Anda di halaman 1dari 24

Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA Berkas Pembinaan Keluarga PKM Cemoro Donomulyo

No. RM

Nama pasien : Nn. S Nama KK : Tn. Y

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga Alamat lengkap Bentuk Keluarga : Tn. Y : Desa Banjar Rejo Rt.10 Rw.08 : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah


No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien PKM 1 Tn. Y Suami (KK) 2 Ny. B Nn. S Istri Anak ke 1 P P 37 Th 25 Th L 37 Th Ket

SD

Petani

SD
SMP

Petani Buruh

T Y

DKI

Nn. Y

Anak ke 2

22

SMA

Pegawai honorer

Sumber : Data Primer, 05 Juni 2012

Kesimpulan : Keluarga pasien merupakan nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Pasien adalah Nn. S, umur 25 tahun, beralamat di Desa Banjar Rejo Rt.10 Rw.08. Diagnosa klinis pasien adalah Dermatitis Kontak Iritan (DKI). Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua, yaitu ayah (Tn. Y, 37 th), ibu (Ny.B, 37 th) dan sdiknya (Nn. Y, 22 Th).

BAB I STATUS PASIEN 1.1 PENDAHULUAN Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita Dermatitis Kontak Iritan, berjenis kelamin perempuan dan berusia 25 tahun. Mengingat kasus dermatitis masih sering terjadi di masyarakat, beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan tentang penanganan yang tepat sehingga dapat menyebabkan komplikasi. Oleh karena itu, penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya dan kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan. 1.2 ANAMNESIS 1.2.1 Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Status Perkawinan Suku Tanggal Periksa 1.2.2 1.2.3 : Nn. S : 25 tahun : Perempuan : Swasta (Buruh Cuci) : SMP : Islam : Desa Banjar Rejo Rt.10 Rw.08 : Belum Menikah : Jawa : 05 Juni 2012

Keluhan utama : Perih dan panas pada tangan kiri dan kanan. Riwayat penyakit sekarang : Penderita datang ke Balai Pengobatan PKM Cemoro Donomulyo dengan keluhan perih dan panas pada kedua tangan yang dialami sejak 3 minggu yang lalu, tampak kemerahan, basah dan bengkak.

Awalnya berupa bercak kemerahan, kemudian muncul bintik-bintik berisi cairan yang kemudian pecah digaruk sehingga menjadi basah, dan ada yang bernanah. Penderita sempat berobat ke Puskesmas sekitar 1 minggu yang lalu dan mendapat salep namun tetap tidak ada perubahan. Disamping sebagai seorang anak perempuan yang sering membantu ibunya dirumah, sejak 1 bulan ini pasien juga bekerja sebagai buruh/tukang cuci.

1.2.4 -

Riwayat penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa penyakit seperti ini sebelumnya : Pasien belum pernah menderita

Riwayat kontak

: dengan sabun cuci

Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal Riwayat diabetes melitus : disangkal

1.2.5 -

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluarga sakit serupa serupa dalam satu rumah : Tidak ada yang mengalami penyakit yg

1.2.6 -

Riwayat kebiasaan Riwayat olahraga : disangkal

Riwayat pengisian waktu luang : membersihkan rumah dan membantu orang tua dirumah

1.2.7

Riwayat sosial ekonomi Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari kedua orang tua maupun dari pasien yang bekerja sebagai buruh cuci, dan adik pasien yang bekerja sebagai petugas kantor PLN. Keluarga Nn.S memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup baik. Pasien adalah seorang Perempuan berusia 25 tahun. Pasien bekerja sebagai buruh cuci dalam 1 bulan terakhir, sebelumnya pasien hanya

membantu ibu di rumah. Saat ini pasien tinggal di rumah dengan ayah, ibu, dan adiknya. Saat ini kebutuhan sehari-hari penderita ditanggung oleh kedua orang tua, adik, maupun pasien sendiri. Hubungan Nn.S dan keluarga nampak saling mendukung, karena adik pasien tampak menemani saat pasien berobat di Puskesmas Cemoro.

1.2.8

Riwayat Gizi : Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali/hari. Berupa nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk. Lauk pauk dengan telur, tahu, tempe, ikan. Jarang makan buah-buahan, namun terkadang makan pisang. Minum air putih 5 gelas setiap harinya.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Tanda vital T Nadi RR Suhu BB TB Kulit Kulit sawo matang, terdapat kelainan kulit Kepala Bentuk Normocephal, luka (-). Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm) Hidung Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-) Mulut bibir pucat (-), sianosis (-), : 120/80 mmHg : 88 x/menit, regular, isi tegangan cukup : 20 x/ menit, kedalaman cukup, reguler : 36,2 0C peraksila : 46 kg : 155 cm : Compos mentis

Telinga Daun telinga bentuk normal, sekret (-/-)

Tenggorok Uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1.

Leher Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar.

Thoraks Bentuk Cor Inspeksi Palpasi Perkusi : normochest, retraksi (-/-), terdapat kelainan kulit. : : iktus kordis tidak tampak : iktus kordis teraba di SIC V LMCS, tidak kuat angkat : : SIC II Linea parasternalis Sinistra : SIC IV Linea Mid clavicularis sinistra : SIC II Linea parasternalis Dextra : SIC IV Linea parasternalis Dextra

Batas kiri atas Batas kiri bawah Batas kanan atas Batas kanan bawah

Batas jantung kesan tidak melebar Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-) Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi : : pengembangan dada kanan = kiri : fremitus raba sulit dievaluasi : sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) Abdomen Inspeksi : Dinding perut sama dengan dinding dada, caput medusae (-).

Auskultasi: bising usus (+) N Perkusi Palpasi : pekak : Supel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas Oedem Akral Dingin -

Capillary refill time < 2 detik Arteri dorsalis pedis teraba kuat Ekstremitas atas: Terdapat kelainan kulit

Status lokalis: Regio Dorsum Manus, Effloresensi: Tampak makula eritema berbatas jelas, vesikel (+), pustula (+), erosi (+), eksudasi (+), skuama (+), dan edema (+).

1.4 RESUME Nn. S, 25 tahun datang ke IGD PKM Cemoro Donomulyo dengan keluhan datang dengan keluhan perih dan panas pada kedua tangan yang dialami sejak 3 minggu yang lalu, tampak kemerahan, basah dan bengkak. Awalnya berupa bercak kemerahan, kemudian muncul bintikbintik berisi cairan yang kemudian pecah digaruk sehingga menjadi basah, dan ada yang bernanah. Penderita sempat berobat ke Puskesmas sekitar 1 minggu yang lalu dan mendapat salep namun tetap tidak ada perubahan. Disamping sebagai seorang anak perempuan pertama yang sering membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah, sejak 1 bulan ini pasien juga bekerja sebagai buruh cucian. Pemeriksaan fisik didapatkan status lokalis: Regio Dorsum Manus, Effloresensi: Tampak makula eritema berbatas jelas, vesikel (+), pustula (+), erosi (+), eksudasi (+), skuama (+), dan edema (+).

1.5 DAFTAR MASALAH 1. Perih dan panas pada kedua telapak tangan 2. Kedua telapak tangan tampak kemerahan 3. Kedua telapak tangan bengkak dan basah 4. Penderita sempat berobat ke Puskesmas sekitar 1 minggu yang lalu dan mendapat salep namun tetap tidak ada perubahan. 5. Pasien bekerja sebagai buruh cucian yang menggunakan tangan.

6. Pemeriksaan fisik didapatkan status lokalis: Regio Dorsum Manus, Effloresensi: Tampak makula eritema berbatas jelas, vesikel (+), pustula (+), erosi (+), eksudasi (+), skuama (+), dan edema (+). 1.6 DIAGNOSIS HOLISTIK Nn. S, 25 Th, dengan keluhan perih dan panas pada kedua tangan yang dialami sejak 3 minggu yang lalu, dengan keluarga yang saling memperhatikan, serta saling mendukung. 1.6.1 Diagnosis Biologis Dermatitis Kontak Iritan dengan sekunder infeksi 1.6.2 Diagnosis Psikologis Hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari adik pasien yang sangat memperhatikan kesehatan pasien dengan ikut mengantarkan pasien berobat ke puskesmas. 1.6.3 Diagnosis Sosial Ekonomi Keluarga Nn.S memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup bagus. Status ekonomi Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari kedua orang tua, adik pasien, maupun dari pasien yang bekerja sebagai buruh cuci. 1.7 PENATALAKSANAAN 1.7.1 Non Medika mentosa Menghindari kontak dengan substansi yang menyebabkan iritasi pada kulit Penggunaan peralatan proteksi terhadap zat iritan, misalnya sarung tangan, dll Pencucian sesegera mungkin pada area yang terpapar zat iritan

1.7.2

Bila gatal tidak boleh digaruk Medikamentosa Kompres dengan P. Z (NaCl 0,9 %) Setelah lesi mengering: Kortikosteroid topikal Hidrokortison cream 2,5% untuk tangan. Anti inflamasi (menghambat sintesa prostaglandin). P. O : Amoxicillin 3 x 500 mg. Menghambat sintesa dinding sel bakteri (Antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisida)

1.8 PROGNOSIS Ad vitam Ad Functionam Ad Sanationam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam

BAB II IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA 2.1 FUNGSI HOLISTIK 2.1.1 Fungsi Biologis Keluarga terdiri dari ayah (Tn.Y, 37 tahun), istri (Ny.B, 37 tahun), anak pertama (Nn.S, 25 tahun), dan anak kedua (Nn.Y, 22 tahun). 2.1.2 Fungsi Psikologis Penderita tinggal bersama kedua orang tua dan adik

perempuannya di rumah. Nn.S adalah seorang anak perempuan pertama yang bekerja sebagai buruh cuci. Hubungan Nn.S dan keluarga cukup terjalin dengan baik dan saling memperhatikan, walaupun Nn.S dan keluarga kesehariannya sibuk bekerja, tetapi selalu bertemu setiap hari saat sore hari. Hal ini terbukti pada saat pasien berobat ke puskesmas, adik pasien ikut mengantar pasien berobat. 2.1.3 Fungsi Sosial Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Nn.S hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial Nn.S kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, dikarenakan sibuk dengan pekerjaan di rumah dan sebagai buruh cuci. 2.1.4 Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari kedua orang tua, adik pasien, maupun dari pasien yang bekerja sebagai buruh cuci.

Kesimpulan : Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga kesimpulannya adalah Keluarga Nn.S umur 25 tahun dengan Dermatitis kontak iritan dengan sekunder infeksi, fungsi psikologis dan fungsi sosial ekonomi cukup baik.

2.2 FUNGSI FISIOLOGIS Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi : 1. Adaptasi Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. 2. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. 3. Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. 4. Affection Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. 5. Resolve Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik. Tabel 3. APGAR score Nn.S = APGAR Nn.S Terhadap Keluarga A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Sering/ Selalu Kadangkadang Jarang/ Tidak

10

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Nn.S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : Nn.S merasa nyaman dan mendapat dukungan serta penerimaan

yang baik dari keluarganya, terutama bila mendapat masalah. Score : 2 Partnership : Hubungan komunikasi Nn. S dengan anggota keluarga lain baik,

tidak ada hambatan dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan kedua orangtuanya. Score : 2 Growth : Nn.S kurang mendapatkan dukungan yang baik dari kedua

orangtuanya untuk melakukan hal-hal yang positif, kemungkinan karena adanya kekurangsepahaman. Score : 1 Affection Score : 2 Resolve Score : 2 : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga cukup. : Nn.S dan keluarganya akrab dan saling menyayangi.

Tabel 4. APGAR score Tn.Y = Sering/ Selalu A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah. P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya. G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru. A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, APGAR Tn.Y Terhadap Keluarga Kadang Jarang -kadang /tidak

11

perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Untuk Tn.Y APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : Tn.Y merasa nyaman dan mendapat dukungan serta penerimaan

yang baik dari keluarganya, terutama bila mendapat masalah. Score : 2 Partnership : Hubungan komunikasi Tn. Y dengan anggota keluarga lain baik,

tidak ada hambatan dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan kedua orangtuanya. Score : 2 Growth : Tn.Y mendapatkan dukungan yang baik dari kedua orangtuanya

untuk melakukan hal-hal yang positif. Score : 2 Affection Score : 2 Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga dirasa : Tn.Y dan keluarganya akrab dan saling menyayangi.

cukup menurut Tn. Y. Score : 2

Tabel 4. APGAR score Ny.B = APGAR Ny.B Terhadap Keluarga A Sering/ Selalu Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah. Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya. Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru. Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Kadang Jarang -kadang /tidak

12

Untuk Ny.B APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : Ny.B merasa nyaman dan mendapat dukungan serta penerimaan

yang baik dari keluarganya, terutama bila mendapat masalah. Score : 2 Partnership : Hubungan komunikasi Ny. B dengan anggota keluarga lain baik,

tidak ada hambatan dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan kedua orangtuanya. Score : 2 Growth : Ny.B mendapatkan dukungan yang baik dari kedua orangtuanya

untuk melakukan hal-hal yang positif Score : 2 Affection Score : 2 Resolve Score : 2 : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga cukup. : Ny.B dan keluarganya akrab dan saling menyayangi.

Tabel 4. APGAR score Nn.Y = APGAR Nn.Y Terhadap Keluarga A Sering/ Selalu Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah. Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya. Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru. Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Kadang Jarang -kadang /tidak

13

Untuk Nn.Y APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : Nn.Y merasa nyaman dan mendapat dukungan serta penerimaan

yang baik dari keluarganya, terutama bila mendapat masalah. Score : 2 Partnership : Hubungan komunikasi Nn. Y dengan anggota keluarga lain baik,

tidak ada hambatan dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan kedua orangtuanya. Score : 2 Growth : Nn.Y kurang mendapatkan dukungan yang baik dari kedua

orangtuanya untuk melakukan hal-hal yang baru menurut Nn. Y. Score : 1 Affection Score : 1 Resolve Score : 1 : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga kurang. : Nn.Y dan keluarganya kurang begitu dekat karena sibuk bekerja.

APGAR score keluarga Nn.F = (9+10+10+7) : 4 = 9 Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Nn.S adalah baik. 2.3 FUNGSI PATOLOGIS Fungsi patologis dari keluarga Nn.S dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut : Tabel 6. SCREEM keluarga pasien SUMBER Social Culture Religious Economic Educational KET PATOLOGIS Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat pada pergaulan mereka yang masih menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah. Penghasilan keluarga yang relatif stabil Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup Keluarga ini cukup mampu membiayai pelayanan kesehatan, sehingga jika ada anggota keluarga yang sakit akan segera dibawa ke tenaga medis setempat.

Medical

14

Kesimpulan Keluarga Nn.S tidak mempunyai fungsi patologis

2.4 GENOGRAM KELUARGA Alamat lengkap : Desa Banjar Rejo Rt.10 Rw.08. Bentuk Keluarga : Nuclear Family Diagram 2. Genogram keluarga Nn.S

Tn. Y

Ny. B

Nn. S

Nn. Y

Kesimpulan: Riwayat DKI tidak ditemukan pada anggota keluarga lainnya, dan bukan penyakit yang ditularkan oleh anggota keluarga yang lain.

2.5 POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 1. Pola interaksi keluarga Nn.S


Tn. Y, 37 th th

Ny. B, 37 th

Nn. S, 25 th

Nn. Y, 22 th

Keterangan : Hubungan baik Hubungan tidak baik Kesimpulan : Hubungan antara Nn.S dengan keluarga baik

15

BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN 3.1 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 3.1.1 Faktor Perilaku Keluarga Nn.S adalah seorang perempuan dengan keluhan perih dan panas pada kedua tangan yang dialami sejak 3 minggu yang lalu, tampak kemerahan, basah dan bengkak, pasien kemudian berobat ke Puskesmas Cemoro Donomulyo. Keluarga Nn.S belum banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan khususnya komplikasi dari dermatitis. Saat sakit keluarga Nn. S cukup memperhatikan penderita bahkan peduli dan mengantarkan untuk berobat ke tempat pelayanan kesehatan terdekat

3.1.2

Faktor Non Perilaku Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga berkecukupan. Sumber penghasilan berasal dari kedua orang tua, adik pasien, maupun dari pasien sendiri. Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai, karena cukup memenuhi standar kesehatan. Pencahayaan ruangan cukup, ventilasi cukup, fasilitas WC dan kamar mandi yang cukup bersih. Dapur memiliki akses udara yang bebas dan pencahayaannya cukup. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah puskesmas, karena dekat dengan tempat tinggal pasien.

16

Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Pengetahuan : Keluarga kurang mengetahui penyakit pasien Sikap: Komunikasi baik. Keluarga cukup memperhatikan penyakit pasien

Lingkungan: Keluarga cukup memahami pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kesehatan pasien
Pelayanan Kesehatan: Jika sakit Nn. S berobat ke puskesmas

Keluarga Nn. S

Tindakan : Nn. S diantar keluarganya berobat

Keturunan : Tidak ada factor keturunan

: Faktor Perilaku : Faktor Non Perilaku 3.2 Identifikasi Lingkungan Rumah 3.2.1 Gambaran Lingkungan Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah tetangganya. Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga, dua kamar tidur, satu

dapur,dan memiliki fasilitas jamban keluarga. Pintu masuk dan keluar ada dua, di bagian depan rumah dan di belakang. Jendela kaca ada. Lantai rumah sebagian sudah memakai ubin, sebagian berbahan tanah. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Perabotan rumah tangga cukup.

17

3.2.2

Denah Rumah

8m

Kamar tidur 2 Kamar mandi

Dapur + ruang makan

12 m Kamar tidur 1 Ruang tamu + Ruang keluarga

Teras

Diagram 4. Denah Rumah Nn. S

Kesimpulan :Lingkungan rumah cukup memenuhi syarat kesehatan

18

BAB IV DAFTAR MASALAH 4.1 MASALAH MEDIS : 1. Dermatitis Kontak Iritan dengan sekunder infeksi 4.2 MASALAH NON MEDIS : 1. Tingkat pengetahuan keluarga Nn.S tentang kesehatan kurang. 4.3 PERMASALAHAN PASIEN (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien) Diagram 5. Permasalahan Nn.S
Nn.S 25 th Tingkat pengetahuan keluarga Nn.S tentang kesehatan kurang

Dermatitis Kontak Iritan dengan sekunder infeksi

4.4 MATRIKULASI MASALAH Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996) Tabel 7. Matrikulasi masalah No Daftar Masalah P 1. Tingkat pengetahuan 5 I S 5 SB 4 2 T Mn 4 R Mo Ma 3 4 Jumlah IxTxR 9.600

keluarga Nn.S tentang kesehatan kurang Keterangan : I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah) S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) T : Technology (teknologi yang tersedia) R : Resources (sumber daya yang tersedia) Mn : Man (tenaga yang tersedia) Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah)

19

Kriteria penilaian : 1 2 3 4 5 : tidak penting : agak penting : cukup penting : penting : sangat penting

4.5 PRIORITAS MASALAH Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Nn.S adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pengetahuan keluarga Nn.S tentang kesehatan kurang. Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah tingkat pengetahuan keluarga Nn.S tentang kesehatan kurang, sehingga mempengaruhi kondisi kesehatannya.

20

BAB V HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA DENGAN KASUS DKI A. EKONOMI KELUARGA Status ekonomi Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari kedua orang tua, adik pasien, maupun dari pasien yang bekerja sebagai buruh cuci. Untuk pemenuhan kesehatan Nn. S tidak memiliki kartu jaminan kesehatan, apabila sakit selalu ke puskesmas dan minum obat yang diberikan oleh dokter.

B.

HAMBATAN SOSIAL BUDAYA PENANGANAN DKI Secara garis besar hambatan sosial budaya dalam penanggulangan DKI tidaklah terlalu besar walaupun pengetahuan pasien kurang, namun apabila pasien ada masalah pasien dapat mengakses pusat kesehatan terdekat. Baik faktor kebiasaan, kepercayaan, sikap, dan juga nilai tidak terlalu bepengaruh pada penanganan DKI.

21

BAB VI TINJAUAN PUSTAKA DKI merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, dimana kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. DKI merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis. DKI sering terjadi di pekerjaan yang melibatkan kegiatan mencuci tangan atau paparan berulang kulit terhadap air, bahan makanan atau iritan lainnya. Penyebab munculnya DKI adalah bahan yang bersifat iritan. Kelainan kulit yang muncul bergantung pada beberapa faktor, meliputi faktor dari iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor individu penderita. Untuk kepentingan pengobatan, berdasarkan perjalanan penyakit dan gejala klinis DKI dapat dikelompokkan menjadi DKI akut, lambat akut dan kumulatif. Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat khususnya adanya riwayat paparan iritan dan pengamatan gambaran klinis. Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan dan menyingkirkan faktor yang memperberat. Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal.

22

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan Diagnosis Holistik : Nn.S 25 tahun, dengan dermatitis kontak iritan dengan sekunder infeksi, dengan hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari ibu pasien yang sangat memperhatikan kesehatan pasien. 1. Segi Biologis Dermatitis Kontak Iritan dengan sekunder infeksi 2. Segi Psikologis Penderita tinggal bersama kedua orang tua dan adik perempuannya di rumah. Nn.S adalah seorang anak perempuan pertama yang bekerja sebagai buruh cuci. Hubungan Nn.S dan keluarga cukup terjalin dengan baik dan saling memperhatikan, walaupun Nn.S dan keluarga kesehariannya sibuk bekerja, tetapi selalu bertemu setiap hari saat sore hari. Hal ini terbukti pada saat pasien berobat ke puskesmas, adik pasien ikut mengantar pasien berobat. 3. Segi Sosial Ekonomi dan Budaya a. Status ekonomi mencukupi kebutuhan c.Kondisi lingkungan dan rumah yang cukup memenuhi standar kesehatan. d. Cukup berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 7.2 SARAN Memberikan pengertian kepada keluarga pasien mengenai pentingnya berobat secara teratur untuk mencegah komplikasi dari penyakit Nn.S agar dapat menangani secepat mungkin penyakit yang diderita, serta edukasi kepada keluarga perilaku hidup bersih sehat.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, S. A., dan Djuanda, S. Dermatitis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2005. hal:129153. 2. Contact Dermatitis. University of Virginia Health System; 2005. Available at: http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtd 3. Lehrer, M. S. Contact dermatitis. Medline Plus Medical Encyclopedia; 2006. Available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus.html 4. Michael, J. A. Dermatitis, Contact. Emedicine; 2005. Available at: http://www.emedicine.com/specialties.htm 5. Schalock, P. C. Dermatitis. Merck Manual Home Edition; 2006. Available at: http://www.merck.com

24

Anda mungkin juga menyukai