: Orthodontics: Preparation Manual For Undergraduates : Sridhar Premkumar : 137-143 : 1. Iwa R. Sunaryo, drg., Sp.Ort.
2. Muh. Arifin, drg.
Seminaris
: 1. Anggiani Dewi R.
2. Tyas Nur A.S. 3. Irene Veronica B.S.
ETIOLOGI MALOKLUSI
Q. Klasifikasi berdasarkan etiologi I. Klasifikasi Graber's (Tabel 7.1) Tabel 7.1. Klasifikasi faktor etiologi Grabers Faktor Umum 1. 2. Herediter 1. 2. 3. Faktor Lokal Anomali jumlah a. Gigi supernumerer b. Gigi hilang Anomali ukuran gigi Anomali bentuk gigi
Cacat kongenital Celah langit-langit, tortikolis Cerebral palsy, sifilis 3. Lingkungan a. Prenatal- trauma, diet dan metabolisme masa kehamilan, campak Jerman (rubella) b. Post-natal- cedera saat lahir, cerebral palsy, cedera sendi rahang 4. Predisposisi iklim metabolik dan penyakit a. Ketidakseimbangan endokrin b. Gangguan metabolik c. Infeksi penyakit menular 5. Defisiensi nutrisi 6. Tekanan akibat kebiasaan (oral bad habbit) dan penyimpangan fungsional a. Kebiasaan menyusui abnormal b. Menghisap jari dan ibu jari c. Mendorong dan menghisap lidah d. Menggigit bibir dan kuku e. Kebiasaan menelan yang abnormal f. Cacat bicara g. Masalah pernapasan (bernapas melalui mulut, dll) h. Tonsil dan kelenjar adenoid i. Psikogenik tics dan bruxism 7. Postur 8. Trauma dan kecelakaan
yang persisten
6.
Retensi berkepanjangan
7. Delayed eruption
8. 9. 10. 11.
II.
Klasifikasi metode Profitts (Tabel 7.2) Tabel 7.2. Klasifikasi maloklusi metode Proffit Penyebab Spesifik 1. Gangguan pada perkembangan embriologi-teratogen 2. Gangguan pertumbuhan rangka a. Fetal moulding dan cedera saat lahir b. Fraktur rahang saat anak-anak Pengaruh Genetik 1. Herediter Pengaruh Lingkungan 1. Efek ekuilibrium a. Efek ekuilibrium pada pertumbuhan gigi b. Efek ekuilibrium pada rahang 2. Pengaruh Fungsional a. Fungsi pengunyahan b. Fungsi dan ukuran lengkung gigi c. Gaya kunyah dan erupsi d. Menghisap dan kebiasaan lainnya e. Mendorong lidah f. Pola pernapasan
3.
Disfungsi otot
4. Akromegali dan
hipertrofi hemimandibular 5. Gangguan perkembangan gigi a. Kehilangan gigi kongenital b. Malformasi dan gigi supernumerari c. Erupsi dengan interferensi d. Erupsi ektopik 6. Panduan erupsi yang tidak benar a. Kehilangan dini gigi sulung b. Pergeseran fungsional mandibula 7. Trauma gigi
Q. Prenatal sebagai penyebab maloklusi Prenatal sebagai penyebab maloklusi secara luas dapat dipelajari sebagai berikut:
1. Gangguan pada perkembangan embriologi, (a) masalah pada sel neural crest,
(b)
6. Genetik atau herediter 1. Gangguan perkembangan embriologi Johnston dan Bronsky telah mengidentifikasi lima tahap pada perkembangan kraniofasial. Tahapan dan masalah yang berhubungan dengan perkembangan kraniofasial dijelaskan pada tabel 7.3. Tabel 7.3 Tahapan perkembangan kraniofasial Tahapan Formasi lapisan germ cell dan initiation of organization Formasi neural tube Origin, migration and interaction of neural crest cells Formasi sistem organ Palatum primer Palatum sekunder Diferensiasi akhir pada skeletal, muskular, dan jaringan saraf Periode Hari ke-17 Hari ke-18 - 23 Hari ke-19 - 28 Hari ke-28 - 38 Hari ke-42 - 55 Hari ke-50 lahir Masalah Fetal alcohol syndrome Anensefali Mikrosomia hemifasial Disostosis mandibulofasialis Celah bibir dan atau palatum Celah wajah, palatum lainnya Akondroplasia Crouzons syndrome, Apert syndrome
Agen kimia atau lainnya yang melewati placental barrier dan menyebabkan cacat pada embrio disebut teratogen. Teratogen Aminopterin Aspirin Asap rokok Cytomegalovirus Dilantin Ethyl alcohol 6-mercaptopurine 13-cis retinoic acid Virus rubella Thalidomide Toxoplasma Radiasi sinar-X Valium Kelebihan vitamin D Efek Anensefali Celah bibir dan langit-langit Celah bibir dan langit-langit Mikrosefalus, hidrosefalus Celah bibir dan langit-langit Defisiensi wajah bagian tengah Celah langit-langit Retinoic acid syndrome Mikroftalmia, tuli Mikrosomia hemifasial Mikrosefalus, hidrosefalus Mikrosefalus Celah bibir dan langit-langit Penutupan sutura secara dini
menghambat pertumbuhan mandibula karena menurunnya volume cairan ketuban. Terhambatnya pertumbuhan mandibula menyebabkan lidah terangkat ke atas sehingga penutupan palatum terhenti dan terjadi celah langit-langit. Hal ini terjadi pada sindrom Pierre Robin dimana terjadi kombinasi antara mikrognati dan celah langit-langit. 4. Trauma saat kelahiran
Saat proses kelahiran, penggunaan alat forsep dapat merusak sendi temporo
defisiensi nutrisi.
Nutrisi yang penting diantaranya yaitu kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, C, dan
D.
Sifilis kongenital: Sifilis yang infeksinya diturunkan dari ibu dan manifestasi
muncul pada anaknya. Manifestasi sifilis kongenital diantaranya: 1. Frontal bossing 2. Hypoplastic maxilla 3. Palatum yang dalam 4. Mulberry molars 5. Hutchinson incisors 6. Prominent zygoma
7. Rhagades 8. Prognati mandibular
oleh cacat turunan. 6. Herediter Kelainan genetik terkadang dapat terlihat pada saat kelahiran. Kelainan tersebut disebut defek kongenital. Herediter terjadi pada kondisi berikut: 1. 2. Deformitas kongenital Asimetris wajah
6. 7. 8. 9.
Variasi bentuk gigi Celah bibir dan langit-langit Frenum diastema Deep bite
Q. Peranan genetik dalam etiologi maloklusi I. Pendahuluan Kelainan genetik adalah kondisi yang disebabkan gangguan pada germ plasm, kromosom, atau gen. Kelainan genetik dapat diklasifikasikan menjadi (1) Herediter dan (2) mutasi. 1. Kelainan Herediter Kelainan herediter adalah keadaan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ktiteria Neel untuk mempertimbangkan suatu masalah sebagai kelainan herediter adalah sebagai berikut:
keturunan.
Onset penyakit tidak diketahui timbulnya pada usia tertentu. Tanda-tanda gangguan akan terlihat lebih besar pada kembar identik.
2. Kelainan Mutasi
Kelainan mutasi muncul secara de novo pada individu yang sebelumnya tidak
II. Tipe-tipe penurunan maloklusi Maloklusi diturunkan melalui tiga cara yaitu: (i) repetitif, (ii) terputus, dan (iii) variabel. Repetitif: rekurensi dari deviasi single dentofasial dalam keluarga dekat. Terputus: kecenderungan sifat rekurensi maloklusi yang muncul kembali setelah beberapa generasi. Beberapa generasi akan dilewati. Variabel: Ekspresi berbeda tetapi merupakan tipe maloklusi yang masih terkait dengan maloklusi dari beberapa generasi dari keluarga yang sama. III. Model-model keturunan Berikut ini merupakan model keturunan: Dominasi autosomal X-linked Kromosom Resesif autosomal Poligenik
IV. Pengaruh genetik
Maloklusi dapat dihasilkan melalui keturunan dengan dua kemungkinan jalan utama:
1. Mewarisi ketidakseimbangan antara ukuran gigi dan rahang. 2. Mewarisi ketidakseimbangan antara ukuran dan bentuk rahang atas dan bawah,
Pada dasarnya terdapat dua metode dari studi mengenai genetik: (i) Studi kembar dan (i) studi keluarga. Studi kembar
Pada studi ini, kembaran dibandingkan satu sama lain. Membandingkan kembar monozigot dengan dizigot adalah cara terbaik untuk
Kembar dizigot
Terjadi ketika dua sel telur dibuahi oleh dua spermatozoa yang berbeda. Kedua individu akan memiliki DNA yang berbeda. Secara genetik tidak mirip. Disebut juga kembar fraternal.
Prosedur
Heritabilitas
Pada metode studi ini, ciri-ciri oklusal dan perbedaan diantara ibu-anak, ayah-anak,
kerabat.
VI. Pandangan etiologi maloklusi secara komprehensif
Pandangan etiologi maloklusi secara komprehensif menghubungkan beberapa maloklusi dengan penyebab herediter atau genetik.
1. Kelainan dental a. Crowding- kombinasi herediter dan lingkungan b. Ketidaksejajaran masing-masing gigi dan crossbites tekanan lingkungan 2. Kelainan skeletal a. Kebanyakan berhubungan dengan keturunan atau genetik. Contohnya
retrognati mandibula
b. Retrognati maksila (akondroplasia) c. Prognati mandibula (rahang Hapsburgs), skeletal deep bite VII. Keuntungan dari genetik Pemetaan gen: Pemetaan gen dalam lokasi yang spesifik pada kromosom Kloning: Kloning adalah seri dari DNA identik Terapi gen: Insersi gen normal pada tubuh individu yang mengalami kelainan
genetik. Q. Teori Butler terhadap maloklusi Menurut Butler, maloklusi terjadi karena: (i) insisivus, (ii) kaninus, (iii) premolar, dan (iv) molar.
Gigi yang paling distal dari setiap bidang, paling rentan terhadap perubahan atau
variasi.
Perubahan meliputi tidak adanya gigi, variasi dalam ukuran, bentuk, dan struktur. Gigi insisivus lateral, premolar kedua dan molar ketiga adalah kelompok yang paling
bervariasi.
Hal ini disebut "Teori Butler".
Kaninus adalah gigi yang memiliki variasi paling sedikit dalam lengkung gigi. Teori Butler tidak berlaku pada anterior rahang bawah, dimana insisivus sentral
10