Anda di halaman 1dari 23

MEMODERNKAN PETANI DAN PERTANIAN DI PEDESAAN (SUATU KASUS DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI) Oleh: RENY SUKMAWANI

ABSTRAK

Meskipun potensi politiknya sesungguhnya besar, namun saat ini sektor pertanian memiliki posisi sosial rendah di mata masyarakat. Profesi petani digambarkan sebagai profesi dengan penghasilan kecil dan memprihatinkan, gurem, tradisional dan tidak bergengsi. Kondisi ini mengakibatkan pertanian saat ini banyak ditinggalkan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Surade adalah petani sehingga pertanian di Kecamatan Surade memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Surade. Namun disisi lain jumlah masyarakat miskin di Kecamatan ini masih banyak dan didominasi oleh petani. Oleh karena itu, pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian di Kecamatan Surade sangat penting untuk dilaksanakan. Pengembangan bidang pertanian di Kecamatan Surade harus dikelola dengan menggunakan kerangka pemikiran pertanian modern, yang ada yaitu suatu sistem agrobisnis dan agroindustri secara terpadu dari sistem industri hulu pertanian, sistem produksi pertanian, sistem pascapanen, sistem pengolahan hasil pertanian (industri hilir), dan sistem pemasaran hasil pertanian sampai ke tingkat konsumen di dalam dan luar kota. Berdasarkan potensi wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki peluang yang baik untuk menjadi salah satu sentra agribisnis baik agribisnis berbasis sumberdaya, agribisnis berbasis investasi maupun agribisnis berbasis inovasi. Untuk mewujudkannya dibutuhkan SDM yang handal. Kualitas SDM merupakan hal yang esensial. Kecamatan Surade membutuhkan konsultan-konsultan bisnis yang handal, serta ketua-ketua kelompok tani yang bersosok manajer. Kecamatan Surade membutuhkan petani-petani yang secara individual berjiwa pioneer, kreatif dan juga mandiri sebagai cerminan jiwa manusia dengan karsa yang kuat. Kata Kunci: petani, pertanian, modern, SDM

I. 1.1.

Pendahuluan Latar Belakang

Paper ini merupakan interpretasi penulis tentang kondisi pertanian saat ini yang mengalami kemunduran. Khususnya apabila melihat fenomena langsung di lapangan, dimana sektor pertanian saat ini semakin terpinggirkan. Mantan

menteri Pertanian, Dr.Ir . Anton Apriyantono, MS dalam salah satu konsep pembangunan pertanian pada masa jabatannya menggambarkan bahwa kondisi pertanian saat ini berada di persimpangan jalan. Sementara menurut Agus

Pakpahan (2004), gambaran masa depan pertanian sering dilihat sebagai gambaran yang suram, tak memberikan harapan. Herman Soewardi (2004)

berpendapat bahwa pembangunan pertanian sebagaimana berjalan di negaranegara berkembang, ternyata tidak berjalan sebagaimana yang telah terjadi di negara-negara maju. Adapun teorinya adalah dengan berjalannya industrialisasi, sektor pertanian akan menciut . Penulis sendiri dalam salah satu artikel yang diterbitkan di salah satu surat kabar harian merasa bahwa dari dulu (sepanjang ingatan kita) hingga kini gambaran seorang petani tidak mengalami perubahan. Meskipun potensi politiknya sesungguhnya besar, namun saat ini sektor pertanian memiliki posisi sosial rendah di mata masyarakat. Petani identik dengan kesan kumuh, lusuh, kotor dan masa depan suram. Profesi petani digambarkan sebagai profesi dengan penghasilan kecil dan memprihatinkan, gurem, tradisional dan tidak bergengsi. Kalau demikian, apa yang telah dilakukan pemerintah selama ini sehingga dari tahun ke tahun persepsi terhadap petani dan nasib petani tidak berubah? Kondisi ini mengakibatkan pertanian saat ini banyak ditinggalkan.

Generasi muda di pedesaan lebih memilih menjadi buruh pabrik, menarik ojeg atau mengadu nasib di negeri orang daripada menjadi petani di desanya. Maka

bukanlah hal yang tidak mungkin bahwa pada suatu saat nanti Negara kita akan kekurangan bahkan kehilangan petani. Hasil penelitian Nunu, dkk (2009) menyimpulkan bahwa mandeknya sektor pertanian ini berakar pada terlalu berpihaknya pemerintah terhadap sektor industri sejak pertengahan tahun 1980-an. Pada dekade sebelumnya terjadi peningkatan yang luar biasa pada sektor pertanian. Pemerintah menganggap pembangunan pertanian dapat bergulir atau berjalan dengan sendirinya, asumsi ini membuat pemerintah mengacuhkan pertanian dalam strategi pembangunannya. Sebetulnya hal ini tidak terlepas dari paradigma pembangunan saat itu yang lebih menekankan pada industrialisasi. Sedangkan menurut Iskandar Andi Nuhung (2003), penyebab lambatnya pembangunan pertanian di Indonesia disebabkan karena :(1) masalah teknologi; (2) masalah kelembagaan; (3) masalah pengolahan dan pasca panen; (4) masalah permodalan; (5) masalah pemasaran; (6) masalah kualitas sumberdaya manusia; (7) masalah koordinasi; (8) masalah insfrastruktur; (9) masalah informasi; (10) masalah perijinan; (11) masalah lahan dan (12) masalah pembinaan serta penyuluhan. Lain halnya dengan pendapat Jamil

Musanif (2005) yang lebih menyoroti rpada sumberdaya manusianya sebagai penyebab kondisi pertanian saat ini yaitu masalah rendahnya kreatifitas dan ketidak sanggupan bekerja keras. Terlepas dari banyaknya permasalahan di sektor pertanian, penulis dalam paper ini akan mencoba mengkaji mendalam terkait dengan masalah aspek sumberdaya manusia. Sebab penulis berpendapat bahwa kunci utama

keberhasilan (apapun) terletak pada pelakunya. Suatu usaha atau kegiatan sebaik

apapun program dan perencanaannya tidak akan berhasil apabila SDM nya tidak siap. Demikian pentingnya aspek SDM di dalam peningkatan pembangunan

pertanian inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang penyebab semakin terpuruknya kondisi pertanian saat ini berdasarkan kondisi real yang ada dengan sorotan utama pada faktor perilaku pelaku utamanya di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi, yaitu kabupaten terluas se-Jawa dan Bali. Sektor pertanian di Kabupaten Sukabumi merupakan sektor atau lapangan usaha yang menjadi prioritas dalam tahun 2011 karena memiliki kontribusi terbesar bagi Kabupaten Sukabumi yakni rata-rata sebesar 38,72 % (Bappeda, 2009). Berdasarkan karakteristik wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki potensi yang baik untuk pengembangan agribisnis. Sebagian besar mata

pencaharian penduduk Surade adalah petani sehingga pertanian di Kecamatan Surade memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Surade. Disisi

lain jumlah masyarakat miskin di Kecamatan ini masih banyak dan didominasi oleh petani. Berdasarkan data BPS (2009), distribusi keluarga miskin secara keseluruhan berjumlah 3.417 KK dengan proporsi 30.65 % dari jumlah KK seluruhnya 11.148 KK . Dari jumlah keluarga miskin tersebut anggota keluarga miskin seluruhnya sebanyak 13.975 orang. Berdasarkan hal itulah maka Kecamatan Surade dipilih untuk kajian ini.

II. Karakter Wilayah Studi 2.1 Geografis

Kecamatan Surade merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Secara administratif batas Kecamatan Surade adalah : Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cibitung Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciracap Sebelah Utara berbatasan denganKecamatan Jampang Kulon dan Kecamatan Waluran Sebelah Selatan Samudra Indonesia Kecamatan Surade terdiri dari 11 Desa, 96 RW dan 423 RT. Adapun desa desa tersebut adalah sebagai berikut : Desa Pasiripis, Desa Buniwangi, Desa Cipendeuy, Desa Gunung Sungging, Desa Citanglar, Desa Jagamukti, Desa Swakarya, Desa Kadaleman, Desa Wanasri, Desa Sirnesari dan Desa Sukatani. Jarak Kecamatan Surade ke Ibukota Kabupaten Sukabumi (Pelabuhan ratu) adalah 74 km. Ketinggian tanah Kecamatan Surade bervariasi antara 0 500 dpl (di atas permukaan laut). Berdasarkan geografis keadaan topografi pada umumnya

merupakan dataran 70 %, berbukit- bukit 30 % dengan kemiringan antara 150 250 dan mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 15 300 meter, dengan curah hujan antara 2.500 3.000 mm / tahun. Suhu minimum 17,2oC dan suhu maksimum 32,8oC.

2.2. Potensi Pertanian Penggunaan lahan di Kecamatan Surade hingga tahun 2007 mayoritas adalah lahan sawah, setelah itu adalah hutan negara (Gambar 1). Sedangkan pada Gambar 2 terlihat bahwa luasan lahan sawah yang ada di Kecamatan Surade hingga tahun 2007 mengalami penurunan.
5

Penggunaan Lahan di Kecamatan Surade Tahun 2007


3.91%(Tegal/Keb un) 9.70%(Ladang/Hu 32.33% (Lahan ma) 0.84%(Kolam/Em 3.36%(Hutan Sawah) pang) Rakyat) 7.54%(Perkebuna n) 30.50%(Hutan Negara) 5.42% (Bangunan) Bangunan Tegal/kebun Ladang/Huma kolam/Empang Hutan rakyat Perkebunan Hutan Negara Lain - lain

6.40%(Lain-lain)

Gambar 1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Surade (diolah berdasarkan data BPS)

Gambar 1 menunjukkan bahwa lahan sawah dan hutan negara mendominasi penggunaan lahan di Kecamatan Surade, sedangkan sisanya adalah tegal/kebun, ladang/huma, hutan rakyat, perkebunan dan bangunan.

Luas Lahan Persawahan dalam (Ha)

Luas Lahan Persawahan kecamatan Surade


4274 4260 4240 4220 4200 2004 2006 Tahun 2007 4274 4271

Gambar 2. Luas Lahan sawah Kecamatan Surade (diolah dari data BPS)

Meskipun berdasarkan data BPS lahan sawah di Kecamatan Surade mendominasi, tetapi selama periode 2004 2007 tampak terjadi penurunan luas lahan sawah yang ada sebanyak 3 hektar. Dari sawah seluas 2471 ha, mayoritas adalah lahan sawah tadah hujan, yaitu sebanyak 46,50%. Mayoritas lahan sawah di Kecamatan Surade masih mengandalkan air hujan dan irigasi sederhana dalam usahataninya. Lahan sawah dengan irigasi teknis baru sedikit yaitu sekitar 6,63% sedangkan irigasi setengah teknis hanya sekitar 12,34%. Luas lahan sawah

berdasarkan irigasi per Desa di Kecamatan Surade dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Lahan Sawah Berdasarkan Jenis Pengairan No Desa Sawah Pengairan Sawah Tadah Teknis Setengah Pedesaan Hujan (Ha) Teknis 35 62 92 125 100 20 225 220 186 100 165 180 1475 30 112 50 175 105 375 420 141 171 284 224 2087 Jumlah (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kelurahan Surade 158.9 Jagamukti Gunungsungging Cipendeuy 125 Sukatani Pasiripis Buniwangi Citanglar Kadaleman Warnasari Sirnasari Total 283.9 Data BP3K Kecamatan Surade 2009

200 100 50 10 133

528

285.9 204 175 600 225 650 650 327 404 449 404 4373.9

Karakteristik tanah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi pada umumnya jenis tanahnya podsolik merah kuning dengan ciri-ciri lempung berpasir. Jenis tanah ini memiliki tekstur agak halus sampai kasar. Kondisi tanah seperti ini memiliki porositas yang tinggi sehingga kemampuan mengikat airnya

rendah, maka perlu pengelolaan tanah yang sangat maksimal untuk pertanian sehingga tanah berkualitas baik untuk pertanian.

2.3.

Sumberdaya Manusia Jumlah penduduk di Kecamatan Surade sebanyak 70285 jiwa dengan

jumlah KK tani sebanyak 17765 (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga (2008) Jumlah Jiwa (orang) Jumlah KK No Desa LakiKK KK Perempuan Jumlah laki Umum Tani 1 Swakarya 3978 4031 8009 2253 1893 2 Jagamukti 2494 2613 5107 1459 1226 3 Gunungsungging 2589 2555 5144 1657 1392 4 Cipendeuy 2008 2045 4053 1144 961 5 Sukatani 1739 1650 3389 931 782 6 Pasiripis 5732 5662 11394 3404 2859 7 Buniwangi 4795 4839 9634 3033 2548 8 Citanglar 4692 4701 9393 2765 2323 9 Kadaleman 2467 2304 4771 1350 1134 10 Warnasari 1812 1808 3620 1181 1122 11 Sirnasari 2993 2778 5771 1605 1525 Total 35299 34986 70285 20782 17765 Data BP3K Kec. Surade Tahun 2009

Tabel 3.Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan No Desa SD SMP SMA D3 S1/S2 (1) 1 2 3 4 5 6 7 (2) Swakarya Jagamukti Gunungsungging Cipendeuy Sukatani Pasiripis Buniwangi (3) 3345 1911 3003 1265 1641 6423 5432 (4) 1686 1040 623 980 457 1627 1139 (5) 976 616 500 763 322 1227 1270 (6) 40 28 15 20 10 35 30 (7) 124 76 13 25 4 76 104

Belum/tidak sekolah (8) 1838 1436 990 1000 955 2006 1659

Jumlah (9) 8009 5107 5144 4053 3389 11394 9634

(1) 8 9 10 11

(2) (3) (4) Citanglar 6410 684 Kadaleman 1771 478 Warnasari 2015 429 Sirnasari 3831 463 Total 37047 9606 Data BP3K Kec. Surade Tahun 2009

(5) 446 455 346 602 7523

(6) 20 10 9 8 225

(7) 45 14 28 18 527

(8) 1788 2043 793 849 15357

(9) 9393 4771 3620 5771 70285

Tabel 2 menunjukkan bahwa KK tani di Kecamatan Surade cukup banyak dan ini merupakan potensi dalam pengembangan pertanian di Kecamatan Surade. Sedangkan Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Surade mayoritas masih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah ini diyakini menjadi salah satu faktor lambatnya perkembangan pembangunan pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

III. Permasalahan Pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi Implementasi pembangunan pertanian pada masa sebelumnya kurang sejalan dengan konsepsi dan skenario yang telah direncanakan. Secara konsepsi pemerintah telah merencanakan untuk menciptakan sektor pertanian yang tangguh untuk menopang perkembangan industri. Dalam kenyataannya setiap kebijakan lebih condong berpihak pada industri manufaktur yang tidak berbasis pada pertanian. Menurut Agus Pakpahan (2004), setelah krisis ekonomi berlanjut kita menyaksikan bahwa ternyata industri yang kuat tidak terwujud dan pertaninan tangguh juga tidak terjadi. Permasalahan-permasalahan yang muncul baik eksternal maupun internal yang dialami oleh Kecamatan Surade selama ini dalam pelaksanaan pembangunan

di bidang pertanian ini penanganannya tidak boleh sendiri-sendiri tetapi harus bersama-sama atau dengan kata lain kerja sama dari berbagai stakeholder sangat diperlukan, disamping tentu saja juga diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah. Berdasarkan hasil analisis di lapangan, permasalahan pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 . Permasalahan Pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi No (1) 1 Indikator (2) Lahan Masalah (3) a. Luas luas pemilikan lahan petani sempit, sehingga sulit untuk menyangga kehidupan keluarga tani. b. Produktivitas lahan menurun akibat intensifikasi berlebihan dan penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. c. Alih fungsi lahan produktif ke sektor yang kurang poduktif d. Belum optimalnya implementasi pemetaan komoditas terkait dengan agroekosistem lahan e. Masih banyak lahan tidur a. Persengketaan tanah rakyat dan pengusaha dengan pemerintah b. Banyak lahan petani yang belum bersertifikat c. Banyak petani yang tidak punya lahan

Status Kepemilikan Tanah

Petani (SDM a. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai Pertanian) petani cukup besar b. Pendidikan formal rendah c. Rendahnya regenerasi petani d. Tingkat kemiskinan yang tinggi e. Produktivitas/KK rendah Mentalitas a. Petani lemah dalam memperjuangkan haknya petani b. Lemahnya kewirausahaan c. Masih percaya mitos dan moral hazard Keterampilan a. Keterbatasan penguasaan pada teknik budidaya komoditas tertentu saja b. Kurangnya orientasi agribisnis c. Kurangnya pengusaan proses pengolahan pasca panen d. Kurangnya kemampuan mengkases pasar

10

(1) 6

(2) Modal

Pasar tataniaga

a. b. c. d. dan a.

(3) Petani kurang modal Sistem perbankan yang kurang peduli pada petani Belum ada asuransi pertanian Sistem ijon Harga tidak wajar ( fluktuatif tergantung pedagang, tengkulak) merugikan petani b. Penguasaan informasi dan akses pasar lemah c. Rantai tata niaga yang panjang dan pembagian marjin yang tidak adil

Berdasarkan tabel permasalahan di atas, masalah yang berkaitan dengan petani dan perilaku petani cukup mendominasi. Padahal menurut Mosher (1965), semangat dan tekad adalah mesinnya. Semua tugas perorangan dalam Jumlah energi yang

pembangunan pertanian dilaksanakan oleh manusia.

dicurahkannya untuk tugas-tugas itu tergantung dari berapa besar semangatnya terhadap pekerjaannya dan berapa kuat tekadnya untuk melakukan tugas itu

dengan baik dan berhasil. Perilaku petani ini erat kaitannya dengan masalah kultural. Herman Soewardi (2004) berpendapat bahwa untuk meningkatkan daya saing tidak hanya cukup dengan memperbaiki faktor-faktor struktural saja, melainkan juga masalah kultural., atau Oleh sebab itu, masih menurut Herman

Soewardi (2004), kultur yang bersemayan di dada kita harus direformasi dan kultur ini sulit dirubah (adat Kakurung Ku Iga). Kultur yang harus direformasi adalah kultur fatalisme atau lemah karsa. Kultur lemah karsa ini nampak pada sebagian petani di negara kita, tak terkecuali di Kecamatan Surade. Etos kerja sangat erat kaitannya dengan pembangunan. Menurut Herman Soewardi (2004), etos kerja bangsa indonesia tergolong rendah. Di Jawa Barat sendiri gambaran etos kerja orang Sunda diwakili oleh tokoh si Kabayan, di mana

11

si Kabayan ini adalah tipe pemalas, suka menghayal dan ingin kaya cepat tetapi kedul. Herman Soewardi (2004) mengungkapkan bahwa ada lima sifat yang bertalian dengan kelemah-karsaan ini, ialah : 1. Tak ada orientasi ke depan. Kita biasa mengatakan bagaimana besok, hal mana sangat bertentangan dengan kebiasaan di negara-negara maju yang selalu mengatakan besok bagaimana. 2. Tak ada growth philosophy, atau keyakinan bahwa hari esok dapat dibuat lebih cerah daripada hari ini. 3. Cepat menyerah. Dengan kata lain orang-orang kita bersifat tidak ulet atau cengeng. Baru menghadapi dua kali hambatan, seperti katurug katutuh, 4. Berpaling ke akhirat. Sifat cepat menyerah berkaitan denan berpaling ke akherat. Karena tidak banyak sukses di dunia (karena sifatnya yang cepat menyerah), maka orang menghibur diri dengan suatu harapan, bila di dunia mereka kehabisan, nanti mereka akan memperoleh sesuatu yang baik di akhirat. 5. Lamban atau inertia. Misalnya lamban dalam memberika respon bila ada kesempatan. Dari kelima sifat lemah karsa tersebut, sifat cepat menyerah yang paling mengkarakterisir sifat lemah karsa itu. Lemah karsa tidak malas, tapi orang yang dihinggapi sifat ini berperilaku lunak, tak ada paksaan untuk mencapai kecemerlangan dalam hidup. Budaya kerja kita tidak mengharuskan agar orang menunjukkan atau mencapai prestasi, yang penting adalah hidup dalam alam yang

12

statis. Dalam alam statis ini diupayakan agar orang tidak menjadi mundur bila menghadapi kesulitan apapun. Inilah yang disebut Clifford Geertz (1963)

treading wter atau wter trappen, bukan untuk menyembul ke luar akan tetapi agar tidak tenggelam lebih dalam lagi. Semua etnik di Indonesia menunjukkan sifat-sifat seperti ini namun ada yang lebih dan ada yang kurang. Demikian pula halnya dengan etnik Sunda (termasuk di dalamnya petani Surade, budaya makan tak makan yang penting ngumpul merupakan cerminan apa yang dikatakan oleh Geertz (1963) tentang bertahan dalam kesulitan.

IV. Upaya-Upaya Menuju Petani dan Pertanian Modern Kawasan pedesaan pada umumnya memiliki ciri antara lain sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian, masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja, relatif tingginya tingkat kemiskinan, kemampuan sumber daya manusia yang terbatas terutama dari sisi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta relatif rendahnya kualitas lingkungan pemukiman pedesaan. Struktur ekonomi Kecamatan Surade menunjukkan bahwa lebih dari 21%, perekonomian di Kecamatan Surade digerakan oleh sektor pertanian. Artinya peranan sektor pertanian cukup dominan dalam menggerakan roda perekonomian atau sebagai leading sektor dalam perekonomian Kecamatan Surade. Oleh karena itu, pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian di Kecamatan Surade sangat penting untuk dilaksanakan guna pengembangan lapangan kerja di pedesaan serta menekan angka kemiskinan dan migrasi penduduk ke perkotaan yang terus meningkat. Pengembangan ekonomi lokal dalam bentuk klaster (cluster) baik itu secara komoditi maupun perwilayahan yang melibatkan berbagai stakeholder
13

(pemerintah, swasta/pengusaha, asosiasi, lembaga-lembaga keuangan, koperasi, LSM, organisasi sosial pedesaan dan masyarakat) perlu digiatkan/diaktifkan dan dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan dan mengurangi pengangguran (menyerap tenaga kerja) yang akhirnya tingkat produktivitas masyarakat di pedesaan akan semakin meningkat dan kemiskinan akan semakin berkurang, sehingga diharapkan peningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat pedesaan dapat dicapai melalui peningkatan kualitas dan profesionalitas sumberdaya manusia (human capital) disertai peningkatan aset produktif pertanian dan dapat berperan sebagai pelaku aktif pembangunan, sehingga mereka mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal berkelanjutan melalui inovasi teknologi maju disertai penataan dan

pengembangan kelembagaan pertanian dan pedesaan, sehingga dapat memperluas spektrum pembangunan pertanian dan pedesaan (broad based agricultural diversification) untuk itu diperlukan investasi dan inovasi teknologi maju dan seperangkat kebijakan pemerintah. Untuk dapat mempercepat proses modernisasi dan diversifikasi pertanian berspektrum luas ini diperlukan investasi pemerintah pada pengembangan sarana dan prasarana pertanian modern dan fleksibel disertai pengembangan pascapanen dan agroindustri pedesaan. Namun agar semua itu dapat terwujud, tetap SDM yang siap menjadi salah satu faktor penentu. Menurut James Scott (1993), petani adalah orang yang hidup dengan basis moral tertentu yang disebut moral ekonomi petani. Menurutnya petani sangat memegang teguh norma, mendahulukan selamat dan enggan mengambil resiko. Sifat inilah yang mungkin menjadi penyebab munculnya

14

mentalitas petani di Kecamatan Surade seperti: lemah dalam memperjuangkan haknya, Lemahnya kewirausahaan, masih percaya mitos dan moral hazard. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa semua mentalitas petani Surade tersebut juga disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah. Berkenaan dengan kondisi yang demikian maka upaya yang dianggap ampuh untuk merubahnya adalah dengan cara memodernkan petani. Menurut Triyanto dan Syahyuti (2007), Petani modern pada hakikatnya adalah petani yang menjalankan konsep dan prinsip pertanian modern (saat ini berupa pertanian yang sehat, ramah lingkungan dan berkelanjutan). Petani

tersebut terbuka terhadap teknologi, akses kepada informasi secara luas, serta memiliki jariangan yang tidak terbatas secara geografis (Tabel 5). Prinsip-prinsip dalam pertanian modern sendiri adalah efisiensi, kesetaraan dan kesinambungan yang merupakan suatu guarantee terhadap paradigma pembangunan

berkelanjutan (sustainable development), dengan kata kunci bahwa, manusia adalah kunci keberhasilan pembangunan. Pertanian berkelanjutan akan terwujud bila manusia bersungguh-sungguh memahami bahwa cita-cita pertanian berkelanjutan hanya dapat terwujud apabila dilandasi suatu pembaruan atau reformasi atas sumberdaya-sumberdaya (baik alam maupun manusia) . Tabel 5. Perbedaan karakteristik Petani Tradisional dan Modern Atribut Rasionalitas - Landasan berpikir - Pengambilan keputusan Antisipsi - Perspektif bertindak - Kemampuan produksi Petani Tradisional Kepercayaan duniawi Acak Jangka pendek Rendah Petani Modern Ilmiah Sistemik Jangka panjang Tinggi

15

Rendah - Kemampuan penyesuaian Empati Rendah Mobilitas Rendah Partisipasi Rendah Sikap dan nilai (motivasi Rendah kerja) Sumber: Triyanto dan Syahyuti, 2007. Bila menilik pada Tabel

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

di atas, terdapat banyak kesamaan antara

karakteristik petani tradicional dengan karateristik SDM yang lemah karsa seperti yang digambarkan oleh Herman Soewardi (2004). Kemudian bila bandingkan dengan permasalahan pertanian di kecamatan Surade terkait dengan mentalitas petaninya, akan ditemukan pula kesamaan karakteristik sehingga sampai pada kesimpulan bahwa petani Surade sebagian besar adalah petani tradisional yang lemah karsa. Salah satu buktinya adalah data hasil penelitian Nunu, dkk (2009), yang menunjukkan bahwa keterlibatan petani Surade dalam kelompok tani hanya 24,9% (8481 yang aktif) dari terdaftar 42% (14375 yang terdaftar) mengikuti kelompok tani, Berdasarkan kasus pada petani di Kecamatan Surade kabupaten Sukabumi, kiranya perlu dilakukan upaya-upaya yang sifatnya penyembuhan khususnya terhadap mentalitas petani di sana. Diharapkan melalui penyembuhan ini akan tercipta petani petani modern di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Herman Soewardi dalam salah satu bukunya menyatakan bahwa penyembuhan penyakit leah karsa harus melalui pelurusan pandangan tentang islam sebagai dasarnya. Kita harus meneladani karsa Nabi Muhammad s.a.w yang sangat kuat dan berlandaskan pada ketulus iklasan. Nabi Muhammad s.a.w beserta leluhurnya pantang menyerah untuk mencapai satu tujuan yang diperintahkan Allah SWT dan

16

karena itu selalu dikaruniai keberhasilan. Salah satu hadist

nabi menganjurkan

umatnya untuk, Belajarlah seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, dan beribadahlah seolah-olah kamu akan mati besok, merupakan motivasi yang tiada duanya. Dalam salah satu firmannya Allah SWT pun memotivasi kita untuk berusaha merubah nasib, karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum itu tidak mau berusaha. Penulis sangat sependapat dengan Herman Soewardi, karena menurut penulis apabila seseorang memahami agama (islam) dan beriman, maka dia akan menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan secara sungguh-sungguh. Karena budaya apatis, mudah menyerah, tidak mau berusaha, dan lain-lain tidak dibenarkan dalam islam. Disamping dari sisi agama, upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memoderenkan petani adalah melalui : 1. Pendekatan individual dengan peningkatan SDM petani yaitu dalam bentuk pengembangan sumberdaya manusia (HRD). Salah satunya melalui metode andragogi. Contoh: LaKu (langkah dan Kunjungan) 2. Pendekatan pengembangan SDM petani melalui penyuluhan. Ada tiga objek yang diubah dalam kegiatan penyuluhan, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dimana perubahan perilaku adalah tujuan akhir dari seluruh rangkaian kegiatan, yaitu bertambahnya informasi, tumbuhnya keterampilan, serta timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat. 3. Pendekatan kelembagaan, misalnya melalui kelompok tani, koperasi, P3A, KTNA, HKTI dan lain-lain.

17

4.

Pembangunan pertanian dengan strategi pemberdayaan.

Pemberdayaan

mengacu pada pentingnya proses sosial selama program berlangsung. Untuk itu partisipsi harus berlangsung. Tujuan filosofisnya adalah untuk

memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat dan individu agar menggali potensi yang ada pada dirinya untuk ditingkatkan kualitasnya, sehingga akhirnya mampu mandiri. Ke-empat upaya di atas selama ini sudah banyak diterapkan di berbagai daerah, tetapi sampai sejauh mana tingkat implementasinya di lapangan belum terukur. Oleh sebab itu agar upaya ini dapat efektif dan efisien, diperlukan ada komitmen yang kuat dari pemerintah dan peran stakeholders dalam rangka pencapaian tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun secara khusus solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan pertanian di Kecamatan Surade menurut penulis seperti yang pernah dicanangkan oleh menteri pertanian Anton Apriyantono dalam program 100 hari masa jabatannya, adalah sebagai berikut: Tabel 8. Solusi Mengatasi Permasalahan Pertanian di Kecamatan Surade No (1) 1 Indikator (2) Lahan Solusi (3) Pembangunan agroindustri di pedesaan dalam rangka merasionalisasi jumlah petani dengan lahan yang ekonomis Penggalakkan sistem pertanian berbasis konservasi lahan Dikembangkan sistem pertanian ramah lingkungan (organik) Perencanaan dan implementasi RTRW yang konsisten Pemanfaatan lahan tidur untuk pemberdayaan masyarakat Reformasi pertanahan berpihak pada petani, mudah, dan murahnya sertifikasi tanah Mendorong tumbuhnya LSM dan advokasi untuk petani

Status Kepemilikan Tanah

18

(2) (3) Petani (SDM Sistem pendidikan rendah-menengah yang berbasis Pertanian) kompetensi daerah Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Dukungan sistem insentif dalam implementasi produksi komoditas unggulan daerah 4 Mentalitas Sistem pendidikan rendah-menengah yang berbasis petani kompetensi daerah Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Penumbuhan kesadaran petani melalui pembinaan yang berkelanjutan Penggalakkan sistem alih teknologi melalui pendampingan, diklat lapangan bagi petani Pembinaan motivasi, etos, dan kewirausahaan 5 Keterampilan Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Penggalakkan sistem alih teknologi melalui pendampingan, diklat lapangan bagi petani Pembinaan motivasi, etos, dan kewirausahaan 6 Modal Mendorong peran lembaga keuangan (Bank dan Non Bank) untuk masuk sektor pertanian dengan skema yang menguntungkan petani Mendorong penguatan model kolektif petani Mendorong peran tengkulak untuk membangun kemitraan yang adil dan peduli petani Merealisasikan subsidi pertanian yang yang tepat sasaran dan bersifat produktif 7 Pasar dan Menciptakan pasar alternatif dengan rantai tata niaga tataniaga pendek Terwujudnya organisasi tani yang kuat dan berakar Meningkatkan layanan informasi bagi petani Sumber: Reny Sukmawani. 2009. Pertanian merupakan salah satu program unggulan untuk pembangunan Kecamatan Surade. Pengembangan bidang pertanian di Kecamatan Surade harus dikelola dengan menggunakan kerangka pemikiran pertanian modern, yang ada yaitu suatu sistem agrobisnis dan agroindustri secara terpadu dari sistem industri hulu pertanian, sistem produksi pertanian, sistem pascapanen, sistem pengolahan hasil pertanian (industri hilir), dan sistem pemasaran hasil pertanian sampai ke tingkat konsumen di dalam dan luar kota.

(1) 3

19

Kebijakan pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian Kecamatan Surade hendaknya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat pedesaan umumnya.

V. Penutup Wilayah perdesaan dengan berbagai kenyamanan dan daya tersendiri telah diperlakukan secara tarik

tidak adil dalam berbagai kebijakan

pemerintah di masa lalu. Pengurasan sumberdaya yang berlebihan tanpa adanya pembagian yang adil terhadap manfaat dan hasil-hasil pembangunan, telah membuat ketimpangan spasial dan ketimpangan dalam berbagai bidang

kehidupan. Penyebab kondisi ini diantaranya adalah masyarakat perdesaan tidak mempunyai posisi tawar yang kuat, sehingga hak-hak kehidupan masyarakat yang lebih baik tidak diperolehnya. Kemiskinan dan ketidakmampuan masyarakat perdesaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan mereka. Hal ini

merupakan salah satu kegagalan kebijakan pemerintah dimasa lalu karena seringkali kebijakan yang ditempuh tidak sesuai dengan kondisi ekosistim wilayah, keinginan serta nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh masyarakat. Kebijakan pemerintah tersebut hanya didasarkan kepada tujuan meningkatkan kapital dan kepentingan segolongan tertentu saja yang merugikan golongan masyarakat yang lain, tidak memperhatikan keberagaman wilayah yang ada serta tidak sesuai dengan kebutuhan daerah.

20

Berdasarkan potensi wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki peluang yang baik untuk menjadi salah satu sentra agribisnis baik agribisnis berbasis sumberdaya, agribisnis berbasis investasi maupun agribisnis berbasis inovasi. Untuk mewujudkannya dibutuhkan SDM yang handal. Kualitas SDM merupakan hal yang esensial. Kecamatan Surade membutuhkan konsultan-konsultan bisnis yang handal, serta ketua-ketua kelompok tani yang bersosok manajer. Kecamatan Surade membutuhkan petani-petani yang secara individual berjiwa pioneer, kreatif dan juga mandiri sebagai cerminan jiwa manusia dengan karsa yang kuat.

VI. Daftar Pustaka Agus Pakpahan. 2004. Masa Depan Petani dan Pertanian (Makalah Pembanding). KONPERNAS XIV PERHEPI. Jakarta 28 30 mei 2004. Anton Apriyantono. 2008. Pembangunan Pertanian Indonesia. www.Deptan.go.id. Diakses tanggal 14 April 2008. Waktu: 14.33 wibb.

A.T. Mosher. 1965. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. SyaratSyarat Mutlak Pembangunan Pertanian. Disadur oleh S. Krisnandhi, diperiksa dan diperbaiki oleh Bahrin Samad. CV. Yasaguna. Djakarta. Bungaran Saragih. 2001. Agribisnis: Paradigma baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. PT. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor. Clifford Geertz. 1983. Involusi Pertanian. Diterjemahkan oleh S. Supomo dari Agriculture Involution (1965). Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Herman Soewardi. 2004. Nasib Sektor Pertanian Sebagai Tumpuan Pembangunan. Bakti Mandiri. Bandung. Herman Soewardi. 2004. Sosiologi: Membangkitkan Karsa Umat. Tumpuan Utama Bagi Pembangunan. Bakti Mandiri. Bandung. Herman Soewardi. 2004. Sosiologi Agama: Perpaduan Empirik dan Normatif. Bakti Mandiri. Bandung.

21

Nunu Nugraha, Reny Sukmawani, Asep Ramdhan, Dede dan Gunawan. 2009. Identifikasi Ruang Kawasan Strategis Pengembangan Pertanian Kecamatan Surade kabupaten Sukabumi. Laporan Hasil Penelitian. (tidak dipublikasikan) Reny Sukmawani. 2009. Model Pengembangan Pembangunan Pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Laporan Hasil Penelitian. (tidak dipublikasikan) Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. PT. Bina Rena pariwara. Jakarta. Triyanto dan Syahyuti. 2007. Memodernkan Petani Indonesia. Kajian Konsep dan Praktek Pembanguan Pertanian dan Pedesaan. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta Selatan. _______. 2008. Programa Penyuluhan Pertanian. BP3K. Kecamatan sagaranten. Kabupaten Sukabumi Riwayat Hidup Biodata Nama Tempat Tgl lahir Alamat Pekerjaan Jabatan Akademik : Reny Sukmawani, S.P., M.P. : Sukabumi, 12 Oktober 1974 : Perum Cigunung Indah Blok C no. 34-35 Cisaat, Sukabumi : Dosen UMMI : Lektor

Riwayat Pendidikan : 1. SD negeri Cipelang leutik II Sukabumi, lulus tahun 1987 2. SMP Negeri 1 Sukabumi, lulus tahun 1990 3. SPP-SPMA Tanjungsari - Sumedang , lulus tahun 1993 4. Sarjana Unpad Bandung, Jurusan Agronomi, lulus tahun 1999 5. Magister Pertanian UNWIM, Jurusan Agribisnis Bandung, lulus tahun 2009

22

6. S3 Unpad, Ilmu Pertanian, 2010 - sekarang

23

Anda mungkin juga menyukai