Anda di halaman 1dari 3

Nama : Erny Dwi Jayanti NIM : 0910233081 MK : Teori Akuntansi Syariah Akuntansi Syariah: Nilai Keadilan Dalam Bingkai

Metafora Amanah

Dalam konteks akuntansi,kata adil menurut surat Al-Baqarah ayat 282, secara sederhana, dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dicatat dengan benar. Pengertian kata adi secara fundamental dan tetap berpijak pada syariah berkaitan erat dengan pertanyaanpertanyaan berikut apakah kerangka, praktik, landasan dan pertanggungjawabann filosofis akuntansi modern memiliki nilai keadilan? Akuntansi dalam Konteks Organisasi Pada tingkat mikro (organisasi), akuntansi juga telah berubah sesuai dengan arah dan pengaruh lingkungan organisasi, seperti restrukturisasi dan perbaikan organisasi, seperti restrukturisasi dan perbaikan organisasi, tugas-tugas organisasi, strategi, struktr dan pendekatan dalam pembagian kerja, teknologi dan praktek, dan konflik sosial dalam organiasi (Hoopwood 1987) Selain itu, akuntansi tidak saja dibentuk oleh lingkungan, tetapi juga secara katif menebarkan kekuatan potensialnya untuk mempengaruhi dan membentuk lingkungan serta realitas di mana ia hidup dan dipraktikan . akuntansi dalam dunia nyata telah membantu manajemen dan pihak lainnya dalam organisasi untuk melihat secara jelas fenomena konseptual dan abstrak yang belum pernah dipikirkan sebelumnya, seperti biaya dan laba, yang dalam praktek akuntansi sekarang dikenal sebagai simbol yang diterima secara umum. Bertolak dari pandangan dan pemikiran akuntansi dalam konteks organisasi, akhir-akhir ini banyak peneliti yang mempelajari akuntansi sebagai organitationally-situated practice, yakni praktek yang sangat dipengaruhi lingkungan organisasi (hoopwood 1978, 1983; Chua 1988), termasuk studi praktek akuntansi yang berhubungan dengan organisasi agama, seperti gereja (Cunningham and Reemsnyder 1983) dengan hasil akhir siklus akuntansi adalah laporan tahunan gereja atau ex post. Dalam perkembangan berikutnya akuntansi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah bentuk organisasi. Organisasi dalam pembahasan ini dalam arti tradisional mempunyai tujuan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemilik perusahaan tanpa harus ada kewajiban sosial. Pengertian ini begitu dominan, dan banyak perusahaan sampai saat ini masih memakai konsep tersebut.

Metafora Mesin Kebanyakan organisasi modern dibangun, dikembangkan, dan dioperasikan berdasarkan metafora mesin. Sebagaimana layaknya mesin, organisasi dapat dipresepsikan sebagai entitas yang di

dalamnya terdapat jaringan-jaringan kerja dari departemen yang bersifat interdependen, yang memiliki masing-masing fungsi dan tanggung jawab.

Metafora Organisme Metafora ini menganggap bahwa sebuah organisasi sebetulnya tidak lebih dari organisme, yakni makhluk hidup yang untuk menjaga kelangsungan hidupnya harus selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

Metafora Organisasi dalam Prespektif Islam Metafora lain yang digunakan untuk mendesain dan mengoperasikan organisasi adalah metafora amanah. Metafora ini mempunyai nuansa humanis dan trasendental. Metafora amanha sebetulnya diangkat dari penelitian empiris yang dilakukan terhadap organisasi bisnis dan sosial yang secara eksplisit berdasarkan syariah. Dalam metafora ini ada tiga bagian penting yang harus diperhatikan yakni pemberi amanah, dalam hal ini Tuhan Sang Pencipta Alam, penerima amanah yang ditujukan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi dan amanah itu sendiri.

Etika Bisnis Sifat ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan semesta alam ini menjadikan sebuah konsekuensi bahwa organisasi dalam seluruh masa hidupnya harus dioperasikan atas dasar nilai-nilai etika, yang dalam kaitannya dengan bisnis ini sbetulnya bukan hanya dari pandangan tradisi islam, tetapi juga pandangan manusia yang memiliki kepedulian terhadap masalah ini.

Realitas Organisasi yang Dimetaforakan dengan Zakat Dalam bentuk yang lebih operasional, metafora amanah bisa diturunkan menjadi metafora zakat atau realitas organisasi yang dimetaforakan dengan zakat. Ini artinya adalah bahwa organisasi bisnis orientasinya tidak lagi prfoit-oriented atau stakesholder-oriented tetapi zakat-oriented (Triyuwono 1995) dengan orientasi zakat ini, perusahaan berusaha untuk mencapai angka pembayaran zakat yang tinggi. Dengan demikian, laba bersih tidak lagi menjadi ukuran kinerja perusahaan, tetapi sebaiknya zakat enjadi ukuran kinerja perusahaan.

Akuntansi Syariah Akuntansi Syariah (Triyuwono dan Gaffikin 1996) merupakan salah satu upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan syarat nilai. Yang menjadi tujuan akuntansi

syariah ini adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transedental dan teologikal.

Nilai-Nilai Dasar Akuntansi Syariah Akuntansi Syariah dengan nilai humanis berarti bahwa akuntansi yang dibentuk ini diujukan untuk memanusiakan manusia, atau mengembalikan manusia pada fitrahnya yang suci. Dengan menciptakan bentuknya yang tertentu, Akuntansi Syariah diharapkan dapat menstimulasi perilaku manusia menjadi perilaku yang humanis. Keadaan demikian akan memperkuat kesadaran diri tentang hakikat manusia itu sendri. Nilai transedental memberikan suatu indikasi yang kuat bahwa akuntansi tidak hanya semata-mata instrumen bisnis yang bersifat profan, tetapi juga sebagai instrumen yang melintas batas dunia profan. Dengan kata lain akuntansi syariah tidak saja sebagai bentuk akuntabilitas manajemen terhadap pemilik perusahaan, tetapi juga sebagai akuntabilitas terhadap stakesholder dan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai