Anda di halaman 1dari 6

5.

1 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Dengan faktor pemilihan moda, dapat diketahui bagaimana perbandingan jumlah orang yang menggunakan suatu moda dengan jumlah orang yang menggunakan moda lain. Penentuan adanya angkutan umum TST ini juga tentunya melalui tahap pemilihan moda terlebih dahulu. Pemilihan moda termasuk dalam tahap yang penting dalam perencanaan transportasi. Pada pembahasan sebelumnya yaitu sebaran pergerakan, dibahas mengenai perkiraan besaran pergerakan yang akan dicapai di masa yang akan datang dari zona asal ke zona tujuan. Namun hal ini hanya mencari bagaimana besaran pergerakannya saja, belum mencari bagaimana besarnya pergerakan dengan moda transportasi. Oleh karena itu diperlukan juga

pengidentifikasian mengenai besaran pergerakan dengan moda transportasi antara zona asal ke zona tujuan. Beberapa faktor dapat menjadi pendorong seseorang untuk menggunakan moda transportasi. Faktor tersebut antara lain yaitu (Tamin, 2000): 1. Ciri Pengguna Jalan Dari ciri pengguna jalan dapat diperoleh faktor dalam seseorang memilih moda transportasi. a. Ketersediaan atau kepemilikan kendaraan pribadi b. Pemilikan Surat Izin Mengemudi c. Struktur rumah tangga (pasangan muda, keluarga dangan anak, pension, bujangan dll) d. Keharusan menggunakan kendaraan pribadi ke berbagai perjalanan, misalnya ke sekolah atau ke tempat bekerja. 2. Ciri Pergerakan a. Tujuan pergerakan Misalnya untuk pergi ke tempat kerja atau sekolah, masyarakat negara maju cenderung menggunakan angkutan umum untuk berpergian karena mereka berfikir bahwa dengan menggunakan angkutan umum waktu yang ditempuh untuk sampai ke tujuan dapat lebih cepat dan biaya yng dikeluarkan dapat lebih murah daripada harus menggunakan kendaraan

pribadi. Namun untuk negara berkembang seperti Negara Indonesia ini, masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi mereka daripada angkutan umum yang ada. Selain angkutan umum pada negara ini kurang menyediakan fasilitas yang memadai seperti halnya pada negara berkembang, kemudian mereka lebih merasa nyaman jika menggunakan kendaraan pribadi mereka sendiri. b. Waktu terjadinya pergerakan Waktu juga menjadi salah satu faktor untuk memilih moda transportasi. Misalnya ingin berpergian ke suatu tempat pada malam hari. Masyarakat mungkin lebih memilih untuk menggunakan angkutan pribadi daripada angkutan umum karena biasanya pada malam hari ataupun tengah malam, angkutan umum jarang ada yang beroprasi. c. Jarak perjalanan Jarak perjalanan dapat juga menjadi salah satu faktor pemilihan moda transportasi. Orang yang ingin berpergian jauh atau berpergian ke luar kota biasanya lebih suka menggunakan angkutan umum daripada angkutan pribadinya. 3. Ciri Fasilitas Moda Transportasi Faktor kuantitatif: a. Waktu menunggu di tempat pemberhentian bus, waktu menunggu saat di pemberhentian bus, waktu perjalanan, dan sebagainya. b. Biaya transportasi yang terdiri dari biaya bahan bakar, tarif angkutan, dan lain-lain. c. Ketersediaan lahan parkir dan tarif yang dikenakan untuk parkir tersebut Faktor kualitatif a. Kenyamanan, keamanan, keteraturan, dan lain-lain. Faktor ini termasuk faktor yang sulit untuk dihitung. 4. Ciri Kota atau Zona

Kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan juga daerah yang memiliki jarak yang jauh dari pusat kota dapa mempengaruhi pemilihan moda transportasi bagi masyarakat yang ada di dalamnya. 5.2 Model Pemilihan Moda Ujung Perjalanan Dalam model ini ciri pribadi yang umumnya berbeda-beda digunakan untuk perkiraan pemilihan moda transportasi. Misalnya terkait pendapatan, kepadatan permukiman, ataupun kepemilikan kedaraan pribadi. Hal ini juga didasarkan bahwa dalam perencanaan transportasi perlu mempertimbangkan kebutuhan masyarakat akan kendaraan pribadi. Ini tentu akan berkaitan dengan investasi di bidang jalan raya nanti (Tamin, 2000). Model ini tepat digunakan pada daerah yang memiliki angkutan umum dan tingkat kemacetan di jalan rayanya rendah. Kekurangan dari model ini yaitu tidak peka terhadap keputusan kebijakan. Ada beberapa hal yang tidak berpengaruh pada jenis model ini yaitu pembangunan jalan tol, fasilitas angkutan umum ataupun tentang ruang parkir. 5.3 Model Pemilihan Moda Pertukaran Perjalanan Model pemilihan ini mempertimbangkan cirri pergerakan dan ketersediaan moda (Tamin, 2000). Namun ciri pengguna jalan jika dilihat dari dari model ini sulit untuk diketahui karena pergerakan dimasukan kedalam bentuk matriks asal tujuan. Model ini juga mengabaikan beberapa peubah bebas seperti yang terkait dengan kebijakan yaitu seperti biaya parkir. Sifat dari model ini juga merupakan model agregat, dimana menggunakan informasi berasis zona, bukan memakai data berbasis rumah tangga atau individu sehingga tidak tepat untuk pemodelan moda yang tersedia bagi individu. Model ini dikembangkan dengan pertimbangan satu atau dua ciri pergerakan, yaitu bisanya terkait waktu tempuh perjalanan. 5.4 Model Pemilihan Moda dan Kaitannya dengan Model Lain Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam perencanaan transportasi, maka pendekatan dalam model pemilihan moda transportasi akan sangat bervariasi. Tahap yang akan dilalui juga akan beragam dan berbeda-beda. Ada empat jenis model untuk

analisis pemilihan moda. Model tersebut yaitu model jenis I, model jenis II, model jenis III, dan model jenis IV (Tamin, 2000). 1. Model jenis I Dalam pendekatan ini, proses menghitung bangkitan tarikan bersamaan dilakukan dengan proses pemilihan moda. Angkutan umum langsung dipisahkan dengan angkutan pribadi dan kemudian setiap moda selama tahapan proses permodelan sudah dianalisis terpisah. Biasanya untuk model bangkitan pergerakan digunakan model analisis regresi ataupun kategori.
G - MS

G A MS D

= bangkitan pergerakan = pemilihan rute = pemilihan moda = sebaran pergerakan

A
Gambar 5.1 Alternatif Posisi Untuk Analisis Pemilihan Moda Model Jenis I
Sumber: Perencanaan dan Permodelan Transportasi (Tamin, 2000)

2. Model jenis II Dalam model ini, setiap moda dianggap bersaing dalam mencari penumpang. Sehingga ada seusatu penentu yang menjadi faktor dalam mempengaruhi hal tersebut, yaitu pemilihan moda. Biasa digunakan bukan untuk angkutan umum, namun untuk perencanaan angkutan jalan raya. Dengan adanya pengabaian angkutan umum, maka pemfokusannya lebih kepada sebaran pergerakan angkutan pribadi. Model ini dimulai dengan tahap perhitungan bangkitan tarikan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan pemilihan moda. Baru setelah itu mencari sebaran pergeralan dan terakhir adalah pemilihan rute.

MS

G A MS D

= bangkitan pergerakan = pemilihan rute = pemilihan moda = sebaran pergerakan

A
Gambar 5.2 Alternatif Posisi Untuk Analisis Pemilihan Moda Model Jenis II
Sumber: Perencanaan dan Permodelan Transportasi (Tamin, 2000)

3. Model jenis III Model jenis III ini memperlihatkan bahwa tahapan bangkitan pergerakan dan pemilihan rute ikut dalam penentuan pemilihan moda. Sebaran pergerakan dan pemilihan moda dapat diletakan dimana saja antara tahapan bangkitan pergerakan dan pemilihan rute. Sehingga urutan tahapannya dapat berupa seperti ini. G
G A MS D = bangkitan pergerakan = pemilihan rute = pemilihan moda = sebaran pergerakan

MS - D

A
Gambar 5.3 Alternatif Posisi Untuk Analisis Pemilihan Moda Model Jenis III
Sumber: Perencanaan dan Permodelan Transportasi (Tamin, 2000)

Model jenis ini mengkombinasikan antara model gravity dengan model pemilihan moda.

4. Model jenis IV Model ini menggunakan kurva diversi, persamaan regresi ataupun variasi model III. Dalam model ini, digunakan selisih hambatan antara moda yang bersaing. Misalnya suatu moda dapat bergerak empat kali lebih cepat dari moda lainnya, dan sebagainya. Model ini menjamin apabila nisbah atau selisih hambatan antara angkutan umum dengan angkutan pribadi sama dengan 1, maka masing-masing moda memiliki peluang yang sama yaitu 50%:50%. Namun walaupun begitu, tentu masih ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih jenis moda transportasi. G

G A MS D

= bangkitan pergerakan = pemilihan rute = pemilihan moda = sebaran pergerakan

MS

A
Gambar 5.4 Alternatif Posisi Untuk Analisis Pemilihan Moda Model Jenis IV
Sumber: Perencanaan dan Permodelan Transportasi (Tamin, 2000)

DAFTAR PUSTAKA Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai