Anda di halaman 1dari 52

ACARA I PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN ASAM ASETAT BERDASARKAN DATA DAYA HANTAR

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM Tujuan Praktikum Menentukan tetapan kesetimbangan Kc asam lemah (asam asetat) berdasarkan nilai daya hantar ekivalen yang diukur dengan alat konduktivity meter. Hari, tanggal Praktikum Selasa, 08 Mei 2012 Tempat Praktikum Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Tetapan kesetimbangan suatu reaksi perlu diketahui besarnya untuk menentukan tingkat suatu reaksi berlangsung selengkapnya pada seperangkat persyaratan tertentu. Apabila laju rekasi ke kanan dan kekiri sama besar, maka konsentrasi reaktan dan hasil tinggal tetap dengan waktu. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa reaksi telah mencapai suatu keadaan keseimbangan. Konsentrasi keseimbangan mencerminkan kecendrungan instrinsik dari atom untuk berada sebagai molekul reaktanatau molekul hasil. Tetapan kesetimbangan sendiri sama dengan konsentrasi produk dibagi dengan konsentrasi reaktan (Underwood,1981:102-103). Konduktimeter adalah alat yang dapat digunakan analisis kimia konduktimeter. Konduktimeter adalah metode analisis kimia berdasarkan data daya hantar listrik berdasarkan larutan. Prinsip kerja dalam alat ini berkaitan dengan daya hantar listrik dan suatu larutan yang berhubungan dengan jenis dan konsentrasi ion dalam

larutan(Zemansky,1962:157). Konduktivitas molar elektrolit, m, tidak bergantung pada konsentrasi jika tepat sebanding dengan konsentrasi elektrolit. Walaupun demikian, pada prakteknya, konduktivitas molar bervariasi terhadap konsentrasi. Salah satunya adalah jumlah ion larutan mungkin tidak sebanding dengan konsentrasi, menunjukkan adanya dua golongan elektrolit. Pengukuran ketergantungan konduktivitas
1

molar

pada

konsentrasi,

menunjukkan adanya golongan elektrolit. Pengukuran ketergantungan konduktivitas molar pada konsentrasi, menunjukkan adanya dua golongan lektrolit. Sifat umum elektrolit kuat adalah konduktivitas molrnya hanya sedikit berkurang dengan bertambhanya konsentrasi. Sifat umum elektrolit lemah adalah: konduktivitas molarnya normal pada konsentrasi mendekati nol, tetapi turun dengan tajam sampai nilai rendah pada konsentrasi bertambah. Elektrolit kuat adalah zat yang terionisasi sempurna dalam larutan dan meliputi padatan ion dan asam kuat. Sebagai hasil pengionan sempurna, konsentrasi ion dalam larutan sebanding degan konsentrasi elektrolit yang ditambahkan. Konduktivitas elektrolit kuat mentaati hukum Khlausch, yaitu bahwa konduktivitas molar elektrolit kuat sebanding dengan akar dari konsentrasinya (Atkins, 1997: 304-305). Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat yang paling sederhana setelah asam format. Larutan asam asetat dlaam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam klorida adalah larutan aquatic dari gas hidrogen klorida. Senyawa ini digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan mewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang korosif. Hidrogen klorida (asam klorida, HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan ion H+ hanya sekali. Dengan larutan asama klorida yang mengandung ion H+, maka H+ ini akan bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+. Ion lain dari HCl yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adlaah asam kuat karena terdisosiasi penuh di dalam air (Greenwood, 1997: 946-948). C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM Alat Praktikum Konduktivitymeter Gelas kimia 250 ml Gelas kimia 100 ml Gelas ukur 25 ml Gelas ukur 50 ml Labu takar 50 ml Labu takar 250 ml Pipet tetes
2

Bahan Praktikum Larutan asam asetat 0,1M Larutan asam asetat 0,01M Larutan NaCl 0,1 M Larutan NaCl 0,01 M Larutan NaCl 0,001 M Larutan HCl 0,1M Larutan HCl 0,01M Larutan HCl 0,001M Larutan Na-asetat 0,1M Larutan Na-asetat 0,01M Larutan Na-asetat 0,001M Larutan KCl 0,1 M Aquades Tisu Kertas Label

D. SKEMA KERJA

Disiapkan alat konduktivitymeter yang sudah disatndarisasi Larutan CH3COOH ( 0,1 M ; 0,01 M ) CH3COONa, NaCl, dan HCL dengan berbagai konsentrasi (0,1 M; 0,01 M; 0,001 M) Dimasukkan dalam gelas kimia Diukur daya hantar masing-masing dari larutan diatas dengan konduktivitymeter Dicatat nilai daya hantar ekivalen tersebut

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN Daya hantar ekivalen (ohm-1cm-2ek-1) 272 s/ 2000 3.8 ms/ 2000 3.80 ms/200 0.12 ms/20 0.21 s/ 2000 32.8 ms/20 2.90 ms/2000 2.47 s/ 200 9.78 ms/20 1.18 ms /2000 9.88 ms/ 2000

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Konsentrasi zat CH3COOH 0,1 M CH3COOH 0,01 M NaCH3COO 0,1 M NaCH3COO 0,01 M NaCH3COO 0,001 M HCl 0,1 M HCl 0,01 M HCl 0,001 M NaCl 0,1 M NaCl 0,01 M NaCl 0,001 M

F. ANALISIS DATA 1. Mencari Daya Hantar Molar Rumus: Daya hantar molar (K) =

1000K C

Dimana: K= daya hantar ekivalen larutan C = konsentrasi larutan (M=mol/liter) a. Asam Asetat (CH3COOH) CH3COOH 0,1M K = 498 s = 498 x 10-6 s
1000 498 10 6 s KM= 0,1M

= 4,98 s/M
4

CH3COOH 0,01M K = 129 s = 129 x 10-6 s


1000 129 10 6 s KM = 0,01M

= 12,9 s/M

b. Natrium Klorida (NaCl) NaCl 0,1M K = 10,10 ms = 10,10 x 10-3 s KM =


1000 10,10 x 10 -3 s 0,1M

= 101 s/M

= = 0,32 NaCl 0,01M K = 1,15 ms = 1,21 x 10-3 s KM =


1000 1,15 x 10 -3 s 0,01M

= 115 s/M

= = 0,1 NaCl 0,001M K = 151 s = 151 x 10-6 s

KM =

1000 151 x 10 -6 s 0,001 M

= 151 s/M

= = 0,032

c.

Asam Klorida (HCl) HCl 0,1M K = 27,7 ms = 27,7 x 10-3 s KM =


1000 27,7 x 10 -3 s 0,1M

= 277 s/M

= = 0,32 HCl 0,01M K = 3,04 ms = 3,04 x 10-3 s KM =


1000 3,04 x 10 -3 s 0,01M

= 304 s/M

= = 0,1 HCl 0,001M K = 245 s


6

= 245 x 10-6 s
1000 245 x 10 -6 s 0,01M

KM =

= 245 s/M = = 0,032 d. Natriumm asetat (CH3COONa) CH3COONa 0,1M K = 6,63 ms = 6,63 x 10-3 s KM =
1000 6,63 x 10 -3 s 0,1M

= 66,3 s/M

= = 0,32 CH3COONa 0,01M K = 107 s = 107 x 10-6 s


1000 107x 10 -6 s KM = 0,01M

= 10,7 s/M

= = 0,1 CH3COONa 0,001M K = 108 s


7

= 108 x 10-6 s
1000 108 x 10 -6 s 0,01M

KM =

= 108 s/M = = 0,032 2. Tabel analog dan Grafik a. Asam Asetat (CH3COOH) Konsentrasi 0,1 M 0,01M
K(s) Km ( s/M )

498x10-6 129 x 10-6

4,98 12,9

b. Tabel analog Natrium Klorida (NaCl) Konsentrasi


K(s) Km ( s/M )

C
0,32 0,1 0,032

0,1 M 0,01M 0,001M

10,10 x10-3 1,15 x 10-3 151 x 10-6 untuk NaCl

101 115 151

Grafik Hubugan Antara Km dengan Km


160 140 120 100 80 60 40 20

Intersep = 156,1 c. Tabel analog Asam Klorida (HCl) Konsentrasi 0,1 M 0,01M 0,001M
K( s ) Km ( s/M )

C
0,32 0,1 0,032

27,7x10-3 3,04 x 10-3 245 x 10-6 HCl

277 304 245

Grafik Hubugan Antara Km dengan

Km
350 300 250 200 150 100 50 0 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

Intersep =

Intersep = 313,3 d. Tabel analog Natrium Asetat ( NaCH3COO ) Konsentrasi


K(s) 9 Km ( s/M )

0,1 M 0,01M 0,001M

6,63x10-3 107 x 10-6 108 x 10-6 NaCH3COO

66,3 10,7 108

0,32 0,1 0,032

Grafik Hubugan Antara Km dengan

Km
120 100 80 60 40 20 0 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

Intersep = 110,9 3. Daya Hantar Tak Hingga Asam Asetat ( CH3COOH )

K 0 NaCl K 0 HCl

= 156,1 s = 313,2 s = 110,9 s

K 0 CH3COONa

K 0 CH3COOH

= K 0 NaCl+ K 0 HCl + K 0 CH3COONa = 156,1 s + 313,2 s + 110,9 s = 580,2 s

4. Menentukan Nilai a. Asam Asetat 0,1 M


10

Diketahui Km Ko = 4,98 s/M = 580,2 s

Maka nilai , adalah:

= =

Km K0
4,98 s / M 580 ,2 s

= 8,58 x10-3 M-1

b. Asam Asetat 0,01 M diketahui :K


m

= 12,9 s/M = 580,2 s

Ko Maka nilai , adalah:

Km K0
12 ,5s / M 833 ,997 s
-3

= 0,02223 M-1 = 22,23 x10

Menentukan Nilai K

a. Asam Asetat 0,1M K = = = = 7,43 x10-6


11

C. 2 1 2

b. Asam Asetat 0,01M K = = = = 5,09


C. 2 1 2

G. PEMBAHASAN Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan (kc) asam asetat ( asam lemah ) berdasarkan nilai data daya hantar ekivalen yang diukur dengan alat konduktivity meter. Alat konduktivity meter ini adalah alat yang digunakan untuk menentukan kesetimbangan dengan prinsip daya hantar listrik dari suatu larutan yang berhubungan dengan jenis dan konsentrasi ion dalam larutan. Untuk menentukan kesetimbangan, dalam praktikum kali ini digunakan suatu larutan asam lemah (asam asetat) dengan berbagai macam konsentrasi, yaitu 0,1 M;0,01M;dan 0,001M. Asam asetat sendiri merupakan larutan elektrolit yang dpaat menghantarkan arus listrik karena akan menjadi ion-ion dalam larutannya (Syukri, 1999 : 378, 382). Asam asetat terurai menjadi ion-ionnya dalam air yaitu menjadi ion H+ dan CH3COO-, yang disebut juga dengan proses disosiasi. Dalam hal ini, karena asam asetat merupakan asam lemah, maka di dalam air asam asetat tidak terionisasi secara sempurna dan hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion-ionnya di mana harga disosiasi () dari asam asetat bernilai kurang dari satu. Arus listrik yang dibawa oleh ion-ion disebut sebagai hantaran. Dimana suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda, yang akan menyebabkan setiap larutan yang berbeda konsentrasinya akan mempunyai daya hantaran yang berbeda pula. Dalam hal ini suatu ion-ion dalam larutan yang diperoleh dari disosiasi suatu senyawa tertentu dpaat memiliki kemampuan mengangkut listrik yang berbeda-beda ukurannya. Sehingga untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit digunakan alat koduktometer. Yang mana dari pengukuran dengan menggunakan konduktometer diperoleh daya hantar ekivalen yang nantinya dapat digunakan utuk mennetukan daya hantar molar (m) suatu larutan. Yang dinamakan dengan hantaran molar adlah hantaran larutan yang
12

mengandung 1 mol elektron dan ditempatkan diantara dua elektroda sejajar yang terpisah sejauh 1 meter (Dogra, 1990: 488). Berdasarkan perhitungan nilai daya hantar ekivalen dengan menggunakan konduktivity meter di dalam praktikum ini, maka akan diperoleh nilai daya hantar ekivalen dari masing-masing larutan yang berbeda-beda. Dari data yang diperoleh didapatkan bahwa semakin kecil konsentrasi maka daya hantarnya juga semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin kecil konsentrasi (semakin encer ) maka daya hantar ekivalennya berkurang dengan cepat(Achmad,2001:76). Jadi besarnya daya hantar dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi larutan yang diuji. Daya hantar larutan HCl lebih besar daripada asam asetat, yaitu 27,7ms dan 498x10-3 ms dalam konsentrasi 0,1 M. Hal ini dikarenakan HCl adalah elektrolit kuat yang terisosiasi sempurna. Larutan elektrolit kuat lebih baik dalam menghantarkan listrik daripada larutan elektrolit lemah seperti asam asetat dan garam-garamnya. Dari data daya hantar, dapat ditentukan daya hantar molar limitnya. Daya hantar molar suatu limit bergantung pula pada konsentrasi. Pada elektrolit kuat seperti HCl kebergantungan pada konsentrasi tidak terlampau besar dan terjadi penyimpangan yang disebabkan oleh aksi antar ion. Untuk menentukan daya hantar molarnya, daya hantar ekivalen dikalikan 1000 dan dibagi dengan konsentrasinya,m =1000/C. Berdasarkan grafik hubungan antara m dan
C , maka diperoleh masing-masing

nilai intersep sebesar 112,5s; 158,167s; 563,33s. dimana nilai intersep yang diperoleh ini sama dengan o. Untuk nulai o CH3COOH diperoleh dari penjumlahan o masingmasing larutan yang telah diperoleh. Digunakan rumus: oCH3COOH = o CH3COONa + o NaCl + o HCl, dikarenakan CH3COOH merupakan asam lemah yang merupakan elektrolit lemah. Di mana, berdasarkan hukum Kohlrausch dari rumus di atas mendefinisikan adanya migrasi bebas dari ion, yang mana hantaran molar dari setiap elektrolit pada pengenceran tak terhingga dari asam lemah (elektrolit lemah) CH3COOH merupakan hantaran molar ion-ion pada pengenceran tak terhingga (o) yang dijumlahkan dari masing-masing larutan (Dogra, 1990). Dengan diperolehnya nilai o CH3COOH, maka derajat disosiasi dari CH3COOH dengan 2 konsentrasi yang berbeda dapat ditentukan. Dari perhitungan nilai (derajat disosiasi), diperoleh nilai perhitungan yang kurang dari 0,0077Mpada konsentarsi 0,1M, dan 0,0199M untuk 0,01M . Hal ini dikarenakan CH3COOH merupakan asam lemah yang terdisosiasi tidak sempurna di dalam larutanya. Dengan adanya proses
13

penguraian asam asetat di dalam larutanya, asam asetat akan terion semakin banyak sehingga yang didapat akan semakin besar seiring dengan berkurangnya kosentrasi. Dengan adanya nilai yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya, maka nilai dari ketetapan kesetimbangan larutan asam asetat yang merupakan asam lemah dapat
C . 2 ditentukan dengan menggunakan rumus: K = , dimana C merupakan konsentrasi 1

dari asam asetat. Harga K untuk asam asetat sebesar 5,95x10-5 untuk konsentrasi 0,1M dan 3,98x10-6 untuk konsentrasi 0,01M.

H. KESIMPULAN

Semakin kecil konsentrasi (berkurang kepekatan ) maka daya hantarnya juga semakin kecil Daya hantar elektrolit kuat lebih besar daripada elektrolit lemah Daya hantar dipengaruhi oleh konsenrasi Tetapan disosiasi asam lemah kurang dari 1 Harga K untuk asam asetat sebesar 5,95x10-5 untuk konsentrasi 0,1M dan 3,98x10-6 untuk konsentrasi 0,01M.

14

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia.2001.Kimia Larutan. Bandung:PT Citra Aditya Bakti.

Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Dogra, S.K, dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.

Greenwood, Norman, N. Earnshaw. 1997. Chemistry of The Elements. Oxford: Butterworh Heineman.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Underwood.1981.Analisis Kimia Kuantitatif.Jakarta:Erlangga.

Zemansky.1962.Fisika untuk Universitas.Jakarta:Tri Mitra Mandiri.

15

ACARA II PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST


A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM Tujuan Praktikum a. Membuktikan persaaan Nernst pada sisitem Cu-Zn. b. Menentukan tetapan persamaan Nernst. Hari, tanggal Praktikum Selasa, 17 April 2012 Tempat Praktikum Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI Sel galvanic merupakan sel dimana energy bebas dari reaksi kimia diubah menjadi energy listrik. Disebut juga sebagai sel elektrokimia. Hubungan antara energy bebas dari reaksi kimia dengan tegangan sel dinyatakan dengan persamaan G =-nFE. Sel elektrolisis adalah sel dimana energy listrik digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia. Sel ini merupakan kebalikan dari sel galvanic. Reaksi spontan menghendaki G menjadi negative. Kesetimbangan akan terjadi jika G dan E sama dengan nol( Dogra,2008:511). Sel elektrokimia terdiri atas dua electrode, konduktor logam yang dicelupkan ke dalam elektrollit konduktor ion ( dapat berupa larutan, cairan, atau padatan ). Elektroda dan elektrolitnya membentuk kompartemen elektroda. Kedua elektroda dapat menempati kompartemen yang sama. Jika elektrolitnya berbeda, kedua kompartemen dapat dihubungkan dengan jembatan garam, yaitu larutan elektrolit yang meliputi sirkuit listrik dan memungkinkan sel itu berfungsi(Atkins,1999:272). Sel galvani terdiri atas zat pengoksidasi (dalam satu bagian) dengan kekuatan menarik elektron melalui kawat dan zat pereduksi (dalam bagian lain). Kekuatan menarik atau daya dorong pada elektron disebut potensial sel (Esell) atau daya gerak listrik. Satuan listrik adalah volt (V) didefinisikan sebagai 1 joule kerja per Coloumb muatan yang ditransfer 1V = 1 J/C. Alat untuk mengukur potensial sel disebut voltmeter atau potensiometer (Sastrohamidjojo, 2008: 296).
16

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM Alat Praktikum Gelas kimia 100 ml Elektroda Cu Elektroda Zn Voltmeter Pipe tetes Bahan Praktikum Larutan KNO3 Larutan ZnSO4 Larutan CuSO4 1 M Larutan CuSO4 0,1 M Larutan CuSO4 0,01 M Larutan CuSO4 0,001 M Kertas saring Tissue Kertas label

D. SKEMA KERJA Gambar Alat

17

gelas kimia 100mL Diisi masing-masing dengan larutan ZnSO4 1 M dan CuSO4 1M/0,1M/0,01M/0,001M

Hasil Dibuat gulungan kertas saring yan dicelupkan pada larutan KNO3 jenuh Dihubungkan kertas saring ke dua gelas kimia

Hasil

Elektoda Cu dan Zn Hasil Dibersihkan Dihubungkan ke volt meter Dicelupkan ke dalam larutan yang sesuai Dicatat nilai voltase

E. HASIL PENGAMATAN [Zn2+] (M) 1 1 1 1 [Cu2+] 1 0,1 0,01 0,001 log [Zn2+]/[Cu2+] 0 1 2 3

NO 1 2 3 4

Esel (V) 1,426 1,354 1,395 1,343

18

F. ANALISIS DATA 1. Persamaan Reaksi Anoda : Zn Katoda : Cu2+ + 2e reaksi : Zn + Cu2+ Zn2+ + 2e Cu Zn2+ + Cu Eo Eo = + 0,76 volt = + 0,34 volt

Eosell = + 1,10 volt

2. Perhitungan a.

Untuk konsentrasi Cu2+ 1 M

= log 1 =0 Untuk konsentrasi Cu2+ 0,1 M

= log 10 =1 Untuk konsentrasi Cu2+ 0,01 M

= log 100 =2 Untuk konsentrasi Cu2+ 0,001 M

= log 1000 =3
19

b.

Grafik Hubungan E sell dengan log [Zn2+]/[Cu2+] Tabel Analog No 1. 2. 3. 4. [Zn2+] M 1,0 1,0 1,0 1,0 [Cu2+] M 1,0 0,1 0,01 0,001 E sell (V) 1,426 1,354 1,396 1,343 log [Zn2+]/[Cu2+] 0 1 2 3

Grafik Hubungan E sell dengan log [Zn2+]/[Cu2+]

E sell
1,440 1,430 1,420 1,410 1,400 1,390 1,380 1,370 1,360 1,350 1,340 1,330 0

Grafik Hubungan E sell dengan log [Zn2+]/[Cu2+]

slope

0.5

1.5

2.5

3.5

log [Zn2+]/[Cu2+]

Intersep = 1,426 Intersep = Esell = 1,426


20

Slope

= = =

= 0,0128
c. Persamaan Nernst Persamaan Nernst Berdasarkan Percobaan Diketahui : Rt/nF = Slope = 0,026

Esell = Esell 2,303 RT/nF log [Zn2+]/[Cu2+]

Untuk [Cu2+] 1 M Esell = 1,426 2,303 x 0,026 log 1/1 = 1,426 2,303 x 0,026 x 0 = 1,426 volt

Untuk [Cu2+] 0,1 M Esell = 1,426 2,303 x 0,026 log 1/0,1 = 1,426 2,303 x 0,026 x 1 = 1,366 volt

Untuk [Cu2+] 0,01 M Esell = 1,426 2,303 x 0,026 log 1/0,01 = 1,426 2,303 x 0,026 x 2 = 1,306 volt

Untuk [Cu2+] 0,001 M Esell = 1,426 2,303 x 0,026 log 1/0,001


21

= 1,426 2,303 x 0,026 x 3 = 1,246 volt Persamaan Nernst Berdasarkan Teori Ered Zn Ered Cu Zn + Cu2+ = -0,76 volt (anoda) = +0,34 volt (katoda) Zn2+ + Cu

Jadi Esell

= Ekatoda - E anoda = 0,34 (-0,76) = 1,10 volt

Esell = Esell 2,303 RT/nF log [Zn2+]/[Cu2+]

Untuk [Cu2+] 1,0 M Esell = 1,10 2,303 x = 1,10 0,0295 x 0 = 1.10 volt log 1/1

Untuk [Cu2+] 0,1 M Esell = 1,10 2,303 x = 1,10 0,0295 x 1 = 1,075 volt log 1/0,1

Untuk [Cu2+] 0,01 M Esell = 1,10 2,303 x = 1,10 0,0295 x 2 = 1,041 volt
22

log 1/1

Untuk [Cu2+] 0,001 M Esell = 1,10 2,303 x = 1,426 0,0295 x 3 = 1,0115 volt log 1/1

d.

Perhitungan Persen Error % Error Esell =

Untuk [Cu2+] 1,0 M % error = = 29,6 % Untuk [Cu2+] 0,1 M % error = = 27,1 % Untuk [Cu2+] 0,01 M % error = = 25,5 % Untuk [Cu2+] 0,001 M % error = = 23,2 %

% Error Esell % Error Esell =

23

=
= 29,6 %

% Error Slope % Error Slope = Slope Teori Slope Percobaan = 0,0128 0,026 = 13,2%

G. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuktikan persamaan Nernst pada system Cu-Zn dan menentukan tetapan Nernst. Cara pembuktian pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran dengan merangkai dua buah elektroda tunggal untuk membentuk suatu sel. Kelebihan electron yang tertinggal pada elektroda seng, apabila Zn2+ masuk ke dalam larutan menemukan tempat untuk pergi; electron-elektron itu dapat mengalir melalui kawat luar ke elektroda tembaga dan pada elektroda ini electron-elektron dapat dipakai untuk reduksi Cu2+. Ampere meter A akan menunjukkan arus listrik. System dua elektroda ini merupakan suatu sel elektrokimia atau sel

galvanic(Underwood,1982:248-249). Secara prinsip, pada sel elektrokimia terjadi reaksi redoks, dimana pada katoda terjadi reaksi, dimana pada katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi oksidasi. Adapun prinsip kerja sel volta yang digunakan yaitu sel pendesakan. Elektroda seng yang teroksidasi berubah menjadi Zn2+, electron yang dibebaskan mengalir melalui kawat penghantar menuju elektroda Cu. Pada elektroda Cu, electron-elektron diikat oleh ion Cu2+ dari larutan menjadi Cu dan selanjutnya melekat pada batang Cu : Cu2+ (aq) +2e Cu. Akibatnya Zn teroksidasi dan Cu2+ tereduksi, pada anoda ion Zn2+ lebih banyak dibandingkan ion SO42-. Sedangkan pada katoda ion SO42- lebih banyak dari ion Cu2+. Oleh karena itu ion SO42- berpindah dari elektroda Cu ke elektroda Zn melalui jembatan garam yang sudah terjenuhkan oleh larutan KNO3. Dengan begitu elektroda Zn (batang Zn ) akan berkurang beratnya, sedang elektroda Cu akan semakin bertambah
24

beratnya. Konsentrasi CuSO4 semakin encer dan larutan ZnSO4 semakin pekat. Hal inilah yangmelandasi prinsip kerja sel volta yang disebut sel pendesakan karena logam Zn mendesak ion Cu2+ dari garamnya. Konsentrasi larutan adalah salah satu factor mempengaruhi persamaan Nernst. Dimana pada kali ini konsentrasi Cu diubah dari 1 M, menjadi 0,1 M; 0,01 M;0,001M. Sedangkan konsentrasi Zn tetap sebagai standar, yaitu 1 M. semakin kecil konsentrasi Cu maka Eselnya semakin kecil pula. Seperti pada hasil data praktikum yang didapat dari 1,426 mA; 1,354 mA; 1,395 mA; dan 1,343 mA. Nilai Esel teori dan Esel percobaan tidaklah sama. Hal ini dimungkinkan karena ketidaktelitian praktikan dalam mengukur sehingga persen error sebesar 29,64 % untuk Eselnya. Sedangkan untuk slope sebesar 11,86%. Untuk Eselnya sendiri, semakin besar konsentrai Cu maka semakin kecil kesalahannya. Persen error terbesar terdapat pada konsentrasi 0,001 M sebesar 33,27%. Dan terkecil pada konsentrasi 1 M sebesar 29,64%.

H. KESIMPULAN Pada dasarnya reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks pada sel elektrokimia Yang terjadi pada katoda adalah reduksi dan pada anoda adalah oksidasi Fungsi jembatan garam adalah sebagai penyeimbang serta tempat berjalannya electron untuk berpindah Esel pada persamaan Nernst dipengaruhi oleh jenis elektroda, suhu, dan konsentrasi larutan Berdasarkan kurva hubungan antara Esel dan log Zn2+ /Cu2+ didapatkan K sebesar 1,426 dan slope sebesar 0,026 Esel teori didapat dari Esel persamaan reaksi.

25

DAFTAR PUSTAKA

Atkins,P.W.1999.Kimia Fisika.Jakarta:Erlangga.

Dogra,S.2008.Kimia Fisik dan Soal-Soal.Jakarta:UI Press.

Suharto,dkk.2004.Kimia Dasar 2.Yogyakarta:UNY Press.

26

ACARA III PENENTUAN TETAPAN LAJU PADA REAKSI SAFONIFIKASI ETIL ASETAT

A.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM Tujuan Praktikum Membuktikan bahwa reaksi saponifikasi etilasetat adalah orde dua dan menentukan tetapan laju reaksi tersebut. Hari, tanggal Praktikum Selasa, 24 April 2012 Tempat Praktikum Laboratorium Kimia Dasar Lantai III, Fakultas Mipa, Universitas Mataram.

B.

LANDASAN TEORI saponifikasi adalah reaksi yang terjadi pada hidrolisis asam lemah dengan adanya basa (misalnya NaOH). Istilah saponifikasi (dapat pula disebut reaksi penyabunan) dalam literatur yang berarti soap making. Berasal dari kata sapo dalam bahsa latin yang artinya soap/sabun. Pada hidrolisis suatu ester yang berada dalam basa, atau penyabunan sering kali menghasilkan asam karboksilat dan alkohol dengan rendemen yang lebih baik daripada hidrolisis asam. Karena reaksi berlangsung dalam suasana basa, hasil penyabunan adalah garam karboksilat. Asam basa akan diperoleh bila larutan itu diasamkan (Fessenden, 1982: 127). Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat misalnya reaksi penetralan antara larutan asam klorida dan larutan natrium hidroksidaa, demikian pula reaksi pembentukkan endapan perak klorida atara larutan perak nitrat dan larutan natrium klorida. Jika larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam kloriada encer akan terbentuk endapan belerang beberapa detik kemudian. Sedangkan reaksi yang menyangkut proses geologi berlangsung sangat lambat. Laju reaksi atau kecepatan reaksi adalah laju atau kecepatan berkuranya pereaksi atau terbentuknya produk reaksi yang dapat dinyatakan dalam satuan moll-1, atms-1(Sukarjo, 1989: 349-351).
27

Orde suatu reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi dala hukum laju reaksi berbentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi merupakan bilangan bulat dan kecil, namun dalam beberapa hal pecah atau nol. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien yang dalam persamaan stoikiometri reaksi. Perhatikan reaksi:A+Bproduk, laju = k[A][B] dan untuk reaksi: 2A produk, laju=[A]2 (Achmad, 2002: 161-172). Percobaan menunjukkan bahwa kelajuan reaksi kimia yang bersifat homogen tergantung pada konsentrasi pereaksi-pereaksi. Reaksi homogen merupakan reaksi yang hanya terjadi dalam satu fasa. Kelajuan suatu reaksi homogen tergantung pada konsentrasi dari pereaksi-pereaksi dalam larutan. Larutan dapat berupa cairan atau gas. Dalam larutan cairan konsentrasi dari pereaksi dapat diubah berdasarkan penambahan pereaksi atau pengambilan pereaksi atau dengan pengubahan volume dari sistem atau berdasarkan penambahan tau pengurangan pelarut. Penurunandalm suhu akan menurunkan kkelajuan dan ini tak tergantung apakah reaksi eksoterm dan endoterm. Perubahan kelajuan terhadap suhu dinyatakan oleh suatu perubahan dalm tetapan kelajuan spesifik k. Untuk setiap reaksi, k naik dengan kenaikan suhu. Ada beberapa reaksi dapat dipercepat oleh adanya senyawa-senyawa seperti tersebut dikenal sebagai katalisator dan pengaruh mereka dikenal sebagai katalis. Dari fakta yang diamati, kinetika kimia telah diinterpretasikan dalam pengertian teori tumbukan. Sesuai dengan teori tumbukan, kelajuan dari setiap langkah dalam suatu reaksi adalah berbanding langsung dengan (1) jumlah tumbukan per detik antara partikel-partikel yang bereaksi dalam langkah itu dan (2) bagian dari tumbukan itu yang efektif. Kelajuan harus tergantung pada jumlah tumbukan per detik (Sastromidjojo, 2008: 159-170). C. ALAT DAN BAHAN Alat Praktikum Erlenmeyer 100 ml Erlenmeyer 250 ml Gelas ukur 100 ml Gelas ukur 25 ml Buret 50 ml Tiang Statif Termometer 1000C
28

Hot plate Pipet tetes Stopwatch Bahan Praktikum Larutan Etil asetat 0,02M Larutan NaOH 0,02M Larutan HCl 0,02M Indikator pp Aquades (H2O) Tissue Kertas label D. SKEMA KERJA
100mL NaOH 0,02M dalam Dimasukkan Erlenmeyer 250mL dalam

100 mL etil asetat 0,02M Dimasukkan

Erlenmeyer 250mL

Campuran

Diletakkan dalam bejana air Disamakan suhu larutan Kedua larutan dicampur

- Dimasukkan dalam 5 erlenmeyer yang berisi 20ml HCl 0,02M - Dengan masing-masing waktu pencampuran

Erlenmeyer 1 5 menit Dikocok

Erlenmeyer 2 10 menit Dikocok

Erlenmeyer 3 20 menit Dikocok +indikator pp

Erlenmeyer 3 30 menit Dikocok +indikator pp

Erlenmeyer 4 40 menit Dikocok +indikator pp

+indikator pp

+indikator pp

Dititrasi dengan NaOH 0,02M Hasil dicatat (volume NaOH yang digunakan) 29

E.

HASIL PENGAMATAN

No 1 2 3 4 5

Waktu reaksi (menit) 5 10 20 30 40

Volume NaOH 0,02m (ml) 12,9 12,2 12,7 12,4 12,9

Hasil Pengamatan Perubahan Yang Terjadi Tiap Larutan No 1 Percobaan Proses pencampuran 100 mL etil asetat dengan Hasil pengamatan Larutan etil asetat dan larutan NaOH memiliki warna awal larutan bening. Setelah pencampuran tidak terjadi perubahan warna, tetap bening. 2 Larutan I + 20 mL HCl 0,02 M. 3 Penambahan indikator PP Larutan yang terbentuk tetap bening, tidak terjadi perubahan. Campuran tetap bening,tidak terjadi

NaOH ( Larutan I ).

perubahan. Setelah dititrasi dengan NaOH lama kelamaan larutan berubah warna

menjadi merah muda yang menunjukkan bahwa titik akhir telah tercapai.

F.

ANALISA DATA

1.Persamaan Reaksi CH3COOH(aq) + NaOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O(l) Proses pencampuran dengan HCl 0,02M (20mL) dalam Erlenmeyer: 30

CH3COONa(aq) + HCl(aq) CH3COOH(aq) + NaCl(aq) NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l) HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

2.Perhitungan a) Mencari mmol NaOH sisa reaksi Rumus: mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir

Untuk 5 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = M1 x V1 M2 x V2 = 0,02 x 20 0,02 x 12,9 = 0,142 mmol

Untuk 10 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = M1 x V1 M2 x V2 = 0,02 x 20 0,02 x 12,2 = 0,156 mmol

Untuk 20 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = M1 xV1 M2 x V2 = 0,02 x 20 0,02 x 12,7 = 0,146 mmol

Untuk 30 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = M1 x V1 M2 x V2 = 0,02 x 20 0,02 x 12,4 = 0,152 mmol
31

Untuk 40 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = M1 x V1 M2 x V2 = 0,02 x 20 0,02 x 12,9 = 0, 142 mmol

b) Mencari mmol NaOH yang bereaksi Untuk 5 menit mmol NaOH = mmol NaOH awal mmol NaOH sisa = ( M. V ) ( mmol NaOH sisa ) = 0,02 x 100 0,142 = 1,858 mmol Untuk 10 menit mmol NaOH

= mmol NaOH awal mmol NaOH sisa = ( M x V ) ( mmol NaOH sisa ) = 0,02 x 100 0,156 = 1,844 mmol

Untuk 20 menit mmol NaOH

= mmol NaOH awal mmol NaOH sisa = ( M x V ) ( mmol NaOH sisa ) = 0,02 x 100 0,154 = 1,854 mmol

Untuk 30 menit mmol NaOH

= mmol NaOH awal mmol NaOH sisa = ( M x V ) ( mmol NaOH sisa ) = 0,02 x 100 0,152 = 1,848 mmol

Untuk 40 menit mmol NaOH

= mmol NaOH awal mmol NaOH sisa = ( M x V ) ( mmol NaOH sisa ) = 0,02 x 100 0,142 = 1,858 mmol
32

c) Mencari nilai x -Untuk 5 menit

-Untuk 10 menit

-Untuk 20 menit

-Untuk 30 menit

-Untuk 40 menit

d)Mencari nilai 1/(a-x)

-Untuk 5 menit

-Untuk 10 menit

-Untuk 20 menit

-Untuk 30 menit

-Untuk 40 menit 33

e) Tabel Analog t (waktu) dengan X (menit)

1 ax

1 ax
704,23 641,03 648,93 657,89 704,23

5 10 20 30 40

f) Grafik hubungan t (waktu) dengan


710 700 690 680

1 ax

slope

1 ax

670 660 650 640 630 0 10 20 30 40 50

t ( menit ) intersep slope = 622 =

y 2 y1 x 2 x1

34

diketahui : y2 y1 x2 x1 slope =

= 704,23 = 641,03 = 40 = 10

704,23 641,03 40 10

= 2,07 M-1s-1

jika menggunakan perhitungan secara teoritis kt =

x a(a x) x 1 t a(a x)

t =

dimana: a x a-x = VoHCl = Vo-Vt; Vt = volume NaOH pada titrasi = Vt

perhitungan 5 menit k =

x 1 t a(a x)
1 (20 12 ,9) 5 20 (12 ,9)

= 6,39 x 10-3

perhitungan 10 menit k =

x 1 t a(a x)

35

1 (20 12 ,2) 10 20 (12 ,2)

= 3,19 x 10-3

perhitungan 20 menit k =

x 1 t a(a x)
1 (20 12 ,7) 20 20 (12 ,7)

= 1,44 x 10-3

perhitungan 30 menit k =

x 1 t a(a x)
1 (20 12 ,4) 30 20 (12 ,4)

= 1,02 x 10-3

perhitungan 40 menit k =

x 1 t a(a x)
1 (20 12 ,9) 40 20 (12 ,9)

= 6,88 x 10-3

k 6,88 x 10-3 6,39 x 10-3 = 4,9 x10-4 (nilai yang hampir sama menunjukkan orde dua).

G.

PEMBAHASAN
36

Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan tetapan laju pada reaksi saponifikasi etil asetat, yang bertujuan untuk membuktikan bahwa reaksi saponifikasi etil asetat adalah reaksi orde dua dan menentukan tetapan laju rekasi tersebut. Saponifikasi sendiri adalah reaksi yang terjadi pada hidrolisis oleh asam lemah dengan adanya basa seperti NaOH. Istilah saponifikasi ini dapat pula disebut reaksi penyabunan yang menghasilkan asam karboksilat dan alkohol (etanol) (Fessenden, 1982: 127). Pada tahap pertama, dilakukan pencampuran antara etil asetat (ester) dengan NaOH untuk menjadikannya suatu reaksi saponifikasi yang nanti akan menghasilkan garam karboksilat dan etanol. Sebelum pencampuran, kedua larutan (etil asetat dan NaOH) disamakan suhunya untuk mempermudah perhitungan data yang dilakukan, selain itu suhu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi suatu senyawa. Dimana semakin tinggi suhu, maka laju reaksi berjalan dengan semakin cepat, suhu kedua larutan adalah 35oC, karena kedua suhu larutan sama, maka jalannya reaksi (laju reaksi) akan lebih terkontrol dengan campuran yang diperoleh cukup optimal. Pada proses selanjutnya, percobaan dilanjutkan dengan memasukkan campuran ke dalam 5 erlenmeyer yang berisi HCl dengan rentang waktu yang berbeda-beda. Tujuannya adalah utuk mengamati laju reaksi yang berlangsung yang berhubungan dengan volume NaOH titrasi yang akan digunakan. Dalam hal ini, OH- dari reaksi sebelumnya masih ada yang belum bereaksi. Oleh karena itu, perlu ditambahkan dengan NaOH sehingga mol HCl yang digunakan untuk menetraliasasikan larutan sama dengan mol OH- yang belum bereaksi. Dan mol HCl yang tersisa ini kemudian dititrasi dengan NAOH untuk mengetahui mol HCl yang bereaksi (Keenan, 1999: 517). Semakin lama suatu larutan bercampur maka laju reaksinya juga semakin berjalan sempurna, maka volume NaOH (penitrasi) yang dibutuhkan haruslah semakin banyak karena semakin banyak mol HCl yang tersisa pada proses penetralan OH- berlebih. Tapi data yang didapat praktikan tidaklah teratur, yaitu didapat data secara berturut-turut

12,9;12,2;12,7;12,4;dan 12,9. Dalam praktikum kali ini praktikan tidak teliti dalam pengaturan waktu campuran. Dalam perlakuan titrasi diperlukan suatu indikator untuk mengetahui titik kahir titrasi. Kali ini digunakan indikator PP yang biasa ditambahkan dalam titrasi asam basa yang akan menyebabkan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna pink pudar.

37

Dari semua perlakuan di atas, maka tujuan utama praktikum kali ini adalah membuktikan bahwa reaksi saponifikasi etil asetat adalah reaksi orde dua dan menentukan tetapan laju reaksi tersebut. Dalam konsepnya, orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen konsentrasi dalam persamaan laju, dimana tetapan lajunya tidak bergantung pada konsentrasi, tetapi suhu (Chang, 2001: 418). Orde reaksi saponifikasi etil asetat dapat ditentukan secara eksperimen yaitu dalam bentuk suatu perhitungan yang berhubungan dnegan nilai k dari jumlah volume NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi. Dari semua perhitungan didapatkan sebuah grafik dari mengalurkan fungsi waktu terhadap
1 , sehingga didapatkan sebuah grafik yang tidak teratur. Penentuan orde (a x)

reaksi dapat dilihat dari bentuk grafiknya. Jika grafiknya konstan(linier), maka reaksi merupakan orde nol. Jika grafiknya terus naik maka reaksi merupakan orde satu, dan jika grafik terus naik dan memuncak maka reaksi dikatakan orde dua(Sri Sudiono,2004:94). Dari grafik yang didapat, walaupun datanya tidak beraturan tapi dapat di tarik garis lurus yang nilainya terus naik. Hai ini berarti secara teori merupakan suatu orde reaksi satu. Tetapi berdasarkan nilai perhitungan teoritis, jika nilai k nya sangat kecil maka termasuk reaksi orde dua. Dan hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 4,2x10-4, yang menunjukkan bahwa reaksi merupakan orde dua.

H.

KESIMPULAN Reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan yang sering menghasilkan asam karboksilat dan etanol Laju reaksi adaaalah waaaktu yang dibutuhkan oleh dua senyawa atau lebih untuk bereaksi Orde reaksi adalah pangkat dari faktor konsentrasi Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi dan suhu Reaksi saponifkasi etil asetat adalah orde dua.

38

DAFTAR PUSTAKA Achmad, Hiskia. 2002. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Fessenden, Ralp, J., Fessenden, Joan. S. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Keenam, Charles, W., dkk. 1999. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sudiono.2003.Kimia.Klaten:Intan Pariwara. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2008. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

39

ACARA IV PENENTUAN TETAPAN ADSORBSI KARBON AKTIF A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM Tujuan Praktikum Mempelajari sifat kuantitatif proses adsorbs karbon aktif melalui nilai ketetpan Freudlich. Hari, Tanggal Praktikum Selasa, 01 Mei 2011 Tempat Praktikum Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI Adsorbsi adalah suatu proses penyerapan suatu fasa tertentu ( gas,cair) pada permukaan adsorben yang berupa padatan. Adsorbs ada dua macam, yaitu adsorbs fisika dan adsorbs kimia. Adsorbs fisika terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antar larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan diadsorbsi oleh permukaan media. Adsorbs fisika ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relative kecil. Contoh dari adsorbs ini adalah adsorbs oleh karbon aktif. Aktivasi karbon aktif pada temperature yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorbs yang besar. Adsorbs yang kedua adalah adsorbs kimia yang terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media( Anonim,2011). Kinetika adsorbs menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben dalam fungsi waktu. Adsorbs berbeda dengan absorpsi. Pada absorbs, zat yang diserap masuk ke dalam adsorben, sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaan (Sukardjo,1990).

40

Suatu adsorben dengan jenis tertentu, banyaknya zat yang dapat diserap makin besar bila temperature kritis semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan. Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan, maka semakin banyak gas yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya serap dihitung tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperature dan tekanan gas(Atkins,1990). Proses adsorbs yang terjadi pada kimiasorpsi, partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Peristiwa adsorbs disebabkan oleh gaya tarik molekul di permukaan adsorben. Dimana adsorben yang digunakan biasanya dalam percobaan adalah karbon aktif, sedangkan zat yang diserapadalah asam asetat(Keenan,1999). Persamaan adsorbs Freundlich adalah salah satu metode untuk menunjukkan komposisi ionic di dalam larutan tanah. Persamaan ini sangat cocok untuk reaksi adsorbs dalam kisaran yang sempit(Anonim,2011). C. ALAT DAN BAHAN Alat Praktikum a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Erlenmeyer 100ml Buret 50 mL Statif Corong Gelasukur 25 ml Gelas kimia 250 ml Erlenmeyer 100 ml Timbang analitik Klem Pengadukatau spatula Stopwatch

Bahan Praktikum a. b. Larutan asam asetat 0,1 M Larutan asam asetat 0,2 M
41

c. d. e. f. g. h. i. j. k.

Larutan asam asetat 0,3 M Larutan asam asetat 0,4 M Larutan asam asetat 0,5 M Larutan asam asetat 1 LarutanNaOH 0,5 N Aquades Indikator pp Kertas saring Karbonaktif M

D. SKEMA KERJA 25 ml asam asetat Konsentrasi ( 0,1 M ; 0,2 M ; 0,3 M ; 0,4 M ; 0,5 M ; 1 M ) Hasil Hasil E. HASIL PENGAMATAN diambil 10 mL + indikator pp 3 tetes dititrasi dengan NaOH 0,5 N dimasukkankedalamgelaskimia + 1 gram karbon aktif dikocok 10 menit disaring

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Konsentrasi asam asetat (N) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 1,0
42

Volume NaOH 0,5 N untuk titrasi ( ml ) 1,1 2,9 5 6,5 9,9 21,3

F. ANALISIS DATA 1. PenentuanKonsentrasi (C) Asam Asetat Standar Diketahui : [ NaOH ] awal = 0,5 N V CH3COOH = 10 menit Ditanya : C1 C2 = ? Penyelesaian :

a. Untuk konsentrasi asam asetat 0,1 N Diketahui : V NaOH = 1,1 ml [ NaOH ] awal = 0,5 N V CH3COOH = 10 ml Ditanya : C1 Penyelesaian : C1 = = = 0,055 N b. Untuk konsentrasi asam asetat 0,2 N Diketahui V NaOH = 2,9 ml [ NaOH ] awal = 0,5 N V CH3COOH = 10 ml Ditanya : C1 Penyelesaian : C1 = = = 0,145 N

c. Untuk konsentrasi asam asetat 0,3 N Diketahui : V NaOH = 5 ml


43

[ NaOH ] awal = 0,5 N V CH3COOH = 10 ml Ditanya : C1 Penyelesaian : C1 = = = 0,25 N

d. Untuk konsentrasi asam asetat 0,4 N Diketahui V NaOH = 6,5 ml [ NaOH ] awal = 0,5 N V CH3COOH = 10 ml Ditanya : C1 Penyelesaian : C1 = = = 0,325 N

e. Untuk konsentrasi asam asetat 0,5 N Diketahui V NaOH = 9,9 ml [ NaOH ] awal = 0,5 N V CH3COOH = 10 ml Ditanya : C1 Penyelesaian : C1 = = = 0,495 N

f. Untuk konsentrasi asam asetat 1,0 N Diketahui


44

V NaOH = 21,3 ml [ NaOH ] awal = 0,5 N V CH3COOH = 10 ml Ditanya : C1 Penyelesaian : C1 = = = 1,065 N

2. Menentukan Massa (x) Asam Asetat yang Teradsorpsi Diketahui : [ CH3COOH] awal = 0,1 N Mr CH3COOH V CH3COOH Jawab : = 60 = 10 ml = ...?

Ditanya : gr CH3COOH

a. Untuk konsentrasi asam asetat 0,1 N

gr CH3COOH = = = 0,06 gr

b. Untuk konsentrasi asam asetat 0,2 N

gr CH3COOH = = = 0,12 gr

c. Untuk konsentrasi asam asetat 0,3N

45

gr CH3COOH = = = 0,18 gr

d. Untuk konsentrasi asam asetat 0,4 N

gr CH3COOH = = = 0,24 gr

e. Untuk konsentrasi asam asetat 0,5 N

gr CH3COOH = = = 0,3 gr

f. Untuk konsentrasi asam asetat 1,0 N

gr CH3COOH = = = 0,6 gr

3. Tabel analog No. 1. 2. C (M) 0,055 0,145 x (gr) 0,06 0,12 x/C 1,091 0,828 Log (x/C) 0 -0,08 Log C -1,26 -0,84

46

3. 4. 5. 6.

0,25 0,325 0,495 1,065

0,18 0,24 0,13 0,6

0,72 0,738 0,606 0,563

-0,14 -0,13 -0,22 -0,25

-0,60 -0,49 -0,31 0,03

4. Grafik hubungan antara log C dan loga x/C


log C
0 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 -0.05 -0.1 -0.15 -0.2 -0.25 -0.3 -0.35 0 0.2

intersep

log x/C

Intersep = 0,30

= = = 3, 452 Intersep = -0,30 Intersep = log K log K = -0,30


47

K = 10-0,45 K = 0,35481 K = 0,35

G. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan karbon aktif dalam menyerap zat cair pada permukaan asam asetat sebagai adsorbatnya dan karbon aktif bertindak sebagai adsorben yang mengadsorbsi fasa cair dari asam asetat pada permukaan adsorbennya, dimana karbon aktif berupa padatan(Anonim,2011). Secara umum, factor- factor yang mempengaruhi proses adsorbs adalah luas permukaan, jenis adsorbat, struktur molekul adsorbat, konsentrasi adsorbat, temperature, pH, kecepatan pengadukan, waktu kontak, serta waktu kesetimbangan(Anonim,2011). Dalam praktikum kali ini hanya dilakukan pengujian terhadap factor konsentrasi adsorbatnya, mulai dari 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M ;,4M; dan 1M, sedangkan factor lainnya pada setiap perlakuan adalah sama. Arang aktif yang digunakan berupa padatan yang jika dilihat dari bawah mikroskop akan terlihat pori-pori yang sangat besar. Dengan gaya Van der Wallsnya yang dimiliki karbon aktif ini, pori-pori tersebut dapat atau mampu menangkap substansi pada asam asetat. Dengan gaya Van der Walls yang dimiliki maka terjadi gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut media. Aktivasi karbon aktif pada temperature yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorbs yang besar(Anonim,2011). Walau dalam praktikum kali ini temperature tidak diperhatikan, tetapi karena proses pengadukan setiap praktikan berbeda, ada yang cepat dan ada yang perlahan. Seperti diketahui bahwa factor pengadukan juga mempengaruhi suhu larutan. Karena itulah hasil filtrate asam asetat berbeda kejernihannya. Setelah pengadukan kurang lebih selama 10 menit, larutan kemudian disaring dengan kertas saring. Pengadukan dilakukan untuk memaksimalkan proses adsorpsi. Dengan dilakukannya pengocokan dihasilkan energi kinetic yang lebih besar dalam proses penguraian
48

zat dan proses pengikatan yag makin lama makin meningkat. Dengan adanya proses pengadukan dlam pelarrutan karbon aktif dalam CH3COOH memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk bersinggungan dengan CH3COOH sehingga adsorpsi berjalan lebih cepat ( Aryafatta, 2001). Proses penyaringan yang dilakukan ini dinamakan dialisis, penyaringan koloid menggunakan selaput semi permeabel. Penyaringan ini dilakuakan untuk menghilangkan ionion yang mengganggu kestabilan, dan setelah penyaringan didapatkanlah larutan asam asetat yang jernih. Langkah terkahir yang dilakukan adalah menitrasi asam asetat tadi dengan NaOH 0,5 N yang sebelumnya ditetesi larutan indikator pp agar perubahan warna yang terjadi adalah dari tidak berwarna menjadi merah muda pada akhir titrasi. Semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin besar pula volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi asam asetat. Hal ini membuktikan secara lebih jelas bahwa konsentrasi yang semakin meningkat akan meningkatkan pula gaya adsorpsi zat tersebut. Dari data percobaan didapatkan hasil volume secara berturut-turut 1,1 mL ; 2,9 mL ; 5 mL ; 6,5 mL ; 9,9mL ; dan 21,3 mL. Tetapi pada konsentrasi 0,1 ; 0,2 ; 0.3, volume yang didapat kurang akurat karena warna titrasinya pekat. Pada komsentrasi kecil susah untuk mendapat volume titrasi yang akurat karena satu tetes saja sudah merubah warna yang awalnya masih bening menjadi merah muda pekat. Hasil praktikum di atas sesuai dengan teori yang ada, diman semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan, dalam hal ini asam asetat, maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben yang dilihat dari kejernihan setelah disaring. Dari slope yang telah dibuat, didapatkan nilai k dan n yang merupakan konstanta dari persamaan Freundlich sebesar 1,74 untuk k dan 0,23 untuk n.

49

H. KESIMPULAN Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu zat dalam hal ini asam asetat bertindak sebagai adsorbat dan karbon aktif sebagai adsorben. Jenis adsorbsi yang terjadi pada percobaan ini adalah adsorbsi fisika. Proses adsorbsi dipengaruhi oleh macam adsorben, macam zat yang diadsorbsi, konsentrasi adsorben, luas permukaan, temperatur, dan tekanan zat yang diadsorbsi. Luas permukaan dan pengadukan mempengaruhi kecepatan adsorpsi karbon aktif. Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan maka semakinbesar pula jumlah zat dalam larutan asam asetat yang terserap. Nilai konstanta Freudlich terdiri dari n dan k, dimana slope sama dengan nilai n, yaitu sebesar 1,74 dan nilai intersep sama dengan k. Tetapan Freundlich yang didapat sebesar 1,74 C 1/0,23

50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.Adsorbsi.[http://www.newworldencyclopedia.org/entry/adsorbtion.htm]. Atkins,P.W.1990.Kimia Fisika Jilid 2.Jakarta:Erlangga. Aryafatta. 2008. Meningkatkan Nilai Arang Jadi Karbon Aktif.

[http://aryafatta.wodrpress.com/2009/06/04meningkatkan-nilai-arang-tempurung-jadikarbon-aktif-html]. Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Keenan.1999.Kimia untuk Universitas.Jakarta:Erlangga.

51

52

Anda mungkin juga menyukai