Anda di halaman 1dari 14

Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Universitas Mercu Buana
MODUL PERTEMUAN KE 6
MATA KULIAH :
TEKNOLOGI BAHAN & KONSTRUKSI (4 sks)
MATERI KULIAH:
Riwayat perkembangan beton, Deskripsi beton, Kelebihan dan kekurangan
beton, Kinerja beton, Sifat dan karakteristik yang dibutuhkan dalam perancangan
beton, Aktifitas pengerjaan beton
POKOK BAHASAN:
PENDAHULUAN
1.1 RIWAYAT PERKEMBANGAN BETON
Penggunaan beton dan bahan bahan vulkanik seperti abu pozzolan
sebagai pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi, bahkan
mungkin sebelum itu (Nawy, 1985:2-3). Penggunaan bahan beton bertulang
secara intensif diawali pada awal abad ke sembilan belas. Pada tahun 1801,
F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip prinsip konstruksi dengan
meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850,
J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk
dipamerkan pada Pameran Dunia tahun 1855 di Paris. J.Monier, seorang ahli
taman dari Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk
mengatasi taruknya yang digunakan untuk tempat tanamannya. Pada tahun
1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur
beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok pada tahun 1906.
Seiring dengan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang ini,
terbentuklah German Committee Reinforce Concrete, Australian Concrete
Committee, American Concrete Institute, dan British Concrete Institude. Di
Indonesia sendiri, Departemen Pekerjaan Umum selalu mengikuti perkembangan
beton melalui Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB). Melalui
lembaga ini diterbitkan peraturan peraturan standar beton yang biasanya
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
mengadopsi peraturan internasional (code standard international) yang
disesuaikan dengan kondisi bahan dan jenis bangunan di Indonesia.
Perkembangan yang cepat dalam bidang seni serta analisis perancangan
dan konstruksi beton telah menyebabkan dibangunnya struktur struktur beton
yang sangat khas (Nawy, 1985) seperti Auditorium Kresge di Boston, Marina
Tower, Lake Point Tower di Chicago, dan Keong Mas di Taman Mini Indonesia.
1.2 DESKRIPSI BETON
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement) , agregat kasar, agregat halus, air dan bahan
tambah (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku
elemen gabungan (bahan bahan penyusun beton), kita memerlukan
pengetahuan mengenai karakteristik masing masing komponen. Nawy (1985:8)
mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari
material pembetuknya. Dengan demikian, masing masing komponen tersebut
perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana
(engineer) dapat mengembangkan pemilihan material yang layak komposisinya
sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang
diisyaratkan oleh perencana dan memenuhi persyaratan serviceability yang
dapat diartikan juga sebagai pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria
ekonomi.
Dalam usaha untuk memahami karakteristik bahan penyusun campuran
beton sebagai dasar perancangan beton, Departemen Pekerjaan Umum melalui
LPMB banyak mempublikasikan standar standar yang berlaku. DPU LPMB
memberikan definisi tenatang beton sebagai campuran antara semen portland
atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-
1990-03:1).
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana adalah bagaimana
merencanakan komposisi dari bahan bahan penyusun beton tersebut agar
dapat memenuhi spesifikasi teknik yang ditentukan (sesuai dengan spesifikasi
teknik dalam kontrak atau permintaan pemilik).
Parameter parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton
adalah: a). Kualiatas semen, b). Proporsi semen terhadap campuran, c).
Kekuatan dan kebersihan agregat, d). Interaksi atau adhesi antar pasta semen
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
dengan agregat, e). Pencampuran yang cukup dari bahan bahan pembentuk
beton, f). Penempatan yang benar, peyelesaian dan pemadatan beton, g).
Perawatan beton, dan h). Kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dlam beton
yang diekspos dan 1% bagi beton yang tidak di ekspos (Nawy, 1985:24).
1.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON
Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan
kekuatan tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk,
sehingga dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata mata
untuk tujuan dekoratif. Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika
pengelolaan akhir dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspos
agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi
diletakkan di bagian luar, sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya).
Selain tahan terhadap seranganapi seperti yang telah disebutkan diatas, beton
juga tahan terhadap serangan korosi. Secara umum kelebihan dan kekurangan
beton adalah:
a. Kelebihan
Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan
konstruksi.
Mampu memikul beban yang berat
Tahan terhadap temperatur yang tinggi
Biaya pemeliharaan yang kecil
b. Kekurangan
Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
Berat
Daya pantul suara yang besar
Sebagian besar bahan pembuat bton adalah bahanlokal (kecuali semen
portland atau bahan tambah kimia), sehingga sangat menguntungkan secara
ekonomi. Namun pembuatan beton akan menjadi mahal jika perencana tidak
memahami karakteristik bahan bahan penyusun beton yangharus disesuaikan
degan perilaku struktur yang akan dibuat.
Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus. Setiap
usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh peningkatan yang
kecil dari kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik berkisar antara 9
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
% - 15 % kuat tekannya. Nilai pastinya sulit diukur. Pendekatan hitungan
biasanya dilakukan dengan menggunakan modulus of rapture, yaitu tegangan
tarik beton yang muncul pada saat pengujian tekan beton normal (normal
concrete). Kecilnya kuat tarik beton ini merupakan salahsatu kelemahan dari
beton biasa. Untuk mengatasinya, beton dikombinasikan dengan tulangan beton
dimana baja biasa digunakan sebagai tulangannya. Alasan penggunaan baja
sebagai tulangan beton adalah koefisien baja hampir sama dengan koefisien
beton. Beton tersebut didefinisikan sebagai beton yang ditulangi dengan luas dan
jumlah yang tidak kurang dari jumlah minimum yang diisyaratkan dalam
pedoman perencanaan, dengan atau tanpa pratekan, dan direncanakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja sama dalam menahan gaya
yang bekerja (SKBI.1.4.53 1989:4).
Beton dapat juga dicampur dengan bahan lain seperti composite atau
bahan lain sesuai dengan perilaku yang akan diberikan terhadap beton tersebut,
misalnya beton pra tekan atau beton pra tegang (pre-stressing), beton pra-cetak
(pre-cast). Beton juga dapat digunakan untuk strukur yang memerlukan bahan
struktur yang ringan, mialnya beton ringan struktural (SKBI. 1.4.53, 989:5) yaitu
beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai massa kering udara
yang sesuai dengan syarat seperti yang ditentukan oleh Testing Method for Unit
Weihgt of Structural Lightweight Concrete (ASTM C-567). Beratnya tidak lebih
dari 1900 kg/m
3
.
1.4 KINERJA BETON
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan
struktur. Selainkarena kemudahan dalam mendapatkan material penyusunnya,
hal itu juga disebabkan oleh pengunaan tenaga yang cukup besar sehingga
dapat mengurangi masalah penyediaan lapangan kerja. Selain dua kinerja utama
yang telah disebutkan diatas, yaitu kekuatan tekan yang tinggi,dan kemudahan
pengerjaannya, kelangsungan proses pengadaan beton pada proses
produksinya juga menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan.
Sifat sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempegaruhi
kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan
dengankategori bangunan yang dibuat. ASTM membagi bangunan bangunan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
menjadi 3 kategori, yaitu: rumah tinggal, perumahan, dan struktur yang
menggunakan beton mutu tinggi.
Menurut SNI T.15-1990-03 beton yang digunakan pada rumah tinggal
atau untuk penggunaan beton dengan kekuatan tekan tidak melebihi 10 Mpa
boleh menggunakan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 batu pecah dengan slump
untuk mengukur kemudahan pengerjaannya tidak lebih dari 100 mm. Pengerjaan
beton dengan kekuatan tekan hingga 20 Mpa boleh mnggunakan penakaran
volume, tetapi pengerjaan beton dengan kekuatan lebih besar dari 20 Mpa harus
menggunakan campuran berat.
Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah (STP 169C,
Concrete and concrete-making materials):
a. Memenuhi kriteria konstruksi yaitu dapat mudah dikerjakan dan
dibentuk serta mempunyai nilai ekonomis
b. Kekuatan tekan
c. Durabilitas atau keawetan
Gambar 1.1 Proses Keseragaman Pembuatan Beton
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete Making Materials, p.32)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Kinerja yang dihasilkan pada proses pengadaan beton haruslah seragam.
Secara umum, prosedur untuk mendapatkan kinerja yang seragam daam
pengerjaan beton dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 1.1 (Fiorato,
Anthony E, 1994:32). Survei yang dilakukan ASTM mengenai pengaruh bahan
bahan yang digunakan terhadap kinerja beton dilakukan pada 27 responden.
Kriteria penilaian variabel menggunakan skala 1 10 dimana 10 merupakan
pengaruh tertinggi terhadap kinerja yang dihasilkan (Gambar 1.2). penilaian ini
didasarkan pada pentingnya penggunaan bahan tersebut untuk menghasilkan
kinerja tertentu dalam beton yang dibuat.
Secara praktis, penilaian mengenai pengunaan bahan untuk
menghasilkan kinerja tertentu akan bergantung pada tjuan beton tersebut dibuat.
Penggunaan semen untuk rumah tinggal akan lebih banyak jika dibandingkan
untuk penggunaan perumahan komersil atau beton mutu tinggi. Jadi, komposisi
bahan penyusun juga harus dilihat berdasarkan tujuan pembuatan beton
tersebut. Berdasarkan kategori rumah tinggal, perumhan dan beton mutu tinggi,
dampak pengaruh bahan terhadap kinerja beton yang dihasilkan dapat dilihat
pada Gambar 1.3.
Gambar 1.2 Persepsi Dampak Penggunaan Material Dalam Membentuk Kinerja
Beton
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete Making Materials, p.32)
Gambar 1.2 menjelaskan bahwa penggunaan semen pada campuran
beton sangatlah penting. Penggunaan air tidak begitu berpengaruh terhadap
pembentukan kinerja beton seperti yang juga dijelaskan oleh Abrams (1920)
yang meneliti pengaruhairdalam perbandingannya dengan semen (FAS/WCR).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Abramshanya menyatakan bahwa jika FAS atau water content ratio lebih besar
dari 0,6 maka kinerja bkekuatan beton akan semakin turun, begitu juga
sebaliknya.namun demikian, mengingat mahalnya harga semen, maka untuk
pekerjaan berskala besar, penggunaan semen inipun harus diusahakan
seminimal mungkin. Hal ini mendorong penggunaan bahan pengganti semen.
Penggunaan semen untuk pembangunan rumah tinggal lebih banyak dan
lebih penting karena pembuatan rumah tinggal cenderung tidak menggunakan
perencanaan sederhana (Gambar 1.3). Hal ini berbeda dengan penggunaan
semen untuk kebutuhan beton berkekuatan tinggi dimana penggunaan semen
lebih sedikit. Karena biaya semen besar, maka untuk mengurangi ongkos
produksi pengunaan semen diusahakan seminimal mungkin.
Gambar 1.3 Persepsi Dampak Penggunaan Material Dalam Membentuk Kinerja
Beton Bergantung Dari Type Konstruksi
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete Making Materials, p.33)
1.5 SIFAT DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUTUHKAN PADA
PERANCANGAN BETON
a. Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton.
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
persatuan luas. walaupun dalam beton terdapat tegangan listrik yang
kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton
tesebut. Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan
prosedur uji ASTM C-39 atau kubus dengan prosedur BS-1881 Part 115;
Part 116 pada umur 28 hari.
Kekuatan tekan realtif antara benda uji silinder dan kubus
ditunjukkan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 (menurut standar ISO).
(Sumber: Neville, Properties of Concrete 3
rd
Edition, Pitman Publishing,
London, 1981, p.544)
(Sumber: ISO Standard 3893 1977)
Menurut BS. 1881, rasio kubus terhadap silinder (cube/cylinder)
untuk semua kelas adalah 1.25, sedangkan menurut K.W. Day, Concrete
Mix Design Quality Control and Specification, E & FN SPON, London,
1995, kekuatan tekan kubus jika dibandingkan dengan silinder dinyatakan
dalam persamaan 1.1 dan 1.2 dengan nilai kuat tekan kubus dan silinder
dinyatakan dalam Mpa atau N/mm
2
. Departemen Pekerjaan Umum dlam
Pedoman Beton 1989 (draft), LPMB, 1991 pasal 4.1.2.1 memberikan
hubungan antara kuatan tekan kubus dengan silinder dalam persamaan
1.3.

,
_


c f
f f
ck ck
'
19
' ' (1.1)

,
_


c f
f f
ck ck
'
20
' ' (1.2)
ck
ck
f
f
c f '
15
'
log . 2 , 0 76 , 0 '
1
]
1

,
_

+ (1.3)
b. Kemudahan Pengerjaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Tabel 1.1 Rasio Kuat Tekan Silinder - Kubus
Kuat Tekan (Mpa) 7,00 15,20 20,00 24,10 26,20 34,50 36,50 40,70 44,10 50,30
Kuat Rasio Silinder/kubus 0,76 0,77 0,81 0,87 0,91 0,94 0,87 0,92 0,91 0,96
Tabel 1.2 Perbandingan Kuat Tekan Antara Silinder dan Kubus
Kuat Tekan Silinder (Mpa) 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Kuat Tekan Kubus (Mpa) 3 5 8 10 13 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Telah dijelaskan diatas bahwa kemudahan pengerjaan beton
merupakan salah satu kinerja utama yang dibutuhkan. Walaupun suatu
struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi
jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan dilapangan karena
sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi percuma.
Kemajuan teknologi membawa dampak yang nyata untuk mengatasi hal
ini, yaitu dengan penggunaan bahan tambah untuk memperbaiki kinerja.
Hal tersebut akan dibahas lebih jelas dibagian berikutnya.
c. Rangkak dan Susut
Setelah beton mulai mengeras, beton akan mengalami
pembebanan. Pada beton yang menahan beban akan terbentuk suatu
hubungan tegangan dan regangan yang merupakan fungsi dari waktu
pembebanan. Beton menunjukkan sifat elastisitas murni pada waktu
pembebanan singkat, sedangkan pada pembebanan yang tidak singkat
beton akan mengalami regangan dan tegangan sesuai dengan lama
pembebanannya.
Rangkak (creep) atau lateral material flow didefinisikan sebagai
penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang
bekerja. (Nawy, 1985:49). Deformasi awal akibat pembebanandisbut
sebagai reagangan ealstis, sedangkan regangan tambahan akibat beban
yang sama disebut regangan rangkak. Anggapan praktis ini cukup dapat
diterima karena deformasi awal pada beton hampir tidak dipengaruhi oleh
waktu. Rangkak timbul dengan intensitas yang semakin berkurangsetelah
selang waktu tertentu dan kemungkinan berakhir setelah beberapa tahun.
Nilai rangkak untuk beton mutu tunggi lebih kecil dibandingkan dengan
beton mutu rendah. Umumnya, rangkak tidak mengakibatkan dmpak
langsung terhadap kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan
timbulnya redistribusi tegangan pada beban yang bekerja dan kemudian
mengakibatkan trjadinya peningkatan lendutan (deflection).
Hubungan antara waktu dengan regangan pada beton ditunjukan
pada Gambar 1.4 (Nawy, 1985:49). Rangkak tidak dapat langsung dilihat.
Rangkak hanya dapat diketahui apabila regangan elastis dan susut serta
deformasi totalnya diketahui. Meskipun susut dan rangkak adalah
fenomena yang saling trkait, dalam hal ini superposisi regangan dianggap
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
berlaku sehingga regangan total adalah regangan elastis ditambah
rangkak dan susut.
Gambar 1.4 Kurva Waktu Tegangan
Susut didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak
berhubungan dengan beban. Jika dihalangi secara merata, proses susut
dalam beton akan menimbulkan deformasi yang mumnya bersifat
menambah deformasi rangkak.
Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa deformasi rangkak
akan sebanding dengan tegangan yang bekerja. Hal ini berlaku pada
keadaan tegangan yang rendah. Batas atas tidak dapat ditentukan
dengan pasti, tetapi berkisar antar 0,2 dan 0,5 dari kekuatan batas
kekuatan tekannya (fc). Variasi batas ini diakibatkan olehbesarnya retak
mikron diatas sekitar 40% dari beban batas (Nawy, 1985:50).
Proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena
keduanya terjadi bersamaan dan ering kali memberikan pengaruh yang
sama terhadap deformasi. Pada umumnya, beton yang semakin tahan
terhadap susut akan mempunyai kedenderungan rangkak yang rendah,
sebab kedua fenomena ini berhubungan denga proses hidrasi pada
semen. Rangkak dipengaruhi oleh komposisi beton, kondisilingkungan,
ukuran benda uji atau elemen struktur. Pada prinsipnya rangkak
meruopakan fenomena yang bergantung pada beban sebagai fungsi
waktu.
Komposisi beton pada dasarnya dapat didefinisikan dengan faktor
Air Semen (FAS), jeis semen, jenis agregat serta kandunganb semen dan
agregat. Seperti halnya susut, rangkak akan semakin besar dengan
meningkatnya Faktor Air Semen dan akndungan semen. Demikina pula,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
semakin banyak agregat yang digunakan semakin sedikit susut yang
terjadi. Faktor faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan susut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan smen,
kualitas adaukan, dan kandungan mineral dlam agreagat),
Rasio air terhadap jumlah semen (water content ratio),
Suhu pada saat pengerasan (temperature),
Kelembaban nisbi pada saat beban bekerja,
Nilai slump (slump test),
Lama pembebanan,
Nilai tegangan,
Nilai rasio permukaan komponen struktur
Agar rangkak dan susut dapat diminimalkan, perlu dilakukan
penghitungan dan pengembalian pekerjaan beton.
1.6 AKTIVITAS PENGERJAAN BETON
Pengertian beton tidak hanya terdiri dari satu titik kegiatan, tetapi terdiri
dari beberpa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan
tersebut harus dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Proses pembanguan sebuah struktur dapat diterangkan dengan bagan di
Gambar 1.5 (Gideon 1994:2). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa salah
satu proses yang penting adalah perencanaan.
Gambar 1.5 Bagan Alir Perencanaan Pembangunan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Tentunya ditntut kerjasama yang baik antara pengelola proyek. Pemilik
dan kosnultan serta antara konsultan perencana, penasehat dan pelaksana.
Disamping harus dapat menerjemahkan keinginan pemilik, pelaksana dan
pengelola proyek harus memahami ketentuan ketetuan dari istansi pemerintah
karena perencanaanbetonharos memnuhi standar mutu yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Berdsarkan bagan dia tas, aktivitas utama pengerjaan beton terletak
adlah perncanaan yang dillakukan oleh konsultan perencana dan
pengendalianmutu pada saat pelaksnaan yang di lakukan oleh kontrakor di
bawah pengawasan konsultan perencana dan konsultan supervisi. Pngerjaan
beton dimulai jika telah ada penunjukkan atau perintah kerja dari pemilik.
Kegiatan perencanaan beton dimulai dari quarryatau temapat
peambangan sumber alam. Perencana harus mengambil contoh contoh
material yang akan digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah
ditetapkan. Pengambilan contoh ini dilakukan secara acak (random) agar sifat
sifat bahan yang akan diuji terwakili. Contoh uji inikemudian dibawa ke
laboratorium untuk di cek dan diuji. Jiika parameter besaran yang dimiliki masing
masing bahan tersebut telah sesuai dengan syarat yang diberikan (code
standar), bahan tersebut dapat digunakan jika bahan yang diuji tidak memenuhi
syrat, pelaskana harus mencari sumber bahan yang lainnya atau mencampur
bahna yang mutunya krang denga bahan lainnya sehingga komposisi beban
yang dihasilkan sesuai dengan syarat yang ditentukan. Setelah nilai masing
masing bahan tersebut diperoleh, perancangan beton (mix design) harus
dilakukan perancangan beton sesuai dengan spesifikasi yang dietapkan dapat
dilakukan dengan metode metode yang dikenal. Di Indonesia, pekerjaan
pekerjaan milik pemerintah harus menggunakan standar yang telah
ditetapkanoleh pemerintah/ standar buku ini dulu dikenal sebagai Standar
Industri Indonesia namun saat ini telag direvisi dan dikembangkan menjadi
Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar perencanaan beton yang dipakai
adalah SNI T-15-199003
Setelah prencnagan betonselsai, perlu dialukan pengujian lanjutan
melalui pengujian campuran beton di laboratorium. Pengujian campuran beton ini
meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton keras. Pengujian beton agar
dimaksudkan untuk mengetahui workability atau kemampuam kemudahan dalam
pengerjaannya. Indikator dari kemudahan dalam pengerjaan ini dapat dilihat dari
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
nilai slum beton. Tujuan pengujian beton agar lainnya adalah untuk apakah
terjadi bleeding dan sgregation atau tidak.
Pengujian beton keras terutama dimaksudkan untuk mengetahuo
kekuatan tekan karakteristik dari beton terebut (fc). Pengujian ini dilkukan
dengan membuat benda uji berbwntuk silinderyang pada umur tertentu di uji. Jika
benda uji tersebut tidak lulus pada pengujian ini, harus dilakukan perancangan
ulang campuran smpai didapatkan komposisi yang disyaratkan dlam spesifikasi
teknik yang dibuat oleh pemilik.
Setelah pembuatancampuran di laboratorium selesai dilakukan, proses
selanjutnya adalah membawa hasil komposisimix design tersebut sebagai Job
Mix Formul (JMF) ketempat pengolahan beton. Tempat pengolhan dpat berupa
pengelolaan yag menggunakan mesin mixing biasa (molen) maupun pengolhan
beton yang yangbesar (concrete plant) selama masa pengolahan beton ini
berjalan, proses pengawasan
Jika terjadi perubahan terhadap parameter bahan penyusun beton,
pengujian laboratorium harus dilakukan lg sebagai quality control bahan
komposisi beton. Dari concrete plant, beton dibawa ke tempat pekerjaan beton.
Yakni tempat pengecorannya. Selama massa pengangkutan, beton segar
tersebutr harus tetap dijaga agar tidak mengalami kehilangan Faktor Air Smen
yang dpatmenyebabkan menurnnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakukan agar
beton yang dihailkan sesuai dengan yang diinginkan.
Selama masa pelaksanaanpun proses kontrol tidak boleh dihentikan pada
masa itu, pelasksnaan pengecoran, pemadatan, perawatan dan penyelesaian
hars diawasi. Setelah beton mengeras dan berumr 28 hari, uji tekan untuk
mengetahui kekuatannya harus dilakukantindakan lain sesuai dengan syrat
evaluasi beton keras. Pengujian dapat dilakukan dengan core drill dan load test
atau dengan merancang ulang mekanikanya dengan menggunakan mutu beton
aktual (fea). Bagian alir aktivitas pengerjaan beton dapat dilihat pada Gambar
1.6
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Gambar 1.5 Bagan Alir Aktivitas Pengerjaan Beton
LATIHAN
1. Jelaskan definisi dan deskripsi dari beton!
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan beton yang digunakan sebagai
struktur!
3. Pertimbangan apa yang harus diambil bagi seorang perencana untuk
membuat sebuah campuran beton?
4. Langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi kelemahan beton
terhadap kuat tarik?
5. Berdasarkan variabel bahan penyusun beton untuk perumahan, jelaskan
pengaruh material penyusunnyadalam skala 1-10!
6. Bagaimana cara mengetahui karakteristik kekuatan tekan beton?
7. Jelaskan dan gambarkan aktivitas pengerjaan beton!
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Anda mungkin juga menyukai