Anda di halaman 1dari 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga liang telinga sampai membaran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastis dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan bagian luar, sedangkan bagian dalam terdiri dari tulang, panjangnya kira-kira 2,5 3 cm. Pada kulit liang telinga terdapat kelenjar serumen dan rambut.1,2,3

Gambar 1. Anatomi telinga5 Telinga tengah terdiri dari membran timpani, cavum timpani, tuba eustachius serta processus mastoideus. Membran timpani diliputi oleh epitel liang telinga pada

bagian luar dan diliputi oleh mukosa cavum timpani pada bagian dalam. Pada cavum timpani terdapat tulang tulang pendengaran yaitu malleus, inkus, dan stapes. Tuba eustachius merupakan saluran yang menghubungkan cavum timpani dengan nasofaring. Processus mastoideus dengan selilea mastodea berhubungan dengan cavum timpani.2 Cavum timpani merupakan organ berbentuk kubus dan dibatasi oleh membran timpani pada bagian lateral, tuba eustachius pada bagian anterior, vena jugularis pada bagian inferior, aditus ad antrum pada bagian posterior, meningen / otak pada bagian superior, dan dibatasi oleh kanalikulis semisirkularis horizontal kanalis facialis, tingkap lonjong (foramen ovale), tingkap bundar (foramen rotundum), promontorium pada bagian medial.2,3 Membran timpani berbentuk kerucut dengan bagian atas disebut dengan pars flasida hanya terdiri dari dua lapis yaitu lanjutan epitel liang telinga di bagian luar dan di isi oleh kubus bersilia, seperti epitel saluran nafas pars tensa mempunyai satu lapis bagian lagi ditengahnya yaitu bagian processus longus dan processus brevis malleus dengan jaringan ikat disekitarnya di bagian dalam.2,3 Ujung malleus disebut umbo dan di ujung umbo ini bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani.
1,2

Telinga Dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibular yang terdiri dari 3 kanalis semisirkularis. Pada irisan melintang koklea tampak skala timpani sebelah atas, skala timpani sebelah bawah, dan skala media (duktus koklearis). Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissness Membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ korti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria. Pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut luar, sel rambut dalam dan kanalis korti yang membentuk organ korti.1,2

2.2

Anatomi Tuba Eustachius Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah

dengan nasofaring. Pada orang dewasa, tuba eustachius membentang dari telinga tengah sampai ke nasofaring dengan panjang 31-38 mm. Lumennya berbentuk segitiga dengan diameter rata-rata 2-3 mm yang dilapisi epitel kolumner pseudostratifikasi bersilia, yang dapat membersihkan material dari telinga tengah ke nasofaring. Kelenjar mukosa predominan di dekat orifisium faringeal, dan secara gradual berubah menjadi sel goblet, kolumner, dan kolumner bersilia sampai ke telinga tengah. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar, dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa.1,2,3

Gambar 2. Tuba eustachius pada bayi dan dewasa1 Tuba Eustachius terdiri dari:
1. Bagian tulang (osseus). Letaknya pada bagian belakang dan lebih pendek kira-

kira 1/3 bagian dari panjang tuba yaitu 11-14 mm dan meluas dari bagian anterior dan medial tulang temporal. Orifisiumnya berbentuk oval dengan ukuran 5x2 mm dan berada diatas dari dasar cavum timpani. Orifisium di cavum timpani ini merupakan bagian terluas dan menyempit di bagian isthmus. 1-3

2. Bagian tulang rawan (cartilaginous). Letaknya pada bagian depan dan lebih

panjang kira-kira 2/3 bagian kira-kira 20-25 mm dan bermuara di nasofaring 10 mm diatas palatum mole. Kartilagonya menonjol ke nasofaring, dan penonjolan ini dikenal sebagai torus tubarus. Fossa Rosenmuller terletak di nasofaring superior sampai ke torus tubarius. Bagian cartilaginous terdiri dari satu kartilago utama dan beberapa kartilago tambahan. Komposisi dan elastisitasnya mirip seperti pada daun telinga dan hidung. Bagian atasnya berada di sulcus sphenoid di basis cranii dan ujung anteromedialnya berada di tuberkel kecil di ujung posterior dari lempeng ptrerygoid medial. 1-3 Pada bagian inferolateral tuba eustachius terdapat bantalan lemak yaitu bantalan lemak Ostmann. Bantalan lemak ini berperan dalam penutupan tuba dengan melindungi tuba dan telinga tengah dari aliran retrograde sekresi nasofaring. 1-3

Gambar 3. Anatomi tuba eustachius1

Tuba eustachius / Eusthacian tube adalah saluran yang dimulai dari telinga tengah dan berakhir dibelakang hidung atau didaerah pangkal tenggorok.3 Tuba eustakius menghubungkan rongga telinga dengan nasofaring. Bagian lateral tuba eustakius adalah yang bertulang sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat menguyah, menelan, dan menguap melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis apabila perbedaan tekanan berbeda antara 20-40 mmHg.2 Saluran tuba berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara di telinga tengah dan tekanan udara di luar. Bila terjadi perbedaan tekanan maka saluran ini akan membuka dan membiarkan udara masuk ke telinga tengah sehingga tekanan menjadi seimbang. 1,2
2.2.1

Perdarahan dan Inervasi Tuba eustachius diperdarahi oleh cabang dari arteri maksilaris interna, arteri

faringeal, dan arteri palatina. Aliran venanya menuju ke pleksus faringeal dan pterygoid. Aliran limfe mengalir ke limfonodus retrofaringeal. 1,2 Cabang faringeal dari ganglion sphenopalatina berasal dari n.maksilaris (V2) memperdarahi ostium. N.spinosus berasal dari n.mandibularis memperdarahi bagian kartilago dan pleksus timpani berasal dari n.glossopharyngeal memperdarahi bagian osseus. Persarafan sensorik dan motoriknya dipersarafi dari ganglion otic, nervus sphenopalatina, dan pleksus faringeal, predominan oleh cabang dari nervus glossofaringeal. Cabang simpatis dari ganglion sphenopalatina, ganglion otic, nervus glossofaringeal, nervus petrosus, dan nervus carticotympani. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang tympani nervus glossofaringeal. Banyaknya persarafan yang mempersarafi tuba eustachius menyebabkan nyeri alih ke bagian kepala dan leher. 1,2,3

2.2.2

Otot Pada Tuba Eustachius Terdapat 4 otot yang berhubungan dengan tuba eustachius, yaitu: 2,3

1. m. tensor veli palatini Otot ini terdiri dari 2 berkas serat otot yang terletak mediolateral dari tuba. Berkas serat otot lateral berasal dari fossa scaphoid dan tepi lateral bagian osseous sulcus tuba. Berkas serat otot ini berjalan ke lateral dan anteroinferior, menjadi tendon dan berinsersi di batas posterior dari prosesus horizontal os palatina dan aponeurosis palatina di palatum durum. Sedangkan berkas serat otot medial berasal dari lateral dinding membranous tuba eustachius dan bersatu dengan berkas serat otot lateral. Berkas serat otot medial ini merupakan otot dilator tuba yang mungkin berperan untuk dilatasi aktif tuba eustachius dengan menggerakkan dinding membranous ke arah inferolateral. 1-3 2. m. levator veli palatini M. levator veli palatini berasal dari bagian inferior apex os pertrosus, berjalan inferomedial, paralel dengan cartilago tuba, dan menuju ke permukaan dorsal palatum durum. Otot ini membantu dilatasi aktif pada tuba eustachius. 3. m. Salpingopharyngeus M. salpingopharyngeus berasal dari bagian medial dan inferior dari tuba eustachius dan berjalan posteroinferior bersatu dengan m. palatopharyngeus. Secara fisiologis fungsinya belum jelas. 4. m. tensor tympani. Otot ini asalnya sama dengan m. tensor veli palatini. Tendonnya berinsersi pada manubrium os malleus. Otot ini tidak berperan terhadap fungsi tuba eustachius.

Gambar 4. a. Tuba eustachius dalam keadaan istirahat. b. Lokasi m. tensor veli palatini m. levator veli palatini saat relaksasi. c. Tuba eustachius terbuka saat m. tensor veli palatini m. levator veli palatini kontraksi1

2.2.3

Fungsi Tuba Eustachius Dalam keadaan normal tuba eustachius menutup saat istirahat dengan sedikit

tekanan negatif di telinga tengah. Tuba ini terbuka saat menelan, bersin, dan menguap. Tuba Eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani, bentuknya seperti huruf S. Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dan nasofaring. Tuba eustachius memiliki tiga fungsi, yaitu: 4,5
1. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu

sama dengan tekanan luar. Adanya fungsi ventilasi ini dapat dibuktikan dengan melakukan perasat valsava dan perasat toynbee. 4,5 2. Drainase sekret yang berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring
3. Proteksi, yaitu untuk menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga

tengah

Gambar 5. Drainase sekret dari telinga tengah5

10

2.2.4

Pemeriksaan Fungsi Tuba Eustachius Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi

tuba yang dapat menggambarkan letak dan fisiologisnya. Dari pemeriksaan fisik, otoskopi, otoskopi pneumatik, nasofaringoskopi indirek dapat menggambarkan kondisi tuba eustachius. Beberapa manuver sederhana yang dapat dipraktikan untuk mengetahui fungsi tuba eustachius seperti perasat Valsalva, perasat Toynbee, perasat Politzer, dan kateterisasi tuba.4,5 1. Perasat Valsalva Perasat Valsalva dilakukan dengan inspeksi membran timpani saat penderita meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet serta mulut ditutup. Perasat ini positif bila membran timpani terdorong ke lateral atau terdengar aliran udara pada membran timpani yang mengalami perforasi. Perasat valsalva positif ini hanya menunjukkan tuba yang paten dan kemampuan distensi tuba eustachius. 1,5 2. Perasat Toynbee Perasat Toynbee dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipencet serta mulut ditutup. Hal ini menyebabkan pengumpulan tekanan positif di nasofaring diikuti perubahan tekanan menjadi negatif. Perasat ini positif bila membran timpani tertarik ke medial. Tekanan negatif pada telinga tengah diikuti kembalinya tekanan sama dengan atsmosfer setelah melakukan perasat Toynbee biasanya menunjukkan fungsi normal dari tuba eustahius, berbeda dari perasat Politzer dan Valsalva yang hanya menunjukkan tuba yang paten. 2,5 3. Perasat Politzer Perasat Politzer juga dilakukan dengan inspeksi membran timpani dimana satu lubang hidung dimasukkan kateter yang ujungnya dihubungkan dengan kantung udara, sedangkan lubang hidung yang lain ditekan dengan jari. Pasien diminta menyebutkan huruf K atau menelan saat udara dimasukkan ke dalam lubang hidung. Jika positif, peningkatan tekanan di nasofaring dialirkan ke telinga tengah. Perasat ini hanya menunjukkan tuba yang paten. Perasat Politzer dan Valsalva dapat berguna untuk pengobatan temporer pada efusi atau tekanan negatif yang

11

tinggi pada telinga tengah. 2,5 4. Kateterisasi tuba. Selain dengan beberapa manuver diatas, dapat dilakukan kateterisasi tuba eustachius untuk mengetahui tuba yang paten. 1,2 Terdapat beberapa metode yang lebih kompleks untuk mengevaluasi fungsi tuba diantaranya menggunakan manometri, sonometri dan timpanometri. 1. Tes membran timpani non intak a. b. c. a. b. c. Inflation-Deflation test Forced Response test Clearance test 2. Tes membran timpani intak Pressure chamber technique Sonometri Timpanometri 2.3 Fisiologi Pendengaran Telinga memiliki fungsi sebagai organ pendengaran. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan ke liang telinga dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang menggerakan perilimfe dalam skala timpani, sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimfe dan mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung ke bawah dan menggerakkan perilimfe pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan berubahnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik yang diteruskan ke cabangcabang nervus VIII, yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pada sensorik

12

pendengaran di otak area 39-40 melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis dan terjadilah proses mendengar.1,2 2.4 2.4.1 Aerotitis Definisi Aerotitis atau barotrauma merupakan suatu gangguan telinga yang terjadi akibat perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu tubuh bergerak ke atau dari lingkungan tekanan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan tuba gagal untuk membuka.1,2 Apabila perubahan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadinya tekanan negatif di rongga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.5 2.4.2 Etiologi Aerotitis paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini tertutama karena rumitnya fungsi tuba eustachius. Tuba eustachius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver Valsava. Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga dalam telinga tengah dan dalam tuba eustachius menjadi tertekan. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembuluh darah kecil pada mukosa telinga akan berdilatasi dan pecah dan menyebkan hemotimpanum dan kadang dapat menyebabkan ruptur membran timpani. Aerotitis terjadi akibat perbedaan tekanan barometrik, baik saat menyelam atau saat terbang.2,3 2.4.3 Patofisiologi Pilek, rinitis alergika serta berbagai reaksi individual, semuanya merupakan predisposisi terhadap disfungsi tuba eustachius. Aerotitis dengan ruptur timpani dapat terjadi setelah menyelam atau melakukan perjalanan dengan pesawat terbang.1

13

Saluran telinga luar, teling tengah, telinga dalam dapat dianggap sebagai kompartmen tersendiri, ketiganya dipisahkan satu dengan yang lain oleh membran timpani dan membran tingkap bundar dan tinggkap oval.1,2

Gambar 6. Perjalanan Penyakit Aerotitis3 Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu penghubung ke dunia luar, yaitu melalui tuba eustachius. Tuba ini biasanya selalu tertutup dan hanya akan membuka pada waktu menelan, menguap, dan valsava manuver. Valsava manuver dilakukan dengan menutup mulut dan hidung, lalu meniup

14

dengan kuat. Dengan demikian tekanan di dalam pharynx akan meningkat sehingga muara dapat terbuka. Ujung tuba di bagian telinga tengah akan selalu terbuka, karena terdiri dari massa yang keras/ tulang. Sebaliknya ujung tuba di bagian pharynx akan selalu tertutup karena terdiri dari jaringan lunak, yaitu mukosa pharynx yang sewaktuwaktu akan terbuka disaat menelan. Perbedaaan anatomi antara kedua ujung tuba ini mengakibatkan udara lebih mudah mengalir keluar daripada masuk ke dalam cavum timpani. Hal inilah yang menyebabkan kejadian aerotitis lebih banyak alami pada saat menurun dari pada saat naik tergantung pada besarnya perbedaan tekanan, maka dapat terjadi hanya rasa sakit (karena teregangnya membran timpani) atau sampai pecahnya membran timpani. 1,2,3,4 Aerotitis tekanan descent dan ascent dapat terjadi pada penyelaman. Ketidakseimbangan tekanan terjadi apabila penyelam tidak mampu menyamakan udara di dalam rongga tubuh pada waktu tekanan air bertambah atau berkurang. Aerotitis pada penyelam dibagi menjadi 3 jenis, yaitu aerotitis pada telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam, tergantung dari bagian telinga yang terkena. Aerotitis ini bisa terjadi secara bersamaan dan juga dapat berdiri sendiri. 1,2,5,6,7 Aerotitis telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka pada waktu menyelam, air akan masuk ke dalam meatus akustikus eksternus. Bila meatus akustikus eksternus tertutup, maka terdapat udara yang terjebak. Pada waktu tekanan bertambah, menegcilnya udara tidak mungkin dikompensasi dengan kolapsnya rongga (kanalis akustikus eksternus), hal ini berakibat terjadinya decongesti, perdarahan dan tertariknya membran timpani ke lateral. Peristiwa ini akan terjadi bila terdapat perbaedaan tekanan air dan tekanan udara dalam rongga kanalis akustikus eksternus sebesar >150 mmHg atau lebih, yaitu sedalam 1,5 2 meter.5 Aerotitis telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi atau udema pada mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan merupakan penyulit untuk meneyeimbangkan telinga tengah terhadap tekanan ambient yang terjadi pada saat ascent maupun descent, baik penyelaman maupun penerbangan. Terjadinya barotrauma tergantung pada kecepatan penurunan natau kecepatan penurunan atau kecepatan

15

peningkatan tekanan ambien yang jauh berbeda dengan kecepatan peningkatan tekanan telinga tengah.5 Aerotitis telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma telinga tengah pada waktu menyelam, disebabkan karena melakukan manuver valsava yang dipakasakan. Bila terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat barotrauma maka membran timpani akan mengalami edema dan akan menekan stapes yang terletak pada foramen ovale dan membran pada foramen profunda, yang mengakibatkan peningkatan tekanan ditelinga dalam yang akan merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada pemeriksaan Stepping Test. Dapat disimpulkan, gangguan pada telinga tengah dapat berpengaruh pada labirin vestibular dan menampakkan ketidak seimbangan laten pada tonus otot melalui reflek vestibulospinal.5 Seperti yang dijelaskan diatas, tekanan yang meningkat perlu di atasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan tekanan yang menurun biasanya dapat diseimbangkan secara pasif. Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustachius. dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah dan dalam tuba eustachius menjadi tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustachius. jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 100 mmHg), maka bagian kartilaginosa diri tuba eustachius untuk memulihkan volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan di dekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan. Terjadinya rangkaian kerusakan yang dapat diperkirakan denagan berlanjutnya keadaan vakum relatif dalam rongga telinga tengah. Mula- mula membran timpani tertarik kedalam. Retraksi akan menyebabkan membran dan pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang telinga tengah juga mukosa telinga tengah akan berdilatasi daan pecah, menimbulkan hemotimponim kadang-kadang tekanan dapat menyebabkan ruptur membran timpani. 5

16

2.4.4

Manifestasi Klinis Keluhan pasien dapat berupa kurang pendengaran, rasa nyeri dalam telinga,

auofoni, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinitus dan vertigo. Gejala klinis barotrauma telinga: 1. Gejala descent barotrauma: - Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar - Kadang ada bercak darah di hidung dan nasofaring - Rasa tersumbat dalam telinga / tuli konduktif 2. Gejala ascent barotrauma : - Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga - Vertigo - Tinnitus / tuli ringan - Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi Berdasarkan manifestasi klinisnya, kerusakan membran timpani akibat aerotitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 5 Grade 0 : bergejala tanpa tanda kelainan Grade 1 : injeksi membran timpani Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membran timpani Grade 3 : perdarahan berat membran timpani Grade 4 : peradangan telinga tengah (membran timpani menonjol dan agak kebiruan Grade 5 : perdarahan meatus eksternus + ruptur membrane timpani.

17

Gambar 7. Aerotitis pada telinga. 2.4.5 Diagnosis Anamnesis yang teliti sanagat membantu penegakan diagnosis. Jika dari anamnesis ada riwayat nyeri telinga atau pusing, yang terjadi setelah penerbangan atau penyelaman, adanya barotrauma harus dicurigai. Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan telinga, dan juga tes pendengaran dan keseimbangan. 7 Diagnosa dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga nampak sedikit menonjol keluar atau mengalami retraksi. Pada kondisi yang berat bias terdapat darah dibelakang gendang telinga, kadang-kadang gendang telinga mengalami perforasi. Dapat disertai gangguan pendengaran konduktif ringan. 7 Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah gejala-gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menyebabkan kerusakan telinga dalam. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah yang serius dan mungkin memerlukan pembedahan untuk mencegah kehilangan pendengaran yang menetap. Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikan bahwa pendengaran bersifat konduktif dan bukannya sensoneural. 1,5,7,8 2.4.6 Tatalaksana Untuk mengurangi rasa nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama yang perlu dilakukan adalah berusaha membuka tuba eustachius dan mengurangi tekanan dengan mengunyah permen karet atau menguap, atau menghirup

18

udara, kemudian menghembuskan secara perlahan lahan sambil menutup lubang hidung dengan tangan dan menutup mulut. Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas, membran nasalis dapat mengkerut dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan menginflasi tuba eustachius dengan preparat politzer, khususnya dilakukan pada anakanak berusia 3-4 tahun. Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama 1-2 minggu atau sampai gejala hilang, antibiotik tidak diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi didalam air yang kotor. Preparat politzer terdiri dari tindakan menelan air dengan bibit tertutup sementara ditiupkan udara kedalam salah satu nares dengan kantong politzer atau apparatus senturi, nares yang ditutup. Kemudian anak dikejutkan dengan meletusnya balon ditelinganya, bila tuba eustachius berhasil inflasi, sejumlah cairan akan terevakuasi dari telinga tengah dan sering terdapat gelembung-gelembung udara pada cairan. Untuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan perawatan dirumah sakit dan istirahat dengan elevasi kepala 30- 400. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah yang serius dan memungkinkan adanya tindakan pembedahan untuk mencegah hilangnya pendengaran yang menetap. Suatu insisi dibuat didalam gendang telinga untuk menyamakan tekanan dan untuk mengeluarkan cairan (miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi). Walaupun demikian pembedahan biasanya jarang dilakukan. 2.4.7 Pencegahan Usaha preventif terhadap barotruma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsava, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat. Khusus pada bayi disarankan agar menunda penerbangan bila disertai pilek. Bila memungkinkan maka bayi sesaat sebelum mendarat harus tetap disusui atau harus tetap menghisap air botol, agar tuba eustachius tetap terbuka. 1

19

Nasal dekongestan atau anti histamin bisa digunakan sebelum terpapar perubahan tekanan yang besar. Usahakan untuk menghindari perubahan tekanan yang besar selama mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas atau serangan alergi. 1,5 2.4.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari aerotitis, antara lain tuli konduksi, ruptur atau perforasi membrane timpani, dan infeksi telinga akut.2

20

Anda mungkin juga menyukai