Anda di halaman 1dari 11

A.

Sistematik dan Jenis-Jenis Tanaman Kakao Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Spermathophyta : Dicotyedoneae : Malvales : Sterculiaceae : Theobroma : Cacao

Tanaman kakao digolongkan ke dalam 2 jenis : 1. Criollo (kakao mulia) Criollo adalah tipe tanaman kakao yang menghasilkan biji kakao kering, biasa dikenal sebagai fine flovour cacao, chosen cacao, edel cacao atau kakao murni. Merupakan jenis tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang mutunya sangat baik. Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan mempunyai ciri utama yang sama yaitu : a. Tongkol berwarna hijau atau merah. b. Kulit berbintik-bintik kasar, tipis dan lunak. c. Biji bulat telur dengan kotiledon berwarna putih waktu basah. 2. Forestero (kakao lindak) a. Amazonia Forestero Amazonia Forestero adalah tipe tanaman kakao yang menghasilkan biji kering, biasanya dikenal dengan bulk cacao atau ordinary cacao. Merupakan jenis tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang mutunya sedang. Ciri-ciri utama buah kakao tipe Amazoniz Forestero ialah : 1) Tongkol warna hijau 2) Kulit tebal 3) Biji gepeng dengan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah b. Trinitario (hibrid dengan Forestero) Trinitario adalah tipe tanaman kakao hibrid hasil persilangan secara alami antara Criollo dengan Forestero, karena itu tipe kakao ini

sangat heterogen. Ada yang menghasilkan biji kering yang termasuk edel cacao dan ada yang termasuk bulk cacao. Ciri-ciri utama kakao tipe trinitario adalah merupakan

intermedinate dari criollo dan forestero dengan bentuk tongkol bermacam-macam, antara lain : 1) Tongkol berwarna hijau dan merah. 2) Kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua. B. Prospek Kakao Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. Oleh karena itu, dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 60 LU - 110 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Namun, setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu, sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara (sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit). Di samping itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Kakao merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang merupakan salah satu andalan ekspor non migas negara Indonesia. di Indonesia pertama kali dibudidayakan pada 1921 dan berkembang pesat di daerah-daerah pulau Jawa. Sekarang tanaman cokelat sudah menyebar di seluruh Indonesia. Perkembangan cokelat sangat pesat, karena semakin meningkatnya kebutuhan akan tanaman jenis itu, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Indonesia berhasil menjadi produsen kakao kedua terbesar dunia berkat keberhasilan dalam program perluasan dan peningkatan produksi yang mulai dilaksanakan sejak awal tahun 1980-an. Pada saat ini areal perkebunan kakao tercatat seluas 914 ribu hektar, tersebar di 29 propinsi dengan sentra produksi Sulsel, Sulteng, Sultra, Sumut, Kaltim, NTT dan Jatim. Sebagian besar (>90%) areal perkebunan kakao tersebut dikelola oleh rakyat. Konsumsi biji kakao dunia sedikit berfluktuasi dengan kecenderungan terus meningkat. Harga kakao dunia pun terus meningkat. Harga kakao dunia mempunyai keterkaitan yang sangat kuat dengan harga kakao domestik karena pedagang kakao di sentra-sentra utama produksi kakao Indonesia

menggunakan harga bursa New York sebagai acuan dalam menetapkan harga kakao di tingkat petani. Saat harga kakao dunia masih tinggi sehingga petani dan perkebunan dapat memanfaatkan harga yang tinggi ini dengan meningkatkan pemeliharaan tanaman kakaonya sehingga tingkat

produktivitasnya meningkat. Biji buah kakao (cokelat) yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang disebut cokelat bubuk. Cokelat dalam bentuk bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk makanan dan

minuman, seperti susu, selai, roti, dan lainlain. Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak. Coklat atau produk olahan dari buah kakao adalah makanan sehat. Kakao jenis criollo mempunyai rasa yang kompleks dan lembut, tetapi cita rasa souvenir chocolatenya kurang kuat, sementara forastero memiliki cita rasa chocolate wedding yang kuat. Sedangkan trinitario menupakan hasil persilangan antara criollo dan forastero. Khasiat coklat untuk kesehatan adalah

sebagai antioksidan, antioksidan dalam coklat diperoleh dari biji kakao yang mengandung antioksidan flavonoid yang berguna untuk menahan radikal bebas. Khasiat antioksidan yang terkandung dalam flavonoid dalam biji kakao sebanding dengan 6 apel atau 4,5 cangkir teh. Selain sebagai antioksidan, coklat juga berkhasiat membantu tubuh beristirahat atau mengurangi susah tidur. Khasiat ini terkandung dalam protein yang terkandung dalam biji kakao, protein yang kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin dan tyrosin. Khasiat lainnya adalah coklat mampu mensuplai kalsium dan magnesium untuk tubuh. Oleh karena itu, coklat bermanfaat untuk membuat anda bersemangat kembali.

C. Morfologi Tanaman Kakao Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah. 1. Akar Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 2 minggu terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter. 2. Batang

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 meter. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 meter tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Di awal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorquette, dengan ketinggian yang ideal 1,2 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan. 3. Bunga Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari (Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 4 centimeter. Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bungabunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang (tumbuh langsung dari batang), dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder. Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas. Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000 10.000 per tahun tetapi hanya sekitar 5% yang dapat menjadi buah.

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari. Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan

penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi. 4. Buah dan biji Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Warna buah kakao pada dasarnya ada 2 macam, yaitu : a. Buah muda berwarna hijau putih, setelah masak berwarna kuning. b. Buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning. Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 2 centimeter. Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10 30 centimeter, umumnya ada tiga macam warna buah kakao, yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 centimeter disebut cherelle. Anatomi buah kakao terdiri dari : a. Kulit buah (cocoa pod) 73,73% b. Placenta 2,0% c. Biji 24,2%

Buah kakao yang masak mempunyai kulit tebal dan berisi 30 40 biji yang diselimuti oleh pulp. Sedangkan biji terdiri dari 2 bagian, yaitu kulit biji dan keping biji. Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pasca panen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari. Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka di dalam penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat merusakkan biji. D. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao. 1. Tanah Tanah merupakan komponen hidup dari tanaman yang sangat penting. Dalam kehidupan tanaman fungsi tanah yang utama adalah memberikan unsur hara, baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat memberikan air, juga sebagai tempat berpegang dan bertopang untuk tumbuh tegak bagi tanaman. Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga sistem drainase yang baik. Tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada di sekitar 15 cm dari permukaan tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak

terhambat. Perkembangan akar yang baik menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian berfungsi sebagai organ penyerapan hara dari tanah. Tanaman kakao menghendaki permukaan air tanah yang dalam. Permukaan air tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga tumbuhnya tanaman kurang kuat. Pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik diperoleh pada tanah yang didominasi oleh mineral liat smektit dan berturut-turut diikuti oleh tanah yang mengandung khlorit, kaolinit dan haloisit. Tanaman cokelat dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki keasaman (pH) 6-7,5, tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4. Air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu, kedalam air tanah diisyaratkan minimal 3 m. Faktor kemiringan lahan sangat menentukan kedalaman air tanah. Pembuatan teras pada lahan yang kemiringannya 8% dan 25% masing-masing dengan lebar minimal 1 m dan 1,5 m. Sedangkan lahan yang kemiringannya lebih dari 40% sebaiknya tidak ditanami cokelat. Daerah yang cocok untuk penanaman cokelat adalah lahan yang berada pada ketinggian 200-700 m dpl. Solum tanah dalam (>150 cm). Tekstur dan struktur tanah baik, sehingga tanah mempunyai daya menahan air, aerasi, dan drainase yang baik. Kandungan bahan organik tidak kurang dari 3% dan kandungan unsur hara dalam tanah cukup tinggi. 2. Iklim Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan demikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 600 meter di atas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20 LU dan 20 LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10 LU dan 10 LS. Hal tersebut berkaitan dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Tanaman kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya

membutuhkan persediaan air yang cukup. Air ini diperoleh dari dalam tanah

yang berasal dari air hujan atau air siraman. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kakao berkisar antara 1.500 2.000 mm setiap tahun dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan dan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Curah hujan 1.354 mm/tahun dianggap cukup jika hujan merata sepanjang tahun dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan. Suhu yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kakao adalah sekitar 25 - 27 C dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar. Rata-rata suhu minimum adalah 18 - 21 C dan rata-rata suhu maksimum adalah 30 - 32 C. Berdasarkan kesesuaian terhadap suhu tersebut maka tanaman kakao secara komersial sangat baik dikembangkan di daerah tropis. Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia, suhu udara 2526 derajat C merupakan suhu udara ratarata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu, daerah-daerah tersebut sangat cocok jika ditanami cokelat. Fluktuasi suhu harian tidak lebih dari 90C dan tidak ada angin bertiup kencang.

Untuk terjaminnya keseimbangan metabolisme maka kelembaban yang dikehendaki tanaman kakao adalah 80% sesuai dengan iklim tropis. Pada penanaman tanaman kakao intensitas cahaya ternyata lebih penting artinya dalam mempengaruhi pertumbuhan kakao dari pada unsur hara dan air. Di samping pengaruh langsung terhadap fotosintesis, intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap proses trasparasi dan degrasi klorofil daun. Intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kakao berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kebutuhan tanaman terhadap intensitas cahaya matahari bervariasi, tergantung pada fase pertumbuhan dan umur tanaman. Intensitas cahaya yang ideal bagi tanaman kakao adalah antara 50 70%. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman cokelat akan menyebabkan lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relatif pendek. E. Persiapan Bahan Tanam Beberapa pengertian umum yang sering dijumpai dalam budidaya kakao : 1. Varietas : bahan tanaman yang dikembang biakkan secara generatif (dengan benih hibrida).

2. Klon : bahan tanaman yang dikembangbiakkan secara vegetatif (dengan stek, okulasi, sambung samping). a. Keunggulan dari klon mulia adalah produksi tahun ke-lima dapat mencapai 1 2 ton biji kering/ha/tahun, pada jarak tanam 3 3 meter atau 4 2 meter (populasi 1100 atau 1250 tanaman/ha). Mutu hasil sesuai dengan keinginan konsumen dengan berat biji kering 1,2 gram/biji, kandungan lemak > 56%, persentase kulit ari 12 %. Toleran terhadap penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora). Beradaptasi cukup luas terhadap ketinggian tempat dan dapat dibudidayakan dari 0 650 m dpl. b. Keunggulan klon lindak adalah produksi tahun ke-lima dapat mencapai 1,5 3 ton biji kering/ha/th, pada jarak tanam 3 x 3 m atau 4 x 2 m (populasi 1100 atau 1250 tanaman/ha).

Mutu hasil sesuai dengan keinginan konsumen dengan berat biji kering 1,0 gram/biji, kandungan lemak > 50 %, persentase kulit ari 12 %. Toleran terhadap penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora), penyakit antraknose (Collectotrichum) dan VSD (Oncobasidium

theobromae). Beradaptasi cukup luas terhadap ketinggian tempat dan dapat dibudidayakan dari 0 650 m dpl. 1. Perbanyakan Generatif a. Pemilihan buah Buah kakao tersebar pada batang, cabang dan ranting.

Buah kakao masak untuk benih diperkirakan 21 minggu setelah anthesis. b. Pemilihan biji Biji yang digunakan dapat berasal dari bagian pangkal, tengah dan ujung. Biji yang digunakan untuk benih dianjurkan bernas dan berukuran sedang (kisaran berat 100 bijinya adalah 100 gram). Biji kakao harus segera dikecambahkan karena biji kakao tidak mempunyai masa dormansi. Kebutuhan bibit kakao untuk areal pertanaman 1 ha : 1) Tanah datar

Jarak tanam 3 x 3 m = 1.111 pohon. Persediaan sulaman 20 % = 222 pohon. Jumlah = 1.333 pohon (dibulatkan = 1.300 pohon). Bibit afkir 20 %, sehingga bibit yang harus disiapkan di pembibitan = (100/80) x 1300 pohon = 1.625 pohon. 2) Tanah miring Jarak tanam 4 x 2,5 m = 1.000 pohon. Persediaan sulaman 20 % = 200 pohon Jumlah = 1.200 pohon. Bibit afkir 20 %, sehingga bibit yang harus disiapkan di pembibitan = (100/80) x 1200

pohon = 1.500 pohon. Kebutuhan benih kakao untuk areal 1 ha : Asumsi daya kecambah benih 90%, jumlah kecambah yang dapat dipindahkan 95%, jumlah bibit yang dapat ditanam 80%. Kebutuhan benih kakao = 100/90 x 100/95 x 100/80 x Y = 1,46 Y (Y = jumlah bibit yang dibutuhkan).

Kritik dan Saran Produksi biji kakao Indonesia secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan umumnya masih rendah dan beragam, khususnya yang dihasilkan oleh petani perkebunan rakyat. Oleh karena itu, teknologi pengolahan kakao pada tingkat petani perlu dikembangkan agar mampu menghasilkan biji kakao bermutu tinggi secara berkelanjutan. Salah satu upayanya adalah melalui penerapan alat dan mesin hasil rekayasa terkini untuk dikembangkan pada usaha agribisnis perkebunan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai