HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................i
ABSTRAK...................................................................................................................ii
ABSTRACT..................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................viii
DAFTAR TABEL........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1-1
1.3 Tujuan…………................................................................................1.2
2.2 Termodinamika……..........................................................................2.9
v
2.2.1 Hukum Termodinamika.......................................................2.9
2.8.3 Beban kalor yang ditransfer dari ruangan dingin (Qc) .......2.28
vi
3.2.2 Kapasitas Produk Vaccine Carrier........................................3.7
3.2.7 Konstruksi............................................................................3.18
6.1 Kesimpulan......................................................................................6.1
6.2 Saran................................................................................................6.2
DAFTAR REFERENSI..........................................................................................7-1
LAMPIRAN
vii
BAB V
peltier.
vaksin.
mendinginkan ruang vaksin dengan beban kosong.. Pada pengujian alat, sumber
Pemilihan daya input dalam pengujian alat berdasarkan pada output tegangan yang
tersedia pada power supply yaitu DC 12V, 6V dan 3V.Adapun variasi daya yang
5-1
5.2
Temperatur Lingkungan: 28 °C
elemen peltier (Tc) dan temperatur heatsink (Th) terhadap waktu. Pada grafik
terlihat bahwa daya terbesar yaitu 36 W menghasilkan beda temperatur (T) paling
tinggi. Dalam waktu kurang dari satu menit, temperatur sisi dingin elemen peltier
mencapai suhu -9 °C dan sisi panas pada heatsink mencapai temperatur maksimum
33 °C. Seiring dengan temperatur sisi panas pada heatsink yang mulai stabil pada
suhu 33 °C maka temperatur pada sisi dingin elemen peltier stabil pada suhu
termoelektrik selalu mendekati konstan. Semakin tinggi arus dan tegangan yang
diberikan pada elemen peltier maka sisi panas peltier akan semakin meningkat, oleh
karena itu diperlukan sistem penukar panas yang dapat mengalirkan panas yang
dihasilkan sehingga temperatur sisi dingin pada elemen peltier tetap optimal.
5.4
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performa kerja dari elemen peltier
untuk mendinginkan suhu udara pada ruang pendingin. Pada pengujian ini,
pengukuran temperatur ditempatkan pada ruang pendingin vaksin dan heatsink untuk
mengetahui temperatur panas maksimum seperti yang terlihat pada gambar 5.2
Sumber tegangan
(power supply)
Pengukuran
Termometer suhu temperatur heatsink
ruang pendingin
Temperatur lingkungan 27 °C
temperatur suhu pada heatsink (Th) terhadap waktu dengan menggunakan elemen
peltier tunggal pada heatsink. Pengujian alat dilakukan tiga kali percobaan untuk
bahwa temperatur ruang pendingin mencapai suhu 3 °C dengan waktu rata – rata
yang dibutuhkan yaitu 15 menit dengan kondisi temperatur lingkungan sekitar 27 °C.
kenaikan suhu temperatur (dari 33 °C menjadi 37 °C) pada heatsink dengan kondisi
menggunakan beban (ruang pendingin) dan tanpa beban. Hal ini disebabkan karena
adanya beban panas yang diserap sisi dingin elemen peltier dari ruang pendingin
menuju heatsink melalui sisi panas peltier. Perubahan kenaikan temperatur panas
pada heatsink akan meningkat jika ada penambahan beban kalor yang dimasukan
dalam ruang pendingin ataupun terjadi kebocoran isolator pada ruang pendingin.
Temperatur maksimal pada ruang pendingin pada tiga kali percobaan selama
30 menit yaitu 2,8 °C dan temperatur pada heatsink 37 °C. Terjadi fluktuasi
perubahan temperatur yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan temperatur (T) rata –
rata sekitar 34 °C antara suhu ruang pendingin dan temperatur heatsink. Kemampuan
maksimal sistem penukar panas (heatsink dan fan) mengalirkan panas (heat rate)
panas peltier harus ditekan semaksimal mungkin sehingga temperatur sisi dingin
elemen peltier tunggal. Suhu ruangan tersebut sudah mencapai temperatur ideal
ditingkatkan temperatur optimal dari sisi dingin elemen peltier dengan cara
meningkatkan daya maksimal yang diizinkan pada elemen peltier selain itu
diperlukan sistem penukar kalor yang lebih baik untuk meningkatkan transfer panas
dari sisi panas elemen peltier. Penambahan komponen heat pipe pada sistem penukar
kalor dapat meningkatkan kemampuan mentransfer panas dari sisi panas peltier
6.1 Kesimpulan
heatsink – fan sebagai pendingin sisi panas peltier dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
temperatur 3 °C.
elemen peltier selain itu sistem penukar kalor dengan transfer panas
yang optimal dapat menekan panas pada sisi panas elemen peltier
o Semakin tinggi daya yang dihasilkan dari elemen peltier maka semakin
tinggi kenaikan temperatur panas dari sisi panas yang dihasilkan. Selain
itu perbedaan temperatur (T) kedua sisi dari elemen tersebut juga
semakin besar.
6-1
6.2
6.2 Saran
sebagai berikut:
dari sistem penukar kalor sehingga temperatur sisi panas peltier dapat
temperatur pada sisi panas dan dingin elemen peltier sehingga sisi