Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok

tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia. Namun seiring perkembangan zaman dan dinamika gerak langkah pembangunan serta pertumbuhan jumlah penduduk, eksistensi lahan mulai terusik. Salah satu permasalahan yang cukup terkait dengan keberadaan tanaman padi adalah makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. Sebagian besar alih fungsi lahan yang terjadi beralih menjadi tanaman kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit dalam 10 tahun terakhir mengalami booming dengan beberapa alasan terutama kebutuhan investasi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Faktor pendukung di luar itu adalah tekanan terhadap pengurangan bahan bakar fosil secara global. Dengan paradigma pertumbuhan ekonomi, pemerintah melihat bahwa perkebunan kelapa sawit mampu menyerap tenaga kerja dan menghasilkan devisa negara dari pajak. Ekspansi perkebunan kelapa sawit pada saat ini telah meluas hampir ke semua kepulauan besar di Indonesia. Selama 19 tahun terakhir, ekspansi perkebunan kelapa sawit mencapai rata-rata 315.000 Ha/tahun. Sampai saat ini Indonesia memiliki kurang lebih 7 juta hektar lahan yang telah ditanami kelapa sawit. Di luar itu, sekitar 18 juta hektar hutan telah dibuka atas nama ekspansi perkebunan kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara sebagai salah satu sentral perkebunan kelapa sawit di Indonesia menghasilkan rata-rata 1,7 juta ton CPO per tahun. Jumlah ini mencapai 8,23% dari total produksi CPO nasional per tahun. Luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara setiap tahun juga mengalami peningkatan. Peningkatan luas ini terjadi karena konversi lahan pertanian khususnya sawah, terutama di daerah Langkat, Serdang Bedagai dan Labuhanbatu. Di sisi lain, perkebunan kelapa sawit menghadirkan ketimpangan

kepemilikan, konflik tanah, ancaman ketahanan pangan dan kerusakan ekosistem. Sebagaimana telah dipaparkan, perluasan perkebunan kelapa sawit mencapai rata-rata 315.000 hektar/tahun. Pertambahan luas perkebunan kelapa sawit seiring dengan perubahan dalam hal kepemilikan. Perkembangan menunjukkan bahwa pemerintah tidak lagi menjadi aktor utama dalam pemilikan perkebunan kelapa sawit. Fakta memperlihatkan bahwa kepemilikan maupun perluasan perkebunan kelapa sawit justru dilakukan oleh sektor swasta asing maupun swasta pribumi. Perusahaanperusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut tidak hanya melakukan perluasan tetapi juga melakukan privatisasi perkebunan-perkebunan kelapa sawit milik negara. BPS (2010) mengatakan konversi lahan akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya cenderung meningkat. Di Sumatera Utara sebagai contoh, pada tahun 2005-2006 terjadi pengalihan fungsi lahan pertanian seluas 39.669 hektar atau sekitar 7,55 persen dari luas baku lahan sawah berpengairan di Sumut. Alih fungsi lahan pertanian tersebut terutama terjadi ke sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor lain di luar sektor pertanian tanaman pangan. Alih fungsi lahan di Sumut

Universitas Sumatera Utara

sebanyak hampir 40 ribu hektar pada 2005-2006 itu terjadi di 13 kabupaten. Daerah yang terbesar mengalami pengalihan fungsi lahan adalah Tapanuli Selatan, Asahan dan Labuhanbatu masing-masing sebesar 10.455 hektar, 7373 hektar dan 6.809 hektar. Di Labuhanbatu, sebagai salah satu wilayah lumbung beras di Sumatera Utara, konversi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rata-rata mencapai 5.000 hektar per tahunnya. BPS (2010) mengatakan tingginya angka konversi lahan pertanian ke sektor di luar pertanian berdampak pada penurunan produksi padi. Berdasarkan produksi padi periode 1998 - 2006 mengalami penurunan 23% per tahun. Penurunan itu terjadi akibat berkurangnya lahan pertanian padi sebesar 1,13 persen per tahun. Sementara itu, sejak 2007 - 2008, konversi lahan pertanian di Sumatera Utara tumbuh sekitar 4,2 persen. Lahan pertanian tersebut dialihkan ke tanaman keras dan kawasan pemukiman. Luas lahan sawah berpengairan yang beralih fungsi pada tahun 2006 mencapai 280.847 hektar dan tahun 2008 mencapai 278.560 hektar. Kurun waktu 2007-2008, alih fungsi terbesar terjadi di Kabupaten Asahan yang mencapai 6.800 hektar, disusul Nias 6.700 hektar, Serdang Bedagai 2.300 hektar dan Langkat 1.400 hektar.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1. Luas Lahan Pertanian Padi di Sumatera Utara No Tahun Luas (Ha) 1. 2004 826.091 2. 2005 822.073 3. 2006 782.404 4. 2007 750.232 5. 2008 748.540 Sumber: BPS, Sumatera Utara Dalam Angka, 2010 (diolah) Tabel 1.2. Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Utara No Tahun Luas (Ha) 1. 2004 844.882 2. 2005 894.911 3. 2006 1.044.230 4. 2007 1.009.000 5. 2008 1.106.000 6. 2009 1.138.908 Sumber: BPS, Sumatera Utara Dalam Angka, 2010 (diolah) Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 di atas dapat dilihat telah terjadi penurunan luas lahan tanaman padi dan peningkatan luas lahan tanaman kelapa sawit. Dapat dikatakan memang pertanian tanaman pangan berjalan terseok-seok dan lebih banyak menunjukkan tren menurun. Padahal, dari kondisi geografisnya, di Sumatera Utara memiliki lahan potensial untuk mengembangkan tanaman pertanian, khususnya padi. Dari gambaran itu jelas terdapat korelasi antara penurunan luas areal tanaman padi dan pertambahan luas perkebunan kelapa sawit. Tidak dipungkiri, cerita indah manisnya penghasilan petani kelapa sawit telah membuat laju konversi lahan semakin cepat. Alih fungsi lahan pertanian sebagai akibat pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan perubahan pola tanam petani pangan, khususnya

Universitas Sumatera Utara

padi. Kawasan yang dahulunya adalah merupakan areal persawahan berubah menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Pola tanam padi yang tidak serentak akibat dampak perluasan areal tanaman keras, terutama kelapa sawit membawa resiko bagi petani yang masih bertahan di tanaman padi. Permasalahan yang mendasar dalam ketahanan pangan adalah konversi lahan pertanian pangan. Semakin sempitnya lahan pertanian pangan yang tersedia, maka semakin sulit bagi petani untuk berproduksi secara optimal. Bagi pemerintah Sumatera Utara, hal ini sangat perlu diperhatikan. Dari sisi kepemilikan lahan, sekitar 37,64 persen dari rumah tangga petani di Sumatera Utara yakni 1.262.421 KK hanya memiliki lahan pertanian di bawah satu hektar atau hanya berkisar 0,5 hektar. Dampak permasalahan yang lebih luas tersebut termasuk pengaruhnya terhadap kestabilan politik yang diakibatkan oleh kerawanan pangan, perubahan sosial yang merugikan, menurunnya kualitas lingkungan hidup terutama yang menyangkut sumbangan fungsi lahan sawah kepada konservasi tanah dan air untuk menjamin kehidupan masyarakat di masa depan. Dampak dari kehilangan lahan pertanian produktif adalah kehilangan hasil pertanian secara permanen, sehingga apabila kondisi ini tidak terkendali maka dipastikan kelangsungan dan peningkatan produksi akan terus berkurang dan pada akhirnya akan mengancam kepada tidak stabilnya ketahanan pangan di Sumatera Utara. Diperkirakan minyak kelapa sawit akan menjadi komoditas yang paling banyak diproduksi, dikonsumsi dan paling banyak diperdagangkan di dunia. Pengembangan kelapa sawit di Sumatera Utara, sebagaimana wilayah lainnya

Universitas Sumatera Utara

di Indonesia memang, tergantung dari perundang-undangan pemerintah pusat di Jakarta. Tetapi, status otonomi daerah dan aspek ketahanan pangan (padi) setidaknya dapat dijadikan dasar argumentasi untuk menahan laju ekspansi perluasan lahan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara. Jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, maka sudah merupakan tanggung jawab Pemerintah perekonomian Kabupaten yang Labuhanbatu untuk mengembangkan dalam sektor-sektor struktur

mempunyai

kontribusi

pembentukan

perekonomian. Di Kabupaten Labuhanbatu sektor-sektor tersebut antara lain yaitu: perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, industri dan perdagangan. Sektor yang paling dominan mewarnai karakteristik perekonomian Kabupaten Labuhanbatu yaitu perkebunan. Kondisi umum masyarakat Kabupaten Labuhanbatu relatif sama di mana mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah sebagai petani tanaman padi. Namun beberapa tahun terakhir akibat terjadi konversi lahan berubah menjadi petani kebun kelapa sawit. Alih fungsi lahan juga mengakibatkan kerugian ekologis bagi sawah di sekitarnya, antara lain hilangnya hamparan efektif untuk menampung kelebihan air limpasan yang bisa membantu mengurangi banjir. Kerugian itu masih bertambah dengan hilangnya kesempatan kerja dan pendapatan bagi petani penggarap, buruh

Universitas Sumatera Utara

tani, penggilingan padi, dan sektor-sektor lainnya. Pertanian tanaman padi merupakan komoditas yang paling banyak menyediakan lapangan kerja dalam sektor pertanian. Di Kabupaten Labuhanbatu pada kurun waktu lima tahun terakhir terjadi penurunan luas lahan pertanian padi dibandingkan dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit rakyat yang mengalami peningkatan. Data perubahan luas lahan dan hasil produksi padi dan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini: Tabel 1.3. Perkembangan Luas Lahan, Produksi Padi dan Kelapa Sawit Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2003-2007 Luas Padi Produksi Padi Luas Kelapa (Ha) (Ton) Sawit (Ha) 1. 2003 88.333 356.906 295.093 2. 2004 88.170 365.563 303.040 3. 2005 70.704 316.337 342.441 4. 2006 67.109 281.145 361.618 5. 2007 65.127 294.227 371.928 Sumber: LAKIP Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2008 (diolah) No Tahun Produksi Kelapa Sawit (Ton) 4.590.733 4.487.964 5.149.191 5.867.921 6.676.978

Gambar 1.1. Perkembangan Luas Lahan Tanaman Padi dan Kelapa Sawit, Tahun 2003-2007

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.2. Perkembangan Produksi Tanaman Padi dan Kelapa Sawit, Tahun 2003-2007 Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 di atas dapat terlihat peningkatan luas lahan dan produksi tanaman kelapa sawit yang akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Indikasi bahwa kesenjangan rata-rata laju pertumbuhan luas lahan tanaman padi dengan luas lahan tanaman kelapa sawit disebabkan oleh alih fungsi lahan dari tanaman padi, karena menanam kelapa sawit lebih menguntungkan dari pada menanam padi. Saat sekarang ini tanaman kelapa sawit merupakan tanaman andalan di Kabupaten Labuhanbatu yang memberikan pendapatan masyarakat yang lebih baik dan terjamin dibandingkan dengan tanaman pertanian lain seperti padi, karet dan kopi. Oleh karena itu, setiap tahun terjadi alih fungsi lahan pertanian tersebut menjadi kelapa sawit, khususnya di kalangan petani. Selain alih fungsi lahan, juga terjadi peralihan sistem pertanian dari tradisional menjadi semi intensif. Peralihan sistem

8.000.000 7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000

Universitas Sumatera Utara

usaha tani tersebut menyebabkan penggunaan modal dalam sistem pertanian semakin intensif, karena dalam perkebunan kelapa sawit aktivitas kegiatan lebih tinggi dibandingkan dengan padi. Melihat potensi dan fenomena yang ada ini, maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu pada saat kondisi sebelum pemekaran.

1.2.

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas tersebut, maka dapat dirumuskan masalah-

masalah yang timbul dalam mempengaruhi alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu adalah sebagai berikut: 1. Apakah pendapatan petani kelapa sawit berpengaruh terhadap alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu? 2. Apakah modal kerja petani kelapa sawit berpengaruh terhadap alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu? 3. Apakah total produksi petani kelapa sawit berpengaruh terhadap alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu? 4. Apakah jumlah tenaga kerja petani kelapa sawit berpengaruh terhadap alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu?

Universitas Sumatera Utara

1.3.

Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan petani kelapa sawit terhadap alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu? 2. Untuk menganalisis pengaruh modal kerja petani kelapa sawit terhadap alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu? 3. Untuk menganalisis pengaruh total produksi petani kelapa sawit terhadap alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu? 4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja petani kelapa sawit terhadap alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu?

1.4. 1.

Manfaat Penelitian Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhanbatu.

Universitas Sumatera Utara

2.

Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu dalam mengambil keputusan mengenai Rencana Pengembangan Sektor Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhanbatu.

3.

Bagi penulis untuk menambah wawasan terutama yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit, serta berguna sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya terutama dalam ruang lingkup yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai