Teori Dasar
1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda beda, protein mempunyai sifat yang berbeda- beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetepi ada yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu protein yang tidak mudah larut dalam air dan sukar bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi. Ada empat tingkat stuktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kwartener. Dan protein digolongkan dalam golongan besar, yaitu : Protein sederhana : protein fiber dan protein globular Protein gabungan : mukoprotein, glikoprotein, lipoprotein dan nucleoprotein Sifat sifat protein : Ionisasi : protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif Denaturasi : perubahan konformasi alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak menentu Viskositas : suatu larutan protein dalam air mempunyai viskositas atau kekentalan yang relatif lebih besar daripada viskositas air sebagai pelarutnya. Kristalisasi : sering dilakukan dengan jalan penambahangaram aminosulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya Sistem koloid : protein mempunyai molekul besar dan karenanya larutan protein bersifat koloid Uji kualitatif protein dapan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : Uji biuret : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh dengan gugus CO dan NH pada ikatan peptide dalam larutan suasana basa Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat Pengendapan dengan alkohol : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alkohol Uji koagulasi : perubahan bentuk yang irevelsibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan Denaturasi protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim
III.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Alat : Tabung reaksi Pipet tetes Gelas ukur Batang pengaduk Kertas saring Stopwatch Thermometer
Bahan : 1. NaOh 2,5 N 2. Larutan protein 3. Cu 0,01 M 4. Hg 0,2 M 5. Timbal asetat 0,2 M 6. Larutan jenuh ( 7. Reagen millon 8. Reagen uji biuret 9. Buffer asetat 5 M 10. Asam klorida 0,1M 11. NaOH 0,1 M 12. Etil alkohol 95% 13. Larutan albumin 14. Buffer asetat pH 4,7 (1M)
IV.
Cara kerja
Pengamatan
2.
3.
4.
Tabung 2
tabung 3
larutan albumin 5 ml NaOH 0,1 M 1 ml Etil alkohol 95% 6 ml
5.
Uji koagulasi
5 ml larutan protein Tabung reaksi 2 tetes asam asetat 1 M Letakan di air mendidih 5 menit Ambil endapan dengan batang pengaduk Uji kelarutan endapan di air Uji dengan reagen milon
6.
Denaturasi protein
Tabung 1 : larutan albumin 9 ml HCl 0,1 M Tabung 2 : larutan albumin 9 ml NaOH 0,1 1 ml Tabung 3 : larutan albumin Buffer asetat pH 4,7 (5 M) 1ml Tabung 1-2-3 dimasukkan Air mendidih 15 menit Dinginkan pada suhu kamar Tabung mana ada endapan ? Bening kuning
Bening kuning
Bening kuning Tabung 1 : menggumpal,putih, ada yang bening Tabung 2 : tetap, kuning muda bening Tabung 3 : ada endapan, agak kuning
V.
Pembahasan
1. Uji biuret Pada perrcobaan ini ada kompleks warna ungu, ini adalah pembentukan senyawa kompleks warna ungu yaitu dari CO dan NH yang berikatan dengan . Uji ini paling spesifik untuk uji protein dengan menghasilkan warna karena lebih cepat, hasil dapat dilihat langsung dan lebih sensitif.
2. Pengendapan dengan logam Pada percobaan ini campuran HgCl + albumin positif terlebih dahulu ini dikarenakan albumin pH isolistriknya lebih besar daripada gelatin yaitu albumin 4,55-4,90 dan gelatin 4,80-4,85. Karena beberapa protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya.konformasi protein bisa berubah salah satunya dengan logam. Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 50 C atau lebih. koagulasi ini hanya terjadi apabila larutan protein berada pada titik isolistriknya. Protein yang terdenaturasi pada titik isolistrik masih dapat larut pada pH diluar titik isolistriknya tersebut. 3. Pengendapan dengan garam Percobaan ini terkait dengan proses salting in dan salting out. Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih kecil dibanding Zat utamanya yang mempunyai kelarutan lebih kecil dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan kenaikan kelarutan zat utama. Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama, ini seperti yang terjadi pada larutan protein yang laarutkan garam terus menerus. Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam larutan protein ditambahkan garam- garam anorganik. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia
untuk molekul protein akan berkurang. Pada uji ini juga dilakukan uji dengan pereaksi milon. Pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah saat pemanasan. Pada dasarnya reaksiini positif untuk fenol- fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif. 4. Pengendapan dengan alkohol Percobaan ini berkaitan dengan proses denaturasi protein. Protein akan terdenaturasi salah satunya jika direaksikan dengan alkohol serta pH yang asam. Hal ini disebabkan karena menjadi suatu yang tidak menentu merupakan suatu proses yang disebut denaturasi. Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organic akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air. 5. Uji koagulasi Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar 4 4,5 dimana protein mempunyai muatan positif dan negatif sama, sehingga saling menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperatur diatas 60C kelarutan protein akan berkurang (koagulasi) karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tersier dan kuartener yang menyebabkan koagulasi. 6. Denaturasi protein Denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, Ikatan garam atau bila susunan ruang atau rantai polipetida suatu molekul protein berubah. Dengan perkataan lain denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur sekunder, tertier dan kuartener, tetapi struktur primer (ikatan peptida) masih utuh. Dalam percobaan ini tabung 2 menjadi seperti tabung 1 karena ditambahkan asam (buffer dan HCl) bentuk stuktur protein berubah dari cair ke padat (mengendap). Protein akan terdenaturasi (menjadi mengendap) jika dalam suasana asam salh satunya.
VI.
1. 2. 3. 4. 5.
Kesimpulan
Uji biuret biasa digunakan untuk menguji protein karena lebih spesifik Logam dapat mengendapkan protein, sehinnga digunakan dalam pengobatan keracunan merkuri Protein dapat larut dalam basa sehinnga protein tidak terdenaturasi Asam dapat menyebabkan protein terdenaturasi (menggumpal) Denaturasi protein bias disebabkan oleh cuaca ekstrim, suhu tinggi dan pH asam, pelarut organic
VII.
Daftar pustaka
1. Syamsuni H.A. Apt. Drs. ; ilmu resep ; penerbit buku kedokteran : EGC ; Jakarta 2. Poedjiadi Anna Prof. Dr. ; Dasar dasar biokimia ; UIP ; Jakarta 3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3617/1/farmasi-mtsim2.pdf
dapat diakses pada hari senin tanggal 8 november 2010 pukul 22.05