Anda di halaman 1dari 22

LAMPIRAN 3.

2 METODE ANALISIS

1. Analisis Ba2+ (SM 3500-Ba) Alat: AAS. Reagen: a. Udara. b. Asetilen. c. Air bebas logam. d. HCl 1+1. e. HNO3 pekat. f. Larutan logam standar (Ba2+): Larutkan 0,1516 g BaCl2 (sudah dikeringkan pada 250C selama 2 jam), dalam 10 mL air dengan 1 mL HCl 1+1. Tambahkan 10 mL HCl 1+1 dan encerkan hingga 1000 mL dengan air; 1,00 mL = 100 g Ba. Prosedur: a. Persiapan sampel - Filtrasi untuk menghilangkan partikulat dengan filter vakum 0,45 m pada 70-130 kPa kemudian diasamkan dengan HNO3 pekat hingga pH 2 & simpan. b. Operasikan instrumen sesuai petunjuk penggunaan. c. Siapkan kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan standar. d. Analisis sampel - Cuci nebulizer dengan air yang mengandung 1,5 mL HNO3 pekat/L kemudian gunakan blanko sebelum digunakan untuk menganalisis sampel. 2. Analisis Ca-Mg (SM 3500 Ca-Mg) Alat: Buret, 25 mL. Erlenmeyer 250 mL.

Bahan: a. EDTA 0,01M - Larutkan 3,723 g Na2EDTA dihidrat dengan air hingga 1 L. b. NaOH 1N - Larutkan 40 g dengan air hingga 1 L. c. EBT - Campur 200 mg EBT dengan 100 g NaCl. - Simpan dalam botol. d. HCl 1+1 e. Mureksid - Campur 200 mg Mureksid dengan 100 g NaCl. - Simpan dalam botol. f. Buffer pH 10 - Larutkan 16,9 g NH4Cl dalam 143 mL NH4OH pekat kemudian tambahkan 1,25 g garam Magnesium EDTA dan diencerkan hingga 250 mL. - Jika garam magnesium EDTA tidak ada dapat diganti dengan 1,179 g garam disodium EDTA dan 780 mg MgSO4.7H2O atau 644 mg MgCl2.6H2O. - Simpan dalam botol plastik atau kaca borisilikat tertutup rapat. g. Larutan standar CaCl2 0,01M - 1 g CaCO3 ditambah sedikit HCl 1+1, lalu tambahkan 200 mL air. - Panaskan hingga mendidih beberapa menit. - Dinginkan lalu tambah 3 tetes Metil red lalu NH4OH 3N atau HCl 1+1, sesuai kebutuhan, sampai warna orange. - Encerkan dengan air hingga tanda batas dalam labu takar 1 L. h. Standarisasi larutan standar EDTA - Sebanyak 10 mL larutan standar CaCl2 0,01M dimasukkan dalam gelas erlenmeyer 150 mL dan ditambah dengan 40 mL akuades, 2 mL larutan buffer pH 10 dan 30 50 mg indikator EBT kemudian dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01M sampai warna larutan berubah dari merah keunguan menjadi biru. - Konsentrasi larutan standar EDTA dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

M EDTA = Prosedur: a. Prosedur Penentuan Mg + Ca - Sebanyak 50 mL sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. - Kemudian ditambah 2 mL larutan buffer pH 10 dan indikator EBT. - Kemudian sampel dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01M secara perlahan-lahan sampai warna larutan berubah dari merah keunguan menjadi biru. - Catat volume larutan standar EDTA 0,01M yang digunakan. b. Prosedur Penentuan Kalsium (Ca) - Sebanyak 50 mL sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. - Kemudian ditambah sedikit demi sedikit NaOH 1N sampai tercapai pH 12 dan tambahkan indikator Mureksid. - Kemudian sampel dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01M secara perlahan-lahan sampai warna larutan berubah dari merah muda menjadi ungu. - Catat volume larutan standar EDTA 0,01M yang digunakan. c. Perhitungan mg Ca/L = VM * A * 400,8 / V sampel mg Mg/L = [

] * 0,243

VM: volume titrasi saat menggunakan indikator mureksid. VE: volume titrasi saat menggunakan indikator EBT. N EDTA: normalitas EDTA. A: mg CaCO3 yang ekuivalen dengan 1 mL EDTA. 3. Analisis Cl- (SM 4500 Cl--B) Alat: Erlenmeyer 250 mL. Buret 25 mL. Bahan:

a. Potassium kromat: - Larutkan 50 g K2CrO4 dalam air. - Tambahkan AgNO3 hingga terbentuk endapan merah. - Diamkan 12 jam lalu saring. - Encerkan hingga 1 L. b. Titran standar AgNO3 0,0141N: - Larutkan 2,395 g AgNO3 dalam air, encerkan hingga 1 L. - Standarisasi dengan NaCl. - Simpan dalam botol coklat. c. Larutan standar NaCl 0,0141N: - 824 mg NaCl dikeringkan pada 140oC lalu dilarutkan dalam air hingga 1 L. d. Reagen untuk menghilangkan interference: Suspensi Al(OH)3: - Larutkan 125 g AlNH4(SO4)2.12H2O dalam 1 L air. - Hangatkan hingga 60oC. - Tambahkan 55 mL NH4OH pekat perlahan sambil diaduk. - Diamkan 1 jam. - Simpan dalam botol. NaOH 1N. H2SO4 1N. H2O2 30%. Prosedur: a. Persiapan sampel - Ambil 100 mL sampel atau sebagian lalu diencerkan hingga 100 mL. - Bila sampel sangat berwarna, tambahkan 3 mL Al(OH)3, campur, diamkan, lalu saring. - Bila ada sulfida, sulfit/tiosulfat, tambahkan 1 mL H2O2 & aduk 1 menit. b. Titrasi - Titrasi sampel pada pH 7-10. - Atur pH dengan H2SO4 atau NaOH. - Tambahkan 1 mL indikator K2CrO4. - Titrasi dengan AgNO3 hingga kuning kemerahmudaan. - Titrasi blanko.

c. Perhitungan mg Cl-/L = ( A-B) * N * 35450 / mL sampel. A: mL titrasi sampel. B: mL titrasi blanko. N: normalitas AgNO3. 4. Analisis CO2 terlarut (SM 4500 CO2-C) Alat: Buret, 10 mL. pH meter. Erlenmeyer 250 mL. Bahan: a. Air bebas CO2, pH 7,6. b. Potasium hidrogen ptalat 0,05N - Tumbuk 15-20 g KHC8H4O4. - Keringkan 120oC , 2 jam. - Dinginkan di desikator. - Timbang 10 2 g. - Encerkan hingga 1 L dalam labu takar 1 L. c. Titran standar NaOH 0,1N - Buat larutan NaOH 0,1N (4 g/L). - Standarisasi dengan 40 mL KHC8H4O4. - Titrasi dengan buret 25 mL hingga titik infleksi (pH 8,3) N NaOH = A * B / (204,2 * C) A: g KHC8H4O4 yang dilarutkan. B: mL KHC8H4O4 yang diambil. C: mL NaOH titran. - Gunakan normalitas hasil perhitungan. d. Larutan standar NaOH 0,02N - Encerkan 200 mL 0,1N NaOH hingga 1 L. - Simpan dalam botol terturup rapat. - Standarisasi dengan 15 mL KHC8H4O4 seperti pada standarisasi NaOH 0,1N dengan buret 25 mL.

- Hitung normalitas. e. H2O2 30%. f. Indikator pp untuk TAT pada pH 8,3. g. Sodium tiosulfat 0,1M (menghilangkan residu klorin) - Larutkan 25 g Na2S2O3.5H2O hingga 1 L. Prosedur: a. Persiapan sampel - Untuk sampel yang memiliki tingkat keasaman kurang dari 1000 mg CaCO3/L, ambil volume sampel kira-kira memiliki keasaman kurang dari 50 mg CaCO3 dan titrasi dengan NaOH 0,02N. - Jika keasaman lebih dari 1000 mg CaCO3/L, ambil volume sampel sehingga memiliki kadar kurang dari 250 mg CaCO3 dan titrasi dengan NaOH 0,1N. - Jika perlu lakukan titrasi pendahuluan untuk menentukan ukuran optimum sampel dan normalitas titran. - Bila ada residu klorin, tambah 1 tetes Na2S2O3. b. Titrasi - Tambahkan 5 tetes indikator PP. - Titrasi dengan NaOH hingga pH 8.3. c. Perhitungan mg CO2 /L = A * N * 44000 / mL sampel A: mL titran. B: normalitas NaOH. 5. Analisis CO3; HCO3 (SM 2320 B) Alat: Buret, 25 mL. pH meter. Erlenmeyer 250 mL. Bahan: a. Larutan standar Na2CO3 0,05N - Keringkan Na2CO3 pada 250oC selama 4 jam, kemudian dinginkan di desikator.

- Timbang 2,5 g, larutkan dalam air hingga 1 L. b. Larutan standar H2SO4 0,1N - Standarisasi dengan Na2CO3 0,05N 40 mL hingga pH 5, dengan air kirakira 60 mL. - Angkat elektroda lalu didihkan 3-5 menit sambil ditutup. - Dinginkan ke suhu ruangan, bilas tutup dengan air ke beaker. - Selesaikan titrasi hingga infleksi pH. N = A * B / (53 * C) A: g Na2CO3 yang ditimbang & masuk ke labu takar 1 L. B: mL Na2CO3 yang diambil untuk titrasi. C: mL asam yang digunakan. c. Larutan standar H2SO4 0,02N - Encerkan 200 mL larutan b. Hingga 1 L. - Standarisasi dengan 15 mL Na2CO3 0,05 N. d. Bromcressol green, TAT pH 4,5 - 100 mg BG dalam 100 mL air. e. Indikator PP, TAT pH 8,3. Prosedur: a. Titrasi potensiometri dengan titik akhir titrasi pada pH 8,3 & 4,5. b. Teteskan indkator PP (untuk TAT pH 8.3) & bromcressol green (untuk TAT pH 4.5). c. Titrasi dengan asam standar. d. Perhitungan

Tabel 1. Hubungan volume dengan perhitungan alkalinitas. (RP45, hal.14) Hasil P=0 P<1/2 T P=1/2 T P>1/2 T P=T P=titrasi hingga pH 8,3. T=total titrasi hingga pH 4,5. Bikarbonat: mg HCO3-/L = A * N * 61000 / mL sampel A: mL asam standar. B: normalitas asam. Karbonat: mg CO3-/L = A * N * 30000 / mL sampel A: mL asam standar. B: normalitas asam. 6. Analisis Fe (SM 3500 Fe) Alat: AAS. Reagen: a. Udara. b. Asetilen. c. Air bebas logam. d. HCl 1+1. e. HNO3 pekat. f. Larutan logam standar : Larutkan 0,1 g kawat besi dalam campuran 10 mL HCl 1+1 dan 3 mL HNO3 pekat. Tambahkan 5 mL HNO3 pekat dan encerkan hingga 1000 mL dengan air; 1,00 mL = 100 g Ba. Volume asam standar yang berhubungan dengan: Bikarbonat (HCO3-) T T-2P 0 0 0 Karbonat (CO3-) 0 2P 2P 2(T-P) 0

Prosedur: a. Persiapan sampel - Filtrasi untuk menghilangkan partikulat dengan filter vakum 0,45 m pada 70-130 kPa kemudian diasamkan dengan HNO3 pekat hingga pH 2 & simpan. b. Operasikan instrumen sesuai petunjuk penggunaan. c. Siapkan kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan standar. d. Analisis sampel - Cuci nebulizer dengan air yang mengandung 1,5 mL HNO3 pekat/L kemudian gunakan blanko sebelum digunakan untuk menganalisis sampel. 7. Analisis H2S (SM 4500 S2--F) Alat: Buret 10; 25 mL. Erlenmeyer 250 mL. Bahan: a. HCl 6N. b. Larutan standar Iodine 0,025N - Larutkan sekitar 20-25 g KI dalam sedikit air + 3,2 g Iodine - Setelah iodine larut, tambah air hingga 1 L. - Standarisasi dengan Na2S2O3 standar 0,025N dengan indikator larutan starch. c. Larutan standar sodium thiosulfate 0,025N - Larutkan 6,205 g Na2S2O3.5H2O dalam air + 1,5 mL NaOH 6N atau 0,4 g NaOH. - Encerkan hingga 1 L. d. Larutan starch - Larutkan 2 g starch ditambah 0,2 g asam salisilat, sebagai pengawet, dalam 100 mL air panas. e. Zinc asetat 2N - Larutkan 54,857 g Zinc asetat (dihidrat) dalam air hingga 250 mL. Prosedur:

a. Pengambilan sampel: - Ambil sampel dengan aerasi minimal. Analisis sampel segera setelah diambil atau simpan untuk analisis nanti dengan menambahkan larutan seng asetat 2N. Tambahkankan seng asetat dan larutan natrium hidroksida ke dalam botol sebelum mengisinya dengan sampel. - Gunakan 4 tetes larutan seng asetat 2N per 100 mL sampel. Meningkatkan volume larutan seng asetat jika konsentrasi sulfida diperkirakan akan lebih besar dari 64 mg/L. pH akhir harus setidaknya 9. Tambahkan NaOH lebih jika diperlukan. b. Analisis sampel: - Ukur/ambil sejumlah iodine ke dalam erlenmeyer 500 mL, perkirakan jumlah iodine lebih besar dari kandungan sulfida. - Jika perlu tambah air hingga volume 20 mL. - Tambah 2 mL HCl 6N. - Ambil sampel 200 mL, masukkan ke erlenmeyer. - Jika warna iodine menghilang, tambahkan lagi hingga warna muncul kembali. - Teteskan larutan starch. - Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru hilang. c. Perhitungan mg S2-/L = [(A * B) (C * D)] * 16000 / mL sampel A = mL iodine. B= normalitas iodine. C= mL Na2S2O3. D= normalitas Na2S2O3. 8. Analisis K+ (SM 3500 K) Alat: AAS. Reagen: a. Udara. b. Asetilen. c. Air bebas logam.

d. HNO3 pekat e. Larutan Stok Potassium: Larutkan 1,907 g KCl yang telah dikeringkan pada 110oC. Larutkan dalam air hingga 1000 mL; 1 mL = 1 mg K. f. Larutan Potassium intermediat: larutkan 10 mL stok dengan air hingga 100 mL; 1 mL = 0,10 mg K = 100 g K. g. Larutan standar Potassium: larutkan 10 mL larutan intermediat dengan air hingga 100 mL; 1 mL = 0,01 mg K = 10 g K. Gunakan larutan untuk menyiapkan kurva kalibrasi dalam range 0,1 sampai 1 mg/L. Prosedur: a. Persiapan sampel - Filtrasi untuk menghilangkan partikulat dengan filter vakum 0,45 m pada 70-130 kPa kemudian diasamkan dengan HNO3 pekat hingga pH 2 & simpan. b. Operasikan instrumen sesuai petunjuk penggunaan. c. Siapkan kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan standar. d. Analisis sampel - Cuci nebulizer dengan air yang mengandung 1,5 mL HNO3 pekat/L kemudian gunakan blanko sebelum digunakan untuk menganalisis sampel. 9. Analisis Na+ (SM 3500 Na) Alat: AAS. Reagen: a. Udara. b. Asetilen. c. Air bebas logam. d. HNO3 pekat. e. Larutan logam standar (Na+): Larutkan 0,2542 g NaCl, yang telah dikeringkan pada 140oC, dalam air. Tambah 10 mL HNO3 pekat dan encerkan hingga 1 L; 1 mL = 100 g Na. Prosedur:

a. Persiapan sampel - Filtrasi untuk menghilangkan partikulat dengan filter vakum 0,45 m pada 70-130 kPa kemudian diasamkan dengan HNO3 pekat hingga pH 2 & simpan. b. Operasikan instrumen sesuai petunjuk penggunaan. c. Siapkan kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan standar. d. Analisis sampel - Cuci nebulizer dengan air yang mengandung 1,5 mL HNO3 pekat/L kemudian gunakan blanko sebelum digunakan untuk menganalisis sampel. 10. Analisis NH3 (SM 4500 NH3-C) 1) Preliminary distillation Alat: Distilasi. Bahan: a. Buffer borat 0,025M - 0,5 g Na2B4O3.10H2O dalam air. - Tambahkan 88 mL NaOH 0,1N. - Encerkan hingga 1 L. b. NaOH 6N. c. Larutan deklorinasi - Larutkan 3,5 g Na2S2O3.5H2O dalam air hingga 1 L. - Gunakan 1 mL reagen untuk menghilangkan residu klorin 1 mg/L dalam 500 mL sampel. d. Absorben - Larutkan 20 g H3BO3 dalam air hingga 1 L. e. Larutan netralisasi - NaOH 1N. - H2SO4 1N. f. H2SO4 0,04N - Larutkan 1 mL H2SO4 pekat hingga 1 L. Prosedur:

a. Persiapan alat - 50 mL air + 20 mL buffer borat dimasukkan ke dalam flask distilasi - Tambahkan beberapa glass beads kemudian uapkan alat distilasi hingga bersih. b. Persiapan sampel - Gunakan 500 mL sampel terdeklorinasi. Tambahkan Larutan deklorinasi untuk menghilangkan klorin. - Jika konsentrasi NH3-N kurang dari 100 ppm, gunakan 1 L sampel. - Jika perlu, netralkan hingga pH 7dengan asam/basa encer. c. Distilasi - Distilasi sampel. Ujung outlet berada di bawah permukaan larutan asam. - Kumpulkan distilat dalam 500 mL erlenmeyer yang sudah terisi 50 mL asam borat. 2) Analisis Alat: Titrasi. pHmeter. Bahan: a. Mixed indicator - Larutkan 200 mg methyl red dalam 100 mL etanol 95%. - Larutkan 100 mg methylene blue dalam 50 mL etanol 95%. - Campur larutan. b. Asam borat - 20 g H3BO3 dilarutkan dalam air, kemudian ditambah 10 mL mixed indicator. - Encerkan hingga 1 L. c. Larutan standar H2SO4 0,02 N - Standarisasi dengan 15 mL Na2CO3 0,05 N hingga pH 5. - 1 mL = 14 * normalitas H2SO4 * 1000 g N. ~ 1 mL = 280 g N. Prosedur: a. Ambil sampel yang sudah didistilasi

Ammonia Nitrogen dalam sampel (mg/L) 5-10 10-20 20-50 50-100

Volume sampel (mL) 250 100 50 25

b. Titrasi dengan H2SO4 hingga berubah warna menjadi ungu lavender. c. Titrasi juga larutan blanko. d. Perhitungan: mg NH3-N /L = (A - B) * 280 / mL sampel A: mL H2SO4 untuk sampel. B: mL H2SO4 untuk blanko. 11. Analisis Oil content (RP-45 5.3.21.2) Alat: Fotometer (400-550 nm). Labu takar, 50-100 mL. Pipet. Corong pemisah. Gelas ukur. Bahan: a. N-Hexane. b. Minyak (dari sumur sumber sampel). Prosedur: a. Persiapan Data Kalibrasi - Siapkan 100 mg/L larutan standar dengan melarutkan 0,1 g minyak mentah (dari sumur sumber sampel) dalam solvent hingga 100 mL. - Siapkan beberapa standar dengan mengencerkan larutan standar 100 mg/L. Contoh, 10 mL standar diencerkan hingga 100 mL sehingga konsentrasinya menjadi 10 mg/L.

- Buat kurva hubungan anara hasil pembacaan kurva dengan konsentrasi minyak. b. Analisis sampel - Masukkan 500 mL sampel ke dalam corong pemisah 1 L, tambahkan 50 mL solvent dan kocok selama 2 menit. - Biarkan batas solvent terbentuk. Transfer sebagian solvent ke dalam sel fotometer. - Masukkan sel ke dalam fotometer dan lakukan pembacaan. Sebelumnya dikalibrasi dengan blanko terlebih dulu. - Tentukan kadar minyak dari data kalibrasi. 12. Analisis Oksigen Terlarut (SM 4500 O-G) Alat: DO-meter / Oxygen-sensitive membrane electrode. Prosedur a. Kalibrasi, sesuai petunjuk penggunaan alat. b. Pengukuran. c. Validasi efek temperatur, cek beberapa kali satu atau dua poin untuk verifikasi data koreksi temperatur. 13. Analisis SO42- (SM 4500 SO42--E) Alat: UV-Spektrofotometer. Magnetic stirrer. Bahan: a. Larutan standar sulfat (100 ppm) - Larutkan 0,1479 g Na2SO4 anhidrat dalam air hingga 1 L; 1 mL= 100 g SO42-. - Buat larutan sulfat 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm dan 40 ppm. b. Larutan buffer - 30 g MgCl2.6H2O, 5 g CH3COONa.3H2O, 1 g KNO3, 20 mL CH3COOH 99% dilarutkan dengan 500 mL air dalam labu takar 1000 mL. - Tambahkan air hingga tanda batas lalu homogenkan.

c. Kristal BaCl2. Prosedur: a. Analisis larutan standar - Masing-masing larutan standar dan blanko diambil 100 mL lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. - Tambahkan 20 mL larutan buffer dan aduk dengan magnetik stirrer selama 1 menit. - Sambil diaduk, tambahkan 0,3 g BaCl2. - Hitung absorbansi pada 420 nm setelah 5 menit penambahan BaCl2. - Setiap pengukuran sampel diselingi dengan pengukuran blanko. - Buat kurva standar. b. Analisis sampel - Karena kehadiran bahan organik tertentu, bakteri dapat mengurangi SO 42ke S2-. Untuk menghindari hal ini, simpan sampel pada suhu 4C atau lakukan analisis secepatnya. - Ambil 100 mL atau sebagian diencerkan hingga 100 mL lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL (atur supaya konsentrasi sampel kira-kira tidak lebih dari 40 ppm). - Tambahkan 20 mL larutan buffer dan aduk dengan magnetik stirrer selama 1 menit. - Sambil diaduk, tambahkan 0,3 g BaCl2. - Hitung absorbansi pada 420 nm setelah 5 menit penambahan BaCl2. - Setiap pengukuran sampel diselingi dengan pengukuran blanko. c. Perhitungan mg SO42-/L = mg SO42- * 1000 / mL sampel. 14. Analisis Sr2+ (SM 3500 Sr) Alat: AAS. Reagen: a. Udara. b. Asetilen. c. Air bebas logam.

d. HNO3 pekat. e. Larutan stok Strontium: Larutkan 2,415 g strontium nitrate, Sr(NO3)2, keringkan hingga beratnya stabil pada 140C, dalam 1000 mL 1% (v/v) HNO 3; 1,00 mL = 1.00 mg Sr. f. Larutan standar strontium: Larutkan 25,00 mL larutan stock strontium hingga 1000 mL dengan air; 1,00 mL = 25,0 g Sr. Gunakan larutan ini untuk menyiapkan Sr standar dalam range 0,2- to 25-mg/L. Prosedur: a. Persiapan sampel - Filtrasi untuk menghilangkan partikulat dengan filter vakum 0,45 m pada 70-130 kPa kemudian diasamkan dengan HNO3 pekat hingga pH 2 & simpan. b. Operasikan instrumen sesuai petunjuk penggunaan. c. Siapkan kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan standar. d. Analisis sampel - Cuci nebulizer dengan air yang mengandung 1,5 mL HNO3 pekat/L kemudian gunakan blanko sebelum digunakan untuk menganalisis sampel. 15. Analisis Sulfate Reducing Bacteria (SM 9240 C-D) Alat: Termometer. pH meter. Unit filtrasi. Autoclave. Refrigerator. Ultraviolet lamps. Inkubator. Mikroskop. Glassware (tube flask, botol sampel, cawan petri, wadah untuk kultur media). Bahan: a. Sodium laktat b. Ekstrak beef 3,5 g 1,0 g

c. Pepton d. Magnesium sulfat, MgSO4.7H2O e. Sodium sulfat, Na2SO4 f. Dipotassium hidrogen fosfat, K2HPO4 g. Ferrous ammonium sulfat, Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O h. Kalsium klorida, CaCl2 i. Sodium askorbat j. Air demin Prosedur: a. Pembuatan media

2,0 g 2,0 g 1,5 g 0,5 g 0,392 g 0,10 g 0,10 g 1L

- Siapkan media termasuk ferro amonium sulfat dan sodium askorbat. - Keluarkan sekrup tertutup dalam tabung tes, dan sterilkan. Untuk penggunaan, tabung harus benar-benar diisi, karena itu, sterilkan media tambahan untuk ditambahkan ke tabung. - Pada hari penggunaan, siapkan larutan amonium sulfat yang terpisah dari besi (3,92 g/100 ml) dan sodium askorbat (1,00 g/100 ml), sterilkan dengan filtrasi melalui filter membran 0,45 m, dan secara aseptik tambahkan 0,1 mL setiap solution/10 mL media basal. pH dijaga 7,5 0,3 setelah sterilisasi. b. Pengambilan sampel - Sampel air dimasukkan ke dalam botol/vial (catatan: endapan sampel juga dapat ditambahkan ke dalam vial), dan diinkubasi baik di 28-30oC atau pada suhu kamar (untuk analisis kualitatif). Suhu inkubasi 28-30oC harus dipertahankan jika ingin menganalisis secara kuantitatif. - Jika SRB ada dalam sampel, mereka akan mengurangi sulfat dalam medium menjadi sulfida, yang pada gilirannya bereaksi dengan zat besi dalam larutan untuk menghasilkan sebuah lapisan besi sulfida hitam di sisi botol dalam jangka waktu 4-21 hari. c. Penghitungan - Hitung koloni menggunakan mikroskop stereoskopik pada perbesaran 10 sampai 15 kali. Sebaiknya miringkan cawan petri pada 45C pada sudut panggung mikroskop dan sesuaikan sumber cahaya vertikal ke koloni.

- Kepadatan koloni optimal per filter 20 sampai 200. Jika koloni kecil dan tidak ada kepadatan, batas yang lebih tinggi dapat diterima. Hitung semua koloni pada membran ketika ada 2 koloni per persegi. - Untuk 3 sampai 10 koloni per persegi hitung 10 kotak dan dapatkan ratarata jumlah per persegi. Untuk 10 sampai 20 koloni per persegi hitung 5 kotak dan dapatkan rata-rata jumlah per persegi. Kalikan jumlah rata-rata per persegi dengan 100 dan dibagi dengan volume sampel untuk memberikan koloni per mililiter. - Jika ada lebih dari 20 koloni per persegi, catat jumlah sebagai > 2000 dibagi dengan volume sampel. Laporan perkiraaan rata-rata sebagai CFU/mL. - Buat jumlah perkiraan hanya ketika ada diskrit, koloni terpisah tanpa penyebar. 16. Analisis TDS (SM 2540 C) Alat: Cawan penguapan: Cawan 100 mL terbuat dari salah satu material: 1) Porselin. 2) Platinum. 3) Kaca silika. Desikator. Timbangan analitik, dapat menimbang hingga 0,1 mg. Magnetic stirrer. Pipet. Glass-fiber filter disks (Whatman grade 934AH). Peralatan filtrasi. Suction flask. Oven pengering untuk operasikan pada suhu 180 2C. Prosedur: a. Persiapan filter: - Masukkan filter dengan sisi kasar ke alat filtrasi. - Gunakan pompa vakum vakum dan cuci filter dengan air 20 mL tiga kali berturut-turut kemudian buang air basuhan. b. Persiapan cawan penguapan:

- Jika padatan volatil yang akan diukur, menyalakan piring dibersihkan menguap pada 550C selama 1 jam dalam tungku meredam. - Jika hanya total padatan terlarut yang akan diukur, panaskan cawan pada 180 2C selama 1 jam dalam oven lalu simpan dalam desikator sampai dibutuhkan. - Timbang segera sebelum digunakan. c. Pemilihan ukuran filter dan sampel: - Pilih volume sampel untuk menghasilkan antara 2,5 dan 200 mg residu kering. - Jika waktu filtrasi lebih dari 10 menit, maka tingkatkan ukuran filter atau kurangi volume sampel. d. Analisis sampel: - Aduk sampel dengan pengaduk magnetik dan pipet dengan volume terukur ke filter dengan vakum dipasang. - Cuci dengan 10 ml volume air kelas reagen/demin tiga kali berturut-turut, biarkan drainase lengkap diantara proses pencucian, dan lanjutkan penyaringan selama sekitar 3 menit setelah filtrasi selesai. - Pindahkan total filtrat (dengan bilasan) ke dalam cawan yang sudah dikeringkan dan ditimbang lalu uapkan sampai kering di atas penangas uap atau di dalam oven pengeringan. - Keringkan sampel yang sudah teruapkan selama minimal 1 jam dalam oven pada 180 2C, lalu dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu, dan berat. e. Perhitungan: mg TDS/L =
( )

A: berat residu + cawan, mg. B: berat cawan, mg. 17. Analisis TSS (SM 2540 D) Alat: Glass-fiber filter disks (Whatman grade 934AH). Peralatan filtrasi.

Suction flask. Oven pengering, 103-105oC. Desikator. Timbangan analitik, dapat menimbang hingga 0,1 mg. Prosedur: a. Persiapan dari filter: - Masukkan filter dengan sisi berkerut menghadap ke alat filtrasi. - Pasang vakum dan cuci filter dengan air 20 mL tiga kali berturut-turut. Kemudian buang air basuhan. - Ambil filter dari alat filtrasi dan pindah ke cawan. Keringkan dalam oven pada 103-105C selama 1 jam. - Dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan berat. - Ulangi siklus pengeringan, pendinginan, desicating, dan penimbangan sampai berat konstan diperoleh atau sampai perubahan berat kurang dari 4% dari berat sebelumnya atau 0,5 mg. b. Pemilihan ukuran filter dan sampel: - Pilih volume sampel untuk menghasilkan antara 2,5 dan 200 mg residu kering. - Jika volume disaring belum memenuhi hasil minimal, tingkatkan volume sampel sampai 1 L. - Jika filtrasi memakan waktu lebih dari 10 menit, tingkatan diameter filter atau kurangi volume sampel. c. Analisis sampel: - Rangkai peralatan filtrasi. - Basahi filter dengan sejumlah air. - Aduk sampel dengan pengaduk magnetik pada kecepatan tertentu, jika praktis, untuk mendapatkan ukuran partikel lebih seragam. Sambil diaduk, pipet sejumlah air ke filter yang sudah terpasang. - Untuk sampel homogen, pipet dari titik tengah perkiraan wadah tetapi tidak dalam pusaran. - Pilih titik antara dinding dan pusaran. - Cuci filter dengan air 10 mL tiga kali berturut-turut, tiriskan setelah dicuci, dan proses filtrasi selama sekitar 3 menit setelah penyaringan selesai.

- Sampel dengan padatan terlarut yang tinggi mungkin memerlukan pencucian tambahan. - Keringkan selama minimal 1 jam pada 103-105C dalam oven, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu, dan berat. Ulangi siklus pengeringan, pendinginan, desicating, dan penimbangan sampai berat konstan diperoleh atau sampai perubahan berat kurang dari 4% dari berat sebelumnya atau 0,5 mg. d. Perhitungan: mg TSS/L =
( )

A: berat filter + residu kering, mg. B: berat filter, mg. 18. Analisis Tubidity (SM 2130 B) Alat: Nephelometer/Turbidimeter. Bahan: - Larutan standar primer Prosedur: a. Lakukan kalibrasi alat. b. Analisis sampel - Aduk sampel dan tuangkan ke dalam tube/botol sampel. - Baca turbidity langsung dari hasil pembacaan instrumen.

Anda mungkin juga menyukai