Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS HEMATOPNEUMOTHORAK A. KONSEP DASAR 1.

Pengertian Hematopneumothorak adalah gabungan antara pneumothorak dan hematothorak yakni terdapatnya udara dan darah dalam rongga pleura sehingga menyebabkan paru terdesak dan menjadi kolap. (Gallo dan hudak, 1997, Perawatan Kritis I, Hal 523) 2. Etiologi Faktor pencetus hematopneumothorak : a. Adanya trauma b. Pernafasan Tekanan Positif Intermiten c. Tekanan Ekspirasi Akhir Positif ( TEAP ) d. Resusitasi kardiopulmunal e. Thorasentesis (Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, hal 295) 3. Patofisiologi Trauma Thorax Adanya tekanan (-) pada intrapleura Udara dan darah masuk ke dalam rongga pleura Sifat elastis paru Paru kolap (mengkerut) Kurungan dinding thorax akan meleset ke arah luar (Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, hal 593) 4. Tanda dan Gejala a. Nyeri dada hebat b. Anxietas c. Diaforesis d. Takikardi

e. Sianosis f. Dispnea g. Bunyi nafas tidak ada / menurun pada bagian yang sakit h. Terdengar hipersonor / redup pada bagian dada yang sakit i. Gerakan dada tidak sama j. Nyeri pleura k. Takipnea l. Hypotensi / hypertensi (Arif Mansjoer (2000) kapita selekta kedokteran, edisi 3, Hal 295) 5. Pemeriksaan Diagnosa a. Pemeriksaan dada dengan sinar X 1). 2). 1). 2). 3). Ekspansi paru tidak sama Peningkatan mediastinum pada bagian yang sakit Penurunan PaCO2 / normal Penurunan PH Peningkatan PaCO2

b. Analisa gas darah arteri

6. Penatalaksanaan a. Pemasangan selang dada Jarum no 16-18 di masukkan ke dalam area interkostalis kedua, ketiga atau keempat pada garis midklavikula pada area yang sakit untuk mengurangi tekanan, selang dada di pasang dan didrainase segera dilakukan : air diberikan untuk mencegah bertambahnya tekanan / tegangan lebih lanjut. b. Terapi O2 c. Terapi parenteral d. Tranfusi darah e. Ventilasi mekanik dengan PEEP 7. Diagnosa Banding Status Asmatikus 8. Komplikasi a. Penurunan curah jantung

b. Gagal pernafasan c. SDPD d. Henti jantung

PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian 1.1 Biodata Umur dan jenis kelamin tidak dapat ditentukan. 1.2 Keluhan Utama Nyeri dada hebat. 1.3 Riwayat Penyakit Sekarang Nyeri dada hebat, Anxietas, Diaforesis, Sianosis, Dipsnea Takikardi, Takipnea. 1.4 ADL Pola nutrisi Pola Istirahat Pola aktifitas Pola Personal Hygiene Penurunan nafsu makan Sulit tidur akibat sesak Kelelahan akibat aktifitas sehari-hari Pemenuhannya dibantu oleh keluarga 1.5 Pemeriksaan Fisik a. Sirkulasi 1). Tachycardia. 2). Dysrytmia. 3). S3 atau S4 (Suara nafas gallop gagal jantung akibat efusi). 4). Denyut apical (PMI) menunjukkan terjadinya perubahan mediastinum (dengan tention pneumonia). 5). Tekanan Darah : Hipotensi / Hypertensi b. Nyeri / rasa nyaman 1). Nyeri dada bilateral. 2). Gejala timbul tiba-tiba ketika batuk. 3). Nyeri hebat saat batuk, pernafasan dalam, kemungkinan menjalar ke bahu, lengan dan perut (efusi pleura).

4). Perilaku distraksi 5). Daerah nyeri menyebar. 6). Wajah menyeringai c. Respirasi 1). Riwayat perdarahan trauma. 2). Riwayat penyakit paru kronik, infeksi / inflamasi paru (empyema/efusi), penyakit intestinal yang difus (sarcodicosus). 3). Riwayat kanker seperti : obstruksi tumor, keganasan sel dirongga pleura, biopsy paru. 4). Kesulitan bernafas, kekurangan udara / O2. 5). Batuk ( merupakan gejala ). 6). Tachypnea 7). Peningkatan pernafasan dengan menggunakan otot pernafasan di dada, leher, retraksi intercosta dan pernafasan perut. 8). Suara nafas menurun. 9). Penurunan fremitus 10). Perkusi dada : hyperesonansi ( udara ), redup 11). Observasi dada dan palpasi : gerakan dada yang berlawanan ( tidak sama). 12). Penurunan thorax yang berlawanan (tidak sama). 13). Kulit : pucat, syanosis, diaporesis, kripitasi subkutan ( air pada jaringan ). 14). Kejiwaan : cemas, kelelahan, kebingungan, stupor. d. Keamanan 1). Kanker paru, riwayat radiasi / chemotherapy. 2). Fraktur dada e. Pengetahuan kanker. 2). Keterangan bukti adanya kegagalan. 3). Membantu perawatan diri. 1). Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi : T B C,

f.

Pemeriksaan Diagnosis Gambaran expansi paru tidak sama, pengangkatan mediastinum pada bagian yang sakit.

1). Sinar X paru

2). Analisa gas darah arteri. a). PaO2 / normal b). Penurunan pH c). Peningkatan PaCO2 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakadekuatan expansi paru ( Penumpukan udara / cairan ). b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan faktor biologis ( trauma jaringan dan faktor pemasangan selang dada ). c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan ungkapan tentang perhatian, permintaan untuk informasi mengenai masalahnya yang berulang. 3. Rencana Keperawatan a. Diagnosa Keperawatan I Ketidakefetifan pola nafas berhubungan dengan ketidakadekuatan expansi paru ( penumpukan udara / cairan ). Hasil yang diharapkan : Intervensi : 1). Kaji kwalitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan laporkan setiap perubahan yang terjadi. R/ Adanya tanda-tanda kesulitan pernafasan dan perubahan TTV merupakan indikasi adanya shock. 2). Perhatikan gerakan dada dan posisi dada. Frekuensi, kedalaman, irama pernafasan normal. Pemeriksaan sinar x dada memperlihatkan ekspansi optimal. Bunyi nafas terdengar jelas dengan aurasi penuh.

R/ Penyimpangan gerakan dada dan paru tidak dapat mengembang merupakan efek samping dari pneumotention. 3). Auskultasi suara nafas setiap 2 4 jam. R/ Kemungkinan tidak ada pengurangan segmen paru seluruh bagian paru. Ateletasis akan menyebabkan tidak adanya suara nafas. Dan bagian paru kolap akan terjadi penurunan suara nafas. 4). 5). Baringkan pasien dalam posisi duduk, kepala ditinggikan 60 - 90. R/ Peningkatan respirasi maximal dengan peningkatan expansi paru. Berikan therapy oxygen / masal kanul dengan 2 6 liter/menit sesuai kebutuhan kecuali ada kontra indikasi. R/ Pertolongan di dalam penurunan kerja pernafasan bentuk pertolongan hypoxemia. 6). Berikan dorongan emosional, tetaplah bersama pasien selama anxyetas tinggi. R/ Kecemasan akan menambah kesulitan pernafasan dan efek psikologik hypoksia. b. Diagnosa Keperawatan II Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan faktor biologis ( trauma jaringan ), faktor fisik ( pemasangan selang dada ). Hasil yang diharapkan : Pasien mengalami penurunan rasa nyeri dengan criteria : Intervensi : 1). 2). 3). Kaji adanya nyeri ( verbal dan verbal ). R/ Nyeri hebat dapat menyebabkan shock neurogenik. Berikan analgesik sesuai kebutuhan. R/ Analgesik akan mengurangi rasa nyeri Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri. Expansi wajah dan posisi tubuh relaksasi Pola pernafasan meningkat Aktifitas meningkat kesulitan permasalahan dan syanosis dengan

R/ Mengontrol tindakan keperawatan yang mengarah pada nyeri dan dasar tindakan keperawatan selanjutnya. 4). Berikan pada pasien sebelum latihan batuk dan latihan pernafasan. R/ Latihan batuk dan latihan pernafasan bias menimbulkan rasa nyeri, obat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. 5). 6). Instruksikan pada pasien teknik pernafasan. R/ Teknik pernafasan akan mengurangi rasa nyeri. Amankan selang dada. R/ Membatasi gerakan dan menghindari gesekan yang dapat menimbulkan rasa nyeri. c. Diagnosa Keperawatan III Kurangnya informasi ( pengetahuan ) berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan ungkapan tentang perhatian untuk informasi mengenai masalahnya yang berulang. Hasil yang diharapkan : Secara verbal mengerti penyebab masalah, mengidentifikasi tanda dan gejala yang dibutuhkan untuk pengobatan lagi, mengikuti aturan tindakan dan mendemonstrasikan gaya hidup untuk mencegah berulangnya penyakit. Intervensi : 1). Jelaskan kembali patologi masalah individu. R/ Informasi akan menurunkan ketakutan akan ketidaktahuannya, pemberian pengetahuan dasar untuk pengertian / alasan pokok dari kondisi yang dinamis dan therapy intervensi yang spesifik. 2). Identifikasi kemungkinan adanya komplikasi berulang. R/ Kepastian alasan yang mendasari penyakit paru sebagai COPD dan keganasan mungkin kejadiannya kembali meningkat. Sebaliknya kesehatan pasien yang menderita pneumothorak spontan, kejadiannya 10 50 %. 3). Jelaskan tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medik segera misalnya nyeri dada, dispneu.

R/ Hematopneumothorak yang berulang membutuhkan intervensi medik untuk mencegah komplikasi. 4). Jelaskan secara spesifik kebiasaan kesehatan yang baik seperti nutrisi yang adekuat, istirahat dan dan latihan. R/ Memelihara secara umum guna peningkatan penyembuhan / membatasi penyakit yang berulang. 4. Implementasi Tindakan keperawatan (implementasi) sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. 5. Evaluasi Menilai keberhasilan intervensi yang telah dilakukan.

Daftar Pustaka

Gallo dan Hudak, 1997, Perawatan Kritis I, Jakarta, EGC. Marylin Dongoes, 2000, Nursing Cauplants, Philadelphia ; MFA Davis Company. Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi 8, FKUI Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai