjadi pemisahan antara isopentana dengan komponen lainnya yang terdapat di dalam umpan kolom. Produk atas dari kolom purge, yang merupakan alur daur ulang, dialirkan sebagai umpan untuk Feed-Effluent Heat Exchanger dan diteruskan ke furnace berfungsi untuk memanaskan campuran hingga temperatur yang cukup tinggi untuk dapat bereaksi di dalam reaktor. Keluaran reaktor dialirkan kembali ke dalam heat exchanger sebagai cairan pemanas untuk memanaskan campuran dari alur daur ulang. Selanjutnya campuran keluaran reaktor ini dialirkan ke dalam flooded condenser untuk didinginkan dan akhirnya dialirkan kembali ke dalam kolom DIB.

Gambar 1 Plant Isomerisasi Normal Butana Menjadi Isobutana Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perancangan pengontrol dekopel dengan HYSYS dan pengaruh pengontrol dekopel (pada kolom distilasi) pada suatu plant isomerisasi n-butana. 2. Metodologi Penelitian Penelitian terbagi menjadi tiga tahapan utama yaitu tahap pemodelan, tahap penentuan looppairings, dan tahap simulasi plant dengan pengontrol dekopel. 2.1 Tahap Pemodelan Simulasi menggunakan HYSYS 2.4.1. pada proses distilasi purge dalam plant dilakukan dengan variasi simulasi yang memberikan gangguan dengan perubahan step pada masukannya, laju massa reflux, dan laju panas pada reboiler. Masing-masing respon, berupa perubahan fraksi pada produk atas dan produk bawah, yang didapat dari simulasi digunakan untuk memodelkan fungsi transfer-fungsi transfer dari proses-proses di dalam kolom distilasi, seperti berikut:

PV1 G11 G12 MV1 GF 1 PV = G + D 2 21 G22 MV2 GF 2


PV adalah Process Variable (variabel yang terlibat dalam proses yang terjadi), MV adalah Manipulated Variable (variabel yang dapat diatur dengan bebas oleh operator atau sistem pengendali) dan D adalah Disturbance (variabel yang bukan merupakan hasil pengaturan operator atau sistem pengendali tapi merupakan gangguan). Di mana G adalah fungsi transfer, bentuk fungsi tranfer seperti berikut:

G=

K adalah steady state gain, td adalah time delay, dan adalah time constant. 2.2 Tahap Penentuan Loop-Pairings Perhitungan Relative Gain Array (RGA) dilakukan untuk mencari interaksi antara fungsi transfer-fungsi transfer. Dari hasil RGA dicari konfigurasi-konfigurasi loop-pairings. Dan dilakukan perhitungan Relative Disturbance Gain (RDG) untuk mengetahui apakah interaksi yang dihasilkan oleh gangguan tertentu menguntungkan atau tidak. Perhitungan Singular-Value Decomposition (SVD) dilakukan sehingga didapatkan nilai-nilai dari matriks-matriks K, U, V, dan . Dari matriks U dan matriks V dapat dicari konfigurasi-konfigurasi loop-pairings. Dari matriks dapat dicari condition number untuk mengetahui tingkat kesulitan pengontrolan proses. Dari hasil pemodelan dan loop-pairings yang didapat, dilakukan simulasi pada HYSYS sesuai dengan model-model dan loop-pairings. 2.3 Tahap Simulasi Plant dengan Pengontrol Dekopel Dari hasil pemodelan dan loop-pairings yang didapat, pengontrol dekopel dipasangkan pada plant bagian distilasi purge. Lalu dilakukan simulasi pada plant yang telah dipasangkan pengontrol dengan menggunakan HYSYS. 3. Hasil dan Diskusi Analisis hasil dilakukan dengan mengamati perilaku dinamika dari variabel-variabel yang dikendalikan oleh pengontrol dan perolehan isobutana di reaktor dan kolom DIB dengan memberikan gangguan step pada masukan heavy purge column. Pengamatan dilakukan terhadap diagram garis (strip chart) pada reaktor dan kolom DIB yang ditampilkan HYSYS. 3.1 Perhitungan RGA dan SVD Dari hasil perhitungan RGA maupun SVD, loop pairings yang digunakan adalah loop pairing antara variabel produk atas (D2) dengan laju panas reboiler dan produk bawah (purge) dengan laju reflux. Loop-pairings yang terjadi memiliki nilai sebesar 2,0332. Hal ini menyatakan loop-pairings tersebut memerlukan sebuah pengontrol dekopel sebagai pengontrol yang layak. Namun dari simulasi plant yang telah dipasangkan pengontrol dekopel dengan menggunakan perangkat lunak HYSYS, respon yang dihasilkan berupa respon yang tidak stabil. Hal ini terjadi karena proses yang terjadi sulit untuk dilakukan pengontrolan yang baik. Dan juga dapat dilihat dari hasil perhitungan SVD, dimana condition number yang didapat bernilai sangat besar, karena semakin besar nilai dari condition number maka semakin sulit proses yang terjadi untuk dikontrol. 3.2 Perhitungan RDG Hasil perhitungan RDG, diketahui bahwa 1<1 dan 2>1, dan hal ini menyatakan bahwa loop pairing antara produk atas dengan reboiler memberikan interaksi yang menguntungkan dan untuk loop pairing antara produk bawah dengan laju reflux memberikan interaksi yang tidak menguntungkan. Hal ini dapat menyebabkan proses sulit untuk dikontrol. 3.3 Pengaruh Pengontrol Dekopel terhadap Plant Dengan ditambahkan pengontrol dekopel, respon fraksi isobutana yang dihasilkan memiliki kecenderungan yang berbeda dengan respon fraksi isobutana yang dihasilkan apabila tidak digunakan pengontrol dekopel. Hal ini dapat terjadi akibat usaha pengontrol dekopel dalam menghilangkan interaksi-interaksi yang dalam proses. Namun karena prosesnya sulit dikontrol, sehingga menyebabkan respon yang terjadi pula tidak terjaga dalam kondisi optimumnya. Pada simulasi plant dengan pengontrol dekopel, dapat dilihat bahwa isobutana yang dihasilkan oleh reaktor dan yang keluar dari DIB column mengalami perubahan. Perubahan nilai fraksi isobutana pada DIB column yang terjadi dapat disebabkan karena adanya perubahan laju molar pada masukan DIB

K .e td .s .s + 1

column sehingga mempengaruhi proses di dalamnya. Perubahan nilai fraksi keluaran pada reaktor terjadi dapat disebabkan oleh perubahan laju molar keluaran dari heavy purge column.
DIB
0.9596 fraksi i-butana 0.9594 0.9592 0.959 0.9588 0.9586 0 1000 2000 3000 4000 5000 waktu (menit)

Gambar 2 Keluaran Fraksi Isobutana pada DIB


Reaktor
0.7 0.699 0.698 0.697 0.696 0.695 0.694 0.693 0 1000 2000 3000 4000 5000 waktu (me nit)

fraksi i-butana

Gambar 3 Keluaran Fraksi Isobutana pada Reaktor 4. Kesimpulan 1. Proses heavy purge column pada plant isomerisasi normal butana merupakan proses yang sulit untuk dikontrol. 2. Loop-pairings purge-reflux dan D2-reboiler yang memungkinkan pada proses heavy purge column pada plant isomerisasi normal butana. 3. Pemasangan pengontrol dekopel pada heavy purge column tidak dapat menjaga proses pada keadaan optimumnya dan kestabilannya secara plantwide. 4. Kecenderungan isobutana yang dihasilkan antara plant dengan pengontrol dekopel dan plant tanpa pengontrol memiliki kecenderungan yang berbeda. Daftar Pustaka 1. Arvin, Studi Kontrol Plantwide Kasus Sistem Reaktor Separator dengan Aliran Recycle, Bandung, 2003. 2. Erikson, K.T., Hendrick, John L., Plantwide Process Control, John Wiley and Sons Inc., USA, 1999. 3. Fessenden, Kimia Organik, edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999. 4. Froment, G.F., Bischoff, Kenneth B., Chemical Reactor Analysis and Design, 2nd ed., John Wiley and Sons Inc., USA, 1990. 5. Johnson, C.D., Process Control Instrumentation Technology, Fifth Edition, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1997. 6. Luyben, W.L., Tyreus, Bjorn D., Luyben, Michael L., Plantwide Process Control, McGraw-Hill International, Singapore, 1999. 7. Stephanopoulos, G., Chemical Process Control, Prentice Hall Inc., Singapore, 1984.

Anda mungkin juga menyukai