Anda di halaman 1dari 9

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

Yogyakarta, 27 Juli 2011

PERBANDINGAN ANALISIS PENGAMBILAN LOGAM Fe TOTAL SEDIMEN SUNGAI MURIA DENGAN PELARUT HF MEMAKAI TEFLON BOMB DIGESTER
Sihono, J. wasito, Muljono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id

ABSTRAK PERBANDINGAN ANALISIS PENGAMBILAN LOGAM Fe TOTAL SEDIMEN SUNGAI MURIA DENGAN PELARUT HF MEMAKAI TEFLON BOMB DIGESTER. Telah dilakukan pengambilan total logam Fe dalam sedimen sungai di daerah Muria dengan asam fluorida. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengambilan total logam Fe dari sedimen sungai di daerah Muria. Berdasarkan hasil perbandingan analisis total logam Fe dalam sedimen sungai memakai AAS dan XRF, bahwa semakin tinggi konsentrasi HF pengambilan Fe dengan Teflon Bomb Digester semakin tinggi pula. Hal ini berlaku untuk sedimen sungai Kancilan = 2298,37 ppm; Suru = 735,8696 ppm dan sedimen sungai Wareng = 825,5435 ppm. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk sedimen sungai Balong dan Dombang. Hal ini terlihat pada perbandingan linier antara XRF dan AAS, harga R2 sedimen sungai Balong = 0,0082 dan R2 sedimen sungai Dombang = 0,591.

ABSTRACT COMPARISON OF ANALYSIS. OF THE TOTAL Fe FROM SEDIMENT OF RIVER MURIA WITH HF ACID USE OF TEFLON BOMB DIGESTER. Comparison of analysis. of the total fe from sediment of river muria by HF acid by teflon bomb digester have been done. The aim of this research is to know the desorption of total Fe from river sediment Muria by HF Acid. Base on comparation of total analysis Fe in river sediment by AAS and XRF, that increases of concentration HF acid the intake of Fe by "Teflon Bomb Digester" also increases. This matter was valided for the sediment of Kancilan river was 2298.37 ppm; Suru 735.8696 ppm and sediment of river Wareng ware 825.5435 ppm. But this matter is not applicable for the sediment of river of Balong and Dombang. This Matter were seen at linear comparison between XRF and AAS comparation, that the vaue of R2 of sediment river Balong was 0.0082 and R2 of sediment of river Dombang was only 0.591.

PENDAHULUAN egiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di lingkungan Semenanjung Muria merupakan persyaratan penting untuk dapat dibangunnya PLTN di Indonesia yang telah dicanangkan sejak tahun 1977. Salah satu aktivitas AMDAL yang perlu dilakukan adalah untuk memperoleh data sebaran logam berat terhadap sungai-sungai di sekitar perairan Muria. Walaupun pembangunan PLTN tersebut belum dimulai aktivitasnya, tetapi dataSihono, dkk.

data AMDAL tersebut setelah lima tahun harus diperbaharui sebagai data background level 5 tahunan. Kegiatan rutin ini penting karena untuk mengevaluasi pencemaran khususnya pencemaran akibat logam berat di Daerah Aliran Sungai (DAS) sekitar Muria. Akibat dari kegiatan AMDAL ini diharapkan gejolak peningkatan atau penurunan logam berat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Muria dapat lebih awal diketahui, sehingga pengambil keputusan PEMDA setempat dapat mencegah atau melokalisir.
Buku II hal 205

ISSN 1410 8178

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011

Kegiatan AMDAL adalah satunya adalah monitoring yang berguna untuk menentukan konsentrasi kontaminan awal atau rona awal dari polutan berbahaya di suatu wilayah tertentu Menurut Ziwart dan (background area)(1). Trivedi (2), dampak dari kegiatan pemantauan diharapkan dapat melakukan identifikasi ancamanancaman yang potensial terhadap kesehatan manusia dan ekosistem alam (ekotoksikologi). Hasil data yang didapat selanjutnya dilakukan evaluasi untuk pemenuhan terhadap beberapa standar pemerintah (PP No. 7 1999) ataupun beberapa standar internasional seperti WHO, IAEA, ISD, dan lain-lain. Keluaran kegiatan pemantauan dapat dipakai oleh pengambil keputusan (Pemerintah), untuk diinformasikan kepada masyarakat tentang kualitas lingkungan sungai, selanjutnya dapat dikembangkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat akan isuisu lingkungan. Kegiatan pemantauan dipilih daerah atau area dengan radius 2 km hingga 5 km dari calon tempat dibangunnya PLTN pertama di Indonesia yaitu Ujung Lemahabang. Daerah dengan luasan radius 2 km hingga 5 km tersebut yang diperkirakan sebagai sumber utama penyebab pencemaran selain PLTN sendiri adalah sungaisungai yang melewati di daerah tersebut. Sungaisungai yang terdapat pada 2 km hingga 5 km seperti Sungai Kancilan, Sungai Balong, Sungai Suru, Sungai Dombang dan Sungai Wareng. Sungai-sungai tersebut diperkirakan membawa polutan ion logam yang berasal dari pelapukan batuan dan mineral, limbah pertanian (pestisida dan pupuk), industri kayu dan limbah domestik yang dibawa dari daerah yang lebih luas radiusnya. Pada daerah radius 2 km hingga 5 km dimana muara kelima sungai-sungai tersebut berada, diperkirakan akan terakumulasi pencemar ion logam dari tahun ketahun akan terus bertambah. Jadi dengan mengambil sampel dari kelima sungai-sungai tersebut untuk ditentukan rona awalnya diharapkan telah memenuhi syarat pemantauan sesuai dengan persyaratan oleh Canter, 1996 (3). Untuk melakukan pemantauan sesuai persyaratan, diperlukan data-data kandungan unsur yang ada dalam kelima sedimen sungai. Salah satu metoda yang dapat digunakan adalah metoda nyala spektrometri serapan atom (SSA). Pada metoda SSA, cuplikan sedimen diubah menjadi bentuk larutan melalui proses ekstraksi padat-cair. Menurut Murray, C.N. and Murray, L. (4) desorpsi yang terjadi pada ekstraksi padat-cair merupakan peristiwa keluarnya analit yang terkandung di dalam bulk sedimen (padatan) ke dalam larutan. Beberapa faktor yang berpengaruh
Buku II hal 206

adalah waktu kontak, konsentrasi pelarut, konsentrasi zat terlarut dalam sedimen, spesiasi zat terlarut, kandungan organik/anorganik dalam sedimen dan salinitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelarut asam HF yang digunakan pada proses ekstraksi padat-cair sehingga terjadi proses desorpsi (pelepasan) logam dari padatan ke bentuk cair. Penelitian ini juga untuk mengetahui seberapa besar desorpsi (pelepasan) logam setelah dilakukan ekstraksi secara padat-cair menggunakan HF. Analisis unsur dapat dilakukan oleh berbagai alat, tergantung unsur apa saja yang akan dianalisis. Spektrometer pendar sinar-X merupakan salah satu alat yang populer digunakan untuk analisis unsur mayor dan minor, dan cuplikan dapat berupa padat dan cair dan penanganan sampel dan pengoperasiannya tidak rumit. Sedangkan SAA lebih rumit dalam pengoperasian maupun preparasi sampelnya, mengingat sampel yang akan dianalisis harus berupa cairan bening dan analisis unsur tergantung dari tersedianya lampu yang akan digunakan, maka pada penelitian ini akan membandingkan analisis pengambilan logam Fe total sedimen sungai Muria dengan pelarut HF memakai Teflon Bom Digester. Pada penelitian ini sengaja dipilih pengambilan logam Fe dalam 5 (lima) sedimen sungai di daerah Muria. Karena Fe merupakan unsur mayor dan esensial bagi tanaman, tetapi dapat berupa racun apabila berlebihan dan masuk ke dalam air sungai pada musim hujan. TATA KERJA Bahan Blanko (aquadest/air suling), standar: Fe (Eisen-standard, 1000 mg Fe, no. 1.09972. Titrisol), buatan Merck. Bahan kimia antara lain : asam nitrat dan asam fluorida. Cuplikan sedimen sungai Kancilan (A), Balong (B), Suru (C), Dombang (D) dan Wareng (E), dari Muria. Lokasi dan letak astronomis pengambilan cuplikan, seperti disajikan pada Tabel 1. Selain itu diperlukan pula standar unsur Fe, Cu dan Sr (dalam bentuk serbuk). Tabel 1. Lokasi dan letak astronomis pengambilan cuplikan. Tabel 1. Lokasi dan letak astronomis pengambilan cuplikan. Sedimen Bujur Timur Lintang Selatan Sungai Kancilan (A) 110o, 46, 40,3 06o, 30, 04,5 o Balong (B) 110 , 47, 47,5 06o, 28, 04,8 o Suru (C) 110 , 48, 48,5 06o, 26, 43,5 o Dombang (D) 110 , 49, 43,1 06o, 28, 57,8 o Wareng (E) 110 , 50, 14,7 06o, 27, 48,6
Sihono, dkk

ISSN 1410 8178

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011

Peralatan 1. Spektrometer Nyala Serapan Atom (Flame Atomic Absorption Spectrometer, AAS) Seperangkat spektrometer nyala serapan atom (SpectrAA-300), buatan Varian, Techtron, Australia. Teflon bomb digester, Peralatan gelas, antara lain : labu takar kaca dan teflon 10 mL, gelas beker teflon 50 mL, pipet mikro 10 100 L, 50 250 L, dan 100 1000 L. 2. Spektrometer Pendar Sinar-X (X-Ray Fluorescence, XRF) Alat penumbuk cuplikan yang terbuat dari stainless steel; Timbangan OHAUS GT 410. Sumber eksitasi : Cd-109; Drop out relay.; Stabilizer Philips PE1414 line conditioner 1.5 kVA.; Detector Si(Li) Canberra Model SL 30170 beserta perangkatnya yang terdiri atas : Bin power supply Canberra Model 2000, HV power supply Canberra Model 31020 (diset 0.50 = 500 Volt), Spectroscopy amplifier Canberra Model 2020 (Coarse gain 100, Fine gain 9.30=0,93 dan Shapping time 6 sec.), Pre amplifier (perangkat awal) Canberra Model 2008B. Seperangkat computer yang terdiri atas : CPU Simbadda Model Sim-X, Key board Model Millenia, Monitor LG Model Flatron L 1553 S. Cara Kerja 1. Spektrometer Nyala Serapan Atom (Flame Atomic Absorption Spectrometer, AAS) a) Penyiapan Blanko (aquadest/air suling), standar: Fe (Eisen-standard, 1000 mg Fe, no. 1.09972. Titrisol), buatan Merck. Cuplikan sedimen sungai Kancilan (A), Balong (B), Suru (C), Dombang (D) dan Wareng (E), dari Muria yang diambil pada 16 Juli 2007. Preparasi standar dan cuplikan, meliputi : pembuatan standar dan penimbangan cuplikan, masing-masing kurang lebih 0,100 gram. b) Masing-masing cuplikan dimasukkan ke dalam Teflon Bomb Digester, ditambah HNO3 65% masing-masing sebanyak 1 mL (tetap untuk setiap cuplikan); ditambah HF (variasi persentase: 8%, 24% dan 40%) 0,5 mL dan aquades secukupnya.. Ditutup rapat-rapat, dimasukkan ke dalam oven, dipanaskan dengan suhu 150oC selama 3 jam. Setelah dingin, dibuka dan dilanjutkan dipanaskan secara terbuka di atas plat panas (hot plate) untuk menghilangkan asam dengan cara menambahkan air suling/aquadest dan dipanaskan lagi beberapa kali. Ditepatkan sampai tanda garis dalam labu takar teflon 10 mL dengan air suling/aquadest.
Sihono, dkk.

Cuplikan diencerkan 500 (lima ratus) kali. Cuplikan siap untuk dilakukan pengukuran/analisis. c) Persiapan pengoperasian spektrometer nyala serapan atom, meliputi : optimasi kondisi analisis untuk unsur Fe. d) Pengoperasian spektrometer nyala serapan atom, meliputi : analisis standar dan cuplikan. Pengukuran logam Fe dapat dibaca langsung pada tampilan komputer yang telah di-set dengan seperangkat spektrometer nyala serapan atom. Pengukuran/analisis dilakukan masing-masing 3X (tiga kali) untuk Blanko, Standar maupun Cuplikan. Hasil yang diperoleh berupa data dalam print out. Kondisi operasi Spektrometer nyala serapan atom, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kondisi operasi Spektrometer nyala serapan atom Logam Besi (Fe) Kondisi operasi Lebar celah (Slit width) Panjang gelombang (Wave length) Nyala (Flame) Arus lampu (Lamp curent) Tinggi pembakar (Burner) Lajju alir udara (Air flow) Laju alir acetylene (Acetylene flow) Laju alir cuplikan 2. 0,2 nm 248,3 nm Air acetylene 5 mA 14 mm 13,5 L/menit 2,47 L/menit 4,5 mL/menit

Spektrometer Pendar Sinar-X (X-Ray Fluorescence, XRF) a). Preparasi Cuplikan ditumbuk/dihaluskan dengan menggunakan peralatan stainless still. Disaring dengan ayakan lolos 100 mesh, dihomogenkan, ditimbang 1 gram, menggunakan Timbangan OHAUS GT 410. Sebagai wadah/tempat cuplikan digunakan pralon PVC diameter = tinggi 1 cm dan diberikan alas plastik milar serta dijepit menggunakan pralon PVC. Standar yang digunakna adalah : Standar BRS dengan Kode BRS. b).Kalibrasi tenaga, pencacahan dengan sumber eksitasi Cd-109 Diletakkan Sumber standar unsur Fe, Cu dan Sr (dalam bentuk serbuk) di atas sumber eksitasi Cd-109. Selanjutnya pencacahan dilakukan dengan cara : mengklik kiri pada mause, dimana anak panah pada layar monitor menunjuk Start.
Buku II hal 207

ISSN 1410 8178

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011

Maka perangkat spektrometer pendar sinar-X mulai mencacah. Setelah 300 detik atau lima menit, maka pencacahan secara otomatis berhenti. Dicatat nomor salur (X) dan tenaga (Y) untuk masing-masing puncak Fe, Cu dan Sr. Hasil pencacahan disajikan pada Tabel 3. Data pencacahan dibuat grafik dengan menggunakan program excel. Dimasukkan data hasil pencacahan sumber standar masing-masing

nomor salur (X) dan tenaga, KeV (Y). Persamaan garis lurus yang merupakan grafik kalibrasi tenaga dapat diperoleh dan ditampilkan dalam program excel tersebut. Selain dari itu persamaan garis lurus (Y = bX + a) dan harga koefisien korelasinya (R2) dapat ditampilkan pula dalam gambar tersebut. Kurva kalibrasi tenaga disajikan pada Gambar 1.

Tabel 3.Hasil pencacahan standar unsur Fe, Cu dan Sr (dalam bentuk serbuk) untuk kalibrasi spektrometer pendar sinar-X menggunakan detektor Si(Li) dengan sumber eksitasi Cd-109, waktu pencacahan lima menit. No. Unsur Tenaga, KeV (Y) Nomor salur (X) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sr Cu Fe 6,403 7,057 8,047 8,904 14,164 15,834 119 131 149 165 261 292

Lalibrasi Tenaga (sumber Eksitasi Cd-109)


15 y = 0,0546x - 0,09 13 R2 = 1

Tenaga (KeV)

11

9 7 5 100 150 200 250 300

Nomor Salur
Gambar 1. Kurva kalibrasi tenaga unsur Fe, Cu dan Sr (dalam bentuk serbuk) spektrometer pendar sinar-X menggunakan detektor Si(Li) dengan sumber eksitasi Cd-109, waktu pencacahan lima menit mempunyai tenaga antara 5 sampai dengan 20 KeV). Analisis dilakukan dengan cara pencacahan cuplikan dan standar. Cuplikan diletakkan di atas sumber eksitasi, waktu pencacahan 1000 detik. Hasil pencacahan disimpan di dalam hard disc.

c). Analisis Analisis dilakukan dengan menggunakan Spetrometer pendar sinar-X. Sumber eksitasi yang digunakan antara lain adalah : Cd-109 (menganalisis unsur-unsur logam yang

Buku II hal 208

ISSN 1410 8178

Sihono, dkk

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011

d).Perhitungan hasil analisis Kadar Cuplikan, digunakan Rumus Baku :


Net Area Cuplikan Net Area Coumpton Kadar log am dalam cuplikan = Net Area S tan dar Net Area Coumpton

Berat Cuplikan

x Kadar S tan dar

Berat S tan dar

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis baik dengan metoda AAS maupun XRF, disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Untuk memperjelas hasil analisis setiap cuplikan sedimen sungai, maka ditampilkan pula Gambar 4 sampai dengan Gambar 8.

Kons. Fe (ppm), dalam cuplikan dengan AAS

2500

2000

Kons. Fe (ppm)

1500

1000

500

0 Kancilan Balong Suru Dombang Wareng

Cuplikan
Hf=8% Hf=24% Hf=40%

Gambar 2.

Hasil analisis Fe total pada beberapa cuplikan sedimen sungai Muria dengan AAS. mudah diambil dengan konsentrasi HF = 40%. Karena pengambilan optimum pada 40%, maka diperkirakan Fe total ikut di dalam sedimen yang mengandung SiO2 (mineral Fe, Si) atau sedimen Sungai Kancilan kemungkinan merupakan mineral paduan antara Fe dan Si. Karena SiO2 sangat mudah larut dalam HF.

Hasil analisis Fe total pada beberapa cuplikan sedimen sungai Muria dengan AAS, disajikan pada Gambar 2. Dalam Gambar 2, terlihat bahwa di dalam sedimen sungai Kancilan, konsentrasi Fe tertinggi dapat terambil dengan konsentrasi HF 40%, sedangkan pada konsentrasi HF 8% dan 24% pengambilan logam Fe kurang baik. Dengan kata lain, Fe dalam sedimen Sungai Kancilan lebih

Sihono, dkk.

ISSN 1410 8178

Buku II hal 209

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011

Kons. Fe (ppm) dalam Cuplikan dengan X-Ray


3000

2500

Kons. Fe (ppm)

2000

1500

1000

500

0 Kancilan Balong Suru Dombang Wareng

Cuplikan
Hf=8% Hf=24% Hf=40%

Gambar 3. Hasil analisis Fe total pada beberapa cuplikan sedimen sungai Muria dengan XRF. Demikian juga hasil analisis dengan menggunakan XRF, pengambilan total Fe dalam sedimen sungai Kancilan terbaik adalah pada konsentrasi HF = 40%, sedangkan pada konsentrasi HF 8% dan 24% pengambilan Fe kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada Hasil analisis Fe total pada beberapa cuplikan sedimen sungai Muria dengan XRF, yang disajikan pada Gambar 3. Selanjutnya pada Gambar 2 dan 3, untuk sedimen sungai Balong, Suru, Dombang dan Wareng, hasil analisisnya baik analisis AAS (Gambar 2) dan XRF (Gambar 3) mempunyai pola yang hampir sama, kecuali sedimen sungai Balong yang mempunyai pola berlainan antara AAS dan XRF. Untuk memperjelas fenomena ini dapat dilihat dengan analisis regresi hubungan antara AAS dan XRF dapat dilihat pada Gambar 4, 5, 6, 7 dan 8.

Kadar Fe (ppm) dalam Sedimen Sungai Kancilan


2300 y = 0,764x + 302,12 R2 = 0,9536 2100

AAS

1900

1700

1500 1600

1800

2000

2200

2400

2600

XRF

Gambar 4. Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Kancilan dengan menggunakan AAS dan XRF.

Buku II hal 210

ISSN 1410 8178

Sihono, dkk

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011

Kadar Fe (ppm) dalam Sedimen Sungai Balong


1500 1450 1400 1350 y = -0,2001x + 1589,2 R2 = 0,0082

AAS

1300 1250 1200 1150 1100 1200 1250 1300 1350 1400

XRF

Gambar 5. Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Balong dengan menggunakan AAS dan XRF. Pada Gambar 4: Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Kancilan dengan menggunakan AAS dan XRF, terlihat hubungan linier antara hasil analisis AAS dan XRF pada sedimen sungai Kancilan. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi HF, akan semakin tinggi pula konsentrasi logam Fe yang dapat diambil. Pada Gambar 5: Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Balong dengan menggunakan AAS dan XRF, terlihat bahwa ketidak linieran antara analisis XRF dan AAS. Hal ini dapat dilihat pada harga R2 = 0,0082. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara konsentrasi HF dalam pengambilan logam Fe, untuk logam Fe yang terkandung di dalam sedimen sungai Balong. Berdasarkan penelitian (5), dinyatakan bahwa spektra infra red sedimen sungai Balong mempunyai kandungan silikat tinggi, kemungkinan tidak dapat diambil dengan HF.

Kadar Fe (ppm) dalam Sedimen Sungai Suru


1100

y = 1,3422x - 360,31 1000 R = 0,9867


2

AAS

900

800

700 800 900 1000 1100

XRF

Gambar 6. Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Suru dengan menggunakan AAS dan XRF. Pada Gambar 6: Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Suru dengan menggunakan AAS dan XRF, terlihat bahwa terdapat hubungan linier antara analisis XRF dan AAS, dengan R2 = 0,9867. Berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi HF, akan mengakibatkan pengambilan logam Fe di dalam sedimen sungai Suru semakin besar pula.

Sihono, dkk.

ISSN 1410 8178

Buku II hal 211

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011

Kadar Fe (ppm) dalam Sedimen Sungai Dombang


700 y = 0,4295x + 323,58 R2 = 0,591 650

AAS

600

550

500 600 650 700 750 800

XRF

Gambar 7. Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Dombang dengan menggunakan AAS dan XRF. Pada Gambar 7: Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Dombang dengan menggunakan AAS dan XRF, terlihat bahwa ketidak linieran antara analisis XRF dan AAS. Hal ini dapat dilihat pada harga R2 = 0,591. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara konsentrasi HF dalam pengambilan logam Fe, untuk logam Fe yang terkandung di dalam sedimen sungai Dombang. Berdasarkan penelitian (5), untuk sedimen sungai Dombang mempunyai kandungan silikat lebih tinggi dari pada sedimen sungai Balong, dengan demikian sedimen sungai Balong dan Dombang mempuntai karakteristik yang berbeda dengan sungai Kancilan, Suru dan Wareng.

Kadar Fe (ppm) dalam Sedimen Sungai Wareng


1100 1050 1000 950 y = 1,1284x - 189,91 R2 = 0,8415

AAS

900 850 800 750 700 700

750

800

850

900

950

1000

1050

1100

XRF

Gambar 8. Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Wareng dengan menggunakan AAS dan XRF. Adapun pada Gambar 8: Hasil analisis Fe dalam cuplikan sedimen Sungai Wareng dengan menggunakan AAS dan XRF, terlihat bahwa terdapat hubungan linier antara analisis XRF dan AAS, dengan R2 = 0,8415. Berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi HF, akan mengakibatkan pengambilan logam Fe di dalam sedimen sungai Wareng semakin besar pula.

Buku II hal 212

ISSN 1410 8178

Sihono, dkk

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011

KESIMPULAN Berdasarkan hasil perbandingan analisis total logam Fe dalam sedimen sungai memakai HF, bahwa semakin tinggi konsentrasi HF, pengambilan Fe dengan Teflon Bomb Digester semakin tinggi pula. Hal ini berlaku untuk sedimen sungai Kancilan = 2298,37 ppm; Suru = 735,8696 ppm dan sedimen sungai Wareng = 825,5435 ppm. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk sedimen sungai Balong dan Dombang. Hal ini terlihat pada perbandingan linier antara XRF dan AAS, harga R2 sedimen sungai Balong = 0,0082 dan R2 sedimen sungai Dombang = 0,591. DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, Guidance for Environmental Background Analysis., vol. II. Sediment., NFECS user guide UG-2054-ENV., Naval Facilities Engineering Command., Washington DC 203745065, 2003. 2. ZIWART.D., AND TRIVEDI.R.C., manual on intergrated water quality evaluation., report 802023003, Biomonitoring Indian River II., RIVM proyect 754192 IN/92/021, 1994. 3. CANTER.L.W., Environmental Impact Assessment., McGraw-Hill, Inc., New York, 1996. 4. MURRAY.C.N., AND MURRAY, L., Adsorption-desorption aquilibria of some radionuclides in sedimen-fresh-water and sedimen-seawater systems, Proceeding of a symposium seattle, 10 14 Juli 1972. 5. Supriyanto C., Muzakky, Proses Desorpsi Logam Berat Pada Sedimen Sungai Daerah Muria Dengan Pelarut Asam, Jurnal Iptek Nuklir, Ganendra, ISSN : 1410-6957, Volume 13 Nomor 1 Januari 2010. 6. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir, Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, ISSN : 1410 8178, Yogyakarta, 5 September 2007.

7. Iswani S., Mempelajari Pengaruh Variasi Butiran Partikel Terhadap Analisa Kuantitatip Zr Metoda Spektrometri Pendar Sinar X, Kolokium Teknologi Elemen Bakar Nuklir Teknologi Reaktor & Penggunaan Reaktor, Bandung, 13 15 Oktober 1982. 8. Sahat Simbolon, Penentuan Zr Di Dalam Monazit Dengan Spektrometri Sinar X Radioisotop, Kolokium Teknologi Elemen Bakar Nuklir Teknologi Reaktor & Penggunaan Reaktor, Bandung, 13 15 Oktober 1982. 9. Program microsoft Excel 2003.

TANYA JAWAB Sri Artiningsih Bagaimana cara analisis cuplikan dengan menggunakan dua perangkat analisis ? Sihono Analisis cuplikan dilakukan dengan preparasi cuplikan yang sama. Jadi cuplikan Dianalisis dengan AAS, setelah selesai analisis cuplikan dengan AAS maka dilanjutkan dengan analisis XRF. Untung Margono Bagaimana cara pengambilan cuplikan ? Sihono prosedurnya : Pengambilan cuplikan dilakukan pada lokasi dan titik tertentu. Pengambilan sedimen dengan peralatan dari plastik, kemudian dimasukkan kedalam plastic clip, pengambilan cuplikan kurang lebih 1 kg

Sihono, dkk.

ISSN 1410 8178

Buku II hal 213

Anda mungkin juga menyukai