Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN DAN KESEHATAN TANAH

TEKNOLOGI KOMPOS

OLEH :

ASEP AFRITNA
NPM : E1J00940

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2012

BAB I PENDAHULUAN
Pupuk kompos mempunyai arti yang sangat penting dalam pengelolaan kesuburan tanah, meningkatkan produksi tanaman pertanian, dan memelihara kesehatan tanah. Kompos dapat memberikan sumbangan terhadap sumber daya tanah berupa perbaiakan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga tanah menjadi subur dan sehat. Kompos juga dapat meningkatkan produksi pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kompos memberikan sumbangan unsur hara dan hormon tumbuh kepada tanaman, sedangkan secara tidak langsung kompos meningkatkan kualitas kesuburan tanah baik fisik, kimia dan biologi. Misalnya fisik tanah yang subur bila gembur, remah, dan infiltrasi air lancar dari permukaan tanah sampai dengan lapisan tanah bawah ; kimia tanah yang subur bila tanah mampu menyediakan unsur hara bagii tanaman dengan jalan perbaikan sifat kimia tanah (pH, redoks potensial, KPK, kejenuhan basa) ; biologi tanah subur bila tanah mengandung jasad tanah yang bermanfaat bagt tanaman dan hewan seperti cacing tanah. Tujuan praktikum ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa agar dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kompos dan memonitor kualitas kompos dengan baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pupuk merupakan bagian penting dalam kegiatan pertanian karena tanaman yang sehat membutuhkan semua nutrisi untuk dapat tumbuh dan berproduksi; jika nutrisis tersebut tidak bisa didapatkan dalam tanah, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan unsur tersebut. Umumnya banyak jenis pupuk yang tersedia di pasaran, tetapi biasanya sudah banyak mengandung bahan kimia yang jika dibandingkan dengan pupuk kompos maka pupuk kompos adalah puuk alami yang berasal dari kotoran hewan atau seresah daun yang sengaja kita buat untuk memenuhi unsur nitrogen dalam tanah.

Humus terbuat dari: 1. Bahan-bahan organik yang hancur dan terurai 2. Kompos 3. Mulsa 4. Kotoran hewan 5. Pengomposan akar tanaman 6. Pengomposan bagian-bagian tanaman Ada 6 metode berbeda tentang pengomposan : 1. Membuat tumpukan kompos cepat Dibuat sekaligus dari berbagai macam bahan, terurai setelah 2 minggu dan siap pakai dalam 1 bulan. Sangat baik untuk kebun keluarga dan agrikultur yang intensif 2. Membuat kompos lambat Terus-menerus dibuat dalam kurun waktu tertentu dan biasanya dibuat lebih banyak daripada kompos cepat. Sangat baik untuk pertanian dan pohon-pohon besar 3. Parit dan keranjang kompos Merupakan bagian dari bedeng kebun atau ditempatkan di sebelah pohon buahbuahan, dapat ditempatkan di dalam tanah dan juga di atas tanah, terus-menerus

menyediakan pasokan unsur hara bagi tanaman melalui tanah, sebagaimana layaknya kompos yang diletakkan di atas bedeng 4. Lubang pisang / lubang kompos Sebuah lubang besar untuk membuat kompos lambat. Kompos akan terus-menerus memberi unsur hara kepada pohon pisang atau pohon apapun yang ditanam di sekitar lubang, dan jika telah siap kompos dapat dipindahkan untuk dimanfaatkan di tempat lain 5. Pengomposan langsung Kompos cepat ditempatkan pada lahan dimana bedeng kebun akan dibuat atau tanaman buah-buahan akan ditanam. Tanah dan tanaman yang baru akan memperoleh cukup persediaan makanan bagi tanaman dan biota tanah dari kompos

6. Pupuk cair Makanan bagi tanaman dan bakteri yang baik dalam bentuk cair. Sangat baik untuk hasil yang cepat dan lahan yang luas

Kompos apabila dilihat dari proses pembuatannya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu : Kompos yang diproses secara alami, dan Kompos yang diproses dengan campur tangan manusia.

1. Kompos Yang Diproses Secara Alami Yang dimaksud dengan pembuatan kompos secara alami adalah pembuatan kompos yang dalam proses pembuatannya berjalan dengan sendirinya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya membantu

mengumpulkan bahan, menyusun bahan, untuk selanjutnya proses composting / pengomposan berjalan dengan sendirinya. Kompos yang dibuat secara alami memerlukan waktu pembuatan yang lama, yaitu mencapai waktu 3 4 bulan bahkan ada yang mencapai 6 bulan dan lebih.

2. Kompos Yang Dibuat Dengan Campur Tangan Manusia Yang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan manusia adalah pembuatan kompos yang sejak dari penyiapan bahan (pengadaan bahan dan pemilihan bahan), perlakuan terhadap bahan, pencampuran bahan, pengaturan temperatur, pengaturan kelembaban dan pengaturan konsentrasi oksigen, semua dilakukan dibawah pengawasan manusia.

Keunggulan dan Kekurangan Kompos Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimi (anorganik). Kekurangan dari pupuk kompos adalah Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan. Keunggulan dari pupuk kompos adalah Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik). Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.

Menjadi penyangga pH tanah. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan. Membantu menjaga kelembaban tanah Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun Tidak merusak lingkungan.

BAB III BAHAN DAN METODE


BAHAN DAN ALAT Alat yang digunakan Alat ukur yang digunakan berupa termometer, moisturemeter, platecounter, pH meter. Alat pertukangan yang digunakan berupa gergaji, palu, mistar siku, mistar panjang dan paku. Alat operasional berupa cangkul, sekop, ember atau gembor air.

Bahan yang digunakan 1) Bak papan : disiapkan bak penampung dari papan berisi bahan segar untuk pembuatan kompos dengan ukuran panjang 6 m X lebar 2 m X tinggi 75 cm 2) Bahan segar untuk kompos terdiri atas : kelompok pertama adalah larutan EM4 5 liter (5 botol), gula pasir 2 kg, pupuk urea 1 kg, dan air ; kelompok kedua adalah pupuk kandang sapi yang telah matang, jerami/sekam padi, dedaunan kering, dan leguminosae dengan perbandingan 5 : 2 : 2 : 1 3) Bahan terpal untuk menutup bahan pembuatan kompos.

A. PROSEDUR KERJA 1. Disiapkan bak papan untuk bak penampung bahan segar yang akan dikomposkan. 2. Bahan segar kelompok pertama dicampur dengan seksama dan dilarutkan dalam air yang diletakkan di dalam ember bervolume 10 sampai 15 liter. 3. Bahan segar kelompok kedua masing-masing dipilih dan dicacah dengan rincian sebagai berikut : Pupuk kandang dipilih yang telah matang (biasanya berumur 1-2 tahun); jerami padi dipotong-potong dengan panjang kurang lebih 10 cm, sekam padi dipilih yang telah lapuk (ingat : jangan digunakan yang masih segar atau baru); dedaunan dapat dipilih dari reruntuhan daun berdaun lebar (ingat: jangan daun berdaun jarum); dan leguminosae dipotong-potong sampai berukuran 15 cm.

4. Masing-masing bahan segar ditimbang sesuai dengan perbandingannya (5:2:2:1) bila dibuat 1000 kg maka dibutuhkan 500 kg pupuk kandang, dan 100 kg masingmasing untuk bahan lain. 5. Bahan-bahan segar dicampur merata di dalam bak papan dengan menggunakan cangkul atau sekop 6. Bahan segar yang telah dicampur merata disiram dengan larutan bahan segar kelompok pertama 7. Disiram dengan air sebayak mungkin sampai lantai bak papan penampung basah 8. Ditutup dengan terpal rapat-rapat dan setiap ujung terpal diikatkan ke pengait yang dibuat dan besi yang ditancapkan ke tanah. 9. Pengamatan dilakukan setiap minggu berupa pengukuran temperatur,

kelembaban/kadar air, jumlah jamur dipermukaan, pH, redoks potensial, keadaan fisik bahan. 10. Data dicatat pada lembar pengamatan dan dimintakan pengesahan kepada dosen pengasuh atau Co-Ass setiap minggu pengamatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN Berikut adalah hasil pengamatan pembuatan kompos selama 2 bulan (8 minggu) Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Pembuatan Kompos selama 56 hari ( 7 minggu)
Tanggal/ Minggu ke Temperature (0C) BA BT BB Ratarata Kadar Air (%) BA BT BB Ratarata BA pH BT BB Ratarata

27 Maret 2012 / 1 3 April 2010 / 2 17 April 2012 / 3 24 April 2012 / 4 1 Mei 2012 / 5 8 Mei 2012 / 6 15 Mei 2012 / 7

39,5

48,5

38,8

42,26

25

35

21,66

6,33

45,5

45,5

39,9

45,5

10

6,66

6,33

37,3

38,6

36,2

37,3

10

15

20

18,33

6,33

35,1

37,6

35,3

35,1

10

6,66

32,5

34,3

33,9

32,5

10

6,66

32

34,6

34,1

32

6,33

10

6,66

PEMBAHASAN Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahanorganik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalamkondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalamipenguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahanorganik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol prosesalami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuatcampuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, danpenambahan aktivator

pengomposan.Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhirberupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memilikinisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadikehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung. Kompos yangdihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan namabokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkatdibandingkan cara konvensional. Dalam praktikum minggu ini mendapatkan data sebagai berikut dalam bebrapa hari pengamatan kami mendapatkan rata rata sebagai berikut :

Tanggal/ Minggu ke
27 Maret 2012 / 1 3 April 2010 / 2 17 April 2012 / 3 24 April 2012 / 4 1 Mei 2012 / 5 8 Mei 2012 / 6 15 Mei 2012 / 7

Rata rata Temperatur 0


42,26 45,5 37,3 35,1 32,5 32 -

Rata rata kadar air (%)


21,66 6,66 18,33 6,66 6,66 6,66

Rata rata pH
6,33 6,33 6,33 6 7 6,33 7

Dari data yang diatas dapat kita lihat bahwa setiap pengamatan akan temperatur yang dilakukan ada akan mengalami penurunan tingkatan temperaturan yang ada disetiap pengamatan yang dilakukan, ini karna ada proses penurunan aktifitas suhu yang ada di dalam tanah tersebut. Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan

kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia disinibakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik disini merupakan bahan untuk bakukompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya.Cara pembuatan kompos bermacam-macam tergantung: keadaan tempat pembuatan, buadayorang, mutu yang diinginkan, jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersediadan selera si pembuat. Yang perlu diperhatikan dalam proses pengomposan ialah:

a) Kelembaban timbunan bahan kompos. Kegiatan dan kehidupan mikrobia sangatdipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering maupun basah atautergenang. b) Aerasi timbunan. Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu anaerobmikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati atau terhambatpertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunanbahan yang dikomposkan umumnya menyebabkan hilangnya nitrogen relatif banyak karena menguap berupa NH3 c) Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C). Selama pengomposanselalu timbul panas sehingga bahan organik yang dikomposkan temparaturnya naik;bahkan sering temperatur mencampai 600C. Pada temperatur tersebut mikrobia mati atausedikit sekali yang hidup. Untuk menurunkan temperatur umumnya dilakukanpembalikan timbunan bakal kompos. d) Suasana. Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam organik, sehinggamenyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak netralisasikemasaman.

e) Netralisasi kemasaman sering dilakukan dengan menambah bahan pengapuran misalnyakapur, dolomit atau abu. Pemberian abu tidak hanya menetralisasi tetapi juga menambahhara Ca, K dan Mg dalam kompos yang dibuat. f) Kadang-kadang untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos, timbunan diberipupuk yang mengandung hara terutama P. Perkembangan mikrobia yang cepatmemerlukan hara lain termasuk P. Sebetulnya P disediakan untuk mikrobia sehinggaperkembangannya dan kegiatannya menjadi lebih cepat. Pemberian hara ini jugameningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan karena kadar P dalam kompos lebihtinggi dari biasa, karena residu P sukar tercuci dan tidak menguap.

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secaraa erobik maupun anaerobik,dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudahbanyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp,BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (EffectiveMicroorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos

(vermicompost).Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik. Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifatkimia, fisika dan biologitanah,sehingga produksitanamanmenjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahankritis,

menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan

BAB V KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian, telah diketahui bahwa terdapat 2 (dua) parameter penting dalam menentukan pemilihan bahan baku kompos, yaitu: Faktor kelembaban Bahan Baku dan Faktor C / N ratio bahan baku 2. Memperbanyak jumlah biota tanah seperti mikro-organisme, bakteri, dan jamur penting di dalam pembuatan kompos 3. Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap: Temperatur Kelembaban Odor atau Aroma, dan pH

4. Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah: Warna; warna kompos biasanya coklat kehitaman Aroma; kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah. 5. Pupuk kompos sangat berguna di bidang pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Nurhayati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung. Munawar, Ali. 2012. Petunjuk Praktikum Kesuburan Tanah. Bengkulu : Laboratorium Ilmu Tanah Program Studi Ilmu Tanah Universitas Bengkulu. Suhardi. 1997. Kontrak Perkuliahan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu : Universitas Bengkulu. Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran dari The Nature and Properties of Soil.

Anda mungkin juga menyukai