Metlit Fix Pek

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

STUDI AMBANG BATAS KAWASAN HILIR SUNGAI BRANTAS TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DI SEKITARNYA

Disusun oleh :

Andrea Yuandiney Novia Deastriani Wika Eka S. Sekar Ayu A. Dwi Puspita Y. Kleofine Widya

3609100002 3609100006 3609100016 3609100017 3609100045 3609100068

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, dengan batas di darat sebagai pemisah topografis dan batas di laut yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air). Selain itu pengaruhnya terhadap kondisi air sungai sangat besar karena semua hasil kegiatan yang ada di atasnya akan terbawa hujan dan mempengaruhi sungai secara langsung. (Subekti, Rahayu, dkk; 2009). Menurut Alamendah (2010), Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5.500 sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2. Saat ini Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari dari perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran penduduk sekitar akan pentingnya menjaga kualitas air yang mendukung kehidupan penduduk di sekitar DAS. Bahkan, 60% pencemaran sungai disumbangkan limbah domestik, seperti sanitasi, sampah, dan detergen. Pembuangan limbah industri menyumbangkan 30%, sedangkan 10% disumbangkan limbah pertanian dan peternakan. Salah satunya adalah DAS Brantas Jawa Timur. (http://metrotvnews.com) Sungai Brantas bermuara di Kota Batu kemudian mengalir melalui Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto dan DAS Brantas sudah dimanfaatkan sejak tahun 760 M sebagai sumber pengairan sawah oleh Kerajaan Kanjuruhan (Tanudirdjo, 1997). Meski memiliki fungsinya sangat besar bagi

kehidupan masyarakat, tingkat pencemaran sungai ini telah melewati ambang batas dan berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan serta kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai. ( ) Ditinjau dari rasa, air Sungai Brantas tidak sesuai baku mutu (Sunarhadi dkk, 2001). Faktanya, terdapat sekitar 330 ton limbah cair dihasilkan per hari dari aktivitas manusia di sepanjang DAS Brantas. Sekitar 483 industri mempunyai pengaruh secara langsung terhadap Sungai Brantas dengan kontribusi pencemaran hingga 125 ton per hari (Antara News, 2006). Pada daerah aliran sungai (DAS) Brantas hilir terjadi perubahan kondisi yang tidak lain disebabkan oleh adanya perubahan penggunaan lahan. () Perkembangan kebutuhan akan lahan membuat pembangunan semakin meningkat tanpa banyak mempertimbangkan bebutuhan akan ruang terbuka hijau (). Pada DAS bagian hilir, ruang terbuka hijau sangat sedikit karena pengembangan infrastruktur yang tidak memperhitungkan kebutuhan ruang terbuka hujau sehingga banyak menimbulkan permasalahan lingkungan seperti terjadinya penurunan terhadap fungsi-fungsi perlindungan, produksi, resapan air, tata air sehingga mengakibatkan penurunan potensi air tanah, potensi air permukaan dan penurunan potensi sumber mata air.() Perubahan penggunaan lahan dapat dilihat dari jumlah kawasan hutan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Brantas yang melintasi 16 kabupaten dan kota diketahui sebesar 1.500.000 Ha. Sesuai ketetapan UU No 26/2002 tentang Tata Ruang, idealnya dari total hutan di DAS, minimal terdapat 30% berupa hutan lindung atau di DAS Brantas terdapat seluas 450.000 Ha, namun kenyataannya di DAS Brantas luas hutan lindung yang tersisa hanya sekitar 3,42% saja atau sekitar 60.000 Ha. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pembukaan lahan baru dengan mengorbankan hutan lindung untuk kepentingan pribadi. Misalnya, penebangan hutan secara ilegal, ada pula penebangan hutan untuk digunakan kawasan permukiman, dan digunakan untuk perkebunan apel dan tanaman semusim (M.Samsul Arifin, 2012). Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas hilir antara lain: 1) faktor ekonomi, 2) penyalahgunaan Hak

Penggelolaan Hutan (HPH) oleh masyarakat sekitar hutan, dan 3) bertambah luasnya kawasan terbangun untuk berbagai bangunan dan pemukiman penduduk (sumber). Beberapa kebijakan arahan pemanfaatan lahan berdasarkan RTRW Jawa Timur telah mengalami penyimpangan terutama pada kawasan lindung dan zona reboisasi/penghijauan. (Irawan, Listyo Yudha, 2011) Kegiatan yang menyimpang dari kebijakan arahan pemanfaatan lahan tentu saja berpengaruh terhadap ekosistem dan manusia sendiri seperti halnya dengan penggunaan lahan sebagai perumahan, perdagangan, fasilitas umum dan perindustrian, yang tentu saja bila tidak dikelola secara terstruktur dan benar akan menghasilkan limbah berbahaya bagi ekosistem dan bagi manusia sendiri (). Menurut data statistik (BP DAS Brantas, 2006), luas lahan daerah sub Sungai Brantas bagian hilir yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan manusia adalah (1) pada Kabupaten Jombang sebesar 83.478 Ha, (2) Kabupaten Mojokerto sebesar 96.792 Ha, (3) Kabupaten Malang sebesar 8.808 Ha, (4) Kabupaten Kediri 6.727 Ha, (5) Kabupaten Nganjuk 9.022 Ha, (6) Kabupaten Pasuruan sebesar 36.247 Ha, (7) Kabupaten Gresik sebesar 16.108 Ha, (8) Kota Mojokerto sebesar 1.188 Ha, dan (9) pada Kota Surabaya 21.643 Ha. Dari data tersebut dapat terlihat potensi DAS Brantas hilir sangat besar. Permasalahan yang terjadi di hilir DAS Brantas yang diakibatkan dari kegiatan manusia, tekanan penduduk yang sangat tinggi (over populated) sehingga menimbulkan dis-ekonomi eksternal seperti pencemaran lingkungan dan penutupan lahan oleh perkembangan infrastruktur yang cepat menyebabkan infiltrasi air hujan menjadi rendah dan terjadi penggenangan air banjir, dimana bagian hilir DAS Brantas memiliki kerentanan banjir seluas 21.144 Haa dari total potensi banjir dan rawan banjir seluas 29.195 Ha keseluruhan DAS Brantas (BP DAS Brantas, 2006). Selain menyebabkan banjir, pencemaran air Sungai Brantas juga menyebabkan masalah kesehatan bagi penduduk yang mengkonsumsi air tersebut. Fungsi Sungai Brantas bagi masyarakat sekitar aliran Sungai Brantas khususnya bagi penduduk kota Surabaya adalah sebagai penyuplai air minum. Faktanya selama tahun 2011, terdapat 260 pasien leukemia dan 26% pasien bertempat tinggal di kawasan DAS Brantas serta
4

pasien leukemia terbanyak berasal dari Surabaya yang merupakan hilir dari Sungai Brantas (Surabaya post, 2012). Berdasarkan sumbernya, terdapat dua bentuk sumber pencemar (Miller, 1991) yaitu :
1.

Point Sources, merupakan sumber pencemar yang membuang efluen

(limbah cair) melalui pipa, selokan atau saluran air kotor ke dalam badan air pada lokasi tertentu. Misalnya hasil dari kegiatan pabrik, tempat-tempat pengolahan limbah cair (yang telah menghilangkan sebagian tapi tidak seluruh zat pencemar), tempat-tempat penambangan yang aktif dan lain-lain.
2.

Non-point sources, terdiri dari banyak sumber yang tersebar dalam

membuang efluen, baik ke badan air maupun air tanah pada suatu daerah yang luas. Biasanya berasal dari limpasan air dari ladang-ladang pertanian, peternakan, lokasi pembangunan, tempat parkir dan jalan raya. Daerah Hilir DAS Brantas merupakan lahan yang digunakan untuk mendukung segala aktivitas manusia di atasnya yang nantinya kegiatan tersebut akan menghasilkan polutan yang dapat mempengaruhi kualitas DAS Brantas (). Aktivitas manusia dan guna lahan di wilayah DAS Brantas yang berkembang tanpa diprediksi berdampak pada kualitas air sungai yang semakin buruk (). Sebagai informasi penting, pengaruh aktivitas manusia dan guna lahan di kawasan DAS Brantas terhadap kualitas air masih minim diketahui oleh masyarakat luas. Untuk itu diperlukan informasi mengenai bagaimana perkembangan aktivitas manusia dan guna lahan dalam bentuk apa saja dan dimana saja di daerah aliran hilir Sungai Brantas yang memberikan dampak signifikan terhadap kualitas air yang diharapkan dapat membantu optimalisasi konservasi DAS Brantas.

1.2 Rumusan Permasalahan Penelitian

Dalam penelitian mengenai bagaimana dampak dari aktivitas manusia seperti kegiatan perindustrian, perumahan, perdagangan dan jasa, pertanian, pembangunan, penggunaan fasilitas dan infrastuktur yang dapat kita lihat dari jenis dan luasan penggunaan lahan dari tiap-tiap daerah yang merupakan kawasan hilir DAS Brantas, serta distribusi dan kepadatan penduduk di kawasan hilir DAS Brantas terhadap daya dukung DAS Brantas akan pencemaran yang dihasilkan, maka pertanyaan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah aktivitas manusia dalam bentuk apa dan di mana saja yang menyebabkan pencemaran secara seignifikan di hilir DAS Brantas?

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian Penelitian terhadap daya dukung dan pencemaran hilir DAS Brantas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh aktivitas manusia yang signifikan terhadap pencemaran hilir Sungai Brantas. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini memiliki 2 sasaran yang ingin dicapai antara lain :
1. Mengidentifikasi aktivitas manusia dalam bentuk apa saja yang berpengaruh

terhadap pencemaran secara signifikan di hilir Sungai Brantas.


2. Memetakan tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia terhadap

daerah hilir DAS Brantas.

1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Ruang lingkup Wilayah Hilir Sungai Brantas memiliki tiga anak sungai yaitu Sungai Brangkal, Sungai Bruwek dan Sungai Maspro. Pada penelitian kawasan yang akan

diambil adalah seluruh kawasan anak hilir DAS Brantas yang melewati Kota Mojokerto dan Surabaya serta kabupaten Jombang, Mojokerto, Malang, Kediri, Nganjuk, Gresik, Sidoarjo dan Pasuruan. Ruang lingkup wilayah studi lebih jelas ditunjukan melalui peta 1.1 dengan batas administrasi wilayah penelitian sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa

sebelah selatan : Samudera Hindia sebelah timur sebelah barat : Selat Madura, dan Kota Pasuruan : Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Nganjuk

PETA 1.1 PETA RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini meliputi daya dukung dan daya tampung kawasan hilir Sungai Brantas terhadap penggunaan lahan di sekitarnya. Penelitian ini akan membahas bagaimana aktivitas manusia disekitar hilir DAS Brantas mempengaruhi daya dukung DAS Brantas. Penelitian ini juga mengkaji aktivitas manusia yang dilihat dari distribusi penduduk, jumlah penduduk serta pola penggunaan lahannya. Dalam penelitian ini faktor perilaku masyarakat dan sosial ekonomi diabaikan. Selanjutnya jenis aktivitas masyarakat ini akan dikaitkan dengan tingginya tingkat pencemaran Sungai Brantas hilir. Untuk mengukur tingginya dampak aktivitas manusia di kawasan hilir DAS Brantas digunakan indikator pencemaran air berupa TSS, TDS, BOD, COD serta kandungan oksigen terlarut dalam air. Lebih lanjut penelitian ini akan berisi penjelasan tentang persentase dampak dari setiap jenis-jenis kegiatan disekitar hilir DAS Brantas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pencemaran lingkungan yang ditinjau dari kualitas Sungai Brantas. Selanjutnya persentase jenis kegiatan tersebut akan direpresentasikan dalam bentuk peta pola pencemaran.

BAB II Kajian Pustaka

2.1

Kajian Aktivitas Manusia Terhadap DAS 2.1.1 Pertambahan Jumlah Penduduk Pertambahan jumlah penduduk yang tidak merata menjadi salah satu faktor terjadinya ketimpangan antardaerah. Menurut sensus penduduk pada bulan Juni 2000, penduduk Indonesia jumlahnya sudah mencapai 206,26 juta jiwa. Sekalipun tingkat pertumbuhan penduduk dapat ditekan dari 1,97% pada dekade 1980 1990 menjadi sebesar 1,49% pada tahun 2000, penduduk Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan akan menjadi 280 juta jiwa. dan masyarakat tersebut memerlukan air untuk hidup. Pulau Jawa yang luasnya hanya 7% daratan Indonesia, hanya tersedia sekitar 4,5% dari potensi air tawar nasional. Dilematisnya pulau ini harus menopang sekitar 65% jumlah penduduk Indonesia. Pulau Jawa tergolong sebagai wilayah yang mengalami tekanan penyediaan air yang perlu diwaspadai. Indeks Penggunaan Air (IPA) yaitu rasio antara kebutuhan air dibanding ketersediaan alami di beberapa wilayah sungai di Jawa sudah demikian tinggi.

2.1.2 Sifat dan Karakteristik Pola Penggunaan Lahan Kawasan Aliran Sungai Kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai mempunyai andil besar terhadap kelangsungan aliran air sepanjang waktu serta kualitasnya. Tingkat kekritisan DAS sangat berpengaruh terhadap distribusi aliran permukaan bulanan. Sementara itu dari Forest Watch mengatakan bahwa laju kerusakan hutan akhirakhir ini tercatat 3,8 juta ha per tahun. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya
10

kemampuan DAS dalam menyimpan air di musim kemarau, sehingga besaran dan frekuensi kejadian banjir bandang dan tanah longsor kian meningkat, begitu juga waduk dan sungai banyak yang semakin mendangkal karena sedimentasi, dan sumber-sumber air cepat mengering hanya dalam hitungan dua atau tiga bulan tidak turun hujan. Perambahan lahan pada dataran banjir, kawasan resapan air, dan daerah sempadan sungai menyebabkan perubahan morfologi sungai, dan penurunan kapasitas tampung sungai, telaga, dan waduk sehingga meningkatkan frekuensi, sebaran dan resiko atau tingkat kerawanan banjir.

2.2

Karakteristik DAS 2.2.1 Karakteristik Fisik Sungai merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia. Terkait dengan pemanfaataan air yang beranekaragam, maka kualitas dan kuantitas air sungai akan selalu berubah. Pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan meningkatnya penggunaan air bersih. Terdapat eksternalitas yang terjadi akibat adanya pemanfaatan tersebut. Salahsatu eksternalitas negative adalah sungai menjadi tempat pembuangan tanpa dikelola dengan benar terlebih dahulu..Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS-DAS di sebelahnya oleh suatu pembagi (divide), atau punggung bukit / gunung yang dapat ditelusuri pada peta topografi. Semua air permukaan yang berasal dari daerah yang dikelilingi oleh pembagi tersebut dialirkan melalui titik terendah pembagi, yaitu tepat yang dilalui oleh sungai utama pada DAS yang bersangkutan. DAS merupakan kawasan yang mempunyai ciri tertentu yang berhubungan erat dengan analisa limpasan : a. Daerah tangkapan air

11

b. Panjang sungai induk dalam satuan km c. Lereng, bentuk dan arah DAS d. Kekerapan sungai e. Angka aliran dasar f. Curah hujan rata-rata tahunan dan iklim

2.2.2

Karakteristik Kimiawi Pada umumnya karakteristik kimiawi yang merupakan indikator kualitas

air khususnya akibat limbah domestik adalah parameter BOD (Biochemical Oxyge Demand). BOD adalah banyaknya oksigen yang di perlukan oleh bacteria untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam sampel secara biokimiawi. DO (Dissolved Oksigen) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang tersedia pada baik pada air limbah atau pada badan air penerima untuk melakukan degradasi materi organic. Semakin tinggi BOD dan semakin rendah DO menunjukkan kualitas air yang semakin rendah karena tingginya BOD menunjukkan bahwa limbah sulit didegradasi sehingga membutuhkan jumlah oksigen yang besar,namun karena DO air yang rendah maka air tidak dapat menyediakan oksigen untuk melakukan degradasi limbah tersebut. Pada akhirnya, limbah akan menjadi anaerob sehingga terbentuk kondisi yang septik. Pembuangan limbah dalam jumlah yang besar dan kontinu dibarengi dengan kondisi air penerima yang telah menjadi septic, akan terus menambah beban air penerima dan air tidak memiliki waktu untuk merecovery dirinya kembali. Hal ini yang menyebabkan BOD dan DO merupakan salah satu indikator kualitas air yang sangat penting.
12

DAFTAR PUSTAKA Alamendah. 12 Agustus 2010. Kerusakan Sungai dan Daerah Aliran Sungai di Indonesia. Diunduh dari : http://alamendah.wordpress.com/2010/08/12/kerusakan-sungaidan-daerah-aliran-sungai-di-indonesia/ diakses 17 Maret 2012. Arifin, M.Samsul.15 februari 2012. Dampak Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Lahan Pertanian Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Diunduh dari : http://blog.ub.ac.id/arifin56/2012/02/15/%E2%80%9Cdampak-alih-fungsi-lahanhutan-menjadi-lahan-pertanian-di-daerah-aliran-sungai-das-brantas-bagian-hulu %E2%80%9D/ diakses 29 april 2012 Irawan, Listyo Yudha. 2011. Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Sub DAS Brantas Hulu. http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/deteksi-perubahanpenggunaan-lahan-menggunakan-sistem-informasi-geografis-sig-di-sub-dasbrantas-hulu-listyo-yudha-irawan-51939.html diakses 17 Maret 2012 Anonim. 14 Oktober 2011. Kualitas Air Anak Sungai Brantas Buruk. Diunduh dari : http://metrotvnews.com/read/news/2011/10/14/68080/Kualitas-Air-Anak-SungaiBrantas-Buruk diakses 16 Maret 2012. Anonim.10 Maret 2010. Sungai Brantas. Diunduh dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Brantas diakses 16 Maret 2012 Direktorat Jenderal Sumberdaya Air Departemen Pekerjaan Umum, 2007. Profil Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/profil balai/bbws/new/profil brantas.pdf Husamah. 11 Februari 2012. Sungai Brantas Riwayatmu Kini. Diunduh dari : http://green.kompasiana.com/polusi/2012/02/11/sungai-brantas-riwayatmu-kini/ diakses 16 Maret 2012. Kurniawan, Aloysius Budi. 22 Maret 2010. Setiap Hari 330 Ton Limbah Masuk ke Hilir Sungai. Diunduh dari : http://nasional.kompas.com/read/2010/03/22/21111372/setiap.hari.330.ton.liah.ma suk.ke.hilir.sungai.brantas diakses 16 Maret 2012.

13

Media Indonesia. 27 April 2010. Konservasi Sungai Brantas Fokus di Kawasan Hilir. http://www.sanitasi.or.id/index.php? option=com_content&view=article&id=288:konservasi-sungai-brantas-fokus-dikawasan-hilir&catid=53:kliping&Itemid=124 diakses 16 Maret 2012. Rahayu, Subekti, dkk. 2009. Monitoring di Daerah Aliran Sungai. Bogor : World Agroforestry Centre, ICRAF Asia Tenggara. Yunus, H.Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

14

Anda mungkin juga menyukai