PENDAHULUAN
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
atas, salah satunya adalah aspek kecerdasan peserta didik. Aspek ini tidak kalah
Salah satu alasannya, karena masa depan bangsa berada di tangan anak-anak
yang cerdas. Hal ini sejalan dengan yang diamanatkan oleh para pendiri Republik
kehidupan bangsa”.
kehidupan bangsa” dalam Pembukaan UUD 1945, hal ini tampaknya disadari
masyarakat terjajah menuju budaya masyarakat negara merdeka. Untuk itu, maka
upaya agar bangsa ini tidak mengulang sejarah kelam di masa lalu yang penuh
Menyikapi apa yang dikemukakan di atas, berarti salah satu fungsi pendidikan
guru ini berdampak pada munculnya sikap intuitif dan spekulatif dalam
proses pembelajaran yang bermuara pada rendahnya mutu hasil belajar. Salah
satu cara yang dapat dilakukan agar kondisi yang kurang menguntungkan itu
tidak berkelanjutan dan berkembang lebih jauh, maka guru perlu diberi suatu
KBK untuk kelas 1, 2 dan 3 telah ditetapkan bahwa untuk pembelajaran di kelas-
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
C. Tujuan Penulisan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Slameto (1991 : 24), “belajar diartikan sebagai suatu proses usaha
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksi
dengan lingkungannya.
Toeti dan Udin Saripudin (1997 : 26), “bahwa belajar didefinisikan sebagai
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan
pengalaman
Dari ke dua pendapat tersebut memuat 3 (tiga) unsur yang penting dalam
belajar yaitu : 1) belajar adalah perubahan tingkah laku, 2) perubahan tingkah laku
terjadi karena latihan atau pengalaman, dan 3) perubahan tersebut harus bersifat
relatif permanen dan tetap dalam jangka waktu yang cukup lama.
Menurut Winkel (1996 : 28), “belajar adalah merupakan suatu aktivitas mental
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara sadar, sehingga menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku pada diri si belajar (orang yang belajar) itu sendiri”. Dari
bentuk sikap dan nilai positif. Selama kegiatan belajar berlangsung terjadi proses
belajar dapat berupa manusia maupun bukan manusia. Oleh karena itu, belajar dapat
dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks bagi si pembelajar, guna menjalani
mengalami, dan menghayati sesuatu yang aktual. Penghayatan yang diperoleh dari
pendewasaan pola tingkah laku, sistem nilai dan perbendaharaan pengertian (konsep-
Dalam hasil belajar sering disebut juga prestasi belajar. kata prestasi berasal
dari Bahasa Belanda prestatie, kemudian di dalam bahasa Indonesia disebut prestasi,
diartikan sebagai hasil usaha. “Prestasi banyak digunakan di dalam berbagai bidang
Menurut Djamarah, Syaiful Bahri (1994 : 19), “prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara
kelompok”.
Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang
tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang
telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu prestasi
7
belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar.
Menurut Gagne (dalam Djamarah, Syaiful Bahri, 1994 : 21), “prestasi belajar
1) keterampilan intelektual;
2) informasi verbal;
3) strategi kognitif;
5) sikap.
yaitu kemampuan membuat respons yang berbeda terhadap stimulus yang berbeda
belajar yang dilakukan dengan cara menghafal ide-ide dari sebuah teks; 2) strategi-
strategi elaborasi, yaitu strategi belajar dengan cara mengaitkan materi yang dipelajari
dengan materi lain yang relevan; 3) strategi-strategi pengaturan, yaitu strategi belajar
belajar yang dilakukan dengan cara memantau proses-proses belajar yang sedang
information). Belajar informasi verbal adalah belajar untuk mengetahui apa yang
yang telah disusun dengan baik. Keempat, keterampilan motor (motor skills).
merupakan kemampuan mereaksi secara positif atau negatif terhadap orang, sesuatu,
dan situasi.
Menurut Bloom (dalam Surya, Mohamad, 1992 41-45), “prestasi belajar yang dicapai
oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kawasan, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik”.
9
mengetahui, dan memecahkan masalah. Ada enam tingkatan aspek kognitif yang
menggunakan materi pelajaran yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau
kriteria tertentu.
penyesuaian perasaan sosial. Aspek ini mempunyai lima tingkatan dari yang
yang datang; 3) penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan baik secara mental, fisik, maupun
Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas hasil belajar atau yang sering
disebut prestasi belajar diartikan suatu hasil usaha secara maksimal bagi seseorang
dalam menguasai bahan-bahan yang dipelajari atau kegiatan yang dilakukan. Hasil
belajar biologi adalah hasil kegiatan belajar setelah siswa mengikuti pembelajaran
secara optimal.
mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-
ide dan belajar. Berikut ini, Sujiono, dkk. (2004) memberikan batasan tentang
intelegensi atau kognitif menurut beberapa ahli psikologi, seperti menurut Terman,
bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak, semtara menurut
lingkungan, dan menurut Hunt bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses
berhubungan erat dengan intelegensi. Dalam hal ini kognitif lebih bersifat pasif atau
statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan
intelegensi lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya
atau potensi tersebut yang berupa aktivitas atau perilaku. Dengan demikian, maka
menyelasaikan suatu masalah atau menciptakan produk yang berharga atau bernilai
dalam satu atau lebih latar belakang budaya. Menurutnya setiap anak memiliki
kecerdasan majemuk (multiple intellegence). Oleh karena itu, bagi Gardner tidak ada
anak yang bodoh atau pintar, yang ada adalah anak yang menonjol dalam salah satu
atau beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi
kecerdasan anak, guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah metode
khusus. Menurut Gadner delapan kecerdasan yang dimiliki oleh anak, yaitu meliputi
12
(kecerdasan fisik), Picture Smart (kecerdasan visual spasial), Self Smart (kecerdasan
dapat saja dimiliki individu, hanya saja adalam taraf yang berbeda, selain itu
kecerdasan ini juga berdiri sendiri, terkadang bercampur dengan kecerdasan yang
lain.
Sesuai dengan karakteristik perkembangan dan cara peserta didik belajar, serta
konsep belajar dan pembelajaran bermakna bagi peserta didik kelas awal sekolah
bidang studi dan menyajikan materi pelajaran dalam bentuk keseluruhan. Dalam
pembelajaran tematik pada dasarnya yang penting bukan hanya cara menyajikan
memiliki pribadi yang integrated, yakni manusia yang sesuai dan selaras hidupnya
dengan sekitarnya.
rendah, maka melalui makalah ini dikembangkan model pembelajaran tematik yang
”Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Duni Mereka”.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Slameto (1988 ; 36)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa ada dua faktor
yitu :
1) Faktor intern (yang berasal dari dalam diri siswa) yang terdiri dari :
a) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motivasi, kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan
2) Faktor ekstern (yang berasal dari luar diri siswa) yang terdiri dari :
a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik hubungan antar
anggota keluarga, suasana rumah, kondisi ekonomi keluarga ,
pengertian orangtua dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan
antar guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu
sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media dan teman bergaul.
Adanya pengaruh intern merupakan hal yang logis dan wajar, sebagai akibat
perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan
mengerahkan segala daya upaya untuk mencapainya. Salah satu pengaruh intern
tersebut adalah intelgensi. Dalam situasi yang sama, siswa yang berintelgensi tinggi
besar kemungkinan lebih berhasil dari siswa yang berintelegensi rendah. Tetapi hal
itu belum dapat menjamin. Seperti yang diungkapkan Slameto (1991 : 58) “siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam
14
belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks
adalah kualitas pengajaran. Seperti yang dikemukan Nana Sudjana (1989 : 40), bahwa
“salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di
sekolah ialah kwalitas pengajaran dalam mencapai tujuan pengajaran. Yang pada
Dalam teori belajar Gestalt yang dikemukan oleh Nasution (1986 : 76) bahwa
“belajar akan memberi hasil yang sebaik-baiknya bila didasarkan pada pengalaman,
karena pengalaman ialah suatu interaksi, yaitu aksi dan reaksi antara individu dengan
lingkungannya”.
dalam keberhasilan belajar. Seperti yang diungkapkan Carrol dalam Makmun, Abdin
Syamsudin, (1987 : 19) bahwa “setiap siswa pada dasarnya kalau diberi kesempatan
dapat mencapai taraf penguasaan serperti yang dicapai rekannya”. Dan salah satu
penyebab kesulitan belajar ialah cukup tidaknya waktu serta tepat tidaknya
Di sisi lain peran guru juga merupakan penentu dalam keberhasilan belajar
siswa. Mengajar sebagai salah satu tugas yang harus dilaksanakan guru tidak hanya
kegiatan siswa dan mengatur serta mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar
belajar.
tugasnya dikarenakan mereka tidak mampu menyadari dan mewujudkan prinsip bahwa
proses belajar secara fundamental adalah proses kejiwaan yang sangat penuh dengan
larutan emosi” (Winarno, Surakhmad 1997 : 69). Jadi belajar bukan kegiatan yang
terbatas pada segi kognitif tetapi juga segi afektif atau emosi. Seorang siswa yang
emosinya sedang terganggu tidak dapat belajar dengan baik. Hal ini disebabkan karena
tidak dapat berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang dihadapinya oleh karena itu
diperlukan adanya motivasi yang dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk tetap
belajar samapai siswa menyadari bahwa yang dipelajarinya itu berguna. Tugas guru
motivasi, guru juga harus mempunyai keterampilan lain, yaitu dapat membuat kombinasi
yang baik antara waktu, materi pelajaran dan metode mengajar yang digunakan.
16
BAB III
Langkah ini menurut Borg dan Gall (1979) merupakan langkah uji coba
utama dan uji coba operasional. Langkah pengembangan ini dilakukan melalui
Adapun aspek-aspek yang diteliti pada tahap pengembangan ini meliputi (1)
meliputi aktivitas guru dan peserta didik, dan (3) hasil belajar.
17
17
BAB IV
A. Kesimpulan
dikemukakan pada bab empat, maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
peserta didik.
19
19
yaitu rata rata skor hasil asesmen selama dan setelah pembelajaran tematik
B. Saran
quantum teaching ini memerlukan adanya dedikasi yang tinggi dari pihak guru.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya dalam melaksanakan model pembelajaran
ini yaitu sangat membutuhkan adanya kreativitas guru. Kreativitas guru yang
diperlukan, di antaranya (a) kreatif dalam memilih tema dan topik yang harus
dikaitkan dengan kebutuhan perkembangan dan minat peserta didik, dalam hal
ini terkait dengan kreatif dalam memilih bahan ajar yang relevan dengan tema
dan topik tersebut, (b) kreatif dalam membuat variasi keterpaduan baik intra
maupun antarbidang studi, (c) kreatif dalam mengelola kelas, dan (d) kreativitas
DAFTAR BACAAN
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Parasetyo. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri dan aswan Zain.(2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.