Anda di halaman 1dari 4

Nama : Haryanto NIM : 05110030 Semester : 14

Mata Kuliah : Teori Aplikasi Sastra II Dosen Pengampu : Bermawy Munthe Kelas :

A. Teori Feminisme 1. Sejarah teori feminisme Faham feminisme lahir dan mulai berkobar pada sekitar akhir 1960-an di Barat, dengan beberapa faktor penting yang mempengaruhinya. Gerakan ini mempengaruhi banyak segi kehidupan dan mempengaruhi pula setiap aspek kehidupan perempuan. Bila faham feminis adalah politik, hal ini merupakan teori atau sedikit teori yang apakah diakui atau tidak merupakan fakta pandangan kaum perempuan terhadap sistem patriarki. Sastra feminis berasal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis-penulis wanita pada ,masa silam dan menunjukkan citra wnita dalam karya-karya penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarchal yang dominan. 2. Pendekatan teori feminisme Secara garis besar Culler (1983) menyebutnya sebagai reading as a woman. Yoder (1987) menyebut bahwa kritik sastra feminis itu bukan berararti pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, atau kritik tentang pengarang perempuan; arti sederhana kritik sastra feminis pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita. Jenis kelamin inilah yang membuat perbedaan di antara semuanya yang juga membuat perbedaan pada diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan faktor luar yang mempengaruhi situasi karang mengarang. Arti kritik sastra feminis secara sederhana adalah sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan manusia. Jenis kelamin membuat banyak perbedaan di anatra semuanya, perbedaan di antara diri pencipta, pembaca dan faktor luar yang mempengaruhi situasi penciptaan. Ada asumsi bahwa wanita memiliki persepsi yang berbeda dari laki-laki dalam melihat

dunia. 3. Teori feminisme Teori sastra feminisme melihat karya sastra sebagai cerminan realitas sosial patriarki. Oleh karena itu, tujuan penerapan teori ini adalah untuk membongkar anggapan patriarkis yang tersembunyi melalui gambaran atau citra perempuan dalam karya sastra. Dengan demikian, pembaca atau peneliti akan membaca teks sastra dengan kesadaran bahwa dirinya adalah perempuan yang tertindas oleh sistem sosial patriarki sehingga dia akan jeli melihat bagaimana teks sastra yang dibacanya itu menyembunyikan dan memihak pandangan patriarkis. Di samping itu, studi sastra dengan pendekatan feminis tidak terbatas hanya pada upaya membongkar anggapan-anggapan patriarki yang terkandung dalam cara penggambaran perempuan melalui teks sastra, tetapi berkembang untuk mengkaji sastra perempuan secara khusus, yakni karya sastra yang dibuat oleh kaum perempuan, yang disebut pula dengan istilah ginokritik. Di sini yang diupayakan adalah penelitian tentang kekhasan karya sastra yang dibuat kaum perempuan, baik gaya, tema, jenis, maupun struktur karya sastra kaum perempuan. Para saastrawan perempuan juga diteliti secara khusus, misalnya proses kreatifnya, biografinya, dan perkembangan profesi sastrawan perempuan. Penelitian-penelitian semacam ini kemudian diarahkan untuk membangun suatu pengetahuan tentang sejarah sastra dan sistem sastra kaum perempuan. 4. Kelebihan dan kekurangan teori feminisme Kelebihan dari teori feminisme adalah Adapun kelemahan dari teori feminisme adalah ketika teori ini diaplikasikan dalam kultur atau budaya patriarki yang kental akan mengalami persinggungan, karena teori feminisme memandang kenyataan otoritas kultural (patriarki) sebagai kenyataan objektif melainkan hanya sebagai batas budaya politis. Selain itu teori feminis juga memiliki permasalahan epistemologi di dalam analisisnya. 5. Prosedur teori feminisme Prosedur atau langkah kerja dari teori feminis ini adalah pengindentifikasian satu atau

beberapa tokoh perempuan kemudian mencari kedudukannya dalam masyarakat. Kemudian meneliti tokoh lain, terutama tokoh pria yang berkaitan dengan tokoh perempuan yang tengah diamati. 6. Asumsi tentang karya sastra berdasar teori feminisme. Asumsi-asumsi tentang karya sastra berdasar teori feminisme sebagai berikut; feminisme dalam penelitian sastra dianggap gerakan kesadaran terhadap pengabaian dan eksploitasi perempuan dalam masyarakat seperti tercermin dalam karya sastra. Karya sastra, kembali kepada salah satu konsepnya, adalah cermin masyarakat. Untuk itu diperlukan tindakan terarah dan bersama antara perempuan dan laki-laki untuk mengubah situasi ini.

B. Makalah Kesetaraan Gender dalam Khutbah al-Wada A. Pendahuluan Perjuangan melawan ketidakadilan gender adalah keharusan sejarah. Kendati demikian, untuk mewujudkannya selalu mendapatkan tantangan. Sejarah adanya pembedaan gender terjadi melalui proses yang sangat panjang dan beragam. Di antaranya adalah karena dibentuk, disosialisasikan, diperkuat dan bahkan dikonstruksi secara sosial maupun kultural, dan melalui pemahaman yang keliru atas teks-teks keagamaan. Di sinilah sebenarnya akar penyebab utama dianggapnya perbedaan gender sebagai kodrat Tuhan yang tidak bisa dirubah dan dipertukarkan antara kedua jenis mahluk tersebut, sehingga melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities), baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan. Perbedaan gender tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan, tetapi ia menjadi persoalan karena perbedaan gender ini seringkali menimbulkan ketidakadilan. Islam sering dijadikan kambing hitamkan karena teks-teks keagamaannya sering dianggap tidak pro wanita. Padahal Rasullullah Saw sendiri tidak pernah mengajarkan umatnya

untuk merendahkan wanita. Sikap beliau tercermin ketika menyampaikan Khutbah alWada. Khutbah al-wada merupakan pegangan hidup dan matinya kaum muslimin, adalah juga merupakan piagam perdamaian yang mempunyai nilai kemasyarakatan yang tinggi, disampaikan oleh Rasulullah dari atas untanya yang berdiri di Namirah dekat bukit Arafat yang terletak di tengah-tengah padang Arafah luas. Nabi menyampaikan khutbah al-wada dengan bahasa yang baligh. Dalam khutbah al-wada ini terdapat salah satu pesan yang mengajak manusia untuk menghormati perempuan. Untuk menangkap pesan tersebut lebih jauh dan dapat diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari tentu perlu adan penelitian untuk menganalisis khutbah tersebut. Salah satu alat analisa tersebut adalah dengan menggunakan teori femenis. B.
1. Pemenuhan Hak bagi Wanita 2. Wahai manusia! sesungguhnya bagi kaum wanita itu ada hak-hak yang harus kamu penuhi, dan bagimu juga ada hak-hak yang harus dipenuhi oleh istrimu itu. Ialah, bahwa mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tampat tidur selain kamu, dan mereka tidak boleh membawa orang lain yang tidak kamu sukai ke rumahmu, kecuali setelah mendapat izin dari kamu terlebih dahulu. Maka sekiranya kaum wanita itu melanggar ketentuan-ketentuan yang demikian, sesungguhnya Allah telah berarti mengizinkan kamu untuk meninggalkan mereka, dan kamu boleh melecut ringan terhadap diri mereka yang berdosa itu. Tetapi bila mereka berhenti tunduk kepadamu, maka menjadi kewajibanmulah untuk memberi nafkah dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya. Ingatlah, bahwa kaum hawa itu adalah makhluk yang lemah di sampingmu, mereka tidak berkuasa. Kamu telah bawa mereka dengan suatu amanat dari Tuhan dan kamu telah halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Dari itu takwalah kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah wasiat ini untuk bergaul baik dengan mereka! Wahai umat, bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan, tolong saksikanlah!

Anda mungkin juga menyukai