Anda di halaman 1dari 26

SISTEM MUKULOSKELETAL 2011 LAPORAN MODUL 2 Nyeri ekstremitas

KELOMPOK 12 : 1. Deni Kurniawan 2. Tri widya astuti 3. Dita kunti heru putri 4. M. Diki ardhi 5. Nindita ayu 6. Nunung nuripah 7. Revisca oktavia 8. Reyka pratiwi 9. Risa maulida 10. Suci sukmawati TUTOR : dr. Muchlis

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya sehingga laporan tutorial modul batuk ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil tutorial yang telah kami laksanakan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui tentang definisi dan mekanisma penyakit dengan gejala batuk Mohon maaf bila ada kekurangan dalam laporan yang kami buat ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Kelompok 12

PENDAHULUAN

Penyakit-penyakit dengan gejala batuk perlu dicermati dalam penegakan diagnosis, karena umunya gejala-gejala diperlihatkan hampir sama. Ketelitian dalam mengumpulakn gejalagejala dan pemeriksaan pendukung sangat diperlukan. Untuk diagnosis penyakit-penyakit dengan gejala batuk umumnya digunakan kriteria dari American Collage of Rheumatology (ACR). Bila gejala dan pemeriksaan sudah memenuhi, maka diagnosis dan terapi sudah dapat dilakukan. Melalui laporan ini, diharapkan kami dapat mengetahui gejala-gejala yang ada. Dan dapat dihubungkan dengan pemeriksaan pendukung yang diperlukan. Kami berharap bisa memecahkan masalah penyakit dengan gejala batuk.

Jakarta, April 2012

DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................................1 Pendahuluan ...2 Daftar isi..3 Pembahasan Skenario4 Kata kunci....4 Pertanyaan....4 Tujuan pembelajaran.5 Pembahasan..5 Kesimpulan..21 Daftar pusaka...22

A. Skenario Udin, laki-laki berusia 35 tahun, karyawan swasta, datang ke RS dengan keluhan batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu. Dahak kental kadang berdarah. Pasien juga mengalami demam sampai mengigil, hidung tersumbat dan berair, disertai keluhan batuk pilek dan sakit tenggorok. Terkadang juga didapatkan keluhan sesak napas. Pasien tinggal dekat peternakan ayam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg dan suhu tubuh ketiak 38,8 derajat celcius. B. KATA KUNCI 1. Laki laki, usia 35 tahun 2. Batuk berdahak 5 hari yang lalu 3. Dahak kental kadang berdarah 4. Demam sampai menggigil 5. Hidung tersumbat dan berair 6. Batuk, pilek, dan sakit tenggorok 7. Sesak nafas 8. Tinggal dekat peternakan ayam 9. Tekanan darah 100/60 mmHg 10. Suhu tubuh 38,8 c

C. PERTANYAAN 1. Jelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk ? 2. Jelaskan epidemiologi penyaki-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk ? 3. Sebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan keluhan utama batuk ? 4. Jelaskan patomekanisme terjadinya batuk ? 5. Mengapa dahak yang dikeluarkan kental dan kadang berdarah ? 6. Jelaskan sifat-sifat umum virus penyebab pneumonia ? 7. Jelaskan pencegahan penyakit dari gejala utama batuk ? 8. 9. Mengapa suhu, frekuensi nafas, dan tekanan darah berpengaruh terhadap batuk ? Jelaskan bagaimana penatalaksanaan penyakit sesuai skenario ?
5

10. Apakah hubungan lingkungan berpengaruh pada penyakit dalam skenario ? 11. . Pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit pada skenario ?

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menimbulkan batuk 2. Menjelaskan patomekanisme terjadinya batuk 2.1.Menggambarkan susunan anatomi dari organ-organ respirasi 2.2.Menjelaskan tentang struktur dari fungsi sel-sel dari masing-masing organ respirasi 2.3.Menjelaskan tentang fisiologi pernafasan dan refleks batuk 3. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk 4. Menjelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk 4.1.Menjelaskan tentang morfologi, klasifikasi, sifat-sifat lain, bakteri penyebab infeksi saluran nafas 5. Menjelaskan gambaran klinik lain yang menyertai batuk pada penyakit sistem respirasi 5.1.Menyebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan keluhan utama batuk 5.2.Menjelaskan pemeriksan-pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit dengan gejala batuk 6. Menjelaskan penatalaksanaan yang diberikan pada penderita penyekit-penyakit yang memberikan keluhan utrama batuk 7. Menjelaskan pencegahan penyakit-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk 8. Menjelaskan epidemiologi penyakit-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk

E. PEMBAHASAN Pneumonia 1. Laki- laki 35 tahun 2. Batuk berdahak 3. 5 hari yang lalu 4. Dahak kental kadang berdarah + + + + Flu burung + bronkiektaksis +

5. Hidung tersumbat dan berair 6. Batuk pilek dan sakit tenggorok 7. Batuk pilek dan sakit tenggorok 8. Sesak nafas 9. Tinggal dekat peternakan ayam 10. . Tekanan darah 100/60 mmHg 11. Suhu tubuh ketian 38.8oc

+ +

+ +

+ +

1. ETIOLOGI PNEUMONIA Disebabkan oleh berbagai macam, yaitu : VIRUS virus influenza virus RSV (RSV) Adenovirus metapneumovirus. Herpes simplex virus merupakan penyebab pneumonia langka kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah juga berisiko pneumonia yang disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV).

BAKTERI Gram positif : Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae menjadi penyebab penting pneumonia pada bayi baru lahir Gram negatif JAMUR Histoplasma capsulatum blastomyces
8

Hemophilus influenzae Klebsiella pneumoniae Escherichia coli Pseudomonas aeruginosa Moraxella catarrhalis

Atypical bakteri Chlamydophila pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Legionella pneumophila

PARASIT

Cryptococcus neoformans Pneumocystis jiroveci Coccidoide immitis

Toxoplasma gondii Strongyloides stercoralis ascariasis

Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah: 1. Peminum alkohol 2. Perokok 3. Penderita diabetes 4. Penderita gagal jantung 5. Penderita penyakit paru obstruktif menahun 6. Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker, penerima organ cangkokan) 7. Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS). \

2. EPIDEMIOLOGI PNEUMONIA Survey serologik menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang normal pernah terpajan mikroorganisme nya pada usia 3 sampai 4 tahun. Pada hewan ditularkan melalui udara. Sedangkan penularan pada manusia ditunjukkan dengan timbulnya ledakan wabah pneumositosis diantara anak-anak yang keadaannya buruk serta dirawat dipanti asuhan dan pada rumah sakit yang merawat pasien yang kekebalannya tertekan. Dari hasil penelitian inkubasi infeksinya diperkirakan berkisar dari 4 hingga 8 minggu.

Data pneumonia di indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi nasional ISPA 25,5% (16 Provinsi diatas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia bayi 2,2%angka kesakitan (morbiditas) balita 3%, kematian bayi karena pneumonia (mortalitas) 23,8% atau kematian balita karena pneumonia(mortalitas) 15,5%.

PNEUMONIA VIRAL Pneumonia viral dapat juga terjadi pada anak-anak dan rasio antara anak-anak dan orang dewasa yang diserang banyak tergantung pada jenis virusnya. Misalnya respiratory syncytial virus terbanyak terdapat pada anak balita. Sebaliknya varicella yang menyerang paru-paru hanya terdapat pada orang dewasa. Demikian pula campak atipik dapat menyebabkan pneumonia yang erat hubungannya dengan gangguan imunisasi. Influenza A dapat menyebabkan infeksi saluran nafas pada orang dewasa dan anak-anak tetapi komplikasi ke paru lebih sering didapat pada orang dewasa. Pneumonia jauh lebih sering didapat pada musim hujan. Konsentrasi penduduk terutama mereka yang tinggal diasrama, lebih memungkinkan penyebaran cepat pneumonia viral, apalagi kalau hubungannya dengan dunia luar terbatas seperti pada latihan angkatan bersenjata. Dari segi penderita sudah dapat diketrahui bahwa orang dewasa berpenyakit jantung lebih sering terserang pneumonia virus influenza. Pada penderita dengan pengobatan imunosupresi dapat ditunjukkan bahwa terdapat presentase lebih banyak penderita dengan pneumonia virus cytomegalo dibandingkan dengan orang tanpa pengobatan imunosupresi.

PNEUMONIA LEGIONELLA L.Pneumophila sehari-hari hidup dalam air mikroorganisme ini dapat diisolasi dari tempat tempat persediaan air dan dapat menyebabkan wabah atau penyakit perseorangan secara sporadis.pada saat ini sudah dilaporkan 363 wabah yang disebabkan
10

mikroorganisme ini terdapat lebih dari 1000 kasus perseorangan pada center od desease control departemen kesehatan Amerika Kesehatan. Risiko untuk mendapatkan penyakit ini lebih tinggi untuk pria dari wanita .faktor lain yang penting adalah umur diatas50 tahun, penyakit ginjal kronik,diabetes, bronkitis,penyakit jantung dan kebanyakan merokok serta keadaan imunosupresif. Data ini berlakun untuk infeksi dengan L.pneumophili. Hubungan dengan air secara jelas dapat diketahui secara jelas dapat diketahui pada saat wajah berlangsung dan mikroorganisme ini akan dapat diisolasi dari kran air mandi, alat pendingin kamar dan menara air. Masa inkubasi diperkirakan 2 sampai 10 hari dan tidak terdapat penularan antara sesama manusia.

3. GEJALA DARI MASING-MASING PENYAKIT DENGAN KELUHAN UTAMA BATUK Pneumonia Gejala lain (bakteri) Demam Bernafas dengan cepat dan sesak nafas Gemetar dan menggigil Nyeri dada ketika batuk atau bernafas Detak jantung cepat Mudah lelah
11

Mual dan muntah Diare Avian Viral Influenza gejala lain : Demam Lemas Sakit tenggorokan Sakit kepala Tidak nafsu makan Muntah Nyeri perut Nyeri sendi Diare Infeksi selaput mata severe respiratory distress

12

Bronkiektasis gejala lain : Demam berulang Batuk darah Sesak nafas (dispnea) Penurunan berat badan Lelah Clubbing fingers Wheezing Warna kulit kebiruan Pucat Bau mulut

13

4. MEKANISME BATUK Terdiri dari beberapa fase, yaitu : Fase Iritasi merupakan fase perangsangan reseptor oleh berbagai stimulus/rangsangan Fase Inspirasi fase dimana glotis secara refleks terbuka karena kontraksi akibat adanya inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara. Pada fase ini volume paru akan membesar sehingga memperkuat fase ekspirasi dan dapat menghasilkan menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial Fase Kompresi fase dimana glotis menutup selama 0,2 detik tekanan di paru dan abdomen akan meningkat. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda Fase Ekspulsif pada fase ini secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal

5. Warna sputum Kekuning-kuningan Hijau Sputum merah muda + berbusa Sputum berlendir, lekat dan berwarna abu-abu/putih Sputum berbau busuk Sputum mengandung darah Infeksi Bronkietaksis Edema paru akut Bronkitis kronik Karsinoma
14

Pneumonia, pneumokokus

6. VIRUS PENYEBAB PNEUMONIA Pneumonia-masyarakat , bila infeksinya terjadi di masyarakat (Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus Pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia). Staphylococcus aureus, Escherechia coli TIPIKAL DAN ATIPIKAL Pneumonia tipik Disebabkan oleh bakteri yang responsif terhadap pengobatan dengan antibiotik beta-laktam Pneumonia atipik Tidak responsif dengan antibiotik beta-laktam Terutama disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae FASE INFLAMASI

Setela capai alveoli maka kuman menimbulkan respon; 1. Fase kongesti Fase ini terjadi pada 4 sampai 12 jam pertama. Dimana pada fase ini eksudasi serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor. 2. Fase hepatisasi merah Terjadi reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi Ditemukan kuman di alveoli Fase ini terjadi 48 jam berikutnya. Paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli.

15

3. Fase hepatisasi kelabu Deposisi fibrin semakin bertambah Terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli Terjadi proses fagositosis yang cepat Pada fase ini 3 sampai 8 hari. Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang. 4. Fase resolusi Jumlah makrofag meningkat di alveoli Sel akan mengalami degenerasi Fibrin menipis Kuman dan debris menghilang Fase ini 7 sampai 11 hari, dimana eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.

7. Pencegahan Penyakit Bronkiektasis

a) Imunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak. b) Vaksin influenza berkala c) Vaksin pneumokokus d) Pemberian antibiotik sedini mungkin saat infeksi e) Pengobatan immunoglobulin pada sindroma kekurangan immunoglobulin f) Penggunaan anti peradangan yang tepat g) Menghindari udara yang terpolusi, asap, dan serbuk yang berbahaya h) Mencegah masuknnya benda asing ke saluran pernapasan i) Jangan menggunakan tetes minyak atau mineral untuk mulut atau hidung menjelang tidur j) Bronskopi

16

Pencegahan Bronchopneumonia

a. Mengatur ventilasi ruangan memperbanyak lubang udara dan usahakan sinar matahari dapat masuk kedalam rumah agar pertukaran udara baik dan membuka jendela dipagi hari b. Menjaga kebersihan lingkungan menjaga ruangan dari debu membersikan ruangan setiap menjemur tempat tidur memberikan pengharum ruangan (yang tidak merangsang dan tidak mengakibatkan batuk) c. Memberi tahu pasien untuk menutup hidung atau menutup mulut bila batuk atau bersin

8. Mengapa suhu, denyut nadi, frekuensi napas berpengaruh terhadap batuk dan gejala-gejala klinis yang dialami penderita ?

Suhu
Paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit. Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatuzattoksin/racuntertentu yang dikenal sebagai pirogeneksogen. Denganmasuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan tentarapertahanantubuh antara lain berupaleukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan senjata berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnyainterleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bias keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akanpemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari thermostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal.Akibatnya terjadilah respon dingin/ 17

menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang setting hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris

NADI
Jika suhu tubuh meningkat, tubuh akan memberikan respon untuk mengurangi suhu tersebut dengan cara membuang panas tubuh melalui keringat yang di bawa oleh darah. Maka, pada pembuluh darah akan terjadi vasodilatasi agar volume darah yang menuju jaringan kulit lebihbanyak dari biasanya dan membuang panas yang berlebih bersamaan dengan keringat. Hal itu juga menyebabkan warna kulit akan terlihat merah karena banyaknya darah yang melewati jaringan kulit tersebut.

FREKUENSI NAFAS
Jika terjadi suatu kontriksi padasaluran napas atas, maka akan menyebabkan dispnea atau sesak napas. Pasokan O2 pada tubuh menjadi inadequate sehingga tubuh berusaha memnuhi kebutuhan akan O2 dengan cara melakukan pernapasan cepat, sehingga terjadi suatu kompensasi.

9. Penatalaksanaan Pneumonia Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Engram (1998) menyatakan bahwa penatalaksanaan medis umum terdiri dari 1. Farmakoterapi : antibiotik (diberikan secara intravena), ekspektoran, antipiretik dan analgetik. 2. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol. 3. Fisioterapi dada dengan drainage postural.

Terapi lain yang tidak kalah penting adalah terapi suportif yaitu (1) terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95 96% berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah, (2) humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dan dapat disertai obat bronkodilator untuk mencegah penyempitan saluran nafas (bronkospasme), (3) fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, (4) pengaturan pemberian cairan sehingga tidak berlebihan yang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di paru-paru, (5) pemberia kortikosteroid, (6) pmeberian obat inotropik, (7) penggunaan ventilasi mekanik, (8) drainase empiema bila ada, 9) Bila terdapat gagal
18

napas, diberikan nutrisi cukup kalori terutama didapatkan dari lemak (50%), hingga dapat dihindari produksi CO2 yang berlebihan.
Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Perhatikan hidrasi. 2. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan. 3. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH juga akan berlebihan. 4. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan. 5. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan keadaan klinis pengukuran pulse oksimetri. 6. Pengobatan antibiotik:

Pneumonia yang disebabkan mikroorganisme anaerob dapat diobati dengan klindamisin (300 mg setiap 6 jam atau 450 mg setiap 8 jam selama 7 hingga 10 hari), amoksisilin (500 mg setiap jam) yang dikombinasikan dengan metronidazol (500 mg setiap 6 jam) atau amoksisilin/asam klavulanat (500 mg setiap 8 jam). Metronidazol memiliki aktivitas yang kurang adekuat terhadap kokos gram-positif. Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang memadai, seperti cairan intravena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana rawat lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi. Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak : 2 12 bulan : 2 x tablet 1 3 tahun : 2 x tablet 3 5 tahun : 2 x 1 tablet Antibiotik pengganti adalah amoksisilin atau ampisilin. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan atau gentamisin. Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada penderita dengan batuk produktif.

Pengobatan antibiotik:

a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 10 hari untuk kasus yang tidak terjadi komplikasi

19

b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap ampisillin. c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal sefatoksim. d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin. e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan efficacy. f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.

10. Pengaruh lingkungan terhadap sistem pernafasan a. Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.

Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan 6 10 tahun.

20

b. Ventilasi rumah Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan. 2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara. 3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang 4. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan. 5. Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal. 6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata c. Kepadatan rumah hunian Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini.

21

11. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Mikrobiologik b. Pemeriksaan Sputum c. Darah Perifer Lengkap d. C-Reactive Protein (CRP) e. Uji Serologis 12. Diferensial diagnosis
Diferensial diagnosis Definisi Pnemonia Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganismebakteri,virus,jamur dan parasit. Flu burung Flu Burung adalah influenza pada unggas yang disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI) dari famili Orthomy xoviridae Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxovirida e. Virus influenza tipe A dapat berubahubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan Bronkietaksis Dilatasi bronkus lokal dan permanen sebagai akibat kerusakan struktur dinding.

Etiologi

Bakteri gram positif(Streptococc us pneumoniae) yang menyebabkan pneumonia streptokokus ,streptokokus beta hemolitikus grup A dll.

Obstruksi bronkus oleh benda asing atau tumor obstruksi bronkus karena kelenjar limfe pada tuberkulosis paru sewaktu masih anak-anak.

22

Diferensial diagnosis
Gejala

Pnemonia

Flu burung

Bronkiektaksis

Gejala intestinal(mual,mu ntah,diare,nyeri abdomen),rusty sputum,demam &menggigil,bunyi mengi & crackle,keletihan,h emoptisis,dispnea, nyeri pleura .

Menderita ISPA Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius) Sakit tenggorokan yang tiba-tiba Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot Sakit kepala Lemas mendadak Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian Flu burung

-Batuk menahun dengan dahak yang berbau busuk atau mengandung darah -Sesak napas memburuk jika penderita beraktivitas -BB menurun -Wheezing (bunyi napas mengi/ bengek) -(sianosis) -Bau mulut

Diferensial diagnosis Komplikasi

Pnemonia

Bronkiektaksis

Ventilasi mungkin menurun akibat akumulasi mukus ,yang dapat berkembang menjadi atelektasis absorpsi gagal napas dan kematian dapat terjadi pada kasus ekstrem berhubungan dengan kelelahan atau sepsis (penyebaran infeksi ke darah)

Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.

1.Bronkitis kronik 2.Pneunomia dengan atau tanpa atelektasis 3.Pleuritis 4.Efusi pleura atau empiema (jarang) 5.Abses metastasis di otak 6.Hemoptisis 7.Sinusitis 8.Kor pulmonal kronik 9.Kegagalan pernafasan 10.Amiloidosis

23

Diferensial diagnosis Pemeriksaan penunjang

Pnemonia Tes darah rutin (leukositosis), tes mikrobiologi,serol ogi &radiologi (ada infiltrat di lobus inferior dan medius Penisilin G Kloksasilin Ampisilin

flu burung Virus H5N1 positif Kultur ELISA PCR

Bronkiektaksis - kultur sputum -Radiologis;

Penatalaksanaan

Promotiv

Tidak merokok,olahraga teratur, makan baik &istirahat cukup.

Terapi umum -Istirahat - diet. Medikamentosa -Antibiotik spektrum -Oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari
Vaksin flu burung

antibiotik, bronkodilator dan ekspentoran.

Vaksinasi terhadap pertusis dan morbili Bila ada obstruksi bronkus, udara pernapasan bebas polusi termasuk rokok

Kesimpulan :

Batuk meupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing atau dahak dari saluran nafas bagian atas dan paru paru. Batuk juga bisa timbul sebagai reaksi atas iritasi pada saluran nafas. Batuk hanya gejala dari suatu penyakit dan biasanya gejala batuk tidak berdiri sendiri, ada gejala lain yang menyertainya.

24

Daftar pustaka : Robbins dkk. Bukuajarpatologiedisi 7 volume 2. Hal: 538-544. PenerbitBukuKedokteran; EGC Sylvia A.Pricedkk. Patofisiologiedisi 6 vol 2. Hal: 805. PenerbitBukuKedokteran; EGC Junaidi, iskandar. 2010. Penyakit Paru & Saluran Napas. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. A.Price, sylvia dkk. 2006. Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 3 Buku Pediatri Buku Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam , Ed.13 , volume 2 , EGC
Harison. 2002. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3, PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta

Editor Aru W.sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi V. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam: jakarta http://sunuwirawan.blogspot.com/2011/03/laporan-pendahuluan-anak-dengan.html http://dokter-agus.blogspot.com/2011/10/pneumonia.html http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-penyakit/201-pneumonia.html

25

26

Anda mungkin juga menyukai