Anda di halaman 1dari 20

LTM MPK Agama Islam

AQIDAH

Ghaniyya Rahima Tejo 1106010856 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia

A. Pengertian Aqidah a. Pengertian Aqidah secara bahasa (etimology) Kata aqidah diambil dari kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat (penetapan). Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar atau pun salah.

b. Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi) Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Pengertian aqidah menurut hasan al-Banna "Aqa'id bentuk jamak rai aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan kekntentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguanraguan". Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy: "Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Untuk lebih memahami definisi diatas kita perlu mengemukakan beberapa catatan tambahan sebagai berikut: 1. Ilmu terbagi dua: Pertama ilmu dharuri yaitu ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil. Misalnya apabila kita melihat tali di hadapan mata, kita tidak memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa benda itu ada. Kedua adalah ilmu nazhari yaitu. Ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian. 2

Misalnya ketiga sisi segitiga sama sisi mempunyai panjang yang sama, memerlukan dalil bagi orang-orang yang belum mengetahui teori itu. Di antara ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan terkenal tidak memerlukan lagi dalil. Misalnya kalau sebuah roti dipotong sepertiganya maka yang du pertiganya tentu lebih banyak dari sepertiga, hal itu tentu sudah diketahui oleh umum bahkan anak kecil sekalipun. Hal seperti ini disebut badihiyah. Jadi badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pemuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian. 2. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan

memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, musalnya, setiap manusia memiliki fitrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa membuktikan adanya Tuhan, tetapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenarnya. 3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami beberapa tahap. Pertama: Syak. Yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau menolaknya. Kedua: Zhan. Salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkannya. Ketiga: Ghalabatu al-Zhan: cenderung labih menguatkan salah satu karena sudah meyakini dalil kebenarannya. Keyakinan yang sudah sampai ke tingkat ilmu inilah yang disebut dengan aqidah. 4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa, karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. 5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan. 6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahaman terhadap dalil. Misalnya: 3

o Seseorang akan meyakini adanya negara Sudan bila dia mendapat informasi tentang Negara tersebut dari seseorang yang dikenal tidak pernah bohong. o Keyakinan itu akan bertambah apabila dia mendapatkan informasi yang sama dari beberapa orang lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia akan meragukan kebenaran informasi itu apabila ada syubhat (dalil-dalil yang menolak informasi tersebut). o Bila dia menyaksikan foto Sudan, bertambahlah

keyakinannya, sehingga kemungkinan untuk ragu semakin kecil. o Apabila dia pergi menyaksikan sendiri negeri tersebut keyakinanya semakin bertambah, dan segala keraguannya akan hilang, bahkan dia tidak mungkin ragu lagi, serta tidak akan mengubah pendiriannya sekalipun semua orang menolaknya. o Apabila dia jalan-jalan di negeri Sudan tersebut dan memperhatikan situasi kondisinya bertambahlah pengalaman dan pengetahuanya tentang negeri yang diyakininya itu.

Dalam pengertian lain aqidah berarti pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia, dan kehidupan, dan tentang apa-apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungan kehidupan dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Pemikiran menyeluruh inilah yang dapat menguraikan uqdah al-kubra (permasalahan besar) pada diri manusia, yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan; siapa yang menciptakan alam semesta dari ketiadaannya? Untuk apa semua itu diciptakan? Dan ke mana semua itu akan kembali (berakhir)?

B. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah: 1. Ilahiyat 4

Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, ad'al Alah dan lain-lain 2. Nubuwat Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang KitabKitab Alah, mu'jizat, dan lain sebagainya. 3. Ruhaniyat Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya. 4. Sam'iyyat Yaitu pembahahasan tentang segaa sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I (dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.

C. Aqidah Islamiyah Aqidah Islamiyah telah memecahkan uqdah al-kubra (perkara besar) pada manusia. Aqidah Islam juga memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan manusia, sebab Islam telah menjelaskan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah ciptaan (makhluk) bagi pencipta (al-Kahliq) yaitu Allah swt, dan bahwasannya setelah kehidupan ini akan ada hari kiamat. Hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah ketundukan manusia terhadap printah-perintah Allah dan laranganlaranganNya sedangkan hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sesudah kehidupan dunia adalah adanya Hari Kiamat, yang di dalamnya terdapat pahala dan siksa, serta surga dan neraka. Al-Quran telah menetapkan rukun-rukun aqidah ini. "Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka

mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", (al-Baqarah, 285) 5

Didalam hadits yang panjang, Jibril as pernah bertanya kepada Rasulullah saw, Beritahukanlah kepadaku tentang iman! Lalu Rasul saw menjawab, Iman itu adlah percaya kepada (adanya) Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan percaya kepadaal-qadr (takdir), baik dan buruknya berasal dari Allah swt. Jibril berkata, Engkau benar (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan alNasai). Aqidah Islam mempunyai kekhususan-kekhususan diantaranya adalah: 1. Aqidah Islam dibangun berlandaskan akal. Selama kita beriman kepada Allah, al-quran, dan kepada kenabian Mihammad saw dengan jalan akal, maka wajib bagi kita mengimani segala hal yang diberitakan al-Quran kepada kita. Sama saja apakah yang diberitakan itu dapat dijabgkau oleh akal dan panca indera manusia, atau berupa perkara-perkara ghaib yang sama sekali tidak dapat dijangkau oleh [anca indera manusia seperti hari akhir, malaikat, dan perkara-perkara ghaib lainnya. 2. Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia. Beragama (al-tadayun) merupakan hal yang fitri pada diri manusia. Perwujudan dari naluri beragama ini adalah kenyatan bahwa dirinya penuh kelemahan, kekurangan, dan serva membutuhkan terhadap sesuatu yang lain. Kemudian aqidah Islan hadir untuk memberikan pemenuhan terjadap naluri beragama yang ada pada diri manusia, dan membimbing mausia untuk mendapatkan kebenaran akan adanya Pencipta Yang Maha Kuasa. Dimana, semua makhluk yang ada, keberadaanNya sendiri tidak berhantung pada siapapun. 3. Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah makhluk. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakn setelah kehidupan dunia adakan ada hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan manusia dengan perintah-perintah dan laranganlarangan Allah swt. Sedangakan hubungan antara kehidupan dunia ini dengan kehidupan sesudahnya adalah perhitungan, surga dan neraka. 6

Aqidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Diantaranya; 1. Aqidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusia. Sebab, aqidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang memuaskan dan shahih. 2. Aqidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang muslim. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi: Tidaklah mati seseorang sampai ditetapkan ajalnya, rezekinya dan apa-apa yang menjadi takdirnya.. 3. Aqidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim. Setelah seorang muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt akan menghisab semua pernuatannya pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang diharamkan serta melakukan perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini bahwa hari perhitungan pasti akan datang. Aqidah juga mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, yaitu: 1. Masyarakat akan beriman kepada Rabb Yang Esa, agama yang satu serta tunduk pada aturan yang satu. 2. Akan mewujudkan masyarakat yang saling melengkapi, saling menjamin seperti halnya satu tubuh, satu-kesatuan pemikiran dan perasaan. Rasulullah saw bersabda: Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal persahabatan dan kasih saying adalah ibarat satu utbuh. Bila salah satu anggota tubuh terserang sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain akan ikut terserang demam dan susah tidur. 3. Akan tercipta ikatan ideologis yang kuat diantara individuindividu anggota masyarakat, yakni ikatan ukhwah Islamiyah. D. Pengembangan Akidah Dalam Ilmu Kalam 7

A. Pengertian Aqidah Ilmu Kalam Aqidah Ilmu Kalam secara bahasa terdiri dari kata Aqidah dan ilmu kalam . Aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqidah, aqid, uqad, uqud, Itiqad yang artinya ikatan, perjanjian dan keyakinan. Sedangkan ilmu kalam artinya Ilmu yang membicarakan/membahas tentang masalah ketuhanan/ketauhidan (mengesakan Tuhan). Jadi Aqidah Ilmu Kalam artinya ilmu yang mempelajari ikatan/keyakinan seseorang tentang masalah ketuhanan dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan disertai alasan-alasan yang rasional. Secara istilah pengertian aqidah ilmu kalam yaitu : 1. Menurut Musthafa Abdul Raziq definisi aqidah ilmu kalam adalah ilmu yang berkaitan dengan aqidah imani yang dibangun dengan argumentasiargumentasi rasional. 2. Menurut Al-Farabi definisi aqidah ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam 3. Menurut Ibnu Khaldun definisi aqidah ilmu kalam adalah ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalildalil rasional. 4. Menurut Syekh Muhammad Abduh definisi ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib baginya, sifat-sifat yang jaiz baginya dan tentang sifat-sifat yang ditiadakan darinya dan juga tentang rasul-rasul Allah baik mengenai sifat wajib, jaiz dan muhal dari mereka. B. Nama-nama aqidah ilmu kalam Aqidah ilmu kalam atau yang biasa disebut dengan ilmu kalam mempunyai beberapa nama yaitu ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-akbar dan teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena membahas pokok-pokok agama, disebut ilmu tauhid karena membahas keesaan Allah swt. Abu Hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. karena menurut persepsinya hukum Islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi menjadi dua yaitu fiqh al-akbar (membahas keyakinan/ pokok-pokok agama/ilmu tauhid dan fiqh al-asghar (membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah). Teologi Islam merupakan istilah yang diambil dari bahasa inggris, theology William L Reese mendefinisikan dengan discourse or concerning (diskursus/pemikiran tentang Tuhan). Dengan 8

mengutip William Ockhan Reese lebih lanjut mengatakan Theologi to be a discipline and independent of both philoopy and science (teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan). Sementara itu Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan dan pengalaman agama secara rasional. C. Ruang lingkup aqidah ilmu kalam Masalah yang dibahas dalam aqidah ilmu kalam adalah mempercayai adanya Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi dan Rasul Allah, hari kiyamat, Qadha dan Qadar, Akhirat, akal dan wahyu, surga, neraka, dosa besar, dan masalah iman dan kafir. yang diperkuat dengan-dengan dalil-dalil rasional agar terhindar dari aqidah-aqidah yang menyimpang. D. Sejarah kelahiran aqidah ilmu kalam Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu persoalan politik yang menyangkut peristiwa terbunuhnya Usman bin affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan antara . Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi perang siffin yang berakhir dengan keputusan Tahkim (arbitrase). sikap ali yang menerima tipu muslihat Amr bin Ash(utusan Muawiyah dalam tahkim), sungguhpun dalam keadaan terpaksa , tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. mereka berpendapat bahwa persoalan yang terjadi saat itu tidak dapat diputuskan melalui tahkim. Putusan datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum Al-Quran La Hukma Ila Lillah(tidak ada hukum selain dari hukum Allah). atau La Hukma Illa Allah( tidak ada perantara selain Allah) menjadi semboyan mereka . mereka memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat salah sehingga meninggalkan barisannya, mereka terkenal dengan nama khawarij. dan kelompok yang tetap mendukung Ali bin Abi Thalib dikenal dengan nama syiah. Harun lebih lanjut mengatakan bahwa persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam arti siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Khawarij sebagaimana yang telah disebutkan, memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim yakni Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asyari adalah kafir berdasarkan firman Allah surat Al-Maidah ayat 44. Persoalan ini telah menimbulkan tiga alioran teologi dalam Islam yaitu:

1. Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam arti telah keluar dari Islam atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh. 2. Aliran Murjiah, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar masih tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya. 3. Aliran Mutazilah, yang tidak menerima pendapat kedua diatas. Bagi mereka orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan mukmin. Mereka mengambil posisi antara mukmin dan kafir, yang dalam bahjasa arabnya terkenal dengan istilah al-manzilah manzilatain (posisi diantara dua posisi). dalam Islam timbul pula dua aliran teologi yang terkenal dengan Qadariyah dan Jabariyah. menurut Qadariyah, manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya. adapun Jabariyah berpendapat sebaliknya,

manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya. Aliran Mutazilah yang bercorak rasional mendapat tantangan keras dari golongan tradisional Islam yaitu aliran Asyariyah dan Aliran Maturidiyah. E. Sumber-Sumber Ilmu Kalam Pembahasan ilmu kalam selalu berdasarkan/bersumber pada dua dalil yaitu dalil naqli(al-quran dan hadits) dan dalil aqli (dalil fikiran). Sebagai sumber Ilmu Kalam, Al-quran banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah 1. Q. S. Al-Ikhlas(112):3-4. ayat ini menunjukkan bahwa tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak satupun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar) dengan-Nya. 2. Q. S. Asy-Syura(42):7. ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. 3. Al-Furqan(25):59. ayat ini menunjukkan bahwa tuhan Yang Maha Penyayang bertahta diatas Arsy. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang ada diantara keduanya. 4. Q. S. Al-Fath. (48):10. ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai tangan yang selalu berada diatas tangan-tangan orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh dengan janji Allah. 5. Q. S. Thaha(20):39. ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai mata yang selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak , termasuk gerakan hati makhluknya. 10

6. Q. S. Ar-Rahman(55):27. ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai wajah yang tidak akan rusak selama-lamanya. 7. Q. S. An-Nisa(4)125. ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa agama . seseorang dikatakan telah melaksanakan aturan agama apabila melaksanakannya dengan ikhlas karena Allah. F. Faktor-faktor Timbulnya Ilmu Kalam 1. Faktor dari dalam(intern) : a. Sebagian orang musyrik ada yang mentuhankan bintang-bintang sebagai sekutu Allah. hal ini ditolak dengan firman Allah surat Al-Anam ayat 7678. b. Ada yang mentuhan kan Nabi Isa as. Hal ini ditolak dengan firman Allah surat Al-Maidah ayat 116. c. Orang-orang yang menyembah berhala. Hal ini ditolak dengan firman Allah surat al-anam ayat 74. d. Golongan yang tidak percaya akan kerasulan nabi (nabi Muhammad saw. ) dan tidak percaya akan kehidupan akhirat. hal ini ditolak dengan firman Allah surat al-Ambiya ayat 104. e. Golongan orang-orang yang mengatakan semua yang terjadi di dunia ini adalah perbuatan Tuhan semuanya dan Soal politik (Khilafah) pemimpin negara. yang dimulai ketika Rasulullah meninggal dunia serta peristiwa terbunuhnya usman dimana antara golongan yang satu dengan yang lain saling mengkafirkan dan menganggap golongannya yang paling benar. 2. Sebab dari luar (ekstern) yaitu: a. Danyak diantara pemeluk-pemeluk Islam yang mula-mula beragam yahudi, masehi dan lain-lain, setelah fikiran mereka tenang dan sudah memegang teguh Islam, mereka mulai mengingat-ingat agama mereka yang dulu dan dimasukkannya dalam ajaran-ajaran Islam. b. Golongan Islam yang dulu, terutama golongan mutazilah memusatkan perhatiannya untuk penyiaran agama Islam dan membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam. mereka tidak akan bisa menghadapi lawanlawanya kalau mereka sendiri tidak mengetahui pendapat-pendapat

lawan-lawannya beserta dalil-dalilnya. sehingga kaum muslimin memakai filsafat untuk menghadapi musuh-musuhnya. Para mutakallimin ingin mrngimbangi lawan-lawanya yang menggunakan filsafat , 11

dengan mempelajari logika dan filsafat dari segi ketuhanan. Ilmu kalam atau bisa disebut juga Ilmu Teologi adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji secara mendalam masalah ketuhanan dan sifat-sifatNya. Dengan kata lain, objek pembicaraan dalam ilmu ini adalah Tuhan. Ilmu kalam berbicara secara mendetail tentang aqidah Islam yang benar; menyangkut masalah keimanan, keislaman, dan ketauhidan. Dapat dipahami bahwa objek dari ilmu kalam berkisar pada masalah wahyu, akal, iman, kufur, kehendak dan perbuatan Tuhan, keadilan dan sifat-sifat Tuhan. Ilmu kalam merupakan ilmu hasil ijtihad para ahli di bidang itu untuk mempertahankan aqidah dan keimanan dengan menggunakan akal dan pikiran. Karena ilmu ini berkaitan dengan akidah (keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan) yang merupakan fondasi utama yang permanen, maka ilmu ini tidak mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang, misal tentang keesaan Tuhan. Para ulama dari berbagai aliran pemikiran sepakat bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik zat, sifat, maupun Afal-Nya.

E. Aqidah dan Pengaruhnya terhadap Pengembangan Kepribadian, Filsafat, IPTEK, dan Seni Pengertian Aqidah secara general adalah ketetapan, atau keyakinan. Keyakinan untuk memilih mengambil keputusan yang tentunya sesuai dengan norma, peraturan agama dan hukum yang ada. Aqidah diharapkan menjadi standar dalam berteknologi juga dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan juga aqidah diterapkan dalam menyalurkan minat seni dan menjadikan seni sendiri menjadi halal dan layak untuk dinikmati. Dalam penjelasan berikutnya akan diuraikan nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan sosial, aqidah dalam pengembangan Ipteks, dan upaya memperkokoh akidah. Pertama, nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan sosial. Nilai dalam kehidupan tentu telah diatur sedemikian sehingga masyarakat mengerti ketetapan dan batas-batas dalam berperilaku terhadap sesamanya. Adapun aqidah dalam keluarga, contohnya sholat berjamaah dengan keluarga, makan malam bersama. Dan adapula aqidah dalam bermasyarakat, aqidah dalam bernegara, aqidah dalam pemerintahan misalnya ijtihad, dan lainnya. Nilai nilai yang terkandung antara lain adalah nilai keyakinan dan nilai ketaatan. 12

Kedua, aqidah dalam pengembangan Ipteks. Ipteks adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Aqidah dalam Ipteks berarti, aqidah diharapkan mampu menjadi standar yang menyaring pengetahuan untuk dipakai dalam kehidupan sehari-hari manusia. Pengetahuan seperti apa yang pantas untuk diketahui manusia, karena banyak manusia yang ingin tahu melebihi garis batas yang sudah ditetapkan. Manusia ingin lebih berkuasa dari penciptanya. Itu nyata, manusia tidak lagi ingin tahu untuk sekedar ingin tahu dan mengembangkan bakatnya, tetapi telah menjajah wilayah kekuasaan Allah. Tahukah anda, manusia sedang meretas dirinya sendiri mencari tahu apakah kehidupan dapat dimanipulasi? Pertanyaan terus berkembang. Ingin tahu untuk pengetahuan tidak masalah, tapi apakah pengetahuan tersebut dipakai sesuai dengan tujuan awalnya? Untuk menyejahterakan manusia? Banyak manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Keyakinan seperti apakah yang manusia anut? Keyakinan yang sesuai dengan norma dan moral, ataukah hanya keyakinan akan bisa menaklukkan apa yang memang mustahil untuk ditaklukkan? Disinilah aqidah berperan penting dalam memberikan keyakinan yang nyata sesuai dengan peraturan dan nilai-nilai lainnya. Ketiga dan terakhir, upaya memperkokoh aqidah. Apakah sulit

memperkokoh aqidah? Jawabannya bisa ya dan tidak. Tergantung anda tipikal orang yang pantang menyerah atau tidak. Untuk percaya, tentu kita butuh bukti, dan bukti kadang akan terungkap jika kita sendiri ada di dalamnya, maksudnya, mengalami sendiri. Dalam memperkokoh aqidah, kita perlu untuk tahu persis pemasalahan yang dihadapi, kalau kita tidak tahu persis, bagaimana kita menyelesaikan permasalahan yang ada dengan jawaban yang tepat? Lalu kita harus percaya pada hati nurani dan diri kita sendiri, karena kalau kita tidak percaya pada diri kita? Kepada siapa lagi? Alla ada dimana saja, mungkin juga ada di hati kita, membisikkan hal-hal yang sekiranya harus, sebagai manusia. Lalu berikutnya yakin dan percaya bahwa keputusan yang kita ambil tepat atau sesuai dengan kenyataan yang ada juga sesuai dengan norma dan aturan agama yang mengikat. Maksudnya, keputusan yang kita ambil tidak mengada-ada, tidak berandai-andai, realistis, tapi juga idealis. Yang terakhir, dan pasti, mempelajari ayat-ayat Allah SWT di alam semesta dan juga di AlQuran. Ayat-ayat tak selamanya tertulis, banyak pengetahuan tentang hidup disekitar kita.

13

Konsep Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui

tangkapan pancaindera, ilustrasi dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, telah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam kajian filsafat setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Karena seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tapi tidak memperdalam disebut generalis. Dengan keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam. Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan dalam sudut pandang budaya dan teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral, akan tetapi dalam situasi seperti ini teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi yang merusak dan potensi kekuasaan, disitulah letak perbedaan antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpang-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungan. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk yang memanfaatkan yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia atau digunakan untuk menghancurkan manusia itu sendiri. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentik dengan keindahan. Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah. Sumber ilmu pengetahuan Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu cikal dan wahyu. Keduanya tidak boleh ditentangkan, karena manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntutan al-Quran dan sunnah rasul. Atas 14

dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenarannya bersifat mutlak (absolute) karena bersumber dari wahyu Allah dan ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia. Prestasi yang gemilang dalam pengembangan IPTEKS pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menemukan proses sunnatullah itu terjadi di alam ini, bukan merencanakan dan menciptakan suatu hukum baru diluar sunnahtullah (hukum Allah/hukum alam) Interaksi iman, ilmu dan amal Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh. Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Quran dinyatakan yang artinya Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat

perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat. Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEKS yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam. Keutamaan orang beriman dan beramal Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. sama halnya dengan perkembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan 15

alam lingkungannya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Menurut Al-Gazhali bahwa makhluk yang paling mulia adalah manusia, sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya, tugas utama pendidik adalah menyempurnakannya, membersihkan dan mengiringi peserta didik agar hatinya selalu dekat kepada Allah swt, melalui perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, para pendidik akan selalu dikenang oleh anak didiknya. Kemudian al-Gazhali memberikan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan al-Quran as Sunnah, maupun argumentasi secara rasional. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa mengajarkan ilmu bukan hanya termasuk aspek ibadah kepada Allah swt, melainkan juga termasuk khalifah Allah swt, karena hati orang alim telah dibukakan oleh Allah swt. Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah dibumi. Esensi dan abdun adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah swt sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh sang pencipta berupa potensi-potensi dan keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah kehambaan kepada sesama manusia termasuk kepada dirinya. Manusia diciptakan dimuka bumi ini dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan kencenderungan kepada perbuatan fasik, serta berfungsi sebagai khalifah/wakil Allah dimuka bumi agar ia mampu mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat tinggalnya. Sehingga manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber daya alam serta dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, akan tetapi manusia juga harus dapat menyadari terlebih dahulu bahwa potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk memenuhi kebutuhan hidup apabila manusia tidak hanya menjaga keseimbangannya. Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan

mengeksploitasi alam ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan 16

untuk memenuhi kepuasan hawa nafsu saja. Terlepas dari pada itu kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri, mereka banyak berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah swt dan mereka tidak menjaga amanat Allah swt untuk menjaga kelestarian alam ini. Sehingga telah nampak kerusakan dilaut dan didarat yang disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Untuk itu melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan

keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus untuk menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia akan sadar akan keterbatasannya yang menurut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah swt baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung maupun dalam kontes ketaatan terhadap sunnatullah hukum alam perpaduan antara ibadah dan khalifah akan mewujudkan manusia yang ideal yakni manusia yang selamat di dunia dan diakhirat.

Secara etimologis (lughat) akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khulaq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Prof. KH. Farid Maruf mendefinisikan akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa meimbulkan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Di samping istilah akhlak juga dikenal etika dan moral ketiga istilah ini sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap perbuatan manusia. perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah Al-Quran dan assunah, bagi etika standarnya adalah akal pikiran; dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. Definisi-definisi akhlak dapat dilihat pada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: 1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa

seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya 2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan

tanpa pemikiran 3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang

mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar 4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. 17

5)

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas semata karena

Allah swt, bukan karena ingin mendapat pujian. Dalam pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah diamalkan seseorang, nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil. Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-Quran dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Larangan Tuhan berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalam Islam. Dalam persepktif pendidikan Islam, pendidikan akhlak al-karimah adalah faktor penting dalam pembinaan umat oleh karena itu, pembentukan akhlak alkarimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan pendidikan. Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan mencapai kesempurnaan akhlak merupakan tujuan pendidikan Islam. Firman Allah swt. dalam QS. (29): 45 Terjemahnya: dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Firman Allah swt. dalam QS. (3): 159 Terjemahnya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Dari dua ayat di atas sangat jelas menekankan kita untuk menjadikan akhlak sebagai landasan segala tingkah laku yang berasal dari Al-Quran. Sebetulnya seluruh ajaran Al-Quran adalah akhlak. Ruang Lingkup Akhlak Secara rinci akhlak dalam Islam dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1) 2) 3) 4) Akhlak manusia terhadap al-khaliq Akhlak manusia terhadap dirinya sendiri Akhlak manusia terhadap sesamanya Akhlak manusia terhadap alam lingkungannya.

Yunahar Ilyas membagi pembahasan akhlak dengan enam bagian, yaitu: 1) Akhlak terhadap Allah swt. 18

2) 3) 4) 5) 6)

Akhlak terhadap Rasulullah saw. Akhlak pribadi Akhlak dalam keluarga Akhlak bermasyarakat Akhlak bernegara.

Prinsip akhlak dalam Islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia dalam melakukan tindakan-tindakannya, ia mempunyai kehendak-kehendak dan tidka melakukan sesuatu. Ia harus bertanggung jawab atas semua dilakukannya dan harus menjaga perintah dan larangan akhlak. Tanggung jawab itu merupakan tanggung jawab pribadi muslim, begitupun dalam kehidupan sehari-hari harus selalu menampakkan sikap perbuatan berakhlak. Akan tetapi akhlak bukalah semata-mata hanya perbuatan akan tetapi lebih kepada gambaran jiwa yang tersembunyi.

19

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Muhammad Husaim Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam Pustaka Thariqatul Izzah. 2002 Al-Banna, Hasan, Majmu'atu ar-Rasail, Muassasah al-Risalah Beirut. al-Jazairy, Abu Bakar Jabir, Aqidah al-Mukmin, Maktabah Kulliyat. Al-azhariyah. Cairo. 1978 Ilyas , Yunahar, Lc Kuliah Aqidah Islam", LPPI ,Yogyakarta. 1992 Lisaanul Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mujamul Wasiith http://abuamincepu.wordpress.com/category/definisiaqidah/

20

Anda mungkin juga menyukai