Anda di halaman 1dari 21

TUGAS DESAIN PEMBELAJARAN Dosen Pembimbing Dr. Indrati Kusumaningrum, M.

Pd

Oleh : WINDRA IHSAN 1103875

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Teori-teori Belajar 1. Teori Belajar Koneksionisme Teori belajar koneksionisme ini dikembangkang oleh Thorndike sekitar tahun 1913. Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung berlangsung menurt prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindera dengan kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimuslus dan resnpon (S-R). Sebuah ilustrasi untuk menggabarkan hubungan antara S-R, seperti dibawah ini: ketika seorang melirik setangkai bunga melati yang indah dan harum di taman, dapat menjadi sebuah stimulus yang dapat mengakibatkan munculnya respon untuk memetiknya. Begitulah terjadinya hubungan stimulus dan respons. Belajar adalah upaya untuk membetuk hubungan stimulus degan respon sebanyakbanyaknya. Selanjutnya, dalam teori koneksionisme mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut: a. Hukum kesiapan (law of readiness) Hubungan antra stimulus dan respons akan mudah dibentuk mana kala ada kesiapan dalam diri individu. Artinya bahwa: pertama, jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespons atau bertindak, maka tindakan atau respons yang dilakukan akan memberi kepuasan, dan dan mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tidakan-tindakan lain. Kedua, jika seseorang memiliki kesiapan untuk merespons, kemuadia tidak melakukannya, maka dapat mengakibatkan

ketidakpuasan, dan akibatnya orang tersebut akan melakukan tindakantindakan lain. Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk merespons, maka respons yang diberikan akan mengakibatkan

ketidakpuasan. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, keberhasilan belajar seseorang sangat tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.

b. Hukum latihan (law of exercise) Hubungan atau koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat kerena latihan (law of use) dan koneksi-koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau dihetikan (law of diuse). Hukum ini menunjukkan bawa hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat manakala akan terus-menerus dilatih atau diulang, sebaliknya hubungan stimulus dan respons akan semakin lemah manakala bila tidak diulang. Implikasi dari hukum ini dalah semakin sering pelajaran dulang, maka akan semakin dikuasailah pelajaran itu. c. Hukum akibat (law of effect) Apabila respons yang diberikan seseorang mendatangkan kesenangan, maka respons tersebut akan dipertahankan atau diulang, sebaliknya apabila respons yang diberikan mendatangkan atau diikuti oleh akibat yang tidak mengenakkan, maka respons tersebut akan diberhentikan dan tidak akan diulang lagi. Impilkasinya adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya. Disamping hukum-hukum belajar yang dikemukan diatas, konsep penting dari teori ini adalah transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain dimasa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran, konsep transfer of training merupakan hal yang sangat pening, sebab seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang dipelajari tidak akan bermakna. Oleh karena itu apa yang dipelejari oleh siswa disekolah harus berguna dan dapat digunakan diluar sekolah.

2. Operan Konditioning Teori ini dikembangkan oleh Skiner merupakan pengembangan dari teori stimulus-respons. Dalam teorinya Skiner membedakan dua macam respons, yaitu respondent response (reflexive response) dan operant response (instrumental respone). respondent response adalah respon yang

ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya perangsang stimulus makanan menimbulkan keluarnya air liur. Respons ini relatif tetap. Artinya setiap ada stimulus semacam itu akan muncul respons tertentu. Dengan demikian, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya. Operant response atau instrumental respone adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforcer, karena perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme. Jadi dengan demikian, perangsang tersebut mengikuti dan memperkuat suatu tingkah laku yang telah dilakukan, misalnya jika seorang telah belajar melakukan sesuatu lalu mendapat hadiah sebagai reinforcer, maka ia akan menjadi lebih giat dalam belajar. Agar terbentuk tingkah laku yang diharapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah direspon, perlu diberikan hadiah (renforcer) agar tingkah laku itu terus menerus diulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya dan sampai akhirnya pada pembentukan tingkah laku puncak yang diharapkan.

B. Teori Media 1. Konsep Dasar Media ` Secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang bearti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam menyampaikan pesan, mesia pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Ada beberapa konsep atau defenisi media pendidikan atau media pembelajaran. Seperti Rossi dan Breidle (1966:3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat atau bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti: radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.

Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely (1980:244) menyatakan: A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge. Skill, and attitude. Secara umum menurut Gerlach media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain pengertian diatas, ada juga yang berpenadapat bahwa media pengajaran meiputi perangkat keras (hardwere) dan perangkat lunak (softwere). Hardwere adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televisi dan sebagainya. Sedangkan softwere adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya.

2. Pentingnya Media Pembelajaran Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar. Sedangkan, yang dimaksud dengan belajar itu sendiri adalah proses perubahantingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman langsung dan tidak langsung. Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa , Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience).

Verbal Lambang Visual Visual Radio Film Televisi Karyawisata Demonstrasi Pengalaman Melalui Drama Pengalaman Melalui Benda Tiruan Pengalaman Langsung

Bagan I Kerucut pengalaman Edgar Dale

Kerucut pengalaman Edgar Dale memberikan gambaran bahwa pengalaman yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengelami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan

mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin kongkrit siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh. Dan sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. Memperhatikan kerangka pengetahuan diatas, maka kedudukan komponen media pengajaran dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab, tidak semua pengalaman

belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang kongkret dan tepat serta mudah difahami.

3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran Pengetahuan akan abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal saja. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan megerti makna yang terkandung dalam kata tersebut (verbalisme). Memperhatikan penjelasan diatas, maka secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan peran untuk: a. Menangkap suatu objek atau peristiwa tertentu. Guru dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana mata hari yang langka melalui hasil rekaman video, dan lain sebagainya. b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu Guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat astrak menjadi kongkrit, sehingga mudah difahami dan dapat menghilangkan

verbalisme, selain itu media pembelajaran juga bisa membantu menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin akan ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek yang terlalu kecil kecil yang sulit dilihat dengan mata telanjang. Untuk menampilkan objek tersebut dapat dimanfaatkan: film slide, foto-foto, gambar tiga dimensi, mikroskop, microprojektor. c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap meteri pembelajaran dapat lebih meningkat. Sebagai contoh, sebelum menjelaskan materi pembelajaran tentang populasi, untuk dapat menarik perhatian siswa terhadap topik tersebut, maka guru memutar film terlebih dahulu tentang banjir atau tentang kotoran limbahindustri dan lain sebagainnya.

4. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran a. Dilihat dari segi sifatnya, dapat dibagi kedalam: 1) Media auditif, media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya punya unsur suara saja, seperti radio, rekaman suara. 2) Media visual, hanya dapat dilihat saja tidak mengandung unsur suara. Seperti: film slide, foto, transparansi, likisan, gambar dan sejenisnya 3) Media audiovisual, selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video dan sejenisnya. b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya: 1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus. 2) Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu video dan lain sejenisnnya. c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya: 1) Media yang diproyeksikan seperti film, slide strip, transparansi, dan lain sejenisnya. 2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, likisan, radio, dsb.

5. Prinsip-prinsip Penggunaan Media a. Media yang sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai b. Media harus sesuai dengan materi pembelajaran. Contoh pada materi geografi mencerminkan pertumbuhan penduduk, maka guru harus mempersiapkan semacam grafik.

c. Media harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga sebalaiknya, siswa yang memiliki kemampuan

penglihatan yang kurang, akan sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui media visual. Guru perlu memperhatikan setiap kemampuan da gaya tersebut. d. Media haru mengandung unsur efektivitas dan efesiensi. Media yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikia juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. e. Sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Media secanggih apapun tidak akan menolong tanpa ada kemampuan teknis untuk mengoperasikannya. Sering media yang kompleks terutama media mutakhir seperti: media omputer, LCD, dan media elektronik lainnya.

BAB II PEMBAHASAN

Analisis ASSURE dalam Pembelajaran A. Analisis Pembelajaran (Analyze Learners) Media pembelajaran dan teknologi dapat digunakan secara efektif, apabila adanya kecocokan antara karakteristik perserta didik dan isi media, metode dan material. Sebelum merancang cara penyampaian yang efektif, maka perlu mengetahui siapa peserta didik, harus terbiasa dengan peserta didik dalam penyampaian agar dapat dimengerti. Oleh karena itu, langakah pertama Model ASSURE adalah menganalisis peserta didik. Dalam menganalisis ada tiga langkah yang harus di perhatikan: 1. Karakteristik Umum Merupakan gambaran dari kelas keseluruhan, seperti jumlah siswa, usia, tingkat pendidikan, dan faktor sosial ekonomi, Dengan budaya demikian atau etnis,

keanekaragaman,

seterusnya.

karakteristik

pembelajaran dapat memberi pengarahan dalam membantu memilih metode pembelajaran dan media.

2. Kompetensi Spesifik ( Specific kompetensi) Merupakan gambaran dari jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik baik atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki sebelum memenuhi syarat yang akan dicapai dalam keterampilan dan tingkah laku.

3. Gaya belajar ( Learning style) Merupakan gambaran dari prefensi gaya belajar masing-masing peserta didik. Artinya sifat psikologislah yang mempengaruhi bagaimana kita menanggapi stimulus yang berbeda. Pertama-tama Pendidik akan

mengamati gaya belajar peserta didik, yang diantaranya gaya belajar auditorial, visual, dan kinestetik. Pendidik kemudian akan menentukan pengelolaan informasi dari kebiasaan peserta didik. Kategori ini berisi

berbagai variabel yang terkait dengan bagaimana kecenderungan individu dalam pemrosesan informasi kognitif. Terakhir pendidik akan menentukan faktor fisiologis dan motivasi terhadap peserta didik. Ketika pendidik menggunakan faktor motivasi perlu mempertimbangkan hal-hal seperti kecemasan, tingkat struktur, motivasi berprestasi, motivasi sosial, kehati-hatian, dan daya saing. Yang paling mempengaruhi faktor fisiologis adalah perbedaan seksual, kesehatan, dan kondisi lingkungan. Jadi, dalam setiap kelas karakter peserta didik berbedabeda dalam gaya belajarnya, yang terbaik adalah menggabungkan

beberapa cara untuk menyajikan informasi sebanyak mungkin.

B. Obyek Tujuan ( State objectives ) Langkah kedua dalam model pembelajaran ASSURE adalah cara penyampaian State Objectives. Kinerja dari tujuan digunakan untuk menyatakan gambaran apa yang siswa harapkan dari hasil pembelajaran. Dengan demikian, tujuannya adalah gambaran dari hasil pembelajaran yang bertujuan untuk pelajaran dan harus bersifat spesifik serta harus ditulis dengan menggunakan format ABCD. Persyaratan penulisan ABCD agar tujuannya tercapai adalah : 1. Audience Pembelajaran ini diberikan untuk peserta didik, bukan pendidik, untuk lebih fokus pada apa yang peserta didik lakukan, bukan pada apa yang pendidik lakukan.

2. Behavior Tujuannya adalah menggambarkan kemampuan baru yang dimiliki peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran. Jadi, perilaku atau kemampuan peserta didik yang dapat diukur dan dapat diamati perlu ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran.

10

3. Condition Keadaan atau kondisi peserta didik bertujuan untuk menunjukan keterampilan atau kemampuan yang diajarkan. Sebuah pernyataan tujuan harus mencakup kondisi di mana hasilnya dapat diamati. Jadi, harus menyertakan peralatan, perkakas, alat bantu, atau referensi peserta didik yang akan digunakan atau tidak digunakan dan kondisi lingkungan khususnya tempat pembelajaran dilaksanakan.

4. Degree Persyaratan terakhir bertujuan agar lebih baik dalam menunjukan hasil belajar yang dapat diterima dan akan dinilai. Jadi, sejauh mana ketrampilan yang dikuasai dan dapat diterima.

Klasifikasi tujuan yang memiliki nilai praktis, serta metode yang tergantung pada State objectives yang akan dicapai pendidik dapat diklasifikasikan menurut jenis utama hasil pembelajarannya. Ada empat kategori pembelajaran: 1. Domain Kognitif Domain kognitif, belajar melibatkan berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan baik sebagai verbal / informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.

2. Domain Afektif Dalam domain afektif, pembelajaran melibatkan perasaan dan nilai-nilai.

3. Domain Psikomotor (Skill) Dalam domain keterampilan motorik, pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan keterampilan seperti fisik.

4. Domain Interpersonal Belajar melibatkan interaksi dengan orang-orang yang berada disekilingnya.

11

C. Memilih metode, media dan materi (Select methods, media and materials) Dalam langkah ini, pendidik akan membangun jembatan antara peserta didik dan tujuan rencana sistematis untuk menggunakan media dan teknologi. Metode, media dan materi harus dipilih secara sistematis. Setelah mengetahui gaya belajar peserta didik dan memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang akan di sampaikan, maka harus dilakukan pemilihan: 1. Metode pembelajaran yang di gunakan harus tepat untuk memenuhi tujuan bagi para peserta didik, yang lebih unggul dari pada yang lain atau yang memberikan semua kebutuhan dalam belajar bersama, seperti kerja kelompok. 2. Media yang cocok untuk dipadukan sama dengan metode pembelajaran yang dipilih, tujuan, dan peserta didik. Media bisa berupa teks, gambar, video, audio, dan multimedia komputer. Penyampaian dapat disajikan dengan mencari materi yang tersedia untuk mendukung penyampaian. Materi harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 3. Materi yang disediakan untuk peserta didik sesuai dengan yang dibutuhkan dalam menguasai tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, peserta didik bisa merancang dan membuat materi sendiri. Materi dapat berupa program perangkat lunak khusus, musik, kaset video, gambar, dan peralatan seperti overhead prejector, komputer, printer, scanner, TV dll. Materi mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik atau tempat pembelajaran dan peralatan.

D. Memanfaatkan Media dan Materi ( Utilize Media and Materials ) Langakah ke empat dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan penggunaan media dan materi oleh peserta didik dan pendidik. Menjelaskan bagaimana pendidik akan menerapkan media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi yang tercantum di bawah dipilih, dimodifikasi, dan di desain. Pendidik harus menjelaskan secara rinci bagaimana pendidik akan menerapkannya ke dalam pelajaran, pendidik juga membantu peserta didik. Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah:

12

1. Preview materi Pendidik harus melihat dulu materi sebelum menyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.

2. Siapkan bahan Pendidik harus mengumpulkan semua materi dan media yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik. Pendidik harus menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus menggunakan media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.

3. Siapkan lingkungan Pendidik harus mengatur fasilitas yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan lingkungan sekitar.

4. Peserta didik Memberitahukan peserta didik tentang tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.

5. Memberikan pengalaman belajar Mengajar dan belajar harus menjadi pengalaman, bukan hanya pada tahap mengetahui saja.

E. Pelajar Memerlukan Partisipasi ( Require Learner Participation ) Langkah ke lima dalam model pembelajaran ASSURE adalah dengan mewajibkan partisipasi peserta didik. Peserta didik belajar paling baik jika mereka secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Peserta didik yang pasif lebih banyak memiliki permasalahan dalam belajar, karena pendidik hanya mencoba untuk memberikan stimulus, tanpa mempedulikan respon dari peserta didik. Apapun strategi pembelajarannya pendidik harus dapat menggabungkan strategi satu dengan yang lain, diantaranya strategi tanya-jawab, diskusi, kerja

13

kelompok, demonstrasi dan strategi lainnya agar peserta didik aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, pendidik harus menjelaskan bagaimana cara agar setiap peserta didik belajar secara aktif.

F. Evaluasi dan Revisi Langkah terakhir dalam model pembelajaran ASSURE adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi dan revisi merupakan komponen penting untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Siapa saja dapat mengembangkan dan menyampaikan pelajaran, tetapi pendidik yang baik harus benar-benar dapat merefleksi pelajaran, mengetahui tujuan, menguasai strategi pembelajaran, menguasai materi pembelajaran, dan melakukan penilaian serta dapat menentukan apakah unsur-unsur dari pelajaran itu efektif. Pendidik mungkin menemukan beberapa hal yang terlihat tidak efektif, apakah banyak peserta didik yang tidak menguasai materi. Jika terjadi itu, mungkin materi yang disampaikan belum tepat untuk tingkatan kelas itu. Keefektifan dalam strategi pembelajaran juga bisa terjadi, misalnya peserta didik tidak termotivasi atau strategi itu sulit dilaksanakan pendidik. Oleh karena itu, evaluasi adalah langkah yang penting untuk menilai prestasi peserta didik dan menilai metode pembelajaran dan media yang digunakan. Revisi merupakan langkah terakhir dari siklus pembelajaran yang juga merupakan hal yang penting untuk melihat hasil data gatering dari evaluasi. Jadi, kita dengan jelas memahami evaluasi akhir, langkah dan revisi. Kesemuanya adalah siklus yang terjadi terus-menerus dalam model ASSURE agar penggunaan media pembelajaran efektif. Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan dua tahapan yaitu: 1. Penilaian Hasil Belajar Siswa, a. Penilaian Hasil Belajar Siswa yang Otentik, b. Penilaian Hasil Belajar Portofolio c. Penilaian Hasil Belajar yang Tradisional / Elektronik.

14

2. Menilai dan Memperbaiki Strategi, teknologi dan Media 3. Revisi Strategi, Teknologi, dan Media.

15

BAB III IMPLEMENTASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Satuan sekolah Kelas Mata Pelajaran

: Sekolah Dasar : Enam : Olah Raga ( kompetensi roll depan & belakang )

Analyze Learners A. Karakteristik umum sisiwa : Rentang umur rata-rata 11-12 tahun dan senang terhadap pelajaran olah raga. Karakteristik khusus siswa SD tersebut : 1. Siswa menganggap olah raga sebagai kegiatan sepak bola. 2. Terdapat perbedaan kemampuan antara siswa laki-laki dan perempuan. 3. Olah raga dijadikan sebagai soft terapi bagi siswa (kebebasan dari materi ajar yang mereka anggap membosankan). 4. Kebiasaan siswa yang masih suka merendahkan kemampuan teman lain, sehingga dalam pembelajaran sering terjadi kegaduhan.

B. Kemampuan awal siswa : 1. Rata-rata siswa telah memiliki kemampuan dalam bidang keolahragaan, karena mereka telah memperolehnya dalam kelas sebelumnya dan kelas ini untuk lebih mendalaminya, serta adanya siswa melalui kehidupan sehari-hari.

diteruskan kembali di

pengetahuan yang telah terbentuk

2. Dalam diri tiap individu anak memiliki potensi masing-masing, sehingga pendidik/guru harus mampu mengidentifikasi kemampuan siswa yang lebih menonjol dalam bidang keolahragaan 3. Siswa sebelumnya telah mengetahui konsep dari olah raga yang akan dipraktekan, yaitu berupa teori yang telah diberikan, tapi mereka belum

mengetahui secara persis/detail mengenai gerakan apa yang akan mereka praktekan.

16

C. Gaya belajar pembelajar : 1. Siswa melakukan pembelajaran ini dengan menggunakan gaya visualkinestetik yaitu setelah siswa melihat apa yang dipraktekan guru, mereka akan langsung mempraktekan apa yang mereka lihat 2. Melihat umur merika yang rata-rata 11-12 tahun, di usia itu mereka lebih tertarik belajar dengan melihat dan mempraktekan. Dan adanya rasa ingin tahu yang besar dalam diri mereka.

1. State Standard and Objectives : Tujuan pembelajaran ini yaitu berupa pencapaian kompetensi yang dipelajari (senam lantai). Gerakan senam lantai terdiri dari 3 macam gerak yaitu roll depan, roll belakang dan handstand, tujuan dari kompetensi tersebut adalah : a. Siswa mampu melakukan gerakan roll depan dengan benar sesuai dengan contoh/instruksi dan teori yang diajarkan guru b. Siswa mampu melakukan gerakan roll belakang dengan baik dan bener sesuai dengan contoh dan teori yang disampaikan guru c. Siswa mampu melakukan gerakan handstand dengan baik dan benar sesuai dengan contoh dan teori yang diberikan guru.

Kriteria standard patokan dalam pencapaian kompetensi senam lantai antara lain : Dalam gerakan roll depan misalnya, standard patokan pencapaianya yaitu dapat melakukan gerakan tersebut yang terdiri dari beberapa tahap : terdapat 3 gerakan awalan-berguling-akhiran. Awalan dengan posisi tubuh jongkok dan kepala ditelungkupkan, posisi tangan lurus diatas matras, kemudian melakukan dorongan kedepan dan diakhiri dengan posisi

duduk.Pembelajaran dilakukan sesuai dengan atau mengadopsi kemampuan yang dimiliki siswa, sehingga semua aspek kemampuan yang dimiliki siswa dapat dikembangkan secara optimal.

17

2. Select Strategies, Media and Materials Dalam pembelajaran olahraga terdapat dua aspek pengetahuan yang disampaikan yaitu berupa teori dan praktek. Strategi yang digunakan yaitu dimulei dari penyampaian teori terlebih dahulu, setelah itu guru mendemonstrasikan gerakan yang disampaikan dalam teori tadi. Setelah siswa mempraktekanya kemudian mereka melakukan latihan berulang-ulang secara langsung dan selanjutnya proses penilaian berlangsung.

Guru selalu memberi motivasi/dorongan kepada siswa, karena siswa merasa tidak mampu padahal mereka belum mencobanya. Dan guru memberi motivasi kepada siswa untuk membakar semangat mereka yaitu melalui kebebasan bermain sepak bola setelah siswa mampu mempraktekan gerakan kompetensi dengan baik dan benar. Sehingga jika mereka belum dapat mempraktekannya mereka tidak bias bermain sepak bola. Dalam pembelajaran guru juga dapat menggunakan strategi Drill and practice. Karena dalam kompetensi olahraga terkadang siswa telah mengerti atau mengetahui terhadap kompetensi tersebut (lari misalnya). Sehingga setelah guru mencontohkanya siswa dapat langsung latihan, kemudian penilaian.

3. Utillize Technology, Media, and Materials. a. Penggunaan media Dalam kompetensi senam lantai media yang digunakan disini yaitu : 1) Buku penjaskes 2) Desain CD pembelajaran 3) Media visual

Dan alat peraga berupa : Matras Dalam pelajaran olahraga, media yang digunakan dalam pembelajaran tergantung kompetensi apa yang akan diajarkan, karena dalam olahraga banyak gerakan atau kompetensi yang diberikan kepada siswa.

18

b. Penyediaan bahan. Dalam pembelajaran olahraga penyampaian materi maupun praktek dapat pula disampaikan guru melalui berbagai inovasi yang dibuat guru. Misalnya jika guru dalam keadaan kurang baik atau keadaan alam sedang hujan, guru dapat menggunakan media desain CD pembelajarn untuk penyampaian teori dan gerak atau menggunakan media visual berupa gambar-gambar yang mewakili gerakan-gerakan yang akan dipelajari.

c. Penggunaan media, technologi, dan bahan. Penguraian mengenai beberapa penggunaan media dalam pembelajaran yaitu : 1) Alat peraga berupa matras: Matras digunakan guru sebagai alat pembantu untuk mempraktekan kompetansi yang sedang diajarkan

2) Buku penjaskes : Disini guru dijadikan sebagai bahan utama dalam pembelajaran karena buku menyimpan banyak bahan/materi/informasi mengenai apa yang akan dipraktekan. Dari buku guru dapat sehingga siswa dapat buku

menyampaikan apa yang akan disampaikan,

mengerti dan paham, dan siswa juga belajar melalui media

untuk lebih memperjelas materi. Buku sebagai gambaran terhadap apa yang akan dipraktekan.

3) Desain CD pembelajaran : Media tersebut digunakan untuk meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar, seperti adanya penyampaian materi melalui CD pembelajaran dengan menampilkan contoh-contoh gerakan olahraga yang dilakukan dalam kehidupan olimpiade pada

sehari-hari dan video pembelajran tentang peraih

anak-anak berkebutuhan khusus. Dan melalui media ini membantu guru dalam penyampaian materi yang mungkin praktek tidak memungkinkan untuk dilakukan sehingga dapat ditampilkan melalui dengan media visual

CD pembelajaran demikian juga

4) Media Visual: Media yang digunakan guru untuk variasi atau menghandari terjadinya kebosanan siswa dalam belajar. Yaitu

19

berupa penyampaian materi materi.

melalui gambar-gambar yang mewakili

d. Require Learner Participation 1) Olahraga adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi siswa. Karena mereka merasa bebas bermain dan terbebas dari materimateri pelajaran lain yang mereka anggap membosanka dan membutuhkan banyak pemikiran. 2) Studend-center, pembelajaran berpusat pada siswa yaitu adanya Tanya jawab antara siswa dan guru mengenai pemahaman terhadap materi. kemampuan berdasarkan potensi maing-masing

Adanya pemusatan

individu. Olahraga dijadikan sebagai soft terapi siswa. Yaitu untuk memberi semangat atau penyegaran siswa setelah melakukan

aktivitas-aktivitas didalam sekolah.

e. Evaluate and Revise Dalam penilaian, guru memberikan dua bentuk penilaian yaitu teori dan praktek: Penilaian praktek dilakukan guru secara langsung, yaitu setelah guru mendemonstrasikanya kemudian dipraktekan, latihan dan melakukan proses penilaian. Untuk perolehan nilai praktek, jika seorang siswa tidak dapat mencapai standar kompetensi, maka siswa dapat mengikuti remedial/pengulangan terhadap kompetensi yang belum dicapai. Dan jika siswa tersebut benar-benar tidak dapat mempraktekanya, maka guru akan memberikan penilaian standar pada siswa. Untuk evaluasi teori, guru mengadakan evaluasi berupa tes, tes yang biasanya diakhir grade (tingkatan). Untuk nilai yang tidak dilakukan memenui

standar dilakukan pula remedial.

20

Anda mungkin juga menyukai