,
_
c f
f f
ck ck
'
19
' ' (1.1)
,
_
c f
f f
ck ck
'
20
' ' (1.2)
ck
ck
f
f
c f '
15
'
log . 2 , 0 76 , 0 '
1
]
1
,
_
+ (1.3)
b. Kemudahan Pengerjaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Tabel 1.1 Rasio Kuat Tekan Silinder - Kubus
Kuat Tekan (Mpa) 7,00 15,20 20,00 24,10 26,20 34,50 36,50 40,70 44,10 50,30
Kuat Rasio Silinder/kubus 0,76 0,77 0,81 0,87 0,91 0,94 0,87 0,92 0,91 0,96
Tabel 1.2 Perbandingan Kuat Tekan Antara Silinder dan Kubus
Kuat Tekan Silinder (Mpa) 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Kuat Tekan Kubus (Mpa) 3 5 8 10 13 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Telah dijelaskan diatas bahwa kemudahan pengerjaan beton
merupakan salah satu kinerja utama yang dibutuhkan. Walaupun suatu
struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi
jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan dilapangan karena
sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi percuma.
Kemajuan teknologi membawa dampak yang nyata untuk mengatasi hal
ini, yaitu dengan penggunaan bahan tambah untuk memperbaiki kinerja.
Hal tersebut akan dibahas lebih jelas dibagian berikutnya.
c. Rangkak dan Susut
Setelah beton mulai mengeras, beton akan mengalami
pembebanan. Pada beton yang menahan beban akan terbentuk suatu
hubungan tegangan dan regangan yang merupakan fungsi dari waktu
pembebanan. Beton menunjukkan sifat elastisitas murni pada waktu
pembebanan singkat, sedangkan pada pembebanan yang tidak singkat
beton akan mengalami regangan dan tegangan sesuai dengan lama
pembebanannya.
Rangkak (creep) atau lateral material flow didefinisikan sebagai
penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang
bekerja. (Nawy, 1985:49). Deformasi awal akibat pembebanandisbut
sebagai reagangan ealstis, sedangkan regangan tambahan akibat beban
yang sama disebut regangan rangkak. Anggapan praktis ini cukup dapat
diterima karena deformasi awal pada beton hampir tidak dipengaruhi oleh
waktu. Rangkak timbul dengan intensitas yang semakin berkurangsetelah
selang waktu tertentu dan kemungkinan berakhir setelah beberapa tahun.
Nilai rangkak untuk beton mutu tunggi lebih kecil dibandingkan dengan
beton mutu rendah. Umumnya, rangkak tidak mengakibatkan dmpak
langsung terhadap kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan
timbulnya redistribusi tegangan pada beban yang bekerja dan kemudian
mengakibatkan trjadinya peningkatan lendutan (deflection).
Hubungan antara waktu dengan regangan pada beton ditunjukan
pada Gambar 1.4 (Nawy, 1985:49). Rangkak tidak dapat langsung dilihat.
Rangkak hanya dapat diketahui apabila regangan elastis dan susut serta
deformasi totalnya diketahui. Meskipun susut dan rangkak adalah
fenomena yang saling trkait, dalam hal ini superposisi regangan dianggap
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
berlaku sehingga regangan total adalah regangan elastis ditambah
rangkak dan susut.
Gambar 1.4 Kurva Waktu Tegangan
Susut didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak
berhubungan dengan beban. Jika dihalangi secara merata, proses susut
dalam beton akan menimbulkan deformasi yang mumnya bersifat
menambah deformasi rangkak.
Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa deformasi rangkak
akan sebanding dengan tegangan yang bekerja. Hal ini berlaku pada
keadaan tegangan yang rendah. Batas atas tidak dapat ditentukan
dengan pasti, tetapi berkisar antar 0,2 dan 0,5 dari kekuatan batas
kekuatan tekannya (fc). Variasi batas ini diakibatkan olehbesarnya retak
mikron diatas sekitar 40% dari beban batas (Nawy, 1985:50).
Proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena
keduanya terjadi bersamaan dan ering kali memberikan pengaruh yang
sama terhadap deformasi. Pada umumnya, beton yang semakin tahan
terhadap susut akan mempunyai kedenderungan rangkak yang rendah,
sebab kedua fenomena ini berhubungan denga proses hidrasi pada
semen. Rangkak dipengaruhi oleh komposisi beton, kondisilingkungan,
ukuran benda uji atau elemen struktur. Pada prinsipnya rangkak
meruopakan fenomena yang bergantung pada beban sebagai fungsi
waktu.
Komposisi beton pada dasarnya dapat didefinisikan dengan faktor
Air Semen (FAS), jeis semen, jenis agregat serta kandunganb semen dan
agregat. Seperti halnya susut, rangkak akan semakin besar dengan
meningkatnya Faktor Air Semen dan akndungan semen. Demikina pula,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
semakin banyak agregat yang digunakan semakin sedikit susut yang
terjadi. Faktor faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan susut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan smen,
kualitas adaukan, dan kandungan mineral dlam agreagat),
Rasio air terhadap jumlah semen (water content ratio),
Suhu pada saat pengerasan (temperature),
Kelembaban nisbi pada saat beban bekerja,
Nilai slump (slump test),
Lama pembebanan,
Nilai tegangan,
Nilai rasio permukaan komponen struktur
Agar rangkak dan susut dapat diminimalkan, perlu dilakukan
penghitungan dan pengembalian pekerjaan beton.
1.6 AKTIVITAS PENGERJAAN BETON
Pengertian beton tidak hanya terdiri dari satu titik kegiatan, tetapi terdiri
dari beberpa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan
tersebut harus dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Proses pembanguan sebuah struktur dapat diterangkan dengan bagan di
Gambar 1.5 (Gideon 1994:2). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa salah
satu proses yang penting adalah perencanaan.
Gambar 1.5 Bagan Alir Perencanaan Pembangunan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Tentunya ditntut kerjasama yang baik antara pengelola proyek. Pemilik
dan kosnultan serta antara konsultan perencana, penasehat dan pelaksana.
Disamping harus dapat menerjemahkan keinginan pemilik, pelaksana dan
pengelola proyek harus memahami ketentuan ketetuan dari istansi pemerintah
karena perencanaanbetonharos memnuhi standar mutu yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Berdsarkan bagan dia tas, aktivitas utama pengerjaan beton terletak
adlah perncanaan yang dillakukan oleh konsultan perencana dan
pengendalianmutu pada saat pelaksnaan yang di lakukan oleh kontrakor di
bawah pengawasan konsultan perencana dan konsultan supervisi. Pngerjaan
beton dimulai jika telah ada penunjukkan atau perintah kerja dari pemilik.
Kegiatan perencanaan beton dimulai dari quarryatau temapat
peambangan sumber alam. Perencana harus mengambil contoh contoh
material yang akan digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah
ditetapkan. Pengambilan contoh ini dilakukan secara acak (random) agar sifat
sifat bahan yang akan diuji terwakili. Contoh uji inikemudian dibawa ke
laboratorium untuk di cek dan diuji. Jiika parameter besaran yang dimiliki masing
masing bahan tersebut telah sesuai dengan syarat yang diberikan (code
standar), bahan tersebut dapat digunakan jika bahan yang diuji tidak memenuhi
syrat, pelaskana harus mencari sumber bahan yang lainnya atau mencampur
bahna yang mutunya krang denga bahan lainnya sehingga komposisi beban
yang dihasilkan sesuai dengan syarat yang ditentukan. Setelah nilai masing
masing bahan tersebut diperoleh, perancangan beton (mix design) harus
dilakukan perancangan beton sesuai dengan spesifikasi yang dietapkan dapat
dilakukan dengan metode metode yang dikenal. Di Indonesia, pekerjaan
pekerjaan milik pemerintah harus menggunakan standar yang telah
ditetapkanoleh pemerintah/ standar buku ini dulu dikenal sebagai Standar
Industri Indonesia namun saat ini telag direvisi dan dikembangkan menjadi
Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar perencanaan beton yang dipakai
adalah SNI T-15-199003
Setelah prencnagan betonselsai, perlu dialukan pengujian lanjutan
melalui pengujian campuran beton di laboratorium. Pengujian campuran beton ini
meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton keras. Pengujian beton agar
dimaksudkan untuk mengetahui workability atau kemampuam kemudahan dalam
pengerjaannya. Indikator dari kemudahan dalam pengerjaan ini dapat dilihat dari
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
nilai slum beton. Tujuan pengujian beton agar lainnya adalah untuk apakah
terjadi bleeding dan sgregation atau tidak.
Pengujian beton keras terutama dimaksudkan untuk mengetahuo
kekuatan tekan karakteristik dari beton terebut (fc). Pengujian ini dilkukan
dengan membuat benda uji berbwntuk silinderyang pada umur tertentu di uji. Jika
benda uji tersebut tidak lulus pada pengujian ini, harus dilakukan perancangan
ulang campuran smpai didapatkan komposisi yang disyaratkan dlam spesifikasi
teknik yang dibuat oleh pemilik.
Setelah pembuatancampuran di laboratorium selesai dilakukan, proses
selanjutnya adalah membawa hasil komposisimix design tersebut sebagai Job
Mix Formul (JMF) ketempat pengolahan beton. Tempat pengolhan dpat berupa
pengelolaan yag menggunakan mesin mixing biasa (molen) maupun pengolhan
beton yang yangbesar (concrete plant) selama masa pengolahan beton ini
berjalan, proses pengawasan
Jika terjadi perubahan terhadap parameter bahan penyusun beton,
pengujian laboratorium harus dilakukan lg sebagai quality control bahan
komposisi beton. Dari concrete plant, beton dibawa ke tempat pekerjaan beton.
Yakni tempat pengecorannya. Selama massa pengangkutan, beton segar
tersebutr harus tetap dijaga agar tidak mengalami kehilangan Faktor Air Smen
yang dpatmenyebabkan menurnnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakukan agar
beton yang dihailkan sesuai dengan yang diinginkan.
Selama masa pelaksanaanpun proses kontrol tidak boleh dihentikan pada
masa itu, pelasksnaan pengecoran, pemadatan, perawatan dan penyelesaian
hars diawasi. Setelah beton mengeras dan berumr 28 hari, uji tekan untuk
mengetahui kekuatannya harus dilakukantindakan lain sesuai dengan syrat
evaluasi beton keras. Pengujian dapat dilakukan dengan core drill dan load test
atau dengan merancang ulang mekanikanya dengan menggunakan mutu beton
aktual (fea). Bagian alir aktivitas pengerjaan beton dapat dilihat pada Gambar
1.6
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-6
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Gambar 1.5 Bagan Alir Aktivitas Pengerjaan Beton
LATIHAN
1. Jelaskan definisi dan deskripsi dari beton!
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan beton yang digunakan sebagai
struktur!
3. Pertimbangan apa yang harus diambil bagi seorang perencana untuk
membuat sebuah campuran beton?
4. Langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi kelemahan beton
terhadap kuat tarik?
5. Berdasarkan variabel bahan penyusun beton untuk perumahan, jelaskan
pengaruh material penyusunnyadalam skala 1-10!
6. Bagaimana cara mengetahui karakteristik kekuatan tekan beton?
7. Jelaskan dan gambarkan aktivitas pengerjaan beton!
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI