Anda di halaman 1dari 17

BAB 1 PENDAHULUAN

Budaya Perusahaan agaknya belum begitu populer di negara kita, walaupun bukan berarti tidak ada perusahaan yang telah memiliki dan mengembangkan Budaya Perusahaan di sini. Sukses yang diraih PT Indosat maupun perusahaan penerbangan Garuda Indonesia kiranya tak terlepas dari Budaya Perusahaan yang telah dimiliki kedua BUMN itu. Maka, pembicaraan tentang Budaya Perusahaan masih sangat relevan dan kontekstual, terutama melihat fakta-fakta masih minimnya perusahaan yang memilikinya di Indonesia. Dalam buku berjudul Corporate Cultures, The Rite and Ritual of Corporate Life, Terrence E. Deal dan Allan A. Kennedy mengatakan bahwa sedikitnya terdapat 5 elemen penentu Budaya Perusahaan: 1).Lingkungan bisnis; 2). Sistem nilai (value); 3). Figur panutan (hero); 4). Tata cara Kerja (rite)dan ritual; 5).Jaringan kultural (Cultural Network). Berikut rincian ringkas dari 5 elemen tersebut: Lingkungan bisnis. Setiap perusahaan menghadapi realitas yang berbeda-beda di pasar tergantung pada produk, pesaing, konsumen, teknologi, pengaruh pemerintah, dan sebagainya. Untuk sukses, masing-masing perusahaan harus melakukan berbagai aktivitas tertentu secara baik. Lingkungan bisnis ini merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi pembentukan Budaya Perusahaan. Sistem nilai. Ini merupakan konsep dan keyakinan dasar sebuah organisasi. Karenanya merupakan jantung Budaya Perusahaan. Sistem nilai ini menentukan sukses dalam bentuk kongkrit bagi karyawan Jika Anda melakukannya, Anda juga akan sukses dan menetapkan standar prestasi dalam organisasi. Perusahaan berbudaya kuat mempunyai sistem nilai yang kaya dan kompleks. Dan hal ini harus dijalankan seluruh karyawan. Figur panutan. Orang ini merupakan personifikasi dari sistem nilai dan menjadi contoh-tauladan bagi karyawan. Sebagian figur panutan dilahirkan dan sebagian lainnya dibuat oleh berbagai momen penting yang terjadi dalam kehidupan perusahaan setiap hari. Perusahaan berbudaya kuat memiliki banyak figur panutan. Di General Electric, misalnya, figur panutan termasuk Thomas Edison, sang penemu;

Charles Steinmetz, insinyur yang hebat; Gerald Swope dan, sekarang, Jack Welch, CEO terkemuka; dan banyak lagi figur penting yang mungkin kurang dikenal. Tata cara kerja dan ritual. Hal ini merupakan program rutin dan sistematik kehidupan perusahaan setiap hari: Dalam manifestasi biasa yang disebut dengan ritual hal ini memuat tingkah laku karyawan yang diharapkan. Dan, dalam bentuk ekstravaganza yang disebut dengan upacara-upacara hal ini memberikan contoh nyata untuk apa perusahaan berdiri. Jaringan kultural. Berdasarkan makna informal komunikasi dalam perusahaan, jaringan kultural bertindak sebagai carrier sistem nilai dan mitos heroik perusahaan. Bekerjanya jaringan kultural secara efektif adalah satu-satunya cara agar semuanya bekerja secara baik atau memahami apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mempelajari ratusan perusahaan, Deal dan Kennedy mengungkapkan bahwa ter-dapat 4 kategori umum atau tipe Budaya Perusahaan. Hal ini didasarkan pada 2 faktor utama: tingkat risiko yang menyertai aktivitas perusahaan, dan kecepatan perusahaan dan karyawannya dalam memperoleh umpan balik (feedback) agar keputusan atau strategi yang telah diambil bisa dievaluasi.

BAB 2 PEMBAHASAN
I. Pengertian Budaya Perusahaan

Menurut Drs.Triguno,DIPL,EC.LLM. (2000:3) Suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat/organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi prilaku. Terdapat beberapa definisi budaya perusahaan atau budaya organisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti berikut ini : 1) Menurut Robbins (dalam Djokosantoso :2003) mendefinisikan bahwa : Budaya perusahaan adalah suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem-sistem nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi. 2) Menurut Eugene McKenna dan Nic Beech (2000:18) Budaya perusahaan merupakan nilai, kepercayaan, sikap dan perilaku yang dipegang anggota. 3) Menurut Djokosantoso (2003 :21) mendefinisikan Budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem paket, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk menciptakan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Budaya Perusahaan atau Budaya organisasi, berakar dari kata budaya yang berarti hasil interaksi antara akal budi manusia sebagai mahluk social dengan alam sekelilingnya, dalam mencapai usaha kesejahteraannya. Interaksi manusia di dalam organisasi akan membentuk Budaya Organisasi, yang akan mencerminkan tingkah laku dan tindakan organisasi dalam menghadapi persoalan baik internakl maupun eksternal organisasi. Budaya Perusahaan adalah budaya organisasi yang berlaku di sebuah perusahaan. Apa yang dimaksudkanbudaya organisasi dinyatakan oleh Kotler (2000:42) sebagai berikut: A companys organization consist of its structures, policies, and corporate culture, all of which can become dysfunctional in a rapidly changing business environment. Sebuah perusahaan terdiri atas struktur, kebijakan dan budaya perusahaan, semuanya bisa tidak berfungsi dalam linkungan perusahaan yang cepat berubah. Struktur perusahaan serta kebijakannya dapat berubah mengikuti situasi, namun budaya perusahaan agak sulit mengikuti. Kemampuan merubah budaya perusahaan merupakan kunci keberhasilan menyusun dan melaksanakan strategi perusahaan untuk masa depan. Biasanya budaya sebuah perusahaan atau organisasi sudah tebentuk sejak lama, sudah terbiasa, sudah mendarah daging, jadi kadangkadang sulit untuk dirubah. Apanya yang sulit dirubah? Inilah yang dikatakan budaya, yang sulit dikatakan,tapi dapat dirasakan dan dilihat, yaitu semacam, cerita, kepercayaan, keyakinan, pengalaman, norma, yang merupakan cirri khas sebuah perusahaan. Misalnya jika kita memasuki sebuah area perusahaan maka akan terasa dan terlihat bagaimana suasana, bagaimana cara karyawan, atau perusahaan menyambut tamu, cara mereka berpakaian, mamberi salam, cara bicara, cara kerja sibuk, santai dsb. Dalam hal ini contoh dari pimpinan akan ditiru langsungoleh karyawan. Jadi factor pimpinan sangat berpengaruh terhadap pembentukan budaya perusahaan. Budaya organisasi yang terbentuk dalam sebuah perusahaan sangat tergantung pada visi dan misi organisasi dan ini melekat pada pimpinan organisasi itu sendiri. Budaya ini akan membentuk perilaku keseluruhan personal perusahaan yang dapat memperkuat nilai-nilai atau memperlemah nilai-nilai dalam bekerja nilai-nilai ini akan digunakan sebagai pedoman dalam organisasi yang kelak dapat membuat sebuah organisasi tampil beda dengan organisasi yang lain.

Budaya organisasi dapat membuat karyawan gairah, disiplin, suka memiliki nilai moral yang tinggi atau malah sebaliknya, tidak bergairah, tidak disiplin, santai atau malas, selalu mengharap imbalan dsb. Perbedaan latar budaya dari setiap orang akan membuat perbedaan pula dalam cara mereka berperilaku. Adakalanya budaya organisasi merupakan suatu kekuatan yang tidak tampak, tapi sangat terpengaruh terhadap pikiran, perasaan dan tindakan seseorang dalam bekerja. Dalam organisasi bisa dilihat perangkat keras dari sebuah budaya seperti adanya struktur, kebijakan, peraturan, teknologi, keuangan, yang dapat diawasi dan diukur. Namun ada pula perangkat lunak yang tidak tampak, yang bersifat kejiwaan menyangkut sisi kemanusiaan dari orgnisasi, seperti nilai, kepercayaan, keyakinan, norma-norma, kebiasaan yang sudah mendarah daging, yang sulit dikuantifisir, sulit diawasi, dan sulit dirubah. Robbins (1996:206) menyatakan: Organization culture refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organizations. Budaya organisasi berarti system nilai dan keperceyaan yang dianut bersama oleh anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya. Dalam berbagi literatur banyak dikemukakan pengertian budaya organisasi, yang secara umum dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi ialah keteraturan perilaku yang dapat dilihat, pada saat orang berinteraksi, seperti manggunakan kata-kata, symbol-simbol, mimik, kualitas kerja, penghargaan terhadap atasan atau bawahan. Contoh simbol-simbol misalnya seperti yang sering diceramahkan oleh Dai kondang Aa Gym yaitu hendaklah kita ini melaksanakan symbol berikut dalam pergaulan: SENYUM-SALAM-SAPA-SOPAN-SANTUN Simbol-simbol tersebut dapat pula dijadikan budaya pada sebuah perusahaan, bila akan melayani tamu yang berkunjung keperusahaan. Lontarkan senyum lebih dulu, ucapkan salam dan sapa. Kemudian diikuti dengan tata cara yang sopan dan santun. Ada pula sebuah perusahaan yang mengutamakan symbol-simbol Keamanan, Kebersihan, Keindahan, Kesopanan, dan kepribadian di dalam tata interaksi di perusahaannya.

Manejemen sebuah perusahaan dapat saja menciptakan symbol-simbol lain yang harus dibudayakan agar diikuti dan dibiasakan secara umum, misalnya symbolsimbol kerja keras, efisien, ikhlas, ihsan, kaizen (Jepang = unending improvement) tepat waktu akurat dsb. Pusdik Pertamina dalam Aan Komariah, (2004:191) menyatakan bahwa secara tipologis budaya organisasi dapat dibedakan: 1) Academy, yaitu budaya organisasi yang menekankan pada spesialisasi jabatan. Tipe ini menghendaki karyawan berasal dari suatu Perguruan Tinggi yang terkenal yang akan dididik dan ditempatkan pada suatu bidang kerja yang professional; 2) Club, dalam hal ini budaya organisasi menjadikan senioritas, loyalitas, komitmen dan pengalaman sebagai cirri khas budaya organisasi; 3) Baseball Team, mencari bakat-bakat muda yang dapat memberikan sumbangan yang cemerlang bagi kemajuan organisasi, tidak mementingkan umur, tapi yang penting adalah individu yang memiliki jiwa entrepreneur dan inofatif; 4) Fortress, menekankan pada kelangsungan hidup organisasi, survive melalui kepekaan terhadap tantangan-tantangan baru. Luthans dalam Aan Komariyah (2004:25) mengemukakan cirri budaya organisasi sbb: 1. Peraturan yang berlaku yang harus dipenuhi 2. Norma-norma 3. Filosofi 4. Aturan-aturan 5. Iklim organisasi. Ciri utama yang dominan dalam budaya organisasi diatas adalah adanya peraturan, norma, aturan-aturan, dan nilai-nilai. Kemudian dilihat pula iklim organisasi, suasana hubungan interaktif antar personil, atasan-bawahan. Dan antar karyawan sendiri. Sedangkan landasn filosofi adalah dasar hakiki yang dianut oleh para pemilik/pendiri perusahaan tentang pandangan hidupnya, masa depan perusahaan, visi dan misi yang melandasi perilaku organisasi sebuah lenbaga.

Iskandar Kasim (2004:3) menyatakan bahwa paling penting sedikit ada sepuluh aspek organisasi yang akan membentuk Budaya Organisasi, baik itu merupakan Badan Usaha. Instansi Pemerintah atau lembaga lainnya yaitu: 1. Peraturan dan Kebijaksanaan 2. Tujuan dan Ukuran 3. Pelatihan 4. Perilaku Menajemen 5. Kebiasaan dan Norma 6. Upacara dan Kejadian 7. Penghargaan dan Pengakuan 8. Komunikasi 9. Lingkungan 10. Struktur Organisasi. Kesepuluh komponen ini, tidak perlu semuanya ada, tetapi tergantung pada organisasinya, namun jugantidak satu komponanpun yang dapat berdiri sendiri membentuk Budaya Organisasi. Budaya Organisasi merupakan campuran dari aspekaspek diatas. Melalui peraturan dan kebijaksanan, Kebiasaan dan Norma serta, Pelatihan akan dapat membentuk suatu sikap dari seluruh personal yang ada di perusahaan. Demikian pula perilaku manajemen, upacara dan kejadian, penghargaan dan pengakuan, merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diberlakukan dalam perusahaan akan menjadi penentu seluruh karyawan yang kejadiannya akan berulang setiap periode tertentu. Komunikasi, Lingkungan serta Srruktur organisasi akan memperlihatkan bagaimana organisasi berhubungan dengan orang-orang baik internal maupun public eksternal. Kebiasaan yang dilakukan dalam komunikasi ini akan menimbulkan kesan pada public yang akan membuat image terhadap budaya organisasi itu sendiri.

II.

Karakteristik Budaya Perusahaan


Budaya perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks. Untuk itu

budaya perusahaan harus memiliki beberapa karakteristik sebagai wujud nyata keberadaannya. Masing-masing karakteristik tersebut pada penerapannya akan mendukung pencapaian sasaran perusahaan. Menurut Surya Dharma dan Haedar Akib (2004:25) mengemukakan 10 (sepuluh) karakteristik budaya perusahaan sebagai berikut : 1. Identitas Anggota ; derajat dimana pekerjaan lebih mengindentifikasi organisasi secara menyeluruh daripada dengan tipe pekerjaan atau bidang keahlian profesionalnya. 2. Penekanan kelompok; derajat dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok dari pada individu. 3. Fokus orang; derajat dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang dihasilkan terhadap pekerjaan dalam organisasi. 4. Penyatuan unit; derajat dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara yang terorganisasi atau bebas. 5. Pengendalian; derajat dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk mengawasi dan pengendalian perilaku pekerja. 6. Toleransi resiko; derajat dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau mengambil resiko. 7. Kriteria ganjaran; derajat dimana ganjaran seperti peningkatan pembayaran dan promosi lebih dialokasikan menurut kinerja pekerja daripada senioritas, favoritisme atau faktor non pekerja lainnya. 8. Toleransi konflik; Derajat dimana pekerja didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan kritik secara terbuka.

9.

Orientasi sarana-tujuan; derajat dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut.

10. Fokus pada sistem terbuka; derajat dimana organisasi memonitor dan merespon perubahan dalam lingkungan eksternal. Sedangkan menurut Robbins (2001: 16) menyatakan ada tujuh karakteristik budaya organisasi atau budaya perusahaan sebagai berikut:

1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (inovation and risk taking) 2. Perhatian terhadap detail (Attention to detail) 3. Berorientasi Kepada hasil (Outcome orientation) 4. Berorientasi kepada manusia (People orientation) 5. Berorientasi tim ( Team orientation) 6. Aggresif (Aggressiveness) 7. Stabil (Stability)

III.

Faktor, Unsur & Proses Terbentuknya Perusahaan

1. Faktor-faktor Pembentukan Budaya Perusahaan


Menurut Krisdarto (2001:53) faktor-faktor yang membentuk budaya perusahaan yaitu :

1. Observed behavioral regularities when people interact Yaitu bahasa yang digunakan dalam organisasi, kebiasaan dan tradisi yang ada, dan ritual para karyawan dalam menghadapi berbagai macam situasi. 2. Group Norms Yaitu nilai dan standar baku dalam organisasi. 3. Exposed Values Yaitu nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi yang ingin dicapai, misalnya kualitas produk, dan sebagainya. 4. Formal Philosophy Yaitu kebijakan dan prinsip ideologis yang mengarahkan perilaku organisasi terhadap karyawan, pelanggan, dan pemegang saham. 5. Rules of the Game Yaitu aturan-aturan dalam perusahaan (the ropes), hal-hal apa saja yang harus dipelajari oleh karyawan baru agar dapat diterima di organisasi tersebut. 6. Climate Yaitu Perasaan yang secara eksplisit dapat terasa dari keadaan fisik organisasi dan interaksi antar karyawan, interaksi atasan dengan bawahan, juga interaksi dengan pelanggan atau organisasi lain.

7. Embedded Skills Yaitu kompetensi khusus dari anggota organisasi dalam menyelesaikan tugasnya, dan kemampuan menyalurkan keahliannya dari satu generasi ke generasi lainnya. 8. Habits of thinking, mental models, and/or linguistec paradims Yaitu adanya suatu kesamaan frame yang mengarahkan pada persepsi (untuk dapat mengurangi adanya perbedaan persepsi), pikiran, dan bahasa yang digunakan oleh para karyawan, dan diajarkan pada karyawan baru pada awal proses sosialisasi. 9. Shared Meanings Yaitu rasa saling pengertian yang diciptakan sendiri oleh karyawan dari interaksi sehari-hari. 10. Root Metaphors or Integrating Symbols Yaitu ide-ide, perasaan, dan citra organisasi yang dikembangkan sebagai karakteristik organisasi yang secara sadar ataupun tidak sadar tercermin dari bangunan, lay out ruang kerja, dan materi artifacts lainnya. Hal ini merefleksikan respon emosional dan estetika anggota organisasi, disamping kemampuan kognitif atau kemampuan evaluatif anggota organisasi.

2. Unsur-unsur Pembentukan Budaya Perusahaan


Beberapa unsur pembentukan budaya perusahaan menurut Atmosoeprapto (2001:71), yaitu : 1. Lingkungan usaha; lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai kebrhasilan.

2.

Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi.

3.

Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya.

4.

Upacara-upacara (rites dan ritual); acara-acara ritual yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya.

5.

Network; jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.

3. Proses Terbentuknya Budaya Perusahaan Eugene McKenna dan Nic Beech (2000:60) membagi budaya organisasi atau budaya perusahaan atas beberapa komponen pembentuk, yaitu :

1. Filosof, yang menjadi panduan penetapan kebijakan organisasi baik yang berkenaan dengan karyawan ataupun klien. 2. Nilai-nilai dominan yang dipegang oleh organisasi. 3. Norma-norma yang diterapkan dalam bekerja. 4. Aturan main untuk berelasi dengan baik dalam organisasi yang harus dipelajari oleh anggota baru agar dapat diterima oleh organisasi. 5. Tingkah laku khas tertentu dalam berinteraksi yang rutin dilakukan.Perasaan atau suasana yang diciptakan dalam organisasi. Dengan menggali komponen-komponen pembentuk ini, diharapkan akan memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran ini menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah deselesaikan didalamnya, dan cara para anggota diharapkan berperilaku.

IV.

Fungsi Budaya Perusahaan


Beach dalam Aan Komariah (2004:192) menyatakan ada 7 fungsi sbb:

1. Memberikan spesifikasi apa yang utama yang harus dilakukan buat organisasi, sehingga ada standar pengukuran baik terhadap keberhasilan ataupun kegagalan; 2. Memberi pedoman bagaimana cara menggunakan resources, dan untuk apa digunakan; 3. Menetapkan apa yang dapat diharapkan oleh organisasi dari karyawan, dan sebaliknya; 4. Membuat metode pengawasan perilaku dalam organisasi, mana yang sah, dan mana yang tidak sah, dimana letak kekuasaan dan bagai mana menggunakan kekuasaan; 5. Menetapkan mana perilaku yang boleh dilakukan dan mana yang tidak, dan menetapkan hukuman atau penghargaan; 6. Menentukan suatu tatanan bagaimana anggota harus menciptakan

kebersamaan sesame anggota dan bagaimana menghadapi non anggota, dalam hal berkopetisi, bekerjasama, berlaku sopan,dsb; 7. Memberi petunjuk pada anggota bagaimana memperlakukan lingkunagn eksternal, aggressively, exploitatively, responsibly, or proactively. Sedangkan Robbins (1996:253) menyatakan lima fungsi budaya organisasi yaitu: 1. Membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya 2. Meningkatkan sense of identity anggota 3. Meningkatkan komitmen bersama 4. Menciptakan stabilitas system social 5. Membuat mekanisme pengendalian yang memadu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.

Menurut Veithzal Rivai (2005:430), fungsi budaya perusahaan adalah :

1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jels antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain. 2. Budaya memberikan indentitas bagi anggota organisasi. 3. budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan individu. 4. Budaya itu mengingkatkan kemantapan sitem sosial. 5. Budaya sebagai mekanisme pmbuat makna dan kendali yang memandu sera membentuk sikap dan perilaku karyawan. Dari pengertian tersebut budaya perusahaan merupakan suatu ciri khas dari suatu perusahaan yang mencakup sekumpulan nilai-nilai kepercayaan yang membantu karyawan untuk mengetahui tindakan apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan yang berhubungan dengan struktur formal dan informal dalam lingkungan perusahaan. Selain itu budaya perusahaan juga merupakan suatu kekuatan tak terlihat yang mempengaruhi pemikiran, persepsi, dan tindakan manusia yang bekerj di dalam perusahaan, yang menentukan dan mengharapkan bagaimana cara mereka bekerja sehari-hari dan membuat mereka lebih senang dalam menjalankan tugasnya. Dengan adanya budaya perusahaan akan memudahkan karyawan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan, dan membantu karyawan untuk mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam perusahaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut sebagai pedoman karyawan untuk berperilaku yang dapat dijalankan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Di samping itu dari pendapat ahli tersebut di atas lingkungan kerja merupakan suatu alat ukur yang akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan jika lingkungan kerja yang ada di perusahaan itu baik. Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawan melalui pengikatan hubungan yang harmonis dengan atasan, rekan kerja, maupun bawahan, serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai yang ada di tempat bekerja akan membawa dampak yang positif bagi karyawan, sehingga kinerja karyawan dapat meningkat. Lingkungan kerja yang baik diciptakan oleh perusahaan akan sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup dari perusahaan karena tidak jarang terjadi suatu perusahaan gulung tikar karena adanya lingkungan kerja yang tidak kondusif.

Linkungan kerja yang kondusif yang diciptakan oleh karyawan dan perusahaan akan mendorong efektivitas dari perusahaan tersebut didalam menjalankan roda organisasinya. Serta akan menimbulkan semangat dan gairah kerja yang tinggi karena adanya lingkungan kerja yang baik dan menyenangkan. Untuk itu budaya perusahaan dan lingkungan kerja sebagai dua faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan sebaiknya dilakukan dengan baik, karena kedua hal ini akan sangat menentukan baik itu untuk karyawan maupun untuk perusahaan, karena jika kedua hai ini mendapat perhatian dari perusahan maka keuntungan yang diperoleh tentu sangat besar dan berguna, baik untuk masa kini dan masa yang akan datang, perusahaan memperoleh keuntungan berupa pencapaian tujuan dan produktivitas yang tinggi dan bagi karyawan akan memperoleh kinerja yang tinggi. Berdasarkan uraian para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 mengenai budaya perusahaan dan variabel X2 mengenai lingkungan kerja mempunyai keterkaitan atau pengaruh dengan variabel Y yaitu kinerja karyawan, dimana kinerja karyawan ini akan tercapai apabila budaya perusahaan di lingkungan kerja mendapat perhatian dari perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB 3 KESIMPULAN
Perusahaan yang ingin maju harus memiliki Budaya Organisasi, yang sudah tertera dengan baik, serta diikuti oleh seluruh personal organisasi. Kelemahankelemahan yang terdapat dalam salah satu elemen budaya, harus segera diperbaiki, agar anggota organisasi tidak terlanjur membiasakan diri dalam kelemahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Robbin, (1994). Teori Organisasi, Arcan, Jakarta. , (2004). Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Sumber : Majalah Eksekutif edisi November 1989. Prof.DR.H. Alma Buchari, (2010). Pengantar Bisnis,Alfabeta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai