Anda di halaman 1dari 95

PRAKTIKUM GIZI : PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Diposkan oleh Anna Auliyanah di 9:11 AM

A. TUJUAN 1. Untuk menentukan status gizi perseorangan dengan menetukan Indeks Massa Tubuh (IMT), Waist to Hip Ratio (WHR), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Tebal Lipatan Kulit (TLK).

B. DASAR TEORI Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi telah banyak diungkapkan oleh para ahli, salah satunya adalah Jelliffe (1996) mengungkapkan bahwa: Nutritional anthtropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and the gross composition of the human body at different age levels and degree of nutrition. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Berbagai jenis ukuran tubuh dalam antropometri antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas dan tebbal lemak di bawah kulit. Adapun syarat-syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah: 1. Alatnya mudah didapat dan digunakan. 2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. 3. Pengukuran bukan hanya dilakukan oleh tenaga khusus profesional, tetapi juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu. 4. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya. 5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points) dan baku rujukan yang sudah pasti. 6. Secara ilimiah diakui kebenarannya. Hmpir semua negara menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.

Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas, maka di bawah ini merupakan keunggulan antropometri gizi, yaitu: 1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. 2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat. 3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. 4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan. 5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. 6. Umumnya dapat mengidentifikaasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas. 7. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. 8. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi. Namun disamping keunggulan tersebut, penentuan status gizi secara antropometri juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Tidak sensitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti Zinc dan Fe (zat besi). 2. Faktor di luar gizi (penyakit, geneik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri. 3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: a. Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month).

b. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badann dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Sedangkan adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. c. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Microtoice yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. d. Lingkar Lengan Atas Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain: Baku lingkar lengan atas yang dugunakan sekarang belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeksindeks lain di pihak lain. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih

sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan. Alat ukur yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. e. Lingkar Pinggang dan Pinggul Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi penguuran akan memberikan hasil yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki. f. Lingkar Kepala Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefalus). Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dallam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dalam menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur. g. Lingkar Dada Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita. h. Tebal Lemak di Bawah Kulit

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas (biceps dan triceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medial calf).

C. ALAT YANG DIGUNAKAN 1. Timbangan Seca (mengukur berat badan) 2. Microtoice (mengukur tinggi badan) 3. Alat ukur tinggi lutut 4. Pita LILA 5. Pita Lingkar Pinggang 6. Skinfold Caliper

D. PROSEDUR PENGUKURAN a. Berat Badan 1. Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal) serta tidak mengenakan alas kaki. 2. Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0. 3. Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan. Usahakan tetap tenang. 4. Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat.

b. Tinggi Badan 1. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan subjek tepat di bawah Microtoice. 2. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan bahu menyentuh dinding vertikal. 3. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding vertikal. Tangan dilepas ke samping badan dengan telapak tangan menghadap paha. 4. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang. Usahakan bahu tetap santai.

5. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara horisontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik napas maksimum, dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan. 6. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

c. Tinggi Lutut 1. Objek duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut 90o proximal hingga patella. Gunakan mistar siku-siku untuk menentukan sudut yang dibentuk. 2. Letakkan alat ukur dengan dasar (titik 0) pada titik tengah lutut dan tarik hingga telapak kaki. 3. Baca alat ukur hingga 0,1 cm terdekat.

d. LILA 1. Subjek diminta untuk berdiri tegak. 2. Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif digunakan. Jika yang aktif digunakan adalah lengan kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri, begitupun sebaliknya. 3. Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan yang tidak aktif digunakan. 4. Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga membentuk sudut 90o, dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu dan siku. 5. Tandailah titik tersebut dengan pulpen. 6. Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping badan serta telapak tangan menghadap ke bawah. 7. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada kulit. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita. 8. Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm terdekat

e. Lingkar Pinggang 1. Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yag digunakan. 2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.

3. Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan bagian terkecil dari tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar menentukan bagian paling kecil, maka daerah yang diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat. 4. Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak menekan kulit. 5. Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

f. Lingkar Panggul 1. Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan. 2. Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada sisi tubuh dan kaki rapat. 3. Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul terlihat. 4. Lingkarkan alat pengukur secara horisontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu diperlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya. 5. Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm tterdekat.

g. Tebal Lipatan Kulit (Triceps dan Subscapular) 1. Pegang Skinfold Caliper dengan tangan kanan. 2. Untuk triceps, pengukuran dilakukan pada titik mid point sedangkan untuk subscapular, pengukur meraba scapula dan meencarinya ke arah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula. 3. Angkat lipatan kulit pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah kulit pada pengukuran triceps (ibu jari dan jari telunjuk menghadap ke bawah) atau ke arah diagonal untuk pengukuran subscapular. 4. Jepit lipatan kulit tersebut dengan Caliper dan baca hasil pengukurannya dalam 4 detik penekanan kulit oleh Caliper dilepas.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran antropometri yang dilakukan pada praktikum ini antara lain pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT), pengukuran lingkar pinggang dan panggul untuk menentukan WHR, tebal lemak di bawah kulit pada triceps dan subscapular untuk menentukan % lemak tubuh (%BF), pengukuran LILA, serta pengukuran

tinggi lutut. Hasil yang diperoleh dari semua pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No

Nama

BB (cm )

TB (cm)

LPi (cm)

LPa (cm)

Triceps

Subscapular

LIL A (cm) 24,1 20,6 24,3 24,0 26,0 25,1

Tingg i Lutut (cm) 46,5 48,0 47,3 48,2 55,0 51,5

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Anna Asbianr i Haryati Husnul Jurniati Ilham

44,7 39,3 46,8 51,2 52,6 56,9

148,1 150,5 150,6 157,9 157,2 161,9

60,3 59,0 66,7 63,0 68,0 64,5

86,1 83,9 90,2 92,0 90,0 87,5

25 10 29 17 21 6

15 9 15 11 23 9

Penentuan status gizi kemudian dilakukan dengan menggunakan hasil pengukuran di atas dalam perhitungan rumus untuk IMT, WHR, dan % BF. Hasil perhitungan untuk masing-masing subjek dijabarkan sebagai berikut: a. Anna (Subjek I) IMT = BB (kg) (TB)2 (m) = 44,7 (1,481)2 = 44,7 2,19 = 20,4 Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut: TB (wanita) = (1,91 x TL) (0,17 x umur) + 75,0 = (1,91 x 46,5) (0,17 x 20) + 75,0 = 88,8 3,4 + 75,0 = 160,4

Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah: IMT = 44,7 (1,6)2 = 44,7 2,57 = 17,4 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Anna = 20,4. Jadi berdasarkan klasifikasi IMT, Subjek I termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 17,4 sehingga subjek termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat ringan. LPa = 60,3 86,1 = 0,70 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Anna = 0,70. Jadi berdasarkan klasifikasi WHR, Subjek I termasuk dalam kategori risiko low. % BF = [(4,76/Db) 4,28] x 100 Db = 1,0897 0,00133 ( tricep + subscapula) = 1.0897 0,00133 (25 + 15) = 1,0897 0,00133 (40) = 1,0897 0,0532 = 1,0365 % BF = [(4,76 / 1,0365) 4,28] x 100 = [4,59 4,28] x 100 = 31 % Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 31 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka subjek I termasuk dalam kategori fat. Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,1 yang berarti subjek termasuk dalam kategori normal. b. Asbianri (Subjek II) WHR = LPi

IMT = BB (kg) (TB)2 (m) = 39,3 (1,505)2 = 39,3 2,27 = 17,3 Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut: TB (wanita) = (1,91 x TL) (0,17 x umur) + 75,0 = (1,91 x 48,0) (0,17 x 22) + 75,0 = 91,68 3,74 + 75,0 = 162,94 Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah: IMT = 39,3 (1,629)2 = 39,3 2,65 = 14,8 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Asbianri = 17,3. Jadi berdasarkan klasifikasi IMT, Subjek II termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat ringan. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 14,8 sehingga subjek termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat berat.

LPa

WHR = LPi

= 59 83,9 = 0,70 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Asbianri = 0,70. Jadi berdasarkan klasifikasi WHR, Subjek II termasuk dalam kategori risiko low. % BF = [(4,76/Db) 4,28] x 100 Db = 1,0897 0,00133 ( tricep + subscapula)

= 1.0897 0,00133 (10 + 9) = 1,0897 0,00133 (19) = 1,0897 0,0252 = 1,0645 % BF = [(4,76 / 1,0645) 4,28] x 100 = [4,47 4,28] x 100 = 19 % Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 19 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka subjek II termasuk dalam kategori optimal. Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 20,6 yang berarti subjek termasuk dalam kategori KEK (Kurang Energi Kronik). c. Haryati (Subjek III) IMT = BB (kg) (TB)2 (m) = 46,8 (1,506)2 = 46,8 2,27 = 20,6 Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut: TB (wanita) = (1,91 x TL) (0,17 x umur) + 75,0 = (1,91 x 47,3) (0,17 x 21) + 75,0 = 90,34 3,57 + 75,0 = 161,7 Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah: IMT = 46,8 (1,617)2 = 46,8 2,62 = 17,9

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Haryati = 20,6. Jadi berdasarkan klasifikasi IMT, Subjek III termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 17,9 sehingga subjek juga termasuk dalam kategori normal. LPa = 66,7 90,2 = 0,74 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Haryati = 0,74. Jadi berdasarkan klasifikasi WHR, Subjek III termasuk dalam kategori risiko moderate. % BF = [(4,76/Db) 4,28] x 100 Db = 1,0897 0,00133 ( tricep + subscapula) = 1.0897 0,00133 (29 + 15) = 1,0897 0,00133 (44) = 1,0897 0,0582 = 1,0315 % BF = [(4,76 / 1,0315) 4,28] x 100 = [4,64 4,28] x 100 = 36 % Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 36 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka subjek III termasuk dalam kategori obesitas. Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,3 yang berarti subjek termasuk dalam kategori normal. d. Husnul Hidayah (Subjek IV) IMT = BB (kg) (TB)2 (m) = 51,2 (1,579)2 = 51,2 2,49 = 20,6 WHR = LPi

Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut: TB (wanita) = (1,91 x TL) (0,17 x umur) + 75,0 = (1,91 x 48,2) (0,17 x 20) + 75,0 = 92,06 3,4 + 75,0 = 163,7 Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah: IMT = 51,2 (1,637)2 = 51,2 2,68 = 19,1 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Husnul = 20,6. Jadi berdasarkan klasifikasi IMT, Subjek IV termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 19,1 sehingga subjek juga termasuk dalam kategori normal. LPa = 63,0 92,0 = 0,68 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Husnul = 0,68. Jadi berdasarkan klasifikasi WHR, Subjek IV termasuk dalam kategori risiko low. % BF = [(4,76/Db) 4,28] x 100 Db = 1,0897 0,00133 ( tricep + subscapula) = 1.0897 0,00133 (17 + 11) = 1,0897 0,00133 (28) = 1,0897 0,0372 = 1,0525 % BF = [(4,76 / 1,0525) 4,28] x 100 = [4,52 4,28] x 100 = 24 % WHR = LPi

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 24 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka subjek IV termasuk dalam kategori slighly overfat. Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,0 yang berarti subjek termasuk dalam kategori normal. e. Jurniati (Subjek V) IMT = BB (kg) (TB)2 (m) = 52,6 (1,572)2 = 52,6 2,47 = 21,3 Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut: TB (wanita) = (1,91 x TL) (0,17 x umur) + 75,0 = (1,91 x 55,0) (0,17 x 20) + 75,0 = 105,5 3,4 + 75,0 = 177,1 Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah: IMT = 55,0 (1,771)2 = 55,0 3,14 = 17,5 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Jurni = 21,3. Jadi berdasarkan klasifikasi IMT, Subjek I termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 17,5 sehingga subjek termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat ringan. LPa = 68,1 90,0 = 0,76 WHR = LPi

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Jurni = 0,76. Jadi berdasarkan klasifikasi WHR, Subjek V termasuk dalam kategori risiko moderate. % BF = [(4,76/Db) 4,28] x 100 Db = 1,0897 0,00133 ( triceps + subscapular) = 1.0897 0,00133 (21 + 23) = 1,0897 0,00133 (44) = 1,0897 0,0585 = 1,0312 % BF = [(4,76 / 1,0312) 4,28] x 100 = [4,62 4,28] x 100 = 34 % Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 34 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka subjek V termasuk dalam kategori obesitas. Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 26,0 yang berarti subjek termasuk dalam kategori normal. f. Ilham (Subjek VI) IMT = BB (kg) (TB)2 (m) = 56,9 (1,619)2 = 56,9 2,62 = 21,7 Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut: TB (Laki-laki) = (2,08 x TL) + 59,01

= (2,08 x 51,5) + 59,01 = 107,1 + 59,01 = 166,1 Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah: IMT = 56,9 (1,661)2

= 56,9 2,76 = 20,6 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Ilham = 21,7. Jadi berdasarkan klasifikasi IMT, Subjek VI termasuk dalam kategori Normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 20,6 sehingga subjek termasuk dalam kategori Normal WHR = LPi LPa = 64,5 87,5 = 0,73 Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Ilham = 0,73. Jadi berdasarkan klasifikasi WHR, Subjek VI termasuk dalam kategori risiko low. % BF = [(4,97/Db) 4,52] x 100 Db = 1,0913 0,00116 ( tricep + subscapula) = 1.0913 0,00116 (6 + 9) = 1,0913 0,00116 (15) = 1,0913 0,0174 = 1,0739 % BF = [(4,97 / 1,0739) 4,52] x 100 = [4,63 4,52] x 100 = 11 % Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 11 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka subjek VI termasuk dalam kategori optimal. Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 25,1 yang berarti subjek termasuk dalam kategori normal.

F. KESIMPULAN Berdasarkan pengukuran IMT, diperoleh hasil yaitu 5 orang responden termasuk dalam kategori normal, dengan nilai IMT 20,4; 20,6; 20,6; 21,3; dan 21,7; serta 1 orang reponden termasuk dalam kategori kurus (kekurangan BB tingkat ringan) dengan IMT 17,3. Sedangkan

hasil pengukuran IMT berdasarkan tinggi lutut diperoleh hasil 3 responden termasuk dalam kategori normal, dengan nilai IMT 17,9; 19,1; dan 20,6; 2 orang responden termasuk dalam kategori BB tingkat ringan (IMT 17,4 dan 17,5) serta 1 orang termasuk dalam kategori BB tingkat berat (IMT 14,8). Dari pengukuran ini, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran IMT berdasarkan tinggi lutut memiliki hasil yang jauh berbeda dibandingkan dengan pengukuran tinggi badan secara langsung (menggunakan microtoice). Berdasarkan pengukuran WHR, diperoleh hasil 4 orang responden termasuk dalam kategori low (nilai WHR 0,70; 0,68; 0,70; dan 0,73). Sedangkan 2 orang responden lainnya termasuk dalam kategori Moderate ( WHR 0,74 dan 0,76).

Berdasarkan pengukuran % BF, diperoleh hasil yaitu 2 orang responden tremasuk dalam kategori optimal (19 % dan 11 %), 1 orang responden termasuk dalam kategori fat (31%), 1 orang responden ternasuk dalam kategori Slighly overfat (24%), serta 2 orang responden termasuk dalam kategori obesitas (34% dan 36%). Sedangkan berdasarkan pengukuran LILA diperoleh hasil yaitu 5 orang responden termasuk dalam kategori normal dan 1 orang responden termasuk dalam kategori KEK (Kurang Energi Kronik).

Categories Makalah Kesehatan 2012 Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Followers Mengenai Saya

Anna Auliyanah Lihat profil lengkapku

Labels

Ceritaku (8) In My Mind (4) Makalah Kesehatan (7)

Wish List (2)

Arsip Blog

2012 (8) o April (7) PENILAIAN BIOKIMIA STATUS BESI (Fe) PELAYANAN GIZI PENYAKIT DEGENERATIF PRAKTIKUM GIZI : PENGUKURAN ANTROPOMETRI PRAKTIKUM GIZI : PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH, KOLEST... PRAKTIKUM GIZI : ANALISIS STATUS SENG (Zn) PRAKTIKUM GIZI : PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN (Hb) PELAYANAN GIZI PADA LUKA BAKAR o Januari (1) 2011 (15)

Daftar Blog Saya

:: MY LUVERLY CRAFT ::

Anniversary Frame.. - Order dari* Adyani.*. sempena anniversary mereka. suke dia.. customer hepi, akak gumbira!! tq darling! psst... sama la tarikh kita.. 1 hari yang lalu

andie johnson sews

Cincinnati IQF Modern Meet Up - You coming to the Queen City for IQF April 13-15? Well, get yourself to the *Modern Meet Up* *hosted by * Hyatt Regency April 14 8pm Win some amazi...

18 jam yang lalu

Berita Terbaru Gedung Putih Beri Lampu Hijau pada Israel - [image: Presiden Amerika Serikat, George W Bush menyalahkan Hamas atas serangan yang dilakukan Israel. Gara-gara kekerasan yang dilakukan Hamas di musim ... 5 bulan yang lalu

Bieha Tukiran's craft

Belum Basi - Assalamualaikum w.h.t dan salam sejahtera.. Serius sudah lama tidak update blog... ok ini tempahan daripada Nurasyikin Mohd Arif.. terimalah ... "Gugus... 1 minggu yang lalu

Blooming Felt

A little bit of Pomp & Ceremony ! - If there's one thing we Brits know how to do, it's how to put on a show. And as the eyes of the World will be on us this Summer we need to show them why w... 3 minggu yang lalu

Brassy Apple

Short hair and style! - Wednesday's I usually share my "what I wore" post but today I thought I'd share a few hair photos. I love having short hair and don't find that it limits w... 23 jam yang lalu

Buttons4Crafts Temporarily Closed~~ - Dear Customer, Thank you for your order. We are *temporarily closed* from today, *16/03/12 until 20/03/12* with no Internet access. We will revert back a... 2 minggu yang lalu

Craftaholics Anonymous My Love Story - I have a special treat for you today. Davis and my love story! {Cue: awwww.} This picture was taken last summer. Yep, hes tall, dark, and very handsome, a... 22 jam yang lalu

CraftZone Malaysia - Malaysian Crafter Blogs Free Giveaway - April 2011 - 1. Kraf Malinja 2. Sewing And Me 3. eyeARTyou 4. e.L.e DeSiGn 5. SWEETm@nis 6. ROSHEY'Z CRAFTWORLD 7. doodledesign * Note: This l... 11 bulan yang lalu

DaLzButtOnCraft Custom Made Apparels

FATiHA Blouse & ELYSiA Ribbon Belt - *FATiHA* is a long blouse with lovely cut and details of 'Curly Ends' Customer able to choose their Favourite colours and Sizes based on our Sizing Tab... 2 minggu yang lalu

Dewi's Artwork Station

Order: Keychain Love - Names - Love Name Keychain Dalam saya guna batting. so dia masih bole picit2 cme tak setebal polyfiber filled. Saya dapati kalau guna felt material poly, kurang... 4 minggu yang lalu

Fabric Bows and More

Link Party No.50 "Will See It Wednesday" - Welcome to my Link Party No.50 "Will See It Wednesday" . Click the "Read More" link below to enter your projects. 1 hari yang lalu

Fabric Flowers Simple Felt Fabric Flower - This is one of the easiest flowers one can make. I used as inspiration a tutorial from here. Cutting and putting together the petals is similar however, fo... 4 bulan yang lalu

folanela Koleksi ebook: Special Felt Sweet - Untuk penggemar felt craft, koleksi ebook kali ini khusus tentang membuat aneka kue dari felt. Judul ebook dari koleksi ebook felt yang mengenai sweet felt... 1 tahun yang lalu

GDa'S Gallery

Maher Zain :) - GDa'S by Ghaida chiffon scarf, ZARA Kids glitter cardigan, unbranded black skirt, Charles n Keith tote bag ( MAHER ZAIN ! hihihihihi ) maher Zain, Nazih... 16 jam yang lalu

giffy

Soft Toy: Oggy & Stewie - Stewie, Family Guy Only 1pc each design, anyone? RM89.90 each Oggy Size: 40cm / 27cm / 19cm RM59.90 / RM39.90 / RM22.90 each 1 minggu yang lalu

Hair Fairy Clips

VIP Fairies - December - Not a member yet? There is still time to join and receive December's design. See all the information here

4 bulan yang lalu

Hair Fairy Clips - Hair Fairy Clips Blog! Evolution - Im back in the studio again after my summer break. I spent three weeks eating, drinking, going to bbqs, bars and pubs; being with my family and close fr... 2 bulan yang lalu

ikat bag Cardboard Barbie House - Welcome to our home! Step up to the gate, unlock it and come on in. The top floor is the bedroom with adjoining deck, which you can access through the... 4 hari yang lalu

JajaKraf.Com JajaKraf Giveaway on Facebook - Hi all a very long idle once again. What can I say, I am a very busy mommy indeed plus a very bad time manager at the same time. Most of the times I spent... 3 minggu yang lalu

Life Report

Sinetron - wearing Arianna top by Nabilia (Nalia Rifika) Thank youu bu delon ;) Uyea tak tahu mau nulis apa hari ini. Setelah menghabiskan dua minggu full di Jakart... 1 hari yang lalu

lillyella

what would it be? - If you could do or be anything you wanted right now, without any change, consequence or sacrifice, what would it be? 3 minggu yang lalu

Miss Lovie

Hello!! and A Weekend Adventure - Hello! It's been awhile. I've been pretty overwhelmed with work and grad school. I'm hoping things will all slow down in a month or two as a finish up my m... 18 jam yang lalu

NIT'NIT OL-shop: TAS UNDANGAN

NIT'NIT OL-shop - *welcome to NIT'NIT OL-shop* *semua produk yang tersedia disini merupakan HAND MADE, mulai dari sepatu hingga small case.. Cocok untuk hadiah maupun untuk d... 1 tahun yang lalu

nz sweet design

POUCH - *POUCH* Material : Cotton Saiz : 6 x 4 inci 1 bulan yang lalu

~Pudica Crafts~

Sweet Strawberries... 3 jam yang lalu

Sew Much Ado We Did It! Wednesday - Welcome to We Did It! Wednesday! Here's how We Did It! Wednesday works: 1. Enter a link (specific blog post, not your homepage) using the Linky Tools belo... 1 hari yang lalu

TOTE BOUTIQUE

POLKA DOTS COIN PURSE - Polka Dots Coin Purse RM10/unit RM25 for 3 units 1 hari yang lalu

Young and Crafty

Healthy Eating & Nutrition Tips: Ask questions! - After a lot of thought, Ive decided to run a mini series here on the blog that focuses on healthy eating habits. Im not sure what all Im going to t... 1 hari yang lalu

Sasa's Love n Joy

Custom made - Baby set - Last month baby set order... Baby shoes - look at the small cute pink snail button!! Lovely small baby gloves... Baby girl said:" I'm Cute!"...:P 1 bulan yang lalu auliya-0210. Diberdayakan oleh Blogger.

Aulicious Copyr
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Selasa, 16 November 2010


STATUS GIZI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan meningkatnya taraf hidup sebagian masyarakat yang tinggal baik di perkotaan maupun di pedesaan akan memberikan perubahan pada gaya hidup. Pemilihan makanan yang cenderung menyukai makanan siap santap dimana kandungan gizinya tidak seimbang. Jadi masalah gizi yang timbul, baik masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh

perilaku makan seseorang yang salah yaitu tidak adanya keseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizinya. PUGS merupakan acuan bagi setiap individu untuk berperilaku gizi yang baik dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi kesehatan atau gizi seseorang dan lingkungannya (Rai, 1997). PUGS yang terdiri dari 13 pesan dasar, merupakan pedoman bagi setiap individu agar selalu mengkonsumsi makanan yang sehat, seimbang dan aman guna mempertahankan status gizi dan kesehatannya secara optimal.( http://mily.wordpress.com/2008/07/31/6/) B. Rumusan Masalah: 1. Pengertian status gizi 2. Faktor yang mempengaruhi status gizi 3. Jenis parameter status gizi 4. Cara penilaian status gizi

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Status Gizi Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu dalam suatu variabel (Hadi, 2002). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan menurut Gibson (1990) menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional (Depkes, 2000), penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi. Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin

baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Untuk mengetahui status gizi seseorang dapat dilakukan penilaian secara langsung maupun tidak. a. Penilaian secara langsung Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut: a.1. Anthropometri Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. a.2. Klinis Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. a.3. Biokimia Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot. a.4. Biofisik Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan. b. Penilaian secara tidak langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2001). Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah: b.1. Survey konsumsi makanan Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

b.2. Statistik vital Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. b.3. Ekologi Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll. (Irianto, Joko Pekik: 2007) 3. Jenis Parameter Status Gizi Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lengkar kepala, lengkar dada, lingkar pinggul dan

tebal lemak bawah kulit. (Hadi, 2002; Soetjiningsih, 1998; Supariasa, dkk, 2001; Nurrahmah, 2001). 1) Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berari kalau penentuan umur yang salah. Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor(1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh. Contoh: bulan usia penuh Umur: 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan 3 bulan 27 hari dihitung 3 bulan. 2) Berat Badan Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak (Supariasa,dkk, 2001). Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan (Soetjiningsih 1998). Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4) Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita. 3) Tinggi Badan Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur. Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi ditidrkan lurus di dalam alat pengukur, (3) bagian bawah alat pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca. 4) Lingkar Kepala Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti pada hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala. 5) Lingkar Lengan Atas Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat badan. 6) Lipatan Kulit Tebalnya lipatan kulit bagian triseps dan subskapular menggambarkan refleksi tubuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi (Soetjiningsih, 1998). (http://mily.wordpress.com/2009/09/09/pengantar-gizi-masyarakat/) 4. Cara penilaian status gizi IMT (Indeks Massa Tubuh)

Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: IMT = Berat badan (Kg) dibagi tinggi badan (M)2 Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel status gizi berdasar IMT untuk orang Indonesia Status Gizi Katagori IMT Kurus Sekali Kekurangan BB tingkat berat <17,0 Kurus Kekurangan BB tingkat kurang 17,018,4 Normal Normal 18,5-25,0 Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0 Obese Kelebihan BB tingkat berat >27,0

BAB III PENUTUP Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi: penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Cara penilaian status gizi dapat dilakukan dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan rumus berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan (M)2.

DAFTAR PUSTAKA http://mily.wordpress.com/2008/07/31/6/ http://mily.wordpress.com/2009/09/09/pengantar-gizi-masyarakat/ Irianto, Joko Pekik. 2007. Panduan Gizi LengkapKeluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Andi Offset
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Catatan Kuliah Ebook Islamic View Kedokteran Gigi Kesehatan Gigi

Penilaian Status Gizi


I Putu Arya Ramadhan on 9 January 2012 Leave a Comment Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. a. Antropometri Pengertian Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia dan hubungannya dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Penghitungan IMT menggunakan rumus sebagai berikut: IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2

b. Klinis Pengertian Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

c. Biokimia Pengertian Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik Pengertian Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Penggunaan Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi dua penilaian yaitu survei konsumsi makanan dan statistik vital

Survei Konsumsi Makanan Pengertian Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi

Statistik Vital Pengertian Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan

Dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

Metode Untuk Mengetahui Keadaan Gizi Masyarakat Menurut WHO Survey Metode ini digunakan untuk menentukan data dasar (database) gizi atau menentukan status gizi kelompok populasi terrtentu atau menyeluruh, dengan cara survei cross-sectional. Surveillence Surveillence merupakan metode dengan ciri khas yaitu monitoring berkelanjutan dari status gizi populasi tertentu, dimana data dikumpullkan, dianalisis dan digunakan untuk jangka waktu yang panjang, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab malnutrisi.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaa

azharflz
Masuk profile dia

Ahli Gizi 19 suka dia Sekilas Profil 5 post disukai dia 11 disukai dia

Profesi: Mahasiswa

2008 - Sekarang UI Depok,Java,Indonesia Pendidikan: Ilmu Gizi Angkatan 2008 Universitas Indonesia, Jakarta Jenis Kelamin: Pria Kota Tinggal Sekarang: Depok Kota Asal: Belum diisi Bergabung: 1 Oct 2010
Yang disukai

Berbagi Info Kamu mau .... ?

<< Daftar Berbagi Info >>

azharflz : Standard IMT (Indeks Massa Tubuh) untuk Orang Indonesia

IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur status gizi individu. Cara menghitung IMT adalah dengan membagi berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Setelah mendapatkan hasil angka tersebut dicocokkan dengan cut off point sehingga kita dapat mengetahui status gizi kita apakah under weight, normal, overweight, atau obesitas. Untuk orang Indonesia standard IMT menggunakan standard Asia bukan internasional sebab untuk ukuran tubuh orang Indonesia memiliki perbedaan dengan orang Barat seperti pada tinggi badannya. Berikut ini pembagian IMT berdasar standard Asia menurut IOTF, WHO (2000) : <18,5 18,5-22,9 23-24,9 25-29,9 >=30 Berikut <18,5 18,5-24,9 25-29,9 = ini untuk yang = international = = standard = = = = At Obese Obese menurut WHO (1998) Underweight Normal risk I II :

Underweight Normal Preobese

>= 30-34,9 35-39,9 >= 40

30 = = =

= Obese Obese Obese

Obese I II III

Dimanakah posisi IMT Anda? Yuk, jaga berat badan kita agar selalu berada di posisi normal. :)
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Glukosa Darah (Serum/Plasma)


Posted by Riswanto on Thursday, March 11, 2010 Labels: Tes Kimia Darah Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.

Insulin dihasilkan oleh sel-sel , mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa. Glukagon dihasilkan oleh sel-sel , meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal. Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.

Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir) sebesar 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada sampel puasa. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa (mis. diabetes mellitus, kegemukan, akromegali, penyakit hati yang parah, dsb.) mencerminkan kelainan pada berbagai mekanisme pengendalian glukosa.

Uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk menguji respons penderita terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah makan (sarapan pagi atau makan siang). Untuk kasus-kasus hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia yang tak jelas, biasanya dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). TTG oral dipengaruhi oleh banyak variable fisiologik dan menjadi subjek dari bahan interpretasi diagnostik yang berbeda-beda. Uji toleransi glukosa intravena jarang diindikasikan untuk tujuan diagnosis.

PROSEDUR Jenis spesimen Dulu, pengukuran glukosa dilakukan dengan menggunakan sampel darah lengkap (whole blood), tetapi hampir seluruh laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dengan sampel serum. Serum memiliki kadar air yang tinggi daripada darah lengkap, sehingga serum dapat melarutkan lebih banyak glukosa. Untuk mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh dengan 1,15 untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma. Pengumpulan darah dalam tabung bekuan untuk analisis serum memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel oleh sel-sel darah sampai terjadi pemisahan melalui pemusingan (sentrifugasi). Jumlah sel darah yang tinggi dapat menyebabkan glikolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa. Untuk mencegah glikolisis tersebut, serum harus segera dipisahkan dari sel-sel darah. Suhu lingkungan tempat darah disimpan sebelum diperiksa turut mempengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu kamar, diperkirakan terjadi penurunan kadar glukosa 1-2% per jam. Sedangkan pada suhu lemari pendingin, glukosa tetap stabil selam beberapa jam di dalam darah. Penambahan natrium fluoride (NaF) pada sampel darah dapat menghambat glikolisis sehingga kadar

glukosa Pengumpulan

dapat

dipertahankan

bahkan

dalam

suhu

kamar. spesimen

Pengambilan darah harus dilakukan pada lengan yang berlawanan dengan lengan tempat pemasangan selang IV. Pengambilan darah pada lengan yang terpasang selang IV dapat dilakukan asalkan aliran selang dihentikan paling tidak selama 5 menit dan lengan diangkat untuk mengalirkan cairan infuse menjauhi vena-vena. Pencemaran 10% oleh cairan dextrose 5% (D5W) dapat meningkatkan kadar glukosa dalam sampel sebesar 500 mg/dl atau lebih. Darah arteri, vena, dan kapiler memiliki kadar glukosa yang setara pada keadaan puasa, sedangkan setelah makan, kadar vena lebih rendah daripada arteri atau kapiler. Untuk uji glukosa darah puasa, penderita diminta berpuasa selama 10 jam sejak malam sebelum diambil darah (misalnya mulai puasa jam 9 malam). Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Pagi hari setelah puasa (misalnya jam jam 8 pagi), penderita diambil darah vena 3-5 ml dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). NaF digunakan untuk mencegah glikolisis yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium. Penderita diminta untuk makan dan minum seperti biasa, lalu puasa lagi selama 2 jam. Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Untuk uji glukosa post prandial, penderita diambil darah vena sebanyak 3-5 ml tepat dua jam setelah makan, dan dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). Darah yang telah diperoleh disentrifus, kemudian serum atau plasmanya dipisahkan dan diperiksa kadar glukosa. Untuk uji glukosa darah sewaktu atau acak/random, penderita tidak perlu puasa dan pengambilan dapat dilakukan di sembarang waktu. Metodologi Dahulu, glukosa diperiksa dengan memanfaatkan sifat mereduksi glukosa yang non spesifik dalam suatu reaksi dengan bahan indikator yang memperoleh atau berubah warna jika tereduksi. Karena banyak jenis pereduksi lain dalam darah yang dapat bereaksi positif, maka dengan metode ini kadar glukosa bisa lebih tinggi 5-15 mg/dl. Sekarang, pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu elektroda pendeteksi oksigen. Chemistry

analyzer (mesin penganalisis kimiawi) modern dapat menghitung konsentrasi glukosa hanya dalm beberapa menit. Di luar laboratorium, sekarang banyak tersedia berbagai merek monitor glukosa pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari tusukan di ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa darah dan untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan dimana hasil pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein serum; kadar hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar glukosa darah, dan sebaliknya (efek serupa juga berlaku untuk protein serum yang rendah atau tinggi). Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala membandingkan hasil pengukuran alatnya dengan pengukuran glukosa laboratorium klinik (baku emas) untuk memperkirakan kemungkinan interferensi fisiologik serta fluktuasi fungsi alat mereka.

NILAI RUJUKAN

Gula darah sewaktu


DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120

mg/dl
ANAK : sampai dengan 120 mg/dl LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140

mg/dl.

Gula darah puasa


DEWASA : Serum dan plasma : 70 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 100 mg/dl; Nilai panik :

kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl


ANAK : Bayi baru lahir : 30 80 mg/dl; Anak : 60 100 mg/dl LANSIA : 70 120 mg/dl.

Gula darah post prandial


DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120

mg/dl
ANAK : sampai dengan 120 mg/dl

LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140

mg/dl.

MASALAH KLINIS
PENINGKATAN KADAR (hyperglycaemia) : diabetes mellitus, asidosis diabetik, hiperaktivitas kelenjar

adrenal (sindrom Chusing), akromegali, hipertiroidisme, kegemukan (obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang parah, reaksi stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang, MCI akut, cedera tabrakan, luka bakar, infeksi, gagal, ginjal, hipotermia aktifitas, pankreatitis akut, kanker pankreas, CHF, sindrom pasca gastrektomi (dumping syndrome), pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH; kortison; diuretik (hidroklorotiazid, furosemid, asam etakrinat); obat anestesi, levodopa.
PENURUNAN KADAR (hypoglycaemia) : reaksi hipoglikemik (insulin berlebih), hipofungsi korteks adrenal

(penyakit Addison), hipopituitarisme, galaktosemia, pembentukan insulin ektopik oleh tumor/kanker (lambung, hati, paru-paru), malnutrisi, ingesti alkohol akut, penyakit hati yang berat, sirosis hati, beberapa penyakit penimbunan glikogen, hipoglikemia fungsional (aktifitas berat), intoleransi fruktosa herediter, eritroblastosis fetalis, hiperinsulinisme. Pengaruh obat : insulin yang berlebih, salisilat, obat antituberkulosis.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium


Obat-obatan (kortison, tiazid, loop diuretik) dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Trauma, stress dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Penundan pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah. Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum. Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah.

Baca Juga Yang Ini


Tes Kimia Darah

Laktat Dehidrogenase Kreatin Kinase Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Hemoglobin A1c (HbA1c) Kreatinin Darah (Serum) Ureum Darah (Serum) Asam Urat Darah (Serum)

Pemeriksaan Lipid Fosfatase Alkali

2 comments:

Prihatin said...

maaf klo boleh tau sumber primernya ngambil dari mana aja..?? perlu buat pengerjaan tugas akhir nih.. mohon bantuannya .. ^,^
November 2, 2010 9:05 PM

agiegia said...

iya nih referensinya dari mana? thanks


April 4, 2012 5:18 PM Post a Comment Newer Post Older Post Home

Health Tip of The Day Labels


Aspek Hukum (1) Manajemen Laboratorium (3) Pemantapan Mutu (4) Pengumpulan Spesimen (8) Profesi dan Kompetensi (3) Tes Hematologi (13) Tes Hemostasis (6) Tes Imuno-serologi (9) Tes Kimia Darah (15) Tes Urine (8)

Archives

2010 (41) o December (1) o November (2) o October (2) o July (4) o May (3) o April (1) o March (15) Anti HBs Antigen Permukaan Hepatitis B (HBsAg) Antibodi Virus Hepatitis A (Anti HAV) Profil Hepatitis Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Hemoglobin A1c (HbA1c) Glukosa Darah (Serum/Plasma) Badan Keton (Urin) Urobilinogen Urin Bilirubin Urin Protein Urin Glukosa Urin Kreatinin Darah (Serum) Ureum Darah (Serum) Asam Urat Darah (Serum) o February (9) o January (4) 2009 (27)

Blogroll

Aku dan Analis Kesehatan Biro Kepegawaian Depkes RI Departemen Kesehatan RI

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaa

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
Kadar Gula Darah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga seringkali menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat di atas normal (Lopulalan, 2008). Glukagon merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologis meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon melakukan hal ini dengan mempercepat konversi dari glikogen dalam hati dari nutrisi-nutrisi lain, seperti asam amino, gliserol, dan asam laktat, menjadi glukosa (glukoneogenesis). Kemudian hati mengeluarkan glukosa ke dalam darah, dan kadar gula darah meningkat. Sekresi dari glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar gula darah melalui sistem feedback negative (Anonimous, 2011). Kadar gula darah dalam tubuh setiap individu berbeda-beda, tinggi rendahnya kadar gula darah dipengaruhi sekresi hormon insulin dan glukagon sebagai peranan terpenting dalam metabolisme. Perbedaan kadar gula darah bagi orang yang berpuasa dan juga orang yang sudah makan perlu diketahui oleh karena itu pada praktikum ini akan menghitung jumlah kadar gula dari kedua sampel darah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum ini adalah: 1. Bagimana mengukur kadar gula darah saat puasa dan setelah makan? 1.3 Tujuan

Tujuan pada praktikum ini adalah: 1. Untuk mengetahui kadar gula darah saat puasa dan setelah makan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hormon Insulin dan Glukagon Glukosa darah berasal dari absorpsi pencernaan makanan dan pembebasan glukosa dari persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun apabila laju penyerapan oleh jaringan untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi daripada laju penambahan. Penyerapan glukosa oleh sel-sel distimulus oleh insulin, yang disekresikan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans. Glukosa berpindah dari plasma ke sel-sel karena konsentrasi glukosa dalam plasma lebih tinggi daripada dalam sel. Di dalam sel, glukosa dikonversi menjadi glukosa 6 fosfat yang ditahan dalam sel sebagai hasil daripada pengurangan permeabilitas membrane oleh pengaruh kelompok fosfat. Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan laju transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel. Begitu glukosa telah masuk sel, segera difosforilasi untuk menjaganya tanpa control (Soewolo, 2000). Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga seringkali menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat di atas normal (Anonimous, 2011). Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel otot yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringan adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin (Soewolo, 2000). Penolakan insulin adalah kondisi pada jumlah normal insulin yang tidak mencukupi untuk menanggapi respon insulin normal dari lemak, otot dan sel hati. Penolakan insulin pada sel lemak merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin pada otot mengurangi pengambilan glukosa, dan penolakan insulin pada hati mengurangi stok glukosa, dengan akibat pada penyediaan glukosa darah. Penolakan insulin dapat disebabkan oleh sindrom metabolisme dan diabetes melitus tipe 2 (Lopulalan, 2008).

Glukagon merupakan hasil dari sel alfa, yang berperan untuk meningkatkan derajad glukosa darah ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal. Target dari glukagon adalah hati. Glukagon mempercepat perubahan glikogen menjadi glukosa (glikogenesis), mendorong pembentukan glukosa dari asam laktat dan asam amino tertentu (glukoneogenesis) dan mempertinggi penglepasan glukosa dalam darah. Sebagai hasilnya derajad glukosa darah naik (Soewolo, 2005). Insulin dan glukagon adalah hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Hal ini merupakan suatu fungsi bioenergetik dan homeostasis yang sangat penting, karena glukosa merupakan bahan bakar utama untuk respirasi seluler dan sumber kunci kerangka karbon untuk sintesis senyawa organik lainnya. Keseimbangan metabolisme bergantung pada pemeliharaan glukosa darah pada konsentrasi yang dekat dengan titik pasang, yaitu sekitar 90 mg/ 100 mL pada manusia. Ketika glukosa darah melebihi kadar tersebut, insulin dilepaskan dan bekerja menurunkan konsentrasi glukosa. Ketika glukosa turun dibawah titik pasang, glukagon meningkatkan konsentrasi glukosa. Melalui umpan balik negatif, konsentrasi glukosa darah menentukan jumlah relatif insulin dan glukagon (Campbell, 2004).

2.2 Diabetes Mellitus Penyakit diabetes adalah merupakan penyakit akibat gangguan kelenjar endokrin. Diabetes muncul karena adanya gangguan keseimbangan hormon, dimana terjadi penurunan produksi hormon insulin. Jumlah yang kurang dari hormon insulin menyebabkan kandungan glukosa dalam plasma darah tetap tinggi (hyperglicemia), karena sebenarnya insulin berperanan membantu proses perubahan glukosa dalam darah menjadi glikogen sebagai gula otot (Soewolo, 2000). Penderita diabetes memerlukan hormon insulin dari luar guna mengembalikan kondisi gula tubuhnya menjadi normal kembali. Insulin ini dimasukkan dengan cara penyuntikan atau injeksi. Sumber insulin ini bisa berasal dari kelenjar mamalia atau dari mikroorganisme hasil rekayasa genetika. Jika dari mamalia, insulin yang paling mirip dengan insulin manusia adalah dari babi (lihat strukturnya). Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7 Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6 (hanya 1 asam amino berbeda)

Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6 (ada 3 asam amino berbeda) Kita tahu bahwa produksi insulin pada diabetesi turunan (Tipe1) tidak mencukupi, atau tiada sama sekali. Pabrik insulinnya memang gagal berproduksi. Cara rasional dipikirkan bagaimana memacu agar kelenjar yang berada di dekat lambung ini lebih giat berproduksi, sekiranya masih memungkinkan (Nurachman, 2003). Penanganan Diabetes mellitus memerlukan pemeliharaan jangka panjang kadar gula darah yang sedekat mungkin dengan kadar normal untuk memperkecil resiko vaskular. Pengukuran kadar gula darah puasa tunggal merupakan indikasi tercepat keadaan pasien beberapa jam sebelumnya, tetapi tidak mewakili status sebenarnya dari pengaturan gula darah. Indeks akurat rata-rata konsentrasi gula darah diperoleh dengan pengukuran hemoglobin A1C (HbA1C) setiap dua sampai tiga bulan. HbA1C merupakan suatu glikohemoglobin yang dibentuk dalam dua tahap oleh glikasi nonenzimatik dari hemoglobin A (HbA). Kadar HbA1C sebanding dengan rata-rata konsentrasi glukosa serta jangka waktu sirkulasi hemoglobin (Anonimous, 2011).

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Kadar Glukosa Dalam Darah ini dilaksanakan pada Hari Senin pukul 10.00-11-30 WIB dan bertempat di Laboratorium Jurusan Biologi Dasar B Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Glukometer 2. Strip glukotest 3. Blood Lancet 4. Kapas 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1. Alkohol 70 % 2. Darah probandus perempuan puasa 3. Darah probandus perempuan setelah makan 4. Darah probandus laki-laki puasa 5. Darah probandus laki-laki setelah makan 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Gulung

3.3 Cara Kerja 3.3.1 Pengukuran kadar glukosa puasa 1. Melakukan puasa minimal 8 jam sebelum mengambil darah puasa pada probandus. 2. Menyiapkan glukometer dan strip glukotest. 3. Membersihkan ujung jari dengan kapas beralkohol. 4. Membiarkan ujung jari mengering. 5. Menusuk ujung jari dengan menggunakan lancet steril dan membiarkan darah keluar. 6. Memasukkan strip glukotest pada glukometer. 7. Menunggu hingga terlihat gambar tetesan darah. 8. Meneteskan darah pada tempat reagen di strip glukotest. 9. Menunggu gambar proses (gambar jam pasir) sampai selesai. 10. Membaca kadar glukosa darah.

3.3.2 Pengukuran kadar glukosa tidak puasa 1. Melakukan makan dalam jumlah cukup, menunggu selama 2 jam. 2. Menyiapkan glukometer dan strip glukotest. 3. Membersihkan ujung jari dengan kapas beralkohol. 4. Membiarkan ujung jari mengering. 5. Menusuk ujung jari dengan menggunakan lancet steril dan membiarkan darah keluar. 6. Memasukkan strip glukotest pada glukometer. 7. Menunggu hingga terlihat gambar tetesan darah.

8. Meneteskan darah pada tempat reagen di strip glukotest. 9. Menunggu gambar proses (gambar jam pasir) sampai selesai. 10. Membaca kadar glukosa darah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Berdasarkan pengamatan pada praktikum ini diperoleh hasil sebagai berikut :

Nama/ Golongan Darah Fitroh Sani/ A Hakim/ Indah Setyo Rini/ B Enni Mutiati/O Yogama Tetrasani/O Mulyo Sejati/O Samsul Bahri/B Aniqul Mutho/AB Arif Lukmanul Hakim/O Warda/A

Tinggi & Berat

Puasa

Makan

46/160 50/161 42/155

96 Mg/ DL 56 Mg/DL

102 Mg/DL -

48/150 58/170

108 Mg/DL -

80 Mg/DL

60/155 52/167 45/163

90 Mg/DL -

74 Mg/DL 134 Mg/DL

55/170

73 Mg/DL

45/160

122 Mg/DL

Arum sekar Buana/O

43/154

48 Mg/DL

Mursidi/B Lukman Baihaqi

68/162 60/167

77 Mg/DL 69 Mg/DL -

4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil tes kadar gula darah pada probandus didapatkan hasil yang berbeda-beda. Hasil tes kadar gula yang puasa yaitu Fitroh Sani dengan berat/tinggi 46/160 diperoleh 96 Mg/DL, Indah Setyo Rini dengan berat 42/155 diperoleh 56 mg/DL, Enni mutiati dengan berat/tinggi 48/150 diperoleh 108 mg/DL, Samsul Bahri dengan berat/tinggi 52/167 diperoleh 90 mg/DL, Mursidi dengan berat/tinngi 68/162 diperoleh 77 mg/DL dan Lukman Baihaqi dengan berat/tinggi diperol kadar gula dalam darah yaitu 69 mg/DL. Sedangkan tes kadar gula yang tidak puasa yaitu Hakim dengan berat/tinggi 50/161 diperoleh 102 mg/DL, Yogma Tetrasani dengan berat/tinggi 58/170, Mulyo Sejati dengan 60/155 diperoleh 74 mg/DL, Aniqul Mutho dengan berat/tinggi 45/163 diperoleh 134 mg/DL, Arif Lukmanul Hakim dengan berat/tinggi 55/170 diperoleh 73 mg/DL, Warda dengan berat/tinggi 45/160 diperoleh 122 mg/DL, Arum Sekar Buana dengan berat/tinggi 43/154 diperoleh 48 mg/Dl. Dari hasil di atas bisa disimpulkan bahwasannya kadar gula darah seseorang itu dapat dipengaruhi oleh berat badan, berat badan lebih tinggi maka kadar gula darahnya juga tinggi. Bisa juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, kadar gula darah cowok lebih besar dari kadar gula darah cewek karena kandungan protein serta karbohidrat yang disimpan lebih banyak dari cowok. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu dari makanan yang dimakan, jika makanan yang dimakan mengandung banyak gizi serta karbohidrat dan protein seperti nasi dan telur ceplok maka kadar gulanya akan meningkat lebih banyak dibandingkan dengan memakan makanan yang mengandung sedikit protein. Hal lain yang menjadi factor utama adalah dari seseorang yang puasa minimal 8 jam dan juga seseorang yang sudah makan. Orang yang sedang puasa maka kadar gulanya akan menurun dibandingkan orang yang sudah makan, hal itu disebabkan karena karbohidrat yang diserap dalam bentuk glukosa dalam tubuh orang yang sudah makan akan naik sedangkan pada orang puasa suplai glukosa dalam tubuh rendah.

Dalam keadaan normal, kadar gula darah berkisar antara 80-140. Setiap kali sehabis makan, pankreas segera produksi insulin untuk mengolah karbohidrat dan berkisarlah kadar gula darah antara 80-140. Bagi penderita DM, angka kadar gula darah antara 80-140 sudah terkategori tinggi. Untuk kembali normal, perlu diatur pola makan, olah raga, jamu, obat dan suntikan insulin. Upaya tersebut hanya dapat mengatasi atau mengendalikan kadar gula darah, tetapi tidak menyembuhkan. Kecuali zat karbohidrat, dalam makanan sehari-hari terdapat protein (10-15%) dan lemak (20-25%). Presentase karbohidrat sekitar 60-70% sekaligus sebagai sumber utama energi (tenaga). Pada penderita DM, sebagian (besar) karbohidrat tidak dapat diubah menjadi tenaga. Karenanya penderita DM gampang sekali lelah akibat langsung dari persediaan energi yang terbatas.

Makanan (minuman) yang banyak mengandung karbohidrat adalah nasi, roti, mi, jagung, tales, singkong, gula dan madu. Agar gula darah tidak tinggi, karena semua makanan tersebut harus dibatasi (nasi, roti, dan lain-lain), atau bahkan dipantang (gula) (Anonimous, 2011). Glukosa bersama asam lemak adalah molekul-molekul bahan bakar utama pemicu metabolisme makhluk hidup. Organ pengguna bahan bakar terbanyak adalah hati, otak, jantung, otot, dan jaringan adiposa. Pemeliharaan kadar glukosa darah merupakan faktor amat penting, khususnya untuk menjaga fungsi sistem saraf. Kadar gula darah bervariasi, tergantung status nutrisi. Kadar gula normal manusia, beberapa jam setelah makan sekitar 80mg/ 100ml darah, tetapi sesaat sehabis makan meningkat sampai 120mg/100 ml. Mekanisme homeostatik berperan untuk memasukkan glukosa ke dalam sel dan penggunaannya oleh jaringan tubuh. Bila kadar gula turun, mekanisme pelepasan gula simpanan glikogen dalam sel (atau dari glukoneogenesis) terbuka, sehingga kadar normal tetap terpelihara (Nurachman, 2003).

4.2.1

Glukosa Darah Setelah Makan Peningkatan glukosa darah segera setelah makan menstimulasi sekresi insulin dan supresi glukagon. Hal itu bersamaan pula dengan pemasukan glukosa ke dalam hati, stimulasi sintesis glikogen, dan penghambatan degradasi glikogen. Perubahan ini juga memicu produksi glukokinase (enzim pertama untuk membakar glukosa menjadi energi melalui proses glikolisis), penyediaan substratsubstrat untuk sintesis glikogen, dan pengaktifan asetil- CoA karboksilase (enzim untuk sintesis asam lemak di hati, kemudian asam lemak ditranspor ke jaringan adiposa dalam bentuk lemak). Sintesis glikogen serupa, juga terjadi di otot (Nurachman, 2003).

Beberapa jam kemudian, bila kadar glukosa turun, kejadian sebaliknya berlangsung. Sekresi insulin ditekan dan sekresi glukagon ditingkatkan. Penurunan insulin mengurangi penggunaan gula oleh otot, hati, dan jaringan adiposa. Kejadian ini mempromosikan mobilisasi glikogen dalam hati melalui mekanisme kaskade yang mengaktifkan glikogen fosforilase (enzim pertama dalam tahapan degradasi glikogen) dan menonaktifkan glikogen sintase (enzim untuk sintesis glikogen). Degradasi lemak di adiposa juga teraktifkan. Mekanisme pengaturan kadar gula di atas terjadi secara otomatis sehingga kadar gula darah konstan dan selalu tersedia untuk menjalankan fungsi otak. Semua ini dapat berlangsung atas kerja prima pankreas yang memproduksi enzim-enzim pencernaan dan hormonhormon pengatur kadar gula darah (Nurachman, 2003).

4.2.2

Kadar Gula Darah Orang Puasa Mekanisme kadar gula orang puasa adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh. Pengontrolan gula darah yang baik akan mencegah penyakit diabetes tipe 2, yang disebabkan hormon insulin tidak sensitif lagi mengontrol gula darah.Puasa sangat bagus dalam menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai kadar seimbang. Berdasarkan ini, puasa sesungguhnya memberikan kesempatan kepada kelenjar pankreas untuk beristirahat. Maka, pankreas pun mengeluarkan insulin yang menetralkan gula menjadi zat tepung dan lemak. Sudah banyak dilakukan usaha pengobatan terhadap diabetes dengan mengikuti "sistem puasa" selama lebih dari 10 jam dan kurang dari 20 jam. Setiap kelompok mendapatkan pengaruh sesuai keadaan. Kemudian, para penderita mengonsumsi makanan ringan secara berurutan yang kurang dari 3 minggu. Metode ini telah mencapai hasil menakjubkan dalam pengobatan diabetes dan tanpa menggunakan satu pun obat kimiawi (Romdoni, 2007).

4.2.3

Air Kencing Mengandung Glukosa Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan. Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Dengan demikian air seni penderita kencing manis akan mengandung gula

sehingga sering dilebung atau dikerubuti semut. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga, mudah lelah, lemas, mudah haus dan lapar, sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal, dan sebagainya. Kandungan atau kadar gula penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normal kadar gulanya berkisar 60120 mg/dl (Anonimous, 2011).

4.2.4

Penanganan Diabetes Penanganan Diabetes mellitus memerlukan pemeliharaan jangka panjang kadar gula darah yang sedekat mungkin dengan kadar normal untuk memperkecil resiko vaskular. Pengukuran kadar gula darah puasa tunggal merupakan indikasi tercepat keadaan pasien beberapa jam sebelumnya, tetapi tidak mewakili status sebenarnya dari pengaturan gula darah. Indeks akurat rata-rata konsentrasi gula darah diperoleh dengan pengukuran hemoglobin A1C (HbA1C) setiap dua sampai tiga bulan. HbA1C merupakan suatu glikohemoglobin yang dibentuk dalam dua tahap oleh glikasi nonenzimatik dari hemoglobin A (HbA). Kadar HbA1C sebanding dengan rata-rata konsentrasi glukosa serta jangka waktu sirkulasi hemoglobin (Lopulalan, 2008).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tentang kadar gula darah maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Mekanisme kadar gula orang puasa adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh. 2. Kadar gula darah orang yang setelah makan akan naik, hal ini dikarenakan kandungan karbohidrat yang akan dipecah menjadi glukosa sebagai energi dalam tubuhnya untuk aktifitas otak. Hal ini akan menstimulasi sekresi insulin dan supresi glukagon. 3. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan. Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni.

DAFTAR PUSTAKA

(Anonimous,2011).Information and facts on the Insulin. (http://www.suarapembaruan.com) Akses : Akses 03 Mei 2011 Campbell, Neil A. dkk. 2004 .Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Lopulalan, Christine Rosalina. 2008. Sekilas Tentang Diabetes Mellitus. Jakarta: Media Artikel.

Nurachman, Zeily. 2003. Diabetes. Bandung: ITB. Romdoni, Rochmad. 2007. Puasa Itu Sehat. Surabaya: Jawa Pos. Soewolo, dkk. 2000. Fisiologi Hewan. Jakarta: Pengembangan Guru Sekolah Menengah Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM

Created By Indah Setyo Rini di 06:41 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Reaksi: 0 komentar: Poskan Komentar Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaa

TABEL GULA DARAH (CHART)

Untuk mengetahui kadar glukosa normal, tinggi dan rendah, mari kita lihat tabel gula darah (Chart). Rentang normal untuk tingkat gula darah dipelihara oleh tubuh untuk kelancaran fungsi adalah pada 70-150 mg / dL. Adalah normal untuk tingkat gula untuk berfluktuasi sepanjang hari, kadar glukosa adalah yang terendah di pagi hari, dan kebanyakan cenderung naik selama beberapa jam setelah makan, tergantung pada volume karbohidrat yang dikonsumsi. Tubuh kita memiliki mekanisme yang sangat baik untuk mengatur kadar gula darah normal, dalam kasus jatuh. Extra glukosa disimpan dalam hati sebagai glikogen, mudah penyerapan sendiri dalam aliran darah, ketika penurunan kadar gula. Tabel gula darah didasarkan pada pengukuran gula darah rata-rata orang dewasa yang sehat normal :

Tabel Gula Darah Bagaimana Gula Darah Diukur/ di Cek? Pengujian glukosa darah dilakukan ke layar sehat, individu tanpa gejala untuk diabetes. Glukosa dalam darah diukur sebagai serum darah secara keseluruhan, juga dikenal sebagai plasma. Peningkatan atau penurunan kadar gula darah dalam tubuh manusia dapat menyebabkan, baik hiperglikemia atau hipoglikemia, masing-masing. Kebanyakan orang dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) yang didiagnosis dengan diabetes. Tes darah glukosa dilakukan untuk memantau kadar glukosa pada manusia. Hal ini dapat diukur secara puasa, secara acak, post prandial (setelah makan), dan / atau sebagai bagian dari tes toleransi glukosa oral (OGTT / GTT). Dengan Tabel gula darah, kita akan lebih mudah memahami batas-batas gula darah yang aman. Simpan atau download Tabel gula darah untuk menjadi referensi sewaktu-waktu. Tetapi yang paling penting adalah anda harus melakukan pantangan/diet gula darah tinggi. Anda harus sering browsing di Google untuk mencari "apa itu gula darah, bagaimana menurunkan gula darah, obat gula darah"..itu harus anda ketahui. Oke silahkan mencari info obat gula darah yang lain di website ini. Diposkan oleh Cak Majid di 09:49 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Tabel Gula Darah Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaa

Tes Gula Darah Sendiri Tak Efektif untuk Semua Pasien Diabetes
Adelia Ratnadita - detikHealth
Browser anda tidak mendukung iFrame

(Foto: thinkstock) Jakarta, Pasien diabetes bisa memeriksa kadar gula darahnya sendiri dengan menggunakan alat monitor gula darah bernama Self Monitoring of Blood Glucose (SMBG). Tapi SMBG ternyata tidak efektif digunakan untuk semua pasien diabetes, alat ini hanya cocok untuk pasien diabetes tipe 1 tapi tidak efektif untuk pasien diabetes tipe 2. Sekedar info, diabetes tipe 1 biasanya terjadi akibat faktor genetik yang membuat pankreas tidak bisa memproduksi hormon insulin. Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi karena kemampaun pankreas memproduksi hormon insulin berkurang akibat perubahan gaya hidup. Alat SMBG gagal efektif pada penderita diabetes tipe 2 karena kemampuan mengontrol gula tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kajian sistemik menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes tipe 2 yang tidak tergantung insulin tidak menggunakan SMBG untuk mengatur pola makan dan gaya hidup. Sehingga SMBG tidak efektif untuk semua pasien diabetes. Tapi pada pasien diabetes tipe I yang menggunakan terapi insulin alat ini justru sangat membantu. Karena pasien bisa menggunakan kadar glukosa untuk menyesuaikan dosis insulin. Perangkat yang digunakan untuk memeriksa kadar gula darah adalah alat untuk menguji konsentrasi glukosa dalam darah (glikemia). Tes glukosa darah dilakukan dengan cara menusuk kulit, biasanya di jari untuk mengambil darah. Kemudian mengusapkan darah ke tes strip.

Enam bulan pertama SMBG adalah saat waktu tingkat HbA1c menurun sebesar 0,26 persen. Tapi data dari 2 percobaan yang melibatkan 493 peserta menunjukkan bahwa, pengaruh SMBG tidak lagi signifikan pada 12 bulan selanjutnya, dengan penurunan kadar HbA1c sebesar 0,1 persen terutama pada pasien diabetes tipe 2. Uriell L. Malanda, MD, dan rekan dari VU University Medical Center di Amsterdam juga telah mengulas 12 penelitian yang melibatkan 3259 pasien dengan diabetes yang tidak tergantung insulin. Hasilnya diterbitkan dalam edisi terbaru dari Cochrane Library. "Pemantauan diri glukosa darah pada pasien yang tidak tergantung insulin memiliki dampak minimal pada kontrol glikemik, tidak berdampak pada kesejahteraan umum atau kualitas hidup, dan agak mahal. Akibatnya, tidak menambah manfaat jangka panjang yang relevan secara klinis," kata Dr Malanda seperti dilansir dari MedscapeNewsToday, Senin (20/2/2012). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh SMBG pada hipoglikemia dan komplikasi dari diabetes tipe 2.

(del/ir) BACA JUGA :


63 Tenaga Medis Berjuang Demi Selamatkan 1 Bayi dari Demam Aneh Ruangan yang Terlalu Tenang Bisa Kacaukan Otak Risiko Gemuk Meningkat Jika Banyak Diskon di Supermarket Pengobatan-pengobatan Paling Aneh dari Penjuru Dunia

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaa

Beranda About Tentang Kami

Facebook Pengumpan RSS INSOMNIA (GANGGUAN TIDUR) TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL/TTGO (oral glucose tolerance test, OGTT)

GLUKOSA DARAH
Jun 27
Posted by sitimaulidaniah

Pekanbaru(infobidannia), Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin. Insulin dihasilkan oleh sel-sel , mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa.

Glukagon dihasilkan oleh sel-sel , meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal. Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.

Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir) sebesar 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus. Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada sampel puasa. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa (mis. diabetes mellitus, kegemukan, akromegali, penyakit hati yang parah, dsb.) mencerminkan kelainan pada berbagai mekanisme pengendalian glukosa.

Uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk menguji respons penderita terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah makan (sarapan pagi atau makan siang).
Untuk kasus-kasus hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia yang tak jelas, biasanya dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). TTG oral dipengaruhi oleh banyak variable fisiologik dan menjadi subjek dari bahan interpretasi diagnostik yang berbeda-beda. Uji toleransi glukosa intravena jarang diindikasikan untuk tujuan diagnosis.

PROSEDUR Jenis spesimen


Dulu, pengukuran glukosa dilakukan dengan menggunakan sampel darah lengkap (whole blood), tetapi hampir seluruh laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dengan sampel serum. Serum memiliki kadar air yang tinggi daripada darah lengkap, sehingga serum dapat melarutkan lebih banyak glukosa. Untuk mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh dengan 1,15 untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma.Pengumpulan darah dalam tabung bekuan untuk analisis serum memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel oleh sel-sel darah sampai terjadi pemisahan melalui pemusingan (sentrifugasi). Jumlah sel darah yang tinggi dapat menyebabkan glikolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa. Untuk mencegah glikolisis tersebut, serum harus segera dipisahkan dari sel-sel darah.Suhu lingkungan tempat darah disimpan sebelum diperiksa turut mempengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu kamar, diperkirakan terjadi penurunan kadar glukosa 1-2% per jam. Sedangkan pada suhu lemari pendingin, glukosa tetap stabil selam beberapa jam di dalam darah. Penambahan natrium fluoride (NaF) pada sampel darah dapat menghambat glikolisis sehingga kadar glukosa dapat dipertahankan bahkan dalam suhu kamar.Pengumpulan spesimen

Pengambilan darah harus dilakukan pada lengan yang berlawanan dengan lengan tempat pemasangan selang IV. Pengambilan darah pada lengan yang terpasang selang IV dapat dilakukan asalkan aliran selang dihentikan paling tidak selama 5 menit dan lengan diangkat

untuk mengalirkan cairan infuse menjauhi vena-vena. Pencemaran 10% oleh cairan dextrose 5% (D5W) dapat meningkatkan kadar glukosa dalam sampel sebesar 500 mg/dl atau lebih. Darah arteri, vena, dan kapiler memiliki kadar glukosa yang setara pada keadaan puasa, sedangkan setelah makan, kadar vena lebih rendah daripada arteri atau kapiler. Untuk uji glukosa darah puasa, penderita diminta berpuasa selama 10 jam sejak malam sebelum diambil darah (misalnya mulai puasa jam 9 malam). Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Pagi hari setelah puasa (misalnya jam jam 8 pagi), penderita diambil darah vena 3-5 ml dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abuabu (berisi NaF). NaF digunakan untuk mencegah glikolisis yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium. Penderita diminta untuk makan dan minum seperti biasa, lalu puasa lagi selama 2 jam. Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Untuk uji glukosa post prandial, penderita diambil darah vena sebanyak 3-5 ml tepat dua jam setelah makan, dan dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). Darah yang telah diperoleh disentrifus, kemudian serum atau plasmanya dipisahkan dan diperiksa kadar glukosa. Untuk uji glukosa darah sewaktu atau acak/random, penderita tidak perlu puasa dan pengambilan dapat dilakukan di sembarang waktu. Metodologi Dahulu, glukosa diperiksa dengan memanfaatkan sifat mereduksi glukosa yang non spesifik dalam suatu reaksi dengan bahan indikator yang memperoleh atau berubah warna jika tereduksi. Karena banyak jenis pereduksi lain dalam darah yang dapat bereaksi positif, maka dengan metode ini kadar glukosa bisa lebih tinggi 5-15 mg/dl. Sekarang, pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu elektroda pendeteksi oksigen. Chemistry analyzer (mesin penganalisis kimiawi) modern dapat menghitung konsentrasi glukosa hanya dalm beberapa menit. Di luar laboratorium, sekarang banyak tersedia berbagai merek monitor glukosa pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari tusukan di ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa darah dan untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan dimana hasil pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein serum; kadar hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar glukosa darah, dan sebaliknya (efek serupa juga berlaku untuk protein serum yang rendah atau tinggi). Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala membandingkan hasil pengukuran alatnya dengan

pengukuran glukosa laboratorium klinik (baku emas) untuk memperkirakan kemungkinan interferensi fisiologik serta fluktuasi fungsi alat mereka. NILAI RUJUKAN

Gula darah sewaktu DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl, ANAK : sampai dengan 120 mg/dl, LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl. Gula darah puasa DEWASA : Serum dan plasma : 70 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 100 mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl, ANAK : Bayi baru lahir : 30 80 mg/dl; Anak : 60 100 mg/dl, LANSIA : 70 120 mg/dl. Gula darah post prandial, DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl, ANAK : sampai dengan 120 mg/dl, LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.

MASALAH KLINIS PENINGKATAN KADAR(hyperglycaemia) : diabetes mellitus, asidosis diabetik, hiperaktivitas kelenjar adrenal (sindrom Chusing), akromegali, hipertiroidisme, kegemukan (obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang parah, reaksi stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang, MCI akut, cedera tabrakan, luka bakar, infeksi, gagal, ginjal, hipotermia aktifitas, pankreatitis akut, kanker pankreas, CHF, sindrom pasca gastrektomi (dumping syndrome), pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH; kortison; diuretik (hidroklorotiazid, furosemid, asam etakrinat); obat anestesi, levodopa.PENURUNAN KADAR (hypoglycaemia) : reaksi hipoglikemik (insulin berlebih), hipofungsi korteks adrenal (penyakit Addison), hipopituitarisme, galaktosemia, pembentukan insulin ektopik oleh tumor/kanker (lambung, hati, paruparu), malnutrisi, ingesti alkohol akut, penyakit hati yang berat, sirosis hati, beberapa penyakit penimbunan glikogen, hipoglikemia fungsional (aktifitas berat), intoleransi fruktosa herediter, eritroblastosis fetalis, hiperinsulinisme. Pengaruh obat : insulin yang berlebih, salisilat, obat antituberkulosis.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium


Obat-obatan (kortison, tiazid, loop diuretik) dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Trauma, stress dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Penundan pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah. Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum. Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Home

Diabetes Mellitus
July 22, 2009 at 4:42 am Leave a comment

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). B. Klasifikasi Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut : 1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM) 2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM) 3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya 4. Diabetes mellitus gestasional (GDM) C. Etiologi * Diabetes tipe I: 1. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. 2. Faktor-faktor imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolaholah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin

endogen. 3. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. * Tipe II Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko : 1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th) 2. Obesitas 3. Riwayat keluarga D. Tanda dan Gejala Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah : 1. Katarak 2. Glaukoma 3. Retinopati 4. Gatal seluruh badan 5. Pruritus Vulvae 6. Infeksi bakteri kulit 7. Infeksi jamur di kulit 8. Dermatopati 9. Neuropati perifer 10. Neuropati viseral 11. Amiotropi 12. Ulkus Neurotropik 13. Penyakit ginjal 14. Penyakit pembuluh darah perifer 15. Penyakit koroner 16. Penyakit pembuluh darah otak 17. Hipertensi Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak. Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas. E. Patofisiologi/Pathways

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Glukosa darah sewaktu 2. Kadar glukosa darah puasa 3. Tes toleransi glukosa Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl) Bukan DM Belum pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena - Darah kapiler Kadar glukosa darah puasa - Plasma vena - Darah kapiler <> <110> 100-200 80-200 110-120 90-110 >200 >200 >126 >110 Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan : 1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl G. Penatalaksanaan Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : 1. Diet 2. Latihan 3. Pemantauan 4. Terapi (jika diperlukan) 5. Pendidikan H. Pengkajian ? Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? ? Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

? Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. ? Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah ? Integritas Ego Stress, ansietas ? Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare ? Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. ? Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan. ? Nyeri / Kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat) ? Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) ? Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit. I. Masalah Keperawatan 1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan 2. Kekurangan volume cairan 3. Gangguan integritas kulit 4. Resiko terjadi injury J. Intervensi 1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak. Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi Kriteria Hasil : ? Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat ? Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya Intervensi : ? Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. ? Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. ? Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi. ? Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral. ? Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi. ? Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.

? Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah. ? Kolaborasi pemberian pengobatan insulin. ? Kolaborasi dengan ahli diet. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi : ? Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik ? Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul ? Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas ? Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa ? Pantau masukan dan pengeluaran ? Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung ? Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung. ? Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur ? Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K) 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer). Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan. Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi Intervensi : ? Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut. ? Kaji tanda vital ? Kaji adanya nyeri ? Lakukan perawatan luka ? Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi. ? Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. 4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan Tujuan : pasien tidak mengalami injury Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury Intervensi : ? Hindarkan lantai yang licin. ? Gunakan bed yang rendah. ? Orientasikan klien dengan ruangan. ? Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari ? Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

Sumber : Ricky Pengobatan Alami terhadap penderita Diabetes adalah mengkonsumsi nutrisi berikut ini : 1. 2. 3. 4.
Calsium II 11 Cordyceps 22 Chitosan 22 (Chitosan diminum dan ditaburkan pada luka) Diacont 22

Rate this:

Rate This
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Penetapan kadar Fe, Mn, Zn pada air minum isi ulang

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup baik tumbuhan maupun hewan sebagian besar tersusun oleh air, dimana sel tumbuhan mengandung lebih dari 75% air dan di dalam sel hewan mengandung lebih dari 67% air. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari berbeda untuk tiap tempat dan tiap tingkatan kehidupan (Suriawiria, 1986). Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia.

Dalam hal ini persyaratan kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, dimana setiap komponen yang dikandung dalam air minum harus sesuai dengan yang ditetapkan. Air minum selain merupakan kebutuhan esensial, namun juga berpotensi sebagai media penularan penyakit, keracunan dan sebagainya (Widyanti, 2004). Air yang bersumber dari dalam tanah mengandung mineral organik dan anorganik. Mineral anorganik yang terkandung dalam air minum antara lain mengandung unsur seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), timbal (Pb), alumunium (Al) dan sebagainya (Tjan, 2010). Besi (Fe) adalah satu elemen yang dapat ditemui dalam air, besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, namun dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Seng (Zn) merupakan mineral mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan, penambah nafsu makan dan penyembuhan luka, asupan seng yang berlebih dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Mangan (Mn) merupakan mineral mikro yang terdapat pada kelenjar hipofisis, dan tulang. Apabila kadar Mn melebihi batas yang ditetapkan dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Yuliana, 2009; Gunawan, 2009). Air tawar bersih yang layak minum, semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai maupun air tanah yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, baik dari rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun harga air minum dalam kemasan (AMDK) dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah. Air minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang bisa diperoleh di depot-depot isi ulang harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga

beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan depot-depot air minum isi ulang bermunculan (Widyanti, 2004). Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) atas kualitas depot air minum isi ulang di Jakarata menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) pada sejumlah sampel air minum isi ulang (Widyanti, 2004). Berdasarkan hal di atas maka pada kesempatan ini penulis ingin memeriksa kadar mineral besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn), pada air minum isi ulang yang beredar di daerah Siteba kota Padang. 1.2 Perumusan Masalah Apakah kadar kandungan besi (Fe), seng (Zn) dan mangan (Mn) pada air minum isi ulang yang diproduksi di daerah Siteba kota Padang sudah memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang kualitas air minum ? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui kadar kandungan besi (Fe), seng (Zn) dan mangan (Mn) pada air minum isi ulang yang diproduksi di daerah Siteba kota Padang. 1.4 Hipotesa Penelitian Kadar kandungan mineral besi (Fe), seng (Zn) dan mangan (Mn) pada air minum isi ulang yang beredar di daerah Siteba kota Padang tidak memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang kualitas air minum.

1.5 Manfaat Penelitian Untuk mengetahui kandungan kadar besi (Fe), seng (Zn) dan mangan (Mn),air yang dikategorikan aman dan memenuhi syarat yang ditetapkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Air merupakan suatu senyawa kimia yang paling dikenal dan banyak terdapat di bumi. Suatu molekul air terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan. Sifat yang sangat penting bagi kehidupan antara lain kemampuannya melarutkan berbagai vitamin, mineral, dan zat lain yang diperlukan oleh makhluk hidup (Hartono, 1990). Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan, semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan bipolimer, dan sebagainya (Winarno,1997). Bila badan manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan diketahui bahwa kandungan airnya rata-rata 65% atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap hari sekitar 2,5 liter harus diganti

dengan air yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal dari air minum dan sekitar 1,0 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi (Winarno, 1997).

2.1.1

Sumber Air Pada prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi. Dari siklus hidrologi dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat digunakan sebagai sumber air minum (Sutrisno & Kusnoputranto, 2002). Sumber air tawar tersebut adalah:

a. Air Hujan Air hujan merupakan hasil penyubliman awan atau uap menjadi air murni yang ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda yang terdapat di udara, dalam keadaan murni sangat bersih. Diantara beberapa benda yang terlarut dari udara tersebut adalah gas (O2, CO2, H2 dan lain-lain), jasad renik dan debu. Setelah mencapai permukaan bumi air hujan bukan merupakan air murni lagi, maka hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai saat hujan turun, karena masih mengandung banyak kotoran (Pitojo & Purwantoyo, 2002). b. Air Permukaan Air permukaan adalah sumber air yang berasal dari permukaan tanah, baik keberadaannya tersebut bersifat sementara dan mengalir ataupun stabil, dalam hal ini permukaan air tanah adalah sejajar dengan sumber air permukaan tersebut. Pada umumnya sumber air permukaan baik yang berasal dari sungai, danau, ataupun waduk adalah merupakan air yang kurang baik untuk langsung

dikonsumsi oleh manusia, karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan (Sugiharto, 1985).

c. Air Tanah (Kusnoputranto & Susanna, 2002) Air tanah dibedakan atas dua macam, air lapisan (Layer Water) dan air celah (Fissure Water). Air lapisan adalah air yang terdapat di dalam ruang antar butiran tanah. Adapun air celah ialah air yang terdapat di dalam retakan batuan dalam tanah. Berdasarkan sifat dapat ditembus atau tidaknya oleh air, lapisan tanah dibedakan menjadi lapisan pemeabel dan lapisan impermeable. Lapisan permeable adalah beberapa lapisan tanah yang mudah dilalui air, misalnya lapisan pasir dan lapisan kerikil. Lapisan impermeable adalah lapisan yang sulit ditembus Oleh air. 2.1.2 Air Minum Air minum adalah air yang telah melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan langsung dapat diminum. Jenis air minum meliputi : a. Air minum yang didistribusikan malalui pipa untuk keperluan rumah tangga. b. Air yang didistribusikan melalui tangki air. c. Air kemasan. d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat (Depkes RI, 2002).

2.1.3 Syarat Air Minum Pada umumnya air minum telah memenuhi syarat apabila telah memenuhi syarat utama yaitu : Syarat Fisik Air yang digunakan untuk air minum sebaiknya air yang jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dengan suhu hendaknya dibawah suhu udara (250C) Syarat Kimia Air minum tidak boleh mengandung racun, zat mineral atau zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. Syarat Biologis Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri golongan coliform melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 0/100 ml air (Depkes RI,2002). 2.1.4 Pemurnian Air Minum Ada beberapa metoda pemurnian air minum dalam usaha membunuh mikroba dan membuang logam berat yang berada didalam air, khususnya yang berkaitan dengan penyebab penyakit. a.Sterilisasi Ozon

Pemurnian air dengan menggunakan senyawa ozon dapat membunuh mikroba didalam air, dapat menghilangkan bau dan rasa yang umumnya disebabkan oleh komponen organik dan anorganik yang terdapat dalam air dan tidak menimbulkan bau ataupun rasa yang umumnya terjadi dengan penggunaan bahan kimia. Ozon juga bersifat bakterisida, virusida, algisida, fungisida serta mengubah senyawa organik komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana (Sutrisno & Kusnoputranto, 2002). b.Reverse Osmosis Pemurnian air dengan penyaringan berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada disalah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap dilapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni (air) bisa mengalir kelapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati pelarutnya tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan ion-ion (Wales, 2011). c.Sterilisasi dengan Sinar Ultra Violet Penyinaran Ultra Violet (UV) lebih efektif membunuh mikroorganisme patogen. Cahaya ultraviolet adalah cahaya yang tidak dapat dilihat oleh mata dan merupakan radiasi elektromagnetik yang berada pada kisaran panjang gelombang 1 400 nm, namun cahaya UV yang paling efektif menginaktifasi mikroorganisme dalam air adalah dengan panjang gelombang 254 nm. Bila mikroorganisme disinari oleh sinar ultra violet, maka ADN (Asam Deoksiribonukleat) dari mikroorganisme tersebut akan menyerap energi sinar UV, sehingga energi itu melumpuhkan kemampuan reproduksi mikroorganisme tersebut (Nana, 2011).

d.Penyaringan bertahap terdiri dari: Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa yang berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Saringan /filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 mikron (Amrih, 2005). 2.2 Mineral Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia, tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (San, 2009). Sampai sekarang telah diketahui ada empat belas unsur mineral yang berbeda jenisnya diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik, yang telah pasti adalah natrium, klor, kalsium, fosfor, magnesium dan belerang. Unsur-unsur ini terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar dan karenanya disebut mineral makro. Sedangkan unsur mineral lain seperti besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt, dan flour hanya terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang kecil saja, karena itu disebut mineral mikro (Winarno, 1997). Dalam kehidupan semua umat manusia membutuhkan mineral yang mana mineral tersebut harus sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia / makhluk hidup. Akan tetapi kita harus meneliti lebih detail lagi mineral macam apakah yang diperlukan oleh tubuh manusia. Mineral organik adalah mineral yang amat dibutuhkan tubuh serta berguna bagi tubuh kita, mineral ini dapat kita peroleh dari sumber yang hidup atau mempunyai kehidupan, mengandung karbon dan dapat membawa kehidupan bagi sel-sel di

dalam tubuh. Mineral organik umumnya berasal dari susu dan tumbuh-tumbuhan, seperti sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan (Tjan, 2010) Air yang bersumber dari dalam tanah mengandung mineral organik dan anorganik. Mineral anorganik yang terkandung dalam air minum antara lain mengandung unsur seperti kalsium karbonat (CaCO3), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), timbal (Pb), alumunium (Al), merkuri (Hg), atau bahan-bahan kimia hasil dari resapan tanah dan lain sebagainya. Seperti kita ketahui bahwa setiap unsur tersebut mempunyai berat jenis dan bahan kimiawi yang bilamana terkonsumsi akan dapat menumpuk pada tubuh manusia, sehingga lama-kelamaan akan dapat merusak tubuh kita terutama pada pada bagian ginjal dan hati, dimana kedua organ tersebut berfungsi sebagai filter bagi tubuh (Tjan, 2010). 2.2.1 Besi (Fe) (Yuliana, 2009) Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+. Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri (Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut dapat berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti Fe(OH)3, FeO. Fe2O3 dan lain-lain. Kosentrasi besi terlarut yang masih diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai 0,3 mg/L. Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia. Zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan, hal ini dikarenakan

tubuh manusia tidak dapat mengekskresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat transfusi darah kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. 2.2.2 Seng (Zn) (Gunawan, 2009) Seng merupakan kofaktor lebih dari 100 enzim dan penting untuk metabolisme asam nukleat dan sintesis protein. Mineral ini diperlukan untuk pertumbuhan, fungsi dan maturasi alat kelamin, nafsu makan dan penyembuhan luka. Dalam tubuh manusia terkandung 2 gram zink, terutama terdapat pada rambut, tulang, mata, dan kelenjar alat kelamin pria. Defisiensi Zn dapat terjadi akibat asupan yang tidak cukup misalnya pada orang tua, alkoholisme dengan sirosis dan gizi buruk. Disfungsi kelamin dan impoten yang terjadi pada pasien penyakit ginjal kadang-kadang sebagian dapat diatasi dengan pemberian Zn. Zn mempunyai batas keamanan yang relatif lebar. Dengan dosis 1 mg/kg/hari untuk mengobati defisiensi hampir tidak menimbulkan efek samping, meskipun dosis berlebihan jangka lama tidak dianjurkan. Asupan Zn yang berlebih menyebabkan defisiensi Cu besi, karena dapat mempengaruhi absorpsi dan penggunaannya serta dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, menggigil, demam, dan nyeri abdomen. 2.2.3 Mangan (Mn) Mineral ini terdapat pada mitokondria sel terutama pada kelenjar hipofisis, hati, pancreas, ginjal dan tulang. Mangan mempengaruhi sintesis polisakarida, menstimulasi sintesis kolesterol hati dan asam lemak, dan merupakan kofaktor banyak enzim seperti arginase dan alkali fosfatase di hati. Apabila kadar

Mn melebihi batas yang ditetapkan pada air minum akan menimbulkan rasa aneh pada minuman dan dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Gunawan, 2009; Sugiharto, 1985). 2.3 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Teknik analisa dari spektrofotometer serapan atom (SSA) pertama kali diperkenalkan oleh Welsh (Australia ) pada tahun 1955. Metode ini berkembang dengan pesat dan merupakan metode yang populer untuk analisa logam karena disamping relatif sederhana metode ini juga selektif dan sangat sensitif. Spektrofotometer serapan atom telah digunakan untuk penetapan sebanyak lebih kurang 70 unsur. Penggunaannya meliputi sampel biologi dan klinik, forensik material, makanan dan minuman, air termasuk air buangan, tanah, tanaman, pupuk, besi, baja, logam campur, mineral, hasil-hasil minyak bumi, farmasi dan kosmetik (Harmita, 2006). Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom ke tingkat eksitasi (Khopkar, 1990). 2.3.1 Mekanisme Kerja Spektrofotometri Serapan Atom (Salvin, 1986; Sastrohamidjodjo, 1991) Lampu katoda berongga terdiri dari katoda dan anoda yang ditempatkan pada ruangan yang berisikan gas inert (neon atau argon), katoda ini dilapisi dengan logam yang akan dianalisis. Diantara katoda dan anoda diberikan tegangan tinggi yang menyebabkan katoda memancarkan berkas elektron pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya

menuju anoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi. Dalam perjalanan ke anoda elektron bertabrakan dengan atom-atom gas mulia, akibatnya atom gas mulia kehilangan elektron dan berubah menjadi ion-ion positif yang bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi, sehingga atom unsur ini mengalami eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Karena tidak stabil maka ia kembali ke tingkat energi dasar, dengan memancarkan sinar monokromatis yang khas tergantung jenis logamnya. Larutan untuk sampel ditarik dengan pipa kapiler masuk ke ruang pengabut. Dalam ruangan ini larutan sampel dikabutkan membentuk suspensi partikel halus yang dibawa aliran gas masuk ke dalam nyala yang timbul dari campuran gas bahan bakar dengan gas pembakaran. Dalam nyala ini terjadi proses penguapan pelarut sehingga yang tertinggal hanya zat terlarut (berupa garam). Partikel ini lalu menguap dan akan terdisosiasi membentuk uap atom netral. Kabut halus atom netral dari unsur yang akan dianalisis diradiasi dengan sumber radiasi yang memancarkan spektrum garis yang dihasilkan oleh lampu katoda. Sebagian dari intensitas radiasi tersebut diserap oleh atom-atom unsur yang elektronnya berada pada keadaan dasar sehingga tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Radiasi yang tidak diserap atau diteruskan diukur dengan detektor melalui monokromotor. Detektor mengubah energi sinar menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan relatif kecil maka diperkuat dengan amplifier kemudian diteruskan ke prosesor dan alat pencatat. Berikut komponen-komponen yang menyusun spektrofotometer serapan atom:

Gambar Komponen Penyusun Spektrofotometri Serapan Atom 2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Serapan Atom

1.

Spektrofotometri serapan atom merupakan metoda untuk menetukan kadar logam dalam cuplikan yang sangat komplek, dengan konsentrasi sangat kecil, pengerjaannya cepat dengan sensitifitas tinggi, selektif dan sangat spesifik untuk unsur yang akan ditentukan, karena gangguannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan cara spektrofotometri biasa (Day & Underwood, 1996). Metoda spektrofotometri serapan atom memiliki beberapa kekurangan diantaranya ada beberapa unsur yang tidak menghasilkan uap atom pada keadaan dasar saat mencapai nyala seperti tidak terdisosiasi. Beberapa nyala lebih tepat untuk beberapa unsur tertentu, maka dengan bertambahnya analit yang akan ditentukan, juga akan dilakukan penukaran terhadap sumber sinar gas pembakaran dan diperlukan lampu katoda yang mahal untuk setiap unsur (Sastrohamidjodjo, 1991).

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012 di Laboratorium Kopertis Wilayah X dan Laboratorium Kesehatan Padang. 3.2.Alat dan Bahan 3.2.1. Alat Alat yang digunakan dalam penentuan kadar kandungan mineral dan pH terdiri dari Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ) (Varian), lampu katode berongga Fe, lampu katode berongga Zn, lampu katode berongga Mn, pipet ukur, labu ukur, beker glass, hot plate dan pH meter (Benchtop). Alat yang digunakan dalam pengujian bakteriologik terdiri dari autoklaf, inkubator, botol steril, pipet ukur, tabung reaksi, tabung durham, rak tabung reaksi, jarum ose, beker glass, lampu spritus. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penentuan kadar kandungan mineral dan pH adalah 3 sampel air minum isi ulang yaitu A, B dan C, larutan standar besi ( Fe ), larutan standar seng ( Zn ), larutan standar mangan ( Mn ), HNO3 pekat, aquadest. Bahan yang digunakan dalam pengujian bakteriologik ini adalah 3 sampel air minum isi ulang yaitu A, B dan C, medium Laktosa Broth, medium Briliant Green Laktosa Broth (BGLB) dan aquadest.

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Pengambilan Sampel Sampel diambil secara random dari 3 depot air minum isi ulang A, B dan C yang terdapat di daerah Siteba kota Padang. Sampel air yang diambil tiap depotnya sebanyak + 500 mL yang diambil dengan menggunakan botol plastik untuk penentuan kadar mineral. 3.3.2Penentuan Kadar Kandungan Mineral 3.3.2.1Penyiapan Sampel Masing-masing sampel diambil sebanyak 50 mL dimasukkan dalam beker glass kemudian ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 5 mL, kemudian dipanaskan di atas hot plate hingga sampel tersisa + 20 mL. Kemudian sampel didinginkan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai 50 mL, homogenkan. 3.3.2.2Pembuatan Larutan Standar 1.Larutan Standar Besi (Fe NH4(SO4)2) a.Larutan Fe 100 mg/L Larutan Fe 1000 mg/L (Merck) dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. b.Larutan Fe 10 mg/L

Larutan Fe 100 mg/L dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. c.Larutan standar Fe 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L Larutan Fe 10 mg/L dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. 2.Larutan standar seng (ZnSO4) a.Larutan Zn 100 mg/L Larutan Zn 1000 mg/L (Merck) dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. b.Larutan Zn 10 mg/L Larutan Zn 100 mg/L dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. c.Larutan standar Zn 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L Larutan Zn 10 mg/L dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. 3.Larutan standar mangan (MnSO4) a.Larutan Mn 100 mg/L Larutan Mn 1000 mg/L (Merck) dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

b.Larutan Mn 10 mg/L Larutan Mn 100 mg/L dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. c.Larutan standar Mn 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L Larutan Mn 10 mg/L dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. 3.3.2.3Pengukuran Serapan Deretan Larutan Standar dan Sampel dengan Spektrofotometer Serapan Atom Terlebih dahulu hidupkan alat, lalu pasang lampu katode Fe untuk penentuan kadar Fe (besi), lampu katode Zn untuk penentuan kadar Zn (seng) dan lampu katode Mn untuk penentuan kadar Mn (mangan). Kemudian diatur serapan maksimumnya pada panjang gelombang 248,3 nm untuk Fe; 213,9 nm untuk Zn dan 279,5 nm untuk Mn. Selanjutnya set zero alat dengan menggunakan larutan blanko aquadest (0 mg/L). Ukur absorban masing-masing larutan standar Fe, Zn dan Mn mulai dari konsentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi, kemudian ukur absorban sampel A, B dan C. 3.3.2.4Analisis Data Data yang diperoleh dari pengukuran serapan larutan standar dibuat kurva kalibrasinya. Konsentrasi larutan sampel dihitung berdasarkan kurva kalibrasi larutan standar. Sehingga kadar mineral dalam air minum isi ulang dapat dihitung dengan dimana : y = absorban x = konsentrasi y=a+bx

a = tetapan regresi ( intersep ) b = koefisien regresi ( slope = kemiringan)

DAFTAR PUSTAKA

Amrih, P. (2005). Proses Produksi Air Minum di Depot Air Minum. Diakses 20 Oktober 2011 dari www.pitoyo.com. Day, A.R., & Underwood, A.L. (1996). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Departemen Kesehatan RI. ( 2002 ). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002 Tentang Syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta: Pusat Laboratorium Kesehatan Depkes Republik Indonesia. Gunawan, S.G. (2009). Farmakologi dan Terapi Ed 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Harmita. (2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Hartono, B. (1990). Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. Juniawati, N.K. (2010). Analisis Cd dan Cu dengan Metoda Spektrofotometri Serapan Atom. Diakses 27 November 2011 dari http://annisanfushie.com. Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia. Kusnoputranto, H., & Susanna, D. (2002). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Nana, S.S., (2007). Efektifitas Ultraviolet Dalam Mereduksi Bakteri Patogen Didalam Media Air Budidaya. Diakses 20 Oktober 2011 dari www.slidesharenet.com. Pitojo, S., & Purwantoyo, E. (2002). Deteksi Pencemar Air Minum. Jakarta: Rineka Cipta. Pratikno, A. (2010). Tujuh Depot Air Isi Ulang di Sawahlunto Tidak Sesuai Izin Kesehatan. Diakses 23 Februari 2011 dari http://www.korandigital.com. Salvin, M. (1986). Atomic Absorption Spectroscopy. Chemistry Departemen Brook Haven National Laboratorium. New York. San, A. (2009). Mineral Untuk Nutrisi Tubuh. Diakses 13 Januari 2011 dari. http:/www.doktermedis.blogspot.com. Sugiharto. (1985). Penyediaan Air Bersih Bagi Masyarakat. Tanjungkarang: Sekolah Pembantu Penilik Hygiene.

Sutrisno, C.T., & Kusnoputranto. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Asdi Maha Satya. Sutrisno, C.T., & Suciastuti, E. (1987). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Bina Aksara. Tjan, S.L. (2011). pH Air Minum dan Darah Manusia. Diakses 16 November 2011 dari http://www.victoriaro.com. Tjan, S.L. (2010). Tentang Air. Diakses 23 Februari 2011 dari. http://www.victoria-ro.com. Wales, J. (2011). Osmosis Terbalik. Diakses 20 Oktober 2011 dari http://www.wikipedia.org.com. Widyanti, M. (2004). Analisa Kualitatif Bakteri. Jurnal Ekologi Kesehatan, Volume 3,1,64-73. Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yuliana, R. (2009). Mengatasi Zat Besi (Fe) Tinggi Dalam Air. Diakses 13 Januari 2011dari http://www.advancebpp.com. Diposkan oleh i'm a pharmasist( nova) di 05:59 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 0 komentar: Poskan Komentar Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaa

Anda mungkin juga menyukai