Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (AHYT 243) Topik Tujuan Hari/ tanggal Tempat

PRAKTIKUM I
: Persilangan monohibrid dan dihibrid : Untuk membuktikan hukum mendel (ratio fenotif, genotif yang dihasilkan). : Selasa, 7 Maret 2006 : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin

PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

I. ALAT DAN BAHAN:

Oleh: ROBBY PRIMADANI AIC204002 KELOMPOK VI

Alat dan Bahan: 50 buah kancing merah 50 buah kancing putih 50 buah kancing kuning 50 buah kancing hijau 4 buah bak plastik atau beacker glass Alat tulis dan alat hitung.
II. CARA KERJA

Dosen Pembimbing: DR. H. M. Zaini Warsono, M.S Bunda Halang, M.T PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2006

I. Persilangan monohibrid 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Menyiapkan 25 buah kancing merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker glass yang bertanda (berlubang) 3. Menyiapkan 25 buah kancing merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker galss yang bertanda (bertombol) 4. Mengocok atau mencampurkan kedua macam gamet tadi (merah dan putih) jantan maupun betina pada masing-masing beacker glass. 5. Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur pada masing-masing beacker glass. 6. Mengambil kancing pada masing-masing beacker glass tersebut tanpa melihat dengan mata (secara acak) Kemudian memasangkannya satu persatu.

7. 8.

Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel. Menghitung perbandingan fenotif dan genotifnya.

II. Persilangan dihibrid 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan berupa kancing sebanyak 200 biji terdiri dari: 50 buah kancing merah, 50 buah kancing putih, 50 buah kancing kuning, 50 buah kancing hijau. 2. Memasangkan kancing sesuai dengan ketentuan: menyiapkan 25 buah kancing merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker glass yang bertanda (berlubang), menyiapkan 25 buah kancing merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker glass yang bertanda (bertombol), menyiapkan 25 buah kancing kuning dan 25 buah kancing hijau ke dalam beacker glass yang bertanda (berlubang), menyiapkan 25 buah kancing kuning dan 25 buah kancing hijau ke dalam beacker glass yang bertanda (bertombol). 3. Mengaduk ke empat beacker glass tersebut secara merata. 4. Mengambil secara acak sepasang-sepasang dari beacker glass I dengan beacker glass III dipasangkan bersamaan dengan beacker glass II dan beacker glass IV. 5. Meletakkan 2 pasang kancing yang masing-masing sudah diberi nama sesuai ketentuan. 6. Kancing yang sudah diambil langsung di catat ke dalam tabel pengamatan. 7. Menghitung perbandingan fenotif dan genotifnya.
III. TEORI DASAR I. Persilangan monohibrid Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan kromosom dengangen yang bersangkutan saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosom-kromosom dan gen-gen yang lain tidak ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen

yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yaitu resesif, sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak. Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya perbedaan dalam ukuran pohon, misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 meter sampai 1 meter. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan untuk mengamati. Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas tersebut dimana yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil berikut: Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi sehingga ratio fenotifnya adalah tinggi, sedangakan keturunan F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1. Sedangakn ratio genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1., yaitu satu tumbuhan ercis homozigot, dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan ercis pendek. II. Persilangan dihibrid Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat. Sekarang akan dipelajari dua individu dengan dua sifat beda dimana hasil persilangan ini dinamakan dihibrid. Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan perbandingannya adalah ( 3 : 3 : 1 ).

IV. HASIL PENGAMATAN A. Fenotif (genotif) MERAH (M) PUTIH (m) Tabel hasil pengamatan persilangan monohibrid MERAH (M) PUTIH (m) MM Mm Mm mm Jumlah 10 30 10

Data kelompok No. Fenotif Genotif Tabulasi 1 Merah-Merah MM IIIIIIIIII 2 Merah-Putih Mm IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 3 Putih-Putih mm IIIIIIIIII Ratio fenotif data kelompok = Merah : Putih = 4 : 1 Data kelas Kelompok Merah Putih I 36 14 II 37 13 III 37 13 IV 41 9 V 38 12 VI 40 10 VII 42 8 Ratio fenotif data kelas = Merah : Putih = 271 : 79 = 3 : 1

B. Tabel hasil pengamatan persilangan dihibrid. Fenotif (genotif) BulatBulatKeriputKuning Hijau Kuning (BK) (Bk) (bK) Bulat-Kuning BBKK BBKk BbKK (BK) Bulat-Hijau BBKk BBkk BbKk (Bk) Keriput-Kuning BbKK BbKk BbKK (bK) Keriput-Hijau BbKk Bbkk bbKk (bk) Data kelompok No. Fenotif 1. Bulat-Kuning

KeriputHijau (bk) BbKk Bbkk BbKk bbkk

Genotif Tabulasi BBKK II BBKk IIIIIIIIIIIIIIIII BbKK IIIIII BbKk IIIIII 2. Bulat-Hijau BBkk III Bbkk IIII 3. Keriput-Kuning bbKK I bbKk IIIIIIII 4. Keriput-Hijau bbkk III Ratio fenotif data kelompok Bulat-Kuning : Bulat-Hijau : Keriput-Kuning : Keriput-Hijau 31 : 7 : 9 : 3 10 : 2 : 3 : 1 Data kelas Kelompok I II BulatKuning 27 31 BulatHijau 10 7 KeriputKuning 11 10

Jumlah 3 6 17 6 3 4 1 8 3

KeriputHijau 2 2

III 28 9 10 3 IV 29 12 8 1 V 27 10 10 3 VI 31 7 9 3 VII 29 8 8 5 Ratio fenotif data kelas Bulat-Kuning : Bulat-Hijau : Keriput-Kuning : Keriput-Hijau 202 : 63 : 66 : 20 9 : 3 : 3 : 1 V. ANALISIS DATA I. Persilangan monohibrid Pada percobaan kali ini untuk membuktikan bunyi dari hukum Mendel 1 kami melakukan percobaan dengan satu sifat beda yaitu merah dan putih dimana warna merah merupakan warna yang dominan sedangkan warna putih merupakan warna yang resesif, setelah dilakukan percobaan didapat perbandingan fenotifnya yaitu merah : putih = 4 : 1, dari hasil ratio fenotif tersebut di dapat bahwa hasil tersebut tidaklah sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mendel, dan hal tersebut merupakan penyimpangan dari hukum Mendel 1 yang ratio fenotifnya 3 : 1. penyimpangan tersebut hanyalah penyimpangan semu yang dikarenakan adanya pengaruh dominansi suatu sifat, pada hal ini adalah warna merah. Warna merah merupakan warna yang dominan, sehingga bila ditemukan pemasangan merah-putih pada pengambilan otomatis individu tersebut disebut berwarna merah karena dominansinya. Berbeda dengan warna putih, warna putih hanya muncul jika pemasangan yang diambil adalah putihputih, oleh karena itu kesempatan warna putih untuk muncul sangatlah sedikit. Dan apabila pasangan merah-putih muncul paling banyak maka otomatis warna merahlah yang paling banyak muncul, hal inilah yang menyebabkan dihasilkannya ratio fenotif merah : putih = 4 : 1. II. Persilangan dihibrid Pada persilangan dihibrid yang dilakukan terjadi hal yang sama dengan persilangan dihibrid yaitu terjadinya penyimpangandari hukum mendel, ini karena ratio fenotif yang dihasilkan adalah 10 : 2 : 3 : 1,

sedangakan hukum Mendel II mempunyai ratio fenotif 9 : 3 : 3 ; 1. penyimpangan ini adalh penyimpangan yang semu dan jarang terjadi. Penyimpangan ini mungkin dikarenakan adanya sifat-sifat menurun yang dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan alela yang penampakkannya saling mempengaruhi (berinteraksi). Tergantung pada macam interaksi ini, perbandingan fenotif itu berubah dalam berbagai bentuk, walaupun prinsip dasar dari cara pewarisan sifat-sifat menurun adalah tetap sama. Keganjilan ini bukanlah disebabkan oleh penyimpangan hukum Mendel II tetapi hanyalah karena adanya dua pasang alela yang semuanya mempengaruhi bagian sama dari suatu organisme. Dan dalam hal ini adalah bentuk bulat dan warna kuning. VI. KESIMPULAN Hasil yang diperoleh dari persilangan tidaklah selalu sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh hukum Mendel, karena dalam persilangan dilakukan pembuilatan dalam penjumlahan.

1. Hukum Mendel memang nyata danpenyimpangan yang terjadi bukanlah penyimpangan yang nyata melainkan penyimpangan yang semu karena masih mengikuti hukum Mendel.
VII. DAFTAR PUSTAKA Suryo. 1984. Genetika. Yogyakarta: UGM Press. Tjien, Kiaw. 1991. Genetika Dasar Jurusan Biologi. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai