Anda di halaman 1dari 40

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kelainan konginetal pada penis menjadi suatu masalah yang sangat penting, karena selain berfungsi sebagai pengeluaran urine juga berfungsi sebagai alat seksual yang pada kemudian hari dapat berpengaruh terhadap fertilitas. Salah satu kelainan konginetal terbanyak kedua pada penis setelah cryptorchidism yaitu hipospadia. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). Istilah hipospadia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hypo (below) dan spaden (opening). Hipospadia menyebabkan terjadinya berbagai tingkatan defisiensi uretra. Jaringan fibrosis yang menyebabkan chordee menggantikan fascia Bucks dan tunika dartos. Kulit dan preputium pada bagian ventral menjadi tipis, tidak sempurna dan membentuk kerudung dorsal di atas glans (Duckett, 1986, Mc Aninch, 1992). Selain berpengaruh terhadap fungsi reproduksi yang paling utama adalah pengaruh terhadap psikologis dan sosial anak. Penyebab dari hiposapadia ini sangat multifaktorial antara lain disebabkan oleh gangguan dan ketidakseimbangan hormone, genetika dan lingkungan. Ganguan keseimbangan hormon yang dimaksud adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Sedangkan dari faktor genetika, dapat terjadi karena gagalnya sintesis androgen sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan untuk faktor lingkunagn adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Di Amerika Serikat, hipospadia diperkirakan terjadi sekali dalam kehidupan dari 350 bayi laki-laki yang dilahirkan . Angka kejadian ini sangat berbeda tergantung dari etnik dan geogafis. Di Kolumbia 1 dari 225 kelahiran bayi laki-laki, Belakangan ini di beberapa negara terjadi peningkatan angka kejadian hipospadia seperti di daerah Atlanta meningkat 3 sampai 5 kali lipat dari 1,1 per 1000 kelahiran pada tahun 1990 sampai tahun 1993. Banyak penulis melaporkan angka kejadian hipospadia yang bervariasi berkisar antara 1 : 350 per kelahiran laki-laki. Bila ini kita asumsikan ke negara Indonesia karena Indonesia belum mempunyai data pasti berapa jumlah penderita hipospadia dan berapa angka kejadian hipospadia. Maka berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 2000 menurut
1

kelompok umur dan jenis kelamin usia 0 4 tahun yaitu 10.295.701 anak yang menderita hipospadia sekitar 29 ribu anak yang memerlukan penanganan repair hipospadia. Penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak dilakukan dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Umumnya di Indonesia banyak terjadi kasus hipospadia karena kurangnya pengetahuan para bidan saat menangani kelahiran karena seharusnya anak yang lahir itu laki-laki namun karena melihat lubang kencingnya di bawah maka di bilang anak itu perempuan. Oleh karena itu kita sebagai seorang tenanga medis harus menberikan informasi yang adekuat kepada para orang tua tentang penyakit ini. Para orang tua hendaknya menghindari faktor- faktor yang dapat menyebabkan yang dapat menyebabkan hipospadia dan mendeteksi secara dini kelainan pada anak mereka sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat. B. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi dari hipospadia? 2. Apakah klasifikasi dari hipospadia? 3. Apakah etiologi dari penyakit tersebut? 4. Apakah manifestasi klinik dari penyakit tersebut? 5. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan untuk hipospadia? 6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. R dengan kasus Hipospadia ? C. Tujuan a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan hipospadia b. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari hipospadia. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dari hipospadia. 3. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai etiologi dari hipospadia. 4. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai manifestasi klinik dari hipospadia 5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari hipospadia.
6. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang tepat pada An. R dengan

kasus hipospadia.
2

D. Manfaat penulisan Setelah membaca makalah tentang hipotiroid dan hipertiroid ini diharapkan dapat memberikan manfaat: Mahasiswa mampu Memahami tentang definisi, etiologi, klasifikasi, penatalaksanaan dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipospadia.

BAB II TINJAUAN TEORI

Pengertian Hipospadia Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374). Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257). Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288) Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus ). (Davis Hull, 1994 ). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir. Etiologi Hipospadia Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone. Hormone yang dimaksud di sini adalah

hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika. Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena

mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan. Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat

yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.


4

A. Patofisiologi Hipospadia

Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
B. Klasifikasi Hipospadia

Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretraeksternum yaitu : 1. Tipe sederhana/ Tipe anterior Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi. 2. Tipe penil/ Tipe Middle Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya. 3. Tipe Posterior Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
5

Manifestasi klinis HIPOSPADIA


1. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya ke bawah, menyebar,

mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
2. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan

mengangkat penis ke atas. Sedangkan pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
3. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi. 4. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis

yang menyerupai meatus uretra eksternus.


5. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung

penis.
6. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang

hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar. 7. Kulit penis bagian bawah sangat tipis. 8. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada. 9. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis. 10.Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok 11.Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum) 12.Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
C. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan, antara lain: Rontgen, USG sistem kemih kelamin, serta BNO-IVP: Karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital ginjal.
D. Komplikasi

Pada hipospadia ini terdapat beberapa komplikasi yang timbul, antara lain: 1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu ) 2. Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK. 3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa. 4. Komplikasi paska operasi yang terjadi :
6

a. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi. b. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis. c. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas. d. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
e. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, di

mana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang. f. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
E. Penatalaksanaan

Tujuan pembedahan : Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta perbaikan untuk kosmetik pada penis. Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap: 1. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis. 2. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.

Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah. Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi.

I.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK HIPOSPADIA


1. PENGKAJIAN

a. Kaji biodata pasien b. Kaji riwayat masa lalu: Antenatal, natal, c. Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil d. Kaji keluhan utama e. Kaji skala nyeri (post operasi) 2. PEMERIKSAAN FISIK a. Inspeksi kelainan letak meatus uretra b. Palpasi adanya distensi kandung kemih. 3. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pasien post operasi a. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola perawatan keluarga. b. Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik c. Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi baik keluarga dan klien. Pasien post operasi a. Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan petunjuk aktivitas adekuat. b. Nyeri berhubungan dengan post prosedur operasi c. Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter d. Perubahan eliminasi urine berhibingan dengan trauma operasi

BAB III TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN ANAK Tanggal Pengkajian / Jam Tanggal Masuk RS Ruangan Nomor Registrasi Diagnosa Medis : 09 05 2012 : 06 05 2012 : Melati : 00.70.89.71 : Post Op Uretroplasty I tahap, Urdectomy

I. Identitas Pasien dan Orang Tua A. Identitas Pasien Nama Anak Nama Panggilan Tempat / Tgl Lahir Usia : An.R : Raihan : Jakarta, 11 07 2007 : 4 tahun Jenis Kelamin : Laki laki Anak ke Pendidikan : 3 (tiga) : Belum Sekolah

B. Identitas Orang Tua / Wali IBU Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Agama : Ny. E : 41 tahun : SMA : Wiraswasta : Islam AYAH Tn. W 50 tahun SMA Wiraswasta Islam

Profesi Keperawatan Anak

Suku Bangsa

: Jawa

Jawa

Alamat Rumah: Jalan Taman Alamanda 2 No. 21 RT 12/10 Kel. Mustika Sari Kec. Mustika Jaya. Bekasi Pemberi Informasi : Ibu Hubungan dengan anak : Orang tua

GENOGRAM KELUARGA

68

6 5

70

6 7

3 0 40

2 5 4 5

4 3

40

3 7

1 3

Keterangan : atau atau atau = Pria / Wanita sehat = Klien = Meninggal

II. Keluhan Utama An. R sejak lahir kencing tidak lurus, kencingnya merembes kebawah. Lubang kencing tidak berada di ujung penis tapi berada dibawah penis.

Profesi Keperawatan Anak

Klien rutin kontrol dan rencana operasi dengan dokter Jusuf saat akan usia sekolah sekaligus dilakukan sirkumsisi.

III.Keadaan Sakit Saat Ini A. Awitan 1. Tanggal awitan 2. Sifat awitan B. Karakteriktis 1. Lokasi : saluran kencing 2. Faktor yang memperberat : BAK dalam keadaan duduk 3. Faktor yang mengurangi : BAK dalam keadaan berdiri : 08 05 2012 : Bertahap Tiba tiba

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Lalu 1. Kehamilan a. Gestasi : Aterm Prematur : 36 tahun : : Operasi Dengan Bantuan Postmatur b. Usia ibu saat kehamilan anak yang sakit c. Kesehatan ibu selama kehamilan d. Obat obatan yang digunakan 2. Persalinan a. Tipe persalinan : b. Tempat persalinan Pervaginam : Rumah Sakit

B. Riwayat Penyakit Sebelumnya


a. Penyakit yang pernah diderita

: tidak ada : : Ya Ya : Tidak Tidak

b. Pernah dirawat di rumah sakit c. Tindaka (operasi)


e. Obat obatan yang digunakan

d. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya : tidak ada f. Alergi : Tidak

Ya, sebutkan : susu SGM

Profesi Keperawatan Anak

C. Imunisasi Hepatitis B BCG Campak : I : : II III Polio : I DPT :I II II III IV

Lain lainnya : -

V. Riwayat Sosial 1. Yang mengasuh : Ibu : Klien dekat dengan ibunya 2. Hubungan dengan anggota keluarga 4. Pembawaan secara umum 5. Lingkungan rumah : aktif : Baik

3. Hubungan dengan teman sebaya : Suka bermain bola bersama teman

VI. Kebutuhan Dasar 1. Kebutuhan Nutrisi Pola Nutrisi Pagi Jam Siang Makan Malam Porsi Makan Jenis Makanan Pokok Jenis Makanan Selingan Makanan Kesukaan Makanan yang tidak disukai Kebiasaan Makan Sehat Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk 1 porsi Nasi Kue Ayam goreng Mandiri / Partial / Total Sakit Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk 1 /4 porsi Nasi Kue, buah, roti Ayam goreng Mandiri / Partial / Total

2. Kebutuhan Eliminasi

Profesi Keperawatan Anak

Pola Buang Air Kecil (BAK) Frekuensi Warna Keluhan saat BAK Kebiasaan Mengompol Kebiasaan BAK Pola Buang Air Besar (BAB) Frekuensi Konsistensi Waktu Warna Bau Keluhan saat BAB Kebiasaan BAB

Sehat 5 kali/hari Kuning Jernih Tidak memancar ke depan Ya / Tidak Mandiri / Partial / Total Sehat 1 kali/hari Cair / Padat / 1/2 padat Pagi / Sore / Malam Coklat Khas Feses Tidak Ada Mandiri / Partial / Total

Sakit DC Kemerahan DC Ya / Tidak Mandiri / Partial / Total Sakit Cair / Padat / 1/2 padat Pagi / Sore / Malam Coklat Kekuningan Mandiri / Partial / Total

3. Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat Pola Aktivitas Bermain / Olahraga Temperamen Anak Sehat Bermain bola Ceria / Pendiam / Lain lainnya : aktif Sehat 7-8 jam Menonton TV Ya Tidak Ada Memeluk bantal guling Sakit Game watch Ceria / Pendiam / Lain lainnya : rewel Sakit 8-9 jam 1-2 jam Nonton TV, main game Ya Tidak Ada Nonton TV

Pola Tidur Jam Malam Bangun - Tidur Siang Ritual menjelang tidur Enuresis Ganguan Tidur Kebiasaan yang membuat anak nyaman saat tidur

VII.

Pemerikasaan Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pemeriksaan Tingkat Pertumbuhan a. Berat Badan : 15 : : :Kg cm cm cm
b. Tinggi/Panjang Badan

: 105 cm

c. Lingkar Kepala d. Lingkar Dada e. Lingkar Lengan Atas

2. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Profesi Keperawatan Anak

Usia 2 bulan

Sosial senyum

Motorik Halus Mengikuti gerak

4 bulan 5 bulan

Senyum Menggapai mainan

Menggenggam Memindahkan bebda dari tangan satu ke tangan lain Mengambil benda dengan ibu jari dan telunjuk Mencoret-coret kertas Membuat garis

Motor Kasar Mengangkat kepala 45o dari perut Membalikan badan Duduk

Bahasa Mengoceh

Mencari sumber suara Mengeluarkan kata ma-ma-da-da Menirukan suara

9 bulan

Bermain cilukba

Berdiri

8 bulan 2 tahun

Menggunakan sendok Melepaskan pakaian

Naik tangga Berdiri 1 kaki

3 tahun 4 tahun

Bermain interaktif Memasang kancing baju Memakai baju tanpa pengawasan

Meniru membuat garis Menggambar

Mengayuh sepeda Melompat dengan 1 kaki Menangkap bola

Menyebutkan 3 kata Meyebutkan anggota tubuh Menyebutkan nama awal dan nama akhir Menyebutkan nama lengkap Menjelaskan dingin, lelah dan lapar

5 tahun

Meniru gambar

VIII. Tinjaun Sistem 1. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital Keadaan Umum Kesadaran Suhu Nadi Pernafasan Tekanan Darah : Sakit Sedang : Kompos Mentis : 36 oC : 118 kali/menit : 28 kali/menit : -

2. Pengkajian Kardiovaskuler a. Nadi

Profesi Keperawatan Anak

Denyut apeks frekuensi, irama dan kualitas perbedaan antar ekstremitas : -

: Reguler

Nadi perifer (ada/tidak ada); jika ada frekuensi, iama, kualitas dan

b. Pemeriksaan Thoraks dan Hasil Auskultasi Lingkar dada (thoraks) : -

Adanya deformitas: tidak ada Bunyi jantung : normal [murmur (-), gallop (-)]

c. Tampilan Umum

Tingkat aktifitas Perilaku : apatis, gelisah, ketakutan

: bermain di tempat tidur : saat didekati oleh perawat

Jari tabuh (dubbing) pada tangan dan kaki: tidak ada

d. Kulit

Warna

: kuning langsat

Elastisitas : baik Suhu : 36oC

e. Edema Periorbital Ekstremitas : tidak ada : tidak ada

3. Pengkajian Respiratori a. Bernafas Frekuensi pernafasan, kedalaman dan kesimetrisan Pola nafas ; apneu, takipneu Retraksi Pernafasan cuping hidung Posisi nyaman : teratur : tidak ada : : semi fowler : 28 kali/menit

Profesi Keperawatan Anak

b. Hasil Auskultasi Thoraks Bunyi nafas : vesikuler

Fase ekspirasi dan inspirasi memanjang : tidak

c. Hasil Pemeriksaan Thoraks Lingkar dada Bentuk dada : : normal / simetris

4. Pengkajian Neurologi a. Tingkat kesadaran E:4 V:5 : hasil (GCS) M : 6 Total : 15

b. Pemeriksaan Kepala Bentuk Kepala Fontalen Lingkar Kepala : Normal : ubun-ubun sudah menutup : -

c. Reaksi Pupil

Ukuran Reaksi terhadap cahaya

: isokor : +/+

d. Aktifitas Kejang Jenis Lamanya : tidak ada : -

e. Fungsi Sensoris Reaksi terhadap nyeri : tidak ada

Profesi Keperawatan Anak

f. Refleks Refleks tendon dan superficial Refleks patologis : (+) : tidak ada

g. Kemampuan Intelektual Perkembangan menulis dan menggambar : menulis, menggambar Kemampuan membaca : belum bisa

5. Pengkajian Gastrointestinal a. Hidrasi Turgor kulit Membran mukosa Asupan dan haluaran Asupan Makan : porsi Minum : 600 cc/hari : Elastis : Lembab :

Haluaran BAK : BAB : 3 kali/hari

b. Abdomen Nyeri Kekakuan Bising usus Muntah Feses Kram : tidak ada : tidak ada : 3 kali/menit : Jumlah, frekuensi dan karakteristiknya : tidak ada : tidak ada : tidak ada

6. Pengkajian Renal a. Fungsi Ginjal Nyeri tekan pinggang atau suprapubik : -

Profesi Keperawatan Anak

Disuria Pola berkemih Adanya acites

: tidak ada : lancer tapi merembes : tidak ada : tidak ada

Adanya edema scrotum, periorbital, tungkai bawah Urine tampak bening atau keruh : tampak keruh Warna Bau Berat Jenis : Kuning kemerahan : ammonia, aseton : : tidak : khas urine

b. Karakteristik Urine danUrinasi

Menangis setelah berkemih Iritasi Sekret : tidak ada : tidak ada

c. Genitalia

7. Pengkajian Muskuloskeletal a. Kontrol Postur Mempertahankan posisi tegak Bergoyang goyang Rentan gerak Kontraktur : tidak : ya : tidak ada : tidak ada

b. Persendian

Adanya edema dan nyeri : tidak ada Tonjolan abnormal: tidak ada Lengkung tulang belakang: scoliosis, kifosis : normal

c. Tulang Belakang

8. Pengkajian Hematologik a. Kulit Warna Adanya ptekie, memar : kuning langsat : tidak ada

Profesi Keperawatan Anak

Perdarahan dari membrane mukosa atau dari luka suntikan atau fungsi vena : tidak ada

b. Abdomen Pembesaran hati : tidak ada

Pembesaran limpa : tidak ada

9. Pengkajian Endokrin a. Status Hidrasi Poliuria Polifagia Polidipsi Kulit kering Alam perasaan Iritabilitas Sakit Kepala Gemetar : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada

b. Tampilan Umum

Profesi Keperawatan Anak

10. Obat obatan Saat Ini Nama Obat ORAL Laxadine sirup Dosis 3 x 1 sdm Indikasi Kontraindikasi Efek Samping

Proris sirup

3 x 1 cto

LAXADIN SIRUP LAXADIN SIRUP LAXADIN SIRUP - Diberikan pada keadaan konstipasi - Hipersensitivitas terhadap zat - reaksi alergi kulit rash pruritis, yang memerlukan perbaikan adiktif dan komponen lain dalam arasaan terbakar, kolik, kehilangan peristaltik, pelicin jalannya feces, laxadine emolsi, ileus obstruksi dan cairan, dan elektrolit diare, mual, penambah volume feces secara nyeri abdomen yang belum muntah sistematis persiapan menjelang diketahui penyebabnya operasi. PRORIS SIRUP PRORIS SIRUP PRORIS SIRUP - Menurunkan demam. - Riwayat ulkus peptikum. - Walaupun jarang terjadi, tetapi - Menghilangkan nyeri pada sakit gigi, Pasien yang akan mengalami dapat menimbulkan efek samping sakit kepala, nyeri otot, nyeri sesudah gejala-gejala asma, rinitis, atau seperti gangguan pada saluran operasi yang berkaitan dengan cabut urtikaria (biduran/kaligata) bila pencernaan termasuk mual, muntah, gigi & penyakit rematik. mengkonsumsi Aspirin & obat-obat diare, konstipasi, nyeri lambung. anti radang non steroid lainnya. - Pernah dilaporkan terjadi ruam kulit, penyempitan bronkus, trombositopenia, limfopenia. Bisa terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna tapi sangat jarang terjadi dan akan sembuh bila obat dihentikan.

INJEKSI

Profesi Keperawatan Anak

Cefotaxime

3 x 500mg

Infeksi saluran nafas, THT, saluran kemih, sepsis, meningitis, sendi, kulit dan jaringan lunak, intra abdominal, genital, bakterimia. Terapi profilaksis menjelang operasi pada pasien dengan kekebalan menurun.

Hipersensitivitas terhadap sefalosporin.

Novalgin

3 x 500mg

Sakit kepala, lumbago (sakit pinggang), kolik ginjal & kandung empedu. Untuk menurunkan suhu tubuh pada saat demam.

Alergi Pirazalon, porfiria hati atau kekurangan G6PD bawaan.

Mual, muntah, diare, trombositopenia, eosinofilia, leukopenia, reaksi hipersentivitas, gangguan gastrointestinal, syok anafilaktik (jarang), pruritus, demam, urtikaria, vaginitis, sakit kepala, agitasi, lelah, berkeringat pada malam hari, kelainan hematologi, gangguan fungsi ginjal. Peningkatan kadar enzim hati, kadar alkalin dan serum transaminase, kolitis, ensefalopati (pada dosis tinggi). Jarang : diskrasia darah & syok. Agranulositosis. Pembengkakan wajah, gatal-gatal, terasa konstriksi pada bagian jantung, nadi cepat, & sensasi dingin pada tangan & kaki.

Profesi Keperawatan Anak

Profesi Keperawatan Anak

11. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 05/05/2012 Jenis Pemeriksaan HEMATOLOGI Hematologi Jumlah Leukosit Jumlah Trombosit Hematokrit Basofil Eosinofil Neutrofil Batang Neutrofil Segmen Limfosit Monosit LED GLUKOSA SEWAKTU GDS ELEKTROLIT Natrium Kalium Klorida Nilai Normal 10,8 12,8 g/dl 6.00 17.00 ribu/L 217 491 ribu/L 35 45 % 01% 24% 35% 25 60 % 25 50 % 16% 0 10 % 70 200 mg/dl 135 147 MEq/L 3,5 5,0 MEq/L 94 111 MEq/L Nilai Saat ini 12,3 g/dl 7.65 ribu/L 407 ribu/L 36 % 1% 5% 3% 36 % 48 % 7% 11 % 75 mg/dl 134 MEq/L 3,9 MEq/L 98 MEq/L Interpretasi Normal Normal Normal Normal Normal High Normal Normal Normal High High Normal Low Normal Normal

12. Pemeriksaan Diagnostik Ro-Thorax tgl 05/05/2012 Kesan : Cor dan Pulmo baik Ringkasan Riwayat Keperawatan An. R (4 tahun) masuk rumah sakit tanggal 6 Mei 2012 dengan keluhan rencana operasi uretroplasty satu tahap. Klien mengeluh pipisnya tidak lurus, lubang kencing tidak berada diujung penis, tetapi di bawah penis. Hari ini klien post op hari pertama uretroplasty. Klien saat ini meneluh nyeri pada luka operasi, klien juga mengatakan takut dengan dokter. Klien diharuskan bedrest selama dua minggu, klien terpasang DC, luka terbalut kasa, lkien tampak sakit sedang, S: 36C, RR: 28x/mnt, N:118x/mnt, KU : lemah, bedres. Nenek Klien mengatakan sebelum sakit klien aktif bermain, setelah sakit klien mau untuk disuruh tidak banyak bergerak. Klien mendapatkan terapi oral berupa laxadine sirup 3x1 sdm, proris sirup 3x1 sdm. Terapi injeksi berupa Novalgin 3x1mg

Profesi Keperawatan Anak

ANALISA DATA No 1. Data DS : - Klien mengatakan sakit pada bagian yang dioperasi - Klien mengatakan bahwa jika bergerak lukannya terasa sakit DO : - TTV : S: 36C, RR: 28x/mnt, N:118x/mnt - KU : lemah - Bedrest - GCS : 15 - Luka post op uretroplasty tahap 1 tertutup kasa pada genitalia - Skala nyeri 6 - Klien terpasang Dc (warna urin Masalah Gangguan rasa nyaman : Nyeri Etiologi Insisi bedah

kemerahan, jumlah urin 400cc) - Skala nyeri 6 2. DS : - Ibu DO : - TTV : S: 36C, RR: 28x/mnt, N:118x/mnt - Balutan rembesan - Klien terpasang Dc, warna urin tampak bersih, tidak ada Klien mengatakan, klien bar menjalani operasi kemarin Resiko infeksi Pemasangan kateter

kemerahan, jumlah urin 400cc - KU : lemah - Bedrest

Profesi Keperawatan Anak

- GCS : 15 - Luka post op uretroplasty tahap 1 tertutup kasa pada genitalia - Klien terpasang Dc (warna urin

kemerahan, jumlah urin 400cc) - Pemeriksaan Lab Hb Leokosit Eosinofil Monosit 3. : 12,3 mg/dl : 7,65 : 5 () : 7 () Takut pada anak Dampak hospitalisasi (prosedur dan orang asing)

Urinalisa Leokosit : 2-4 () DS : Klien mengatakan takut pada dokter dan perawat yang datang - Klien mengatakan tidak suka berada dirumah sakit - Ibu klien mengatakan bahwa anaknya gelisah dioperasi. - Klien mengatakan ingin cepat pulang, bermain - Nenek bola klien dan mobil-mobilan klien bersama teman-teman di rumah mengatakan, menangis saat dilakukan pemasangan infus dan dc DO : - TTV : S: 36C, RR: 28x/mnt, N:118x/mnt - Balutan rembesan - Klien terpasang Dc, warna urin tampak bersih, tidak ada dan menangis saat akan

kemerahan, jumlah urin 400cc

Profesi Keperawatan Anak

- KU : lemah - Bedrest - GCS : 15 - tampak cemas - Luka post op uretroplasty tahap 1 tertutup kasa pada genitalia Klien terpasang Dc (warna urin kemerahan, jumlah urin 400cc) C. DIAGNOSA 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d insisi bedah 2. Resiko infeksi b.d pemasangan kateter 3. Takut pada anak b.d dampak hospitalisasi (prosedur dan orang asing)

Profesi Keperawatan Anak

RENCANA KEPERAWATAN No 1. Diagnosa Keperawatan (DS dan DO) Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d insisi bedah DS : - Klien mengatakan sakit pada bagian yang dioperasi - Klien mengatakan bahwa jika bergerak lukannya terasa sakit DO : - TTV : S: 36C, RR: 28x/mnt, N:118x/mnt - KU : lemah - Bedrest - GCS : 15 - Luka post op uretroplasty tahap 1 tertutup kasa pada genitalia - Skala nyeri 6 - Klien terpasang Dc (warna urin kemerahan, jumlah urin 400cc) TUJUAN & KH Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada an.R selama 2x24jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi/berkurang KH: Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri) Nyeri berkurang (1-3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 5. Kolaborasi dengan Dokter pemberian analgetik Novalgin 2. Ajarkan cara mengurangi nyeri relaksasi, distraksi (memonton TV/mendengarkan musik/ bermain) 3. Observasi skala nyeri 4. Observasi TTV PERENCANAAN RENCANA TINDAKAN 1. Jelaskan sebab dan lamanya nyeri akibat dari tindakan invasif PARAF RASIONAL 1. Membentu meningkatkan pengetahuan individu dan dapat mengurangi kecemasan. 2. Membentu menurunkan intensitas nyeri/mengalihkan rasa nyeri dan dapat meningkatkan mekanisme koping 3. Berguna dalam pengawasan 4. Dapat mengetahui kondisi pasien secara dini 5. Mengurangi rasa nyeri, melaksanakan fungsi independent -

Profesi Keperawatan Anak

menyatakan tanda/rasa nyaman TTV dlm batas normal

(N : 75-120x/mnt, S : 3637,5C, RR : 15-25x/mnt, 2. Resiko infeksi b.d pemasangan kateter DS : menjalani operasi kemarin DO : - TTV : S: 36C, RR: 28x/mnt, N:118x/mnt - Balutan tampak bersih, tidak ada rembesan - Klien terpasang Dc, warna urin kemerahan, jumlah urin 400cc - KU : lemah - Bedrest - GCS : 15 - Luka post op uretroplasty tahap 1 TD : 95/57mmhg) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An. R selama infeksi tidak terjadi KH: - Meminimalkan penyebaran infeksi - infeksi tidak menyebar - Leukosit 5000-14.500 uL - Eusinofil 2-4% - Monosit 1-6% - ekimosis (-) 1. Beri penjelasan pada individu tentang pentingnya menjaga kesehatan (aseptik) 2. awasi tanda vital, perhatikan demam, mengigil, perubahan mental, dan meningkatnya nyeri 3. Lihat insisi dan balutan. catat karakteristik luka dan adanya eritema 4. Lakukuan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik. 5. Berikan antibiotik sesuai indikasi 2. Dugaan adanya infeksi / terjdinya sepsis, abses, peritonitis 3. Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya. 4. menurunkan reti penyebaran bakteri
5. untuk menurunkan jumlah

1. Tindakan aseptik dapat membantu mencegah terjadinya infeksi

- Ibu Klien mengatakan, klien bar 1x24 jam , diharapkan risiko

Profesi Keperawatan Anak

tertutup kasa pada genitalia - Klien terpasang Dc (warna urin kemerahan, jumlah urin 400cc) - Pemeriksaan Lab Hb Leokosit Eosinofil Monosit : 12,3 mg/dl : 7,65 : 5 () : 7 () : 2-4 () Tujuan Setelah tindakan keperawatan kepada An.R selama 1x24 jam, takut pada anak dapat diatasi Anak menunjukkan tanda-tanda distres fisik/emosional mengatakan bahwa minimal Seperti:mengatakan tidak takut pada perawat dan ingin cepat dokter 1. Bina hubungan saling percaya setiap kali ke pasien seperti menyebutkan nama perawat, bersalaman 2. Dorong dan libatkan partisipasi orang terdekat seperti ayah, Ibu, nenek dalam perawatan 3. Lakukan sentuh dan bicara pada anak sesering mungkin 4. Berikan pujian bila klien mau diberikan tindakan

organisme dan penyebaran

Urinalisa Leokosit 3.

Takut pada anak b.d dampak hospitalisasi (prosedur dan orang asing) DS : dan perawat yang datang - Klien mengatakan tidak suka berada dirumah sakit - Ibu klien akan dioperasi. - Klien mengatakan anaknya gelisah dan menangis saat

1. Klien akan terbiasa dengan interaksi perawat, tidak merasa asing lagi serta memudahkan perawat dalam melakukan tindakan 2. Mencegah stres yang berhubungan prosedur dan orang asing 3. Meningkatkan rasa nyaman dan

Klien mengatakan takut pada dokter KH

Profesi Keperawatan Anak

pulang, bermain bola dan mobilmobilan bersama teman-teman di rumah - Nenek klien mengatakan, klien menangis DO : - TTV : S: 36C, RR: 28x/mnt, N:118x/mnt - Balutan tampak bersih, tidak ada rembesan - Klien terpasang Dc, warna urin kemerahan, jumlah urin 400cc - KU : lemah - Bedrest - GCS : 15 - tampak cemas - Luka post op uretroplasty tahap 1 tertutup kasa pada genitalia Klien terpasang Dc (warna urin kemerahan, jumlah urin 400cc) saat dilakukan pemasangan infus dan dc

keperawatan dan pengobatan

meminimalisir stres 4. Reinforcemen positif mampu meningkatkan asa percaya diri anak terhadap perawat

Profesi Keperawatan Anak

Profesi Keperawatan Anak

CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2012 Ruang Praktek Hari/ Jam Tanggal Kamis, 10/5/2012 Jam 14.00 S: O : Tidak ada kemerahan, bengkak (-) Mengobservasi skala nyeri S: Klien mengatakan lukanya tidak terlalu sakit, klien mengtakan terasa sakit saat bergerak/melakukan aktivitas O: bedrest Menganjurkan keluarga dan anak untuk melakukan tekhnik distraksi (menonton TV) jika nyerinya terasa/datang S: Nenek klien mengatakan bahwa cucunya lebih senang bermain game di handpone untuk mengalihkan rasa nyerinya Orang tua klien mengatakan pada anaknya untuk tidak mengeluh agar cepat sembuh O : Tampak klien tidak meringis kesakitan 15.00 S: O : RR : 26x/mnt. S : 36,7C, N : 114x/mnt Mengobservasi kondisi balutan S : Nenek klien mengatakan balutannya belum diganti semenjak operasi O : balutan tampak bersih dan rapih, eritema(-), bengkak (-) Menganjurkan keluarga klien untuk menjaga kebesihan linen/tempat tidur S : nenek klien mengatakan tadi pagi linennya baru saja di ganti oleh perawat O : Linen tampak bersih dan rapih Klien tampak senang bermain video game Melakukan TTV : Melati Nama Klien / Usia Diagnosa Medis Tindakan-Respon Mengganti cairan infus klien Asering 12 jam/14ttm : An. R / 4 tahun : Post Op Uretroplasty Paraf

Profesi Keperawatan Anak

15.30

Membina hubungan saling percaya, memanggil nama panggilan klien

S : Klien mengatakan dirumah senang bermain mobil-mobilan dengan remote kontrol bersama teman-teman Klien mengatakan senang ada kakaknya yang menemaninya dirumah sakit jadi tidak kesepian Klien mengatakan senang dengan kartun naruto dan spongebob 16.00 O : klien tampak senang bercerita - Menyiapkan air hangat untuk menjaga kebersihan dan kenyamana klien S : Nenek klien mengatakan ingin memandikan klien (mengelap) badan klien 17.00 O : tampak nenek klien membersihkan/mengelap tubuh klien - Menyajikan makanan dalam bentuk hangat dan menarik S: O : tampak penyajian makanan dalam bentuk hangat dan menarik Melibatkan anggota keluarga dalam proses perawatan klien S : Ibu klien mengatakan klien malas untuk makan, hanya menghabis kan porsi makan saja O : tampak klien di suapi ibunya sambil bermain game

Profesi Keperawatan Anak

18.00 S:

Memberikan terapi oral proris sirup 1sdm dan laxadin sirup 1 sdm

O : klien tampak meminum obat dengan dibantu oleh ibunya Membina hubungan saling percaya dengan klien Klien mengatakan takut dengan dokter yang datang, takut 19.15 dokternya membawa golok - Memonitor dan mengukur intake dan output S : nenek klien mengatakan, klien hanya menghabiskan porsi makan, minum sebanyak 1 botol aqua ukuran sedang (500cc) O : intake : infus 250cc, minum 500cc, makan porsi 19.30 Output : BAB (-), BAK (300cc) - Memonitor TTV S:Jumat 11/5/2012 13.30 O : S : 36,9C, N 109x/mnt, RR : 26x/mnt - Memonitor TTV S:O : S : 36.5C, RR : 28x/mnt, N : 118xmnt Mengevaluasi tingkat nyeri klien S : Klien mengatakan luka operasinya tidak terasa sakit O : skala nyeri 4 S: O : balutan tampak bersih dan kering, tidak terihat adanya eritema, edema. Mengobservasi keadaan selang kateter S : nenek klien mengatakan, selang kateternya belum pernah diganti O : tampak selang kateter berisi 200cc urin, tidak ada lipatan 14.20 pada selang urin - Mengganti cairan infus klien Asering 12 jam/14ttm S:O : tidak ada kemerahan, bengkak/udeme (-) Membina hubungan saling percaya dengan klien, Mengobservasi keadaan balutan S : Klien mengatakan tidak takut dengan perawat

Profesi Keperawatan Anak

memanggil nama klien dan bersalaman S : klien tampak menyahut O : klien tampak asik bermain game 16.30 Menyiapkan Air hangat untuk membersihkan tubuh klien S : Nenek Klien mengatakan : biar ia saja yang memandikan O : tampak nenek klien memandikan klien 17.45 S: 19.00 O: Anak mau minum obat dengan dibantu oleh neneknya - Melakukan pengukuran intake-output Intake: Infus: 250 cc; makan p = 200cc ; Minum 1500cc = 1950 cc Output: BAK-BAB: 940cc, BAB Mengobservasi skala nyeri Memberikan terapi oral proris syrup 1 sdm, laxadin 1 sdm cucunya

S : klien mengatakan tidak terasa sakit O : klien tidak meringis

CATATAN KEPERAWATAN Hari/tanggal Jam Kamis, 1005-12 Jam 19:45 SOAP Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pembedahan Paraf

S: Klien mengatakan nyerinya tidak terlalu sakit, klien mengtakan nyerinya terasa saat bergerak/melakukan aktivitas O: bedrest, tampak klien tidak meringis kesakitan A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi Resiko infeksi b.d pemasangan kateter

Profesi Keperawatan Anak

S: O: A: Resiko infeksi tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi Takut pada anak b. d dampak hospitalisasi (prosedur, orang asing) S: Orang tua klien mengatakan bahwa anaknya takut menangis saat akan di bawa ke ruangan OK O: Tampak anak mengatakan takut A: Masalh teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi Jumat 11/05/12 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pembedahan

S : Klien mengatakan luka bekas operasinya tidak terasa sakit O : Klien tampak tidak meringis, klien tampak bermain game A: masalah terastasi sebagian P : lanjutkan intervensi S: O: kemerahan ( -), balutan tampak bersih, demam (-) A: Resiko infeksi tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi Takut pada anak b. d dampak hospitalisasi (prosedur, orang asing) S : Klien mengatakan tidak takut pada perawat yang datang dan sudah tidak takut dengan dokter O : klien tampak rileks, tampak senang bermain game A : masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Resiko infeksi b.d pemasangan kateter

Profesi Keperawatan Anak

BAB IV PEMBAHASAN Kasus hipospadia pada An. R di ruangan Melati termasuk kasus yang menarik perhatian mahasiswa. Dilakukan pengkajian pada An. R dengan diagnosa post op ureteroplasty tahap 1 uredectomy post op hari pertama. Berdasarkan data yg diperoleh, penulis mengangkat 3 diagnosa yang muncul pada klien, yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pembedahan, Resiko infeksi b.d pemasangan kateter, dan Takut pada anak b.d dampak hospitalisasi (prosedur, orang asing).

Ketiga diagnosa yang kami temukan sesuai dengan teori yang kami dapatkan. Klien post op hari pertama memang mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi. Kami mengangkat diagnosa nyeri karena klien merasakan nyeri yan cukup mengganggu. Nyeri yang dirasakan klien pada hari pertama merupakan hal yang sering ditemui apalagi jika efek anastesi hilang. Nyeri perlu diangkat menjadi diagnosa karena klien pada usia anak-anak ini belum memiliki teknik atau kemampuan untuk meminimalisir rasa sakit. Jika nyeri pada anak ini tidak ditangani, anaka akan mengalami masalah karena ia merasa tidak nyaman sehingga ia tidak akan mampu melewati tahapan dalam rentang sehat-sakit. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengangkat diagnosa nyeri.

Diagnosa selanjutnya adalah resiko infeksi. Resiko infeksi memang dapat terjadi pada pasien dengan post op. Namun, pada kasus ini klien merupakan anak yang belum tahu bagaimana ia harus memperlakukan kondisi luka operasinya. Anak dengan keingintahuannya yang besar, keaktifannya dalam bergerak/beraktivitas akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi lebih besar. Jika klien tidak diajarkan bagaimana cara me rawat luka yang benar, seperti tidak boleh menggaruk atau memegang daerah bekas operasi, menjaga kebersihan tangan, atau membatasi aktivitas untuk mencegah terjadinya statis urin yang berujung pada infeki, maka infeksi akan terjadi pada klien.

Diagnosa yang terakhir adalah ketakutan. Diagnosa ini tidak kami temukan pada teori yang kami dapatkan. Penulis mengangkat diagnosa tersebut karena klien masih dalam tahap tumbuh

Profesi Keperawatan Anak

kembang di mana klien membutuhkan rasa aman dan nyaman dalam mengeksplorasi lingkungan. Klien mengatakan ketakutan, sehingga akan menimbulkan stres tersendiri yang dikhawatirkan akan menganggu keseharian klien dalam proses tumbuh kembangnya. Karena itu, perawat bertugas memenuhi rasa aman dan nyaman klien sehingga ia tidak mengalami stres selama di rumah sakit. Perawat perli melibatkan kegiatan bermain dalam aktifitas/tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien mengingat anak-anak tidak dapat dipisahkan dengan bermain.

Profesi Keperawatan Anak

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). Menurut letak orifisium uretra eksternum atau meatusnya hipospadia diklasifikasikan menjadi tiga, antara lain tipe sederhana yaitu hipospadia glandular, tipe penil atau midle yaitu hipospadia pene-escrotal dan yang terakhir tipe posterior yaitu hipospadia perineal. Penyebab dari hiposapadia ini sangat multifaktorial antara lain disebabkan oleh gangguan dan ketidakseimbangan hormone, genetika dan lingkungan. Manifestasi klinis yang disebabkan oleh hipospadia seperti Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus, preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis, adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar dan berbagai menifestasi klinis lainnya. Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan prosedur pembedahan yang bertujuan untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan operasinya. 2. Saran Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat terhadap orang tua mengenai penyakit ini, sehingga para orang tua memiliki pengetahuanyang cukup. Selain it orang tua juga harus memberikan perhatian penuh terhadap tumbuh kembang anak mereka dan dapat melakukan deteksi secara dini bila terdapat kelainan pada anak mereka baik dalam segi fisik maupun mental.

Profesi Keperawatan Anak

DAFTAR PUSTAKA

Profesi Keperawatan Anak

Anda mungkin juga menyukai