Anda di halaman 1dari 11

METODE UMUM KUANTIFIKASI NILAI EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN (SDH) General Method for quatification of Economic Value

of Forest Resource
Oleh/by : 1) 2) Kirsfianti Linda Ginoga & Mega Lugina ABSTRACT Forest destruction is so rampant, all aver the world, that everyman on earth must reconsider the way of doing economics valuation on forest resource Revaluation on forest resource must be done to know whether the economics valuation conducted, now, depicts the real value of forest-resource, which it tends to be considered as wood and non-wood producers, and yet, it, also, generates in tangible benefits, such as environmental services (e.q.: water, carbon absorbtion, ecotourism, etc.) as its products. This day, its existence has become an absolute necessity for the local, state and global comminities. This paper discusses several methods an forest resource valuation, such as last-Benefit Analysis, Benefit-Loss Analysis, and Total Economics Valuation Concept. It is expected that these methods can be infroduced to improve the quanti fication of forest resource valuation in Indonesia, which is, now, focused on DR, PSDH, IHPH/IIUPH. ABSTRAK Kerusakan hutan yang sudah sangat mengkhawatirkan menghadapkan semua pihak untuk merenungkan kembali, apakah nilai ekonomi sumberdaya hutan (SDH) yang sebenarnya sudah diperhitungkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan. SDH menghasilkan bukan hanya kayu dan non kayu, tetapi juga intangible produk seperti jasa lingkungan yang berasal dari keberadaan hutan seperti air, penyerapan karbon dan ekowisata yang manfaat dan keberadaannya semakin dibutuhkan baik oleh lokal, nasional maupun global. Tulisan ini mengupas beberapa metoda perhitungan nilai SDH, seperti Analisis Manfaat Biaya (AMB), Benefit Loss Analisis (BLA), dan Konsep Nilai Ekonomi Total (NET). Diharapkan metode perhitungan ini dapat mulai diaplikasikan untuk penyempurnaan perbaikan atas kuantifikasi nilai sumber daya hutan selama ini yang terfokus pada DR (Dana Reboisasi), PSDH (Provisi Sumber Daya Hutan), IHPH/IIUPH (Iuran Hak Pengusahaan Hutan).

1) 2)

Peneliti muda pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan Asisten Peneliti Muda pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi (Kirsfianti L.G. & Mega Lugina)

17

I.

PENDAHULUAN

Untuk mengetahui berapa rupiah nilai ekonomi hutan, sampai kini masih tetap relatif. Kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya keberadaan sumber daya hutan (SDH) masih mempunyai tafsiran dan kepentingan yang berbeda-beda. Di kalangan pemerintah sendiri ada perbedaan pendapat dan kepentingan akan potensi hutan. Jelas sekali bahwa hutan adalah sumber berbagai hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu, yang secara terus menerus memberikan kontribusi ekonomi. Tetapi kini semuanya telah berubah. Tekanan terhadap SDH sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya laju deforestasi hutan yang secara kumulatif pernah mencapai angka 2.8 juta ha/tahun (Badan Planologi, 2003), dan luas lahan kritis sampai tahun 2003 seluas 8.136.646 hektar untuk lahan dalam kawasan, dan 15.106.234 hektar untuk lahan di luar kawasan (Statistik Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2004). Kerusakan hutan dan lahan tersebut menghasilkan dampak yang negatif, secara ekologis, ekonomis, sosial dan budaya. Berapa nilai rupiah kerusakan ekologis, sosial dan budaya yang diakibatkan, berapa rupiah yang diperlukan untuk memperbaikinya, dan berapa nilai ekonomi kalau sumber daya hutan dijaga dan diperbaiki, merupakan pertanyaan yang perlu dijawab secara kuantitatif. Perbaikan atas kuantifikasi nilai sumber daya hutan selama ini yang terfokus pada DR (Dana Reboisasi), PSDH (Provisi Sumber Daya Hutan), IHPH/IIUPH (Iuran Hak Pengusahaan Hutan) perlu dikaji ulang dan diperbaiki karena belum mencerminkan nilai sebenarnya dari SDH. NILAI SDH SDH menghasilkan bukan hanya kayu dan non kayu, tetapi juga menghasilkan intangible produk yang manfaat dan keberadaannya semakin dibutuhkan baik oleh masyarakat sekitar hutan maupun jauh dari hutan. Nilai SDH secara keseluruhan dapat dirumuskan sebagai berikut:
T=

M i= 1

Xi +

N j= 1

Yj +

Zk
k= 1

Dimana T = Nilai total hutan (Rp) Xi = Nilai ekonomi intangible hutan (Rp) Yj = Nilai non-ekonomi intangible hutan (Rp) Zk = Nilai tangible hutan (Rp) M = Jumlah jenis manfaat ekonomi dari intangible hutan N = Jumlah jenis manfaat non-ekonomi dari intangible hutan K = Jumlah jenis manfaat tangible hutan, seperti DR dan PSDH. i = Jenis manfaat ekonomi intangible hutan j = Jenis manfaat non-ekonomi intangible hutan k = Jenis manfaat tangible hutan
18

Vol. 7 No. 1 Maret Th. 2007, 17 - 27

Ketidakadilan pembangunan terhadap fungsi ekonomi dan non ekonomi intangible hutan terjadi di mana-mana, tidak dibatasi secara geografi, waktu, kuantitas maupun kualitas. Fungsi pengatur tata air, habitat megadiversiti dan mikroba, fungsi penyerap karbon dan fungsi penjaga kestabilan lain seperti tanah longsor dan kesuburan lahan seolah-olah tidak dipandang, walaupun terus menerus menjadi sumber perdebatan. Berbagai ketidakadilan terhadap nilai ini mempengaruhi sistem ekologi beserta seluruh penghuninya, yang dampaknya sangat mengganggu kelestarian ekosistem hutan yang tinggal di dalam lingkungan maupun yang dapat merasakan dalam jarak sangat jauh. Apabila diperhatikan fungsi dan nilai jasa-jasa lingkungan ini jauh lebih besar daripada hanya sekedar penghasil devisa negara, pendapatan asli daerah (PAD), maupun penerimaan sektoral. Nilai ekonomi intangible hutan adalah nilai intangible yang sudah ada pasarnya, sedangkan yang termasuk dalam non ekonomi adalah yang belum memiliki pasar. Nilai ekonomi dari intangible hutan diperoleh dari kuantifikasi nilai rupiah dari jenis jasa hutan yang sudah ada pasarnya (Gambar 1).
Intangible SDH

Nilai Ekonomi (Ada pasar) - Sumber Air

Nilai Non Ekonomi (Belum ada pasar) Nilai Ekologis - Pencegah erosi Nilai Sosial Budaya - Nilai budaya, tradisi

Gambar 1. Nilai Intangible Hutan Sedangkan nilai non ekonomi adalah nilai jasa hutan lindung yang dapat dirasakan tapi belum ada pasarnya. Karena itu sulit untuk dikuantifikasi, seperti nilai sosial, budaya dan historis. KUANTIFIKASI NILAI EKONOMI SDH 1. Konsep Kuantifikasi

Untuk mengkuantifikasi nilai SDH ada beberapa pendapat atau cara, yaitu Analisis Manfaat Biaya (AMB), Benefit Loss Analisis (BLA), dan Konsep Nilai Ekonomi Total (NET). Analisis Biaya Manfaat (AMB). AMB digunakan untuk mengevaluasi suatu keputusan pada saat menentukan pilihan penggunaan SDH, dengan melakukan pembandingan antara biaya yang harus dikeluarkan oleh pengembang dan dampak
Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi (Kirsfianti L.G. & Mega Lugina)

19

sosial budaya, lingkungan dan ekonomi dari kegiatan, serta manfaat yang akan diperoleh selama dan setelah kegiatan tersebut selesai. Analisis manfaat biaya ini merupakan suatu alat untuk membantu pembuatan keputusan publik, lebih berdasarkan pada persepektif sosial ekonomi secara umum, daripada perspektif pengembang, dan biasanya dilakukan untuk kebijakan dan program yang menghasilkan output yang tidak memiliki pasar seperti perbaikan pada kualitas lingkungan (Field, 1994). Apabila dari hasil analisa menunjukkan bahwa suatu kegiatan atau kebijakan menghasilkan manfaat bersih yang lebih besar dari nol maka kegiatan atau kebijakan tersebut dapat diterima sesuai dengan formulasi yang digunakan yaitu (Bann, 1998) : [Ba Ca] > 0 Dengan : Ba = Manfaat kegiatan a (termasuk manfaat lingkungan, sosial, budaya, ekonomi) Ca = Biaya kegiatan a (termasuk biaya lingkungan, sosial, budaya ) Biaya dan manfaat ditentukan menurut prefrensi. Apabila sesuatu memenuhi kebutuhan (keinginan) maka hal tersebut adalah manfaat. Sedangkan hal sebaliknya adalah biaya. Dengan istilah lain, manfaat adalah sesuatu yang meningkat kesejahteraan manusia sedangkan biaya adalah sesuatu yang mengurangi kesejahteraan manusia. Aliran manfaat dan biaya yang terjadi selama beberapa periode waktu (tahun) perlu disesuaikan dengan nilai sekarang sehingga dapat dibandingkan pada titik yang sama. Untuk itu perlu digunakan faktor diskonto pada aliran manfaat dan biaya agar proyek diterima (Bann, 1998). Terdapat empat langkah penting dalam analisis manfaat biaya (Field, 1994) : a. Menentukan secara jelas kegiatan atau program b. Mendeskripsikan secara kuantitatif input dan output dari program c. Mengestimasi manfaat dan biaya sosial dari input dan output. d. Membandingkan manfaat dan biaya. Analisis manfaat biaya dapat membantu mencegah dilaksanakannya kegiatan apabila kegiatan tersebut akan mengurangi tingkat kesejahteraan sosial ekonomi karena kerusakan lingkungan yang mungkin ditimbulkannya. Analisis manfaat biaya dapat pula menjadi pedoman rancang bangun kegiatan-kegiatan yang diinginkan dengan menunjukkan perubahan efisien ekonomis yang mencegah kerusakan berlebihan yang mungkin terjadi. Penerapan penting lainnya dari analisis manfaat biaya adalah dalam perumusan serta pelaksanaan kebijaksanaan mengelola kualitas lingkungan (Hufschmidt et.al, 1987). Analisis yang mirip dengan AMB adalah BLA (Handadhari, 2003), BLA dilakukan dengan memperbandingkan net present vale (INPV) dari berkembangnya nilai keuntungan kegiatan dengan nilai kerugian akibat rusaknya lingkungan dalam berbagai aspek yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Nilai ekonomi total merupakan perhitungan untuk manfaat dari upaya perlindungan (konservasi). Untuk dapat menghitung manfaat yang diperoleh dari sumber daya alam dan lingkungan maka dilakukan perhitungan nilai ekonomi total.
20
Vol. 7 No. 1 Maret Th. 2007, 17 - 27

(1)

Terdapat dua alasan utama melakukan penilaian ekonomi terhadap sumber daya alam dan lingkungan : Pertama, menunjukkan bahwa aspek lingkungan berperan dalam perencanaan pada tingkat makro ekonomi, dan kedua, menunjukkan bahwa aspek lingkungan berperan dalam pembuatan alokasi keputusan yang efisien pada tingkat mikro ekonomi (Pearce dan Warford, 1993). Pearce et al. (1990), mengelompokkan nilai sumber daya hutan (SDH) dalam tiga macam nilai yaitu: " Nilai Penggunaan Langsung, adalah manfaat yang langsung diambil dari SDH. Sebagai contoh manfaat penggunaan sumber daya hutan sebagai input untuk proses produksi atau sebagai barang konsumsi. " Nilai Penggunaan Tidak Langsung, yaitu nilai yang secara tidak langsung dirasakan manfaatnya, dapat berupa hal yang mendukung nilai guna langsung. " Nilai Non Penggunaan, yaitu semua manfaat yang dihasilkan bukan dari hasil interaksi secara fisik antara hutan dan konsumen (pengguna). Sedangkan Bishop (1999) mengelompokkan nilai guna hutan sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Guna Hutan
Nilai Guna
1. Nilai Langsung Hasil kayu (kayu bulat, kayu bakar) Hasil non kayu (sumber pangan, tanaman obat, bahan genetik) Habitat manusia dan biodiversiti Bentang lahan 2. Nilai Tidak Langsung Perlindungan Daerah Aliran Sungai Siklus nutrisi Pengurangan polusi udara Pengatur iklim mikro Penyerapan karbon Penggunaan langsung dan tidak langsun g di masa yang akan datang Biodiversitas (hidupan liar) Budaya, tradisi Nilai intrinsik Nilai warisan 3. Pilihan

Nilai Bukan Guna


4. Keberadaan

Nilai ekonomi total (NET) merupakan penjumlahan dari nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai non guna, dengan formulasi sebagai berikut (Pearce, 1992) : NET = Nilai Guna Langsung + Nilai Guna Tidak Langsung + Nilai Pilihan + Nilai Keberadaan Nilai pilihan, mengacu kepada nilai penggunaan langsung dan tidak langsung yang berpotensi dihasilkan di masa yang akan datang. Hal ini meliputi manfaatmanfaat sumber daya alam yang disimpan atau dipertahankan untuk kepentingan yang akan datang, contohnya sumber daya genetik dari hutan tropis untuk kepentingan masa depan. Sedangkan, nilai bukan guna meliputi manfaat yang tidak dapat diukur yang diturunkan dari keberadaan hutan di luar nilai guna langsung dan tidak langsung. Nilai bukan guna terdiri atas nilai keberadaan dan nilai warisan. Nilai keberadaan adalah nilai kepedulian seseorang akan keberadaan suatu SDH berupa nilai yang diberikan oleh masyarakat kepada kawasan hutan atas manfaat spiritual, estetika
Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi (Kirsfianti L.G. & Mega Lugina)

21

dan kultural. Nilai warisan adalah nilai yang diberikan masyarakat yang hidup saat ini terhadap SDH, agar tetap utuh untuk diberikan kepada generasi akan datang. Nilai-nilai ini tidak terefleksi dalam harga pasar (Bishop, 1999). Beberapa ekonom telah mengembangkan dan mengaplikasikan beberapa metode penilaian manfaat hutan yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter. Beberapa metode mencoba untuk menggambarkan permintaan konsumen, sebagai contoh kesediaan membayar konsumen (willingness to pay-WTP) terhadap manfaat hutan yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter, atau kesediaan menerima konsumen (willingness to accept WTA) terhadap kompensasi yang diberikan kepada konsumen untuk manfaat yang hilang dalam satuan moneter. Terdapat lima metode perhitungan ekonomi untuk manfaat yang diperoleh dari sumber daya alam dan lingkungan (Bishop, 1999): (i) Penilaian berdasarkan harga pasar di tempat lain. (ii) Pendekatan harga pengganti, termasuk metode biaya perjalanan, hedonic price, dan pendekatan barang pengganti. (iii) Pendekatan fungsi produksi, dengan fokus pada hubungan biofisik antara fungsi hutan dan kegiatan pasar. (iv) Pendekatan preferensi, termasuk metode penilaian kontingensi, dan (v) Pendekatan biaya. 2. Metode Kuantifikasi

Pendugaan nilai ekonomi total untuk tangible dan intangible produk antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan kurva permintaan Marshal yang tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan model (kurva) permintaan, yaitu meregresikan permintaan (Y) dengan harga (biaya pengadaan) dan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya dengan model sebagai berikut : Y = bo + b1X1 + b2X2 +....+ bnXn Dimana Y X1 b0,1,2,n b1,2,3,n X2,3,..,n = = = = = permintaan atau konsumsi (satuan/kapita) harga atau biaya pengadaan (Rp/satuan) intersep koefisien regresi peubah bebas/faktor sosial ekonomi
'

2. Menentukan intersep baru 0 fungsi permintaan dengan peubah bebas X1 dalam keadaan faktor lain (X2,X3,.Xn) tetap. Cara penghitungannya adalah sebagai berikut : Y = bo + b1X1 + b2X2 +....+bnXn Y = (bo + b2X2 +....+bnXn) + b1X1 Y = bo' + b1X1

22

Vol. 7 No. 1 Maret Th. 2007, 17 - 27

3. Menginversi persamaan fungsi asal sehingga X1 menjadi peubah tak bebas dengan Y sebagai peubah bebas : Y = bo' +b 1X1X1 = Y - bo b1 4. Menduga rata-rata kesediaan membayar (utility) dengan menggunakan persamaan berikut : a U = f (Y) dY 0 dimana : U = rata-rata kesediaan membayar nilai ekonomis f (Y) = fungsi permintaan a = rata-rata jumlah produk yang dikonsumsi (Y) 5. Menentukan nilai X1 (harga barang/biaya pengadaan) pada saat Y dengan cara mensubstitusikan nilai Y pada persamaan : X1 = Y - bo b1 6. Menentukan rata-rata nilai yang dikorbankan oleh konsumen dengan cara mengalikan X1 (hasil langkah 5 ) dengan Y. 7. Penghitungan nilai total kesediaan membayar, surplus konsumen, dan harga yang dibayarkan dengan cara menggandakan nilai pada poin 4 dengan pengganda jumlah populasi. A.. Nilai Ekonomi Kayu Nilai kayu dapat diduga dari potensi kayu yang ada dikalikan dengan harga kayu yang ada di pasaran. HK = VK X hk dimana : HK = harga kayu (Rp/m3) VK = potensi kayu (m3) hk = harga kayu di pasaran (Rp/m3) B. Nilai Ekonomi Kayu Bakar Harga (biaya pengadaan) kayu baker dapat diduga melalui pendekatan biaya pengganti berdasarkan curahan waktu yang dipergunakan untuk mengumpulkan kayu bakar dengan rumus sebagai berikut:

Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi (Kirsfianti L.G. & Mega Lugina)

23

HKbi = WKbi U Vi dimana : Hkbi Vi WKbi U = = = = harga kayu bakar (Rp/ikat) jumlah kayu bakar yang dihasilkan pencari ke i (ikat) curahan waktu (jam) pencari ke i upah buruh harian (Rp/jam)

C. Nilai Ekonomi Pakan Ternak Untuk pakan ternak nilai ekonominya dapat diduga melalui pendekatan biaya pengganti berdasarkan curahan waktu yang dipergunakan untuk mengumpulkan pakan ternak dengan rumus berikut : HPi = WPi U Vi dimana : Hpi Vi WPi U = = = = harga pakan ternak (Rp/kg) volume pakan ternak yang dihasilkan pencari ke i (kg) curahan waktu (jam) pencari ke i upah buruh harian (Rp/jam)

Nilai pengganda yang digunakan adalah populasi ternak pemakan pakan dalam wilayah proyek rehabilitasi. D. Nilai Air Rumah Tangga Harga air dapat dihitung berdasarkan pada biaya pengadaan, yaitu biaya yang harus dikorbankan untuk mendapatkan dan menggunakan air tersebut dengan rumus sebagai berikut : HARTi = (BP minum + BP mandi + BP cuci/kakus) (K minum + K mandi + K cuci/kakus) dimana : HARTi BP minum BP mandi BP cuci/kakus K minum K mandi K cuci/kakus = = = = = = = harga/biaya pengadaan air responden ke i (Rp) biaya pengadaan air minum (Rp) biaya pengadaan air mandi (Rp) biaya pengadaan air cuci/kakus (Rp) kebutuhan air minum (m3) kebutuhan air mandi (m3) kebutuhan air cuci/kakus (m3)

24

Vol. 7 No. 1 Maret Th. 2007, 17 - 27

E. Nilai Air Pertanian Penentuan harga air sektor pertanian (sawah) dapat dilakukan dengan pendekatan biaya pengadaan dengan rumus : HA Sawah i = Bpi Li dimana : HA Sawah i = harga pengadaan air sawah responden ke i (Rp/ha) BP i = biaya untuk mengalirkan air sawah responden ke-I (Rp/th) Li = luas panen sawah yang diairi responden ke i Nilai pengganda yang digunakan untuk menentukan nilai air sawah adalah luas sawah yang terdapat di daerah penelitian. F. Nilai Produksi Lahan Dalam menentukan nilai/harga produksi dari lahan yang ditanami tanaman semusim maupun tahunan, dapat dilakukan berdasarkan biaya pengadaan/ pengolahan lahan dengan rumus : HLi = Bpi Li dimana : HLi = harga lahan bagi responden ke-i (Rp/ha) Bpi = biaya pengadaan/pengolahan lahan oleh responden ke i (Rp/th) Li = luas lahan garapan responden ke i (ha/th) G. Nilai Penyerapan Karbon Untuk menentukan nilai/harga dari penyerapan karbon dapat didasarkan pada rumus: HC = VB X BJ X CO X nC dimana : HC VB BJ CO nC = = = = = harga serapan CO2 (Rp/ton) volume biomass (m3) berat jenis kayu (kg/m3) kandungan karbon dalam kayu (%) nilai karbon (Rp/ton)

Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi (Kirsfianti L.G. & Mega Lugina)

25

KESIMPULAN Nilai ekonomi SDH yang sebenarnya perlu diketahui sehingga pengguna SDH dapat mengetahui berapa nilai ekonomi dan non-ekonomi yang hilang apabila hutan dimanfaatkan, terdegradasi dan berubah penggunaan lahannya. Tulisan ini telah mengupas beberapa metode perhitungan nilai SDH, seperti Analisis Manfaat Biaya (AMB), Benefit Loss Analisis (BLA), dan Konsep Nilai Ekonomi Total (NET). Walupun aplikasi penggunaan metode ini bersifat lokasi spesifik dan tidak dapat digeneralisasikan, tetapi amat penting untuk mengkuantifikasikan nilai SDH dengan sebenarnya, karena hal ini menyangkut keadilan sosial, ekonomi, ekologis, intra dan antar generasi. DAFTAR PUSTAKA Badan Planologi. 2004. Statistik Kehutanan Tahun 2003. Jakarta : Departemen Kehutanan. Bann C. 1998. The Economic Valuation of Tropical Forest Land Use Options: A Manual for Researchers. Economy and Environment Programme for Southeast Asia. Bishop JT. 1999. Valuing Forests : A Review of Methods and Applications in Developing Countries. London : International Institute for Environment and Development. Dixon JA, Hufschmidt MM. 1991. Teknik Penilaian Ekonomi Terhadap Lingkungan : Suatu Buku Kerja Studi Kasus. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Darusman, D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Laboratorium Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan, IPB, halaman 189-202. Hufschmidt MM et al. 1987. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan : Pedoman Penilaian Ekonomis. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Field BC. 1994. Environmental Economics : An Introduction. Singapore : Mc Graw-Hill. Handadhari, T. 2003. Kuantifikasi Nilai Ekonomi Lingkungan. Warta Bapedalda Kota Makassar. Kramer RA, Sharma N, Munasinghe M. 1995. Valuing Tropical Forests : Methodology and Case Study of Madagascar. Washington D C : World Bank Environment Paper Number 13. The World Bank. Natural Resource Management Programme. 2000. Pelatihan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam. Jakarta : Natural Resource Management Programme dan Bappedal. Oka, P. 2004. Dilema Kebijakan Perimbangan Dana Reboisasi. Decentralisation Brief, No.1. CIFOR. Pearce DW, Turner RK. 1990. Economics of Natural Resources and The Environment. London : Harvester Wheatsheaf.
26
Vol. 7 No. 1 Maret Th. 2007, 17 - 27

Pearce D. 1992. Economic Valuation and The Natural world. World Bank Working Papers. New York : The World Bank. Pearce D, Warford JJ. 1993. World Without End : Economics, Environment, and Sustainable Development. New York : Oxford University Press. Pearce D. 1998. Economics and Environment. Essays on ecological economics and Sustainable Development. Massachusetts : Edward Elgar Publishing, Inc. Statistik Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2004. Ikhtisar Luas Lahan Kritis Selama Tahun 1999/2000 S/D 2003.http://Mofrinet.Cbn.Net.Id/ INFORMASI/STATISTIK/2003/RLPS/Ii_1_1.Htm.[16 Mei 2004]. The World Conservation Union. 1998. Economic Values of Protected Areas : Guidelines for Protected Area Managers. Cambridge : IUCN Publications Services Unit. Tisdell, C.A. 1999. Biodiversity, Conservation and Sustainable Development. Principles and Practicies with Asian Examples. Edward Elgar, Cheltenham, UK. Widada. 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun Bagi Masyarakat. Karya Siswa Program Doktor, IPB.

Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi (Kirsfianti L.G. & Mega Lugina)

27

Anda mungkin juga menyukai