Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Cairan Amnion Terhadap Perkembangan Janin Oleh: SITI ANIS PUADAH, NIM: 0913041014 Jurusan Pendidikan Biologi

Abstrak Fertilisasi merupakan awal terbentuknya janin, dimana dia akan terus berkembang dan cairan ketuban terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan, terbentuk suatu celah yang dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut melebar dan amnion disekelilingnya menyatu, mula-mula dengan body stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion. Cairan amnion mengandung prolaktin, alfa feto protein, lesitin-spingomyelin, sitokinin, interleukin-1, prostaglandin, dan platelet activating factor. Cairan ini sangat penting untuk melindungi pertumbuhan dan perkembangan janin yaitu, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, membantu perkembangan otot, kaki, paru-paru dan sistem pencernaan bayi, menstabilkan perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam rahim. Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau melakukan spectrometer.Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum volume bertambah 10 ml per minggu. Kekurangan cairan amnion janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan.Sedangkan kelebihan cairan amnion menyebabkan peregangan rahim, selain menekan diafragma ibu, disamping itu, letak janin umumnya jadi tidak normal. Dalam penyusunan artikel ini, metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi kepustakaan. Melalui teknik ini penulis mencari dokumen yang berhubungan dengan materi yang dikaji. Kata Kunci : Perkembangan janin, Cairan amniom Abstract Fertilization is the initial formation of the fetus, where he will continue to evolve and amniotic fluid are formed about 12 days after fertilization, forming a gap surrounded by primitive amnion is formed near the embryonic plate. The gap widened and the surrounding amnion fused, at first with the body stalk and then by the end menbentuk chorion amniotic sac containing the amniotic fluid. Amniotic fluid contains prolactin, alpha feto protein, lecithin-spingomyelin, cytokines, interleukin-1, prostaglandin, and platelet activating factor. This fluid is very important to protect fetal growth and development, namely, a cushion to protect the fetus against trauma from the outside, helping the development of muscles, legs, lungs and digestive system of infants, stabilize temperature changes, fluid exchanges, which means allowing the fetus to move freely, to regulate the pressure in the uterus. Amniotic fluid can also be used as a diagnostic tool to see any abnormalities in fetal growth and development process by

conducting cell culture or amniotic fluid spectrometer.Volume at each week of gestation varies, generally increases the volume of 10 ml per week. Shortage of amniotic fluid fetus likely has a congenital defect in the urinary tract, stunted growth, and even died before dilahirkan.Sedangkan excess amniotic fluid causes stretching of the uterus, in addition to pressing the diaphragm mother, besides that, where the fetus is generally not so normal. In the preparation of this article, data collection methods that I use is the study of literature. Through this technique the authors seek documents relating to the matter under review. Key words: Fetal development, Fluid amniom 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii, maka terbentuklah zigot.Zigot membelah secara mitosis menjadi dau, mepat, delapan, enam belas dan seterusnya.Pada saat 32 sel disebut morula.Di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini disebut blastosit.Lapisan terluar blastosit disebut troboplas, yang merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon plasenta, sedangkan masa didalamnya disebut simpul embrio yang merupakan calon janin.Blastosit ini berjalan menuju uterus untuk mengadakan implantasi. Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat atau funiculus umbilicalis. Cairan ketuban terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan, terbentuk suatu celah yang dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut melebar dan amnion disekelilingnya menyatu, mula-mula dengan body stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion. Cairan ini sangat penting untuk melindungi pertumbuhan dan

perkembangan janin yaitu, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, membantu perkembangan otot, kaki, paru-paru dan sistem pencernaan bayi, menstabilkan perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam rahim. Cairan amnion juga berfungsi melindungi janin dari infeksi.Selain itu cairan ini

juga mempunyai peran protektif pada janin, cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen. Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau melakukan spectrometer.Maka dari itu perlu mengetahui pengaruh cairan amnion terhadap perkembangan janin di dalam kandungan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan cairan amnion dan jumlah cairan amnion? 1.2.2 Apa kandungan dari cairan amnion? 1.2.3 Bagaimana dampak dari kekurangan dan kelebihan cairan amnion? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Untuk mengetahui apa itu cairan amnion dan jumlah cairan amnion 1.3.2 Untuk mengetahui kandungan dari cairan amnion 1.3.3 Untuk mengetahui dampak dari kekurangan dan kelebihan cairan amnion 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Mengetahui apa itu cairan amnion dan jumlah cairan amnion 1.4.2 Mengaetahui kandungan dari cairan amnion 1.4.3 Mengetahui dampak dari kekurangan dan kelebinhan cairan amnion 2. MATERI DAN METODE Adapun subjek didalam penulisan artikel ini meliputi subjek berupa cairan amnion dalam janinsedangkan untuk objeknya pertumbuhan janin dalam kandungan.Serta instrument yang dipakai berupa buku dan website untuk memperoleh informasi yang menunjang artikel ini. Dalam penyusunan artikel ini, metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi kepustakaan.Melalui teknik ini penulis mencari dokumen yang berhubungan dengan materi yang dikaji.Untuk memperkaya tulisan, penulis juga mencari materi-materi yang relevan dengan masalah yang dikaji melalui bukubuku dan situs internet.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengertian dari cairan amnion Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim.Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin.Lapisan amnion berasal dari mesoderm ekstraembrionik dan trofoblas.Bagian ini membentuk langit-langit rongga amniotik yang kemudian terisi cairan amniotik. Pada akhirnya, rongga amniotik akan membesar dan amnion tumbuh untuk membungkus embrio dan korda umbilikus. Cairan ketuban terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan,terbentuk suatu celah yang dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate.Celah tersebut melebar dan amnion disekelilingnya menyatu, mula-mula dengan body stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion. Cairan ini sangat penting untuk melindungi pertumbuhan dan

perkembangan janin yaitu, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, membantu perkembangan otot, kaki, paru-paru dan sistem pencernaan bayi, menstabilkan perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam rahim. Cairan amnion juga berfungsi melindungi janin dari infeksi.Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin, cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen. Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau melakukan spectrometer. Cairan amnion merupakan salah satu sistemkomunikasi antara janin dan ibu, yang merupakan suatu hal yang essensial dalam menunjang keberhasilan proses implantasi blastosit, pengenalan ibu terhadap kehamilan, penerimaan imunologi hasil konsepsi, menjaga kehamilan, adaptasi ibu terhadap kehamilan, nutrisi janin, pematangan janin dan mungkin untuk inisiasi dari kehamilan. Cairan amnion merupakan suatu hal yang unik yang mempunyai sistem komunikasi langsung antara janin dan ibu.

Sistem komunikasi antara janin dan ibu yang disebut Paracrine arm dimungkinkan melalui unsur utama dari cairan amnion seperti urin janin dan sekresi paru-paru janin, hubungan timbal baliknya, produk desidua yang terdapat dalam unsur utama darah ibu memasuki cairan amnion dan masuk ke dalam janin melalui pernafasan janin dan penelanan cairan amnion oleh janin. Proses menelan pada janin dimulai dari minggu ke 10 sampai minggu 12, dengan kemampuan usus untuk melakukan peristaltik dan transpor glukosa aktif, sebagian cairan amnion yang ditelan diabsorbsi , dan yang tidak diabsorbsi akan dikeluarkan melalui kolon bawah. Cairan amnion yang ditelan oleh janin memberikan kontribusi kalori pada janin, juga kebutuhan nutrisi essensial. Pada kehamilan lanjut sekitar 0,8 g protein, setengah dari albumin dikonstribusikan pada janin. Pada permulaan kehamilan, cairan amnion di ultrafisasi oleh plasma ibu.Pada permulaan trimester ke dua, cairan amnion sebagian besar terdiri dari cairan ekstra seluler yang berdifusi melalui kulit janin yang kemudian mencerminkan komposisi plasma janin.Setelah minggu ke 20 kornifikasi dari kulit janin tetap mempertahankan difusi ini dan pada saat ini komposisi terbesar pada cairan amnion adalah urine janin. Ginjal janin mulai memproduksi urine pada minggu ke 12 usia kehamilan dan setelah minggu ke 18 memproduksi 7 14 ml per hari. Urin janin lebih banyak terdiri dari urea, kreatinin dan asam urat dibandingkan plasma, juga terdiri dari deskuamasi sel-sel janin, vernix, lanuga dan bermacam sekresi. Karena bersifat hipotonik, efek jaringan menurunkan osmolaritas cairan amnion sejalan dengan kemajuan usia kehamilan. Cairan pulmonum memberikan sedikit proporsi pada volume amnion, yang difiltrasi melalui plasenta untuk beberapa saat.Cairan ketuban yang mengelilingi janin yang sedang berkembang di dalam rahim memegang peranan penting dalam pertumbuhan normal janin.Cairan bening ini menyelimuti dan melindungi bayi sekaligus sebagai persediaan cairan bagi bayi. Volume Cairan Amnion Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke 8 usia kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21

minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan gestasi dan 1000 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.Keadaan dimana jumlah cairan amnion tersebut kurang dari normal disebut olygohidoamnion. Pada keadaan keadaan tertentu jumlah cairan amnion terlalu banyak sehingga dapat mencapai 2000 ml hal ini disebut dengan hydramnion. Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen integral dari pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin.Hal ini didasarkan bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat mengakibatkan gangguan aliran darah ginjal dari janin, menurunkan volume miksi dan menyebabkan terjadinya oligohidroamnion. Selama lebih dari dua dekade , sejumlah metoda dengan menggunakan ultrasonografi telah digunakan dalam mengukur jumlah cairan amnion, seperti indeks cairan amnion , kantong vertika terbesar , dan pengukuran biofisik profil. Hal ini diperoleh dengan menambahkan kedalaman vertikal dari kantong terbesar pada setiap kuadran uterus. Tetapi

beberapa faktor mungkin akan mempengaruhi indeks cairan amnion , seperti dehidrasi pada ibu, dan ketinggian tempat. 3.2 Kandungan dari Cairan Amnion 1. Prolaktin Prolaktin didapatkan dalam konsentrasi tinggi di cairan amnion,

jumlahnya bisa mencapai 10.000 ng/ml, yang didapatkan pada minggu ke 20 sampai 26 dari kehamilan, hal ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar prolaktin pada janin (mencapai 350 ng/ml) atau pada plasma ibu (mencapai 150 s/d 200 ng/ml) jumlahnya makin menurun dan mencapau titik terendah setelah kehamilan 34 minggu. Beberapa penelitian membuktikan bahwa desidua merupakan tempat sintesa prolactin yang berada dalam cairan amnion. Fungsi dari prolactin yang berada dalam cairan amnion belum diketahui, tetapi berapa peneliti berkesimpulan prolaktin dalam cairan amnion berfungsi memperbaiki transfer cairan dari janin ke ibu, dan menyediakan cairan ekstraseluler

serta mempertahankan janin dari dehidrasi selama kehamilan lanjut ketika cairan amnion biasanya bersifat hipotonik. 2. Alpha Feto Protein Merupakan suatu glikoprotein yang disintesa yolk sac janin pada awal kehamilan. Konsentrasinya dalam cairan amnion meningkat sampai kehamilan 13 minggu dan kemudian akan berkurang. Jika kadar Alpha feto protein ini meningkat dan diiringi dengan peningkatan kadar asetil kolin esterase menunjukan adanya kelainan jaringan syaraf seperti neural tube defek atau defek janin lainnya. Jika peningkatan kadar alpha feto protein tidak diiringi dengan peningkatan kadar asetilkolinesterase menunjukan adanya kemungkinan etiologi lain atau adanya kontaminasi dari darah janin. 3. Lesitin Sphingomyelin Lesitin ( dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang penting dalam formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan, yang mempertahankan alveolar dari kolaps dan respiratori distress, sebelum minggu ke 34 kadar lesitin dan sphingomyelin dalam cairan amnion sama konsentrasinya, setelah minggu ke 34 konsentrasi lesitin terhadap

sphingomyelin relative meningkat. Jika konsentrasi lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar sphingomyelin (L/S Ratio ), menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada janin sangat rendah. Tetapi jika perbandingan kadar lesitin sphingomyelin kecil dari dua resiko terjadinya gawat nafas pada janin meningkat.Selama kehamilan sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan amnion, kompartemen cairan amnion merupakan suatu tempat penyimpanan yang luar biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan persalinan. Banyaknya agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama kehamilan merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan. 4. Sitokin Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum proses persalinan, sebenarnya leukosit tidak dapat melakukan penetrasi normal melalui membran janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi

dengan adanya inflamasi dari desidua pada partus preterm, leukosit ibu akan diambil menuju cairan amnion, fenomena juga pada partus yang aterm, aktivasi leukosit diakselerasi oleh inflamasi dan memungkin kan melewati membran janin. 5. Interleukin -1 Interleukin -1 merupakan sitokin primer, yang diproduksi secara cepat sebagai respon dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1 akan merangsang sitokin lain dan mediator inflamasi lainnya. Interleukin 1 secara normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan. Interleukin 1 baru akan muncul pada cairan amnion pada persalinan yang preterm atau sebagai reaksi dari infeksi pada cairan amnion. Pada kehamilan aterm, seperti prostaglandin Interleukin -1 diproduksi pada desidua setelah induksi persalinan atau dilatasi servik, yang kemudian akan didistribusikan pada cairan amnion dan vagina. Sitokin lainnya yang terdapat dalam cairan amnion adalah Interleukin -6 atau Interleukin 8. 6. Prostaglandin Prostaglandin terutama PGE2 juga PGF2 di dapatkan pada cairan amnion pada semua tahap persalinan . Sebelum proses persalinan dimulai

prostanoid dalam cairan amnion dihasilkan dari ekskresi urine janin dan mungkin juga oleh kulit, paru-paru dan tali pusat. Seiring dengan pertumbuhan janin, kadar prostaglandin dalam cairan amnion meningkat secara bertahap. Faktanya jumlah total kadar prostaglandin dalam cairan amnion pada saat kehamilan cukup bulan sebelum persalinan dimulai sangat kecil (sekitar 1g) , karena waktu paruh prostaglandin dalam cairan amnion sangat lama yaitu 6 12 jam, jumlah dari prostaglandin yang memasuki cairan amnion sangat kecil. 7. Platelet Activing Factor (PAF) Platelet activing factor merupakan suatu reseptor yang termasuk dalam kelompok heptahelicl dari reseptor transmembran dan berperan pada

peningkatan sel-sel myuometrium serta meningkatkan kontraksi uterus. Kadar Platelet activing factor dalam cairan amnion meningkat selama proses persalinan. Platelet activing factor, seperti prostaglandin, sitokinin

dan endothelin-1, diproduksi di leukosit sebagai hasil proses inflamasi yang terjadi ketika servik berdilatasi. Platelet activing factor diinaktifkan oleh enzim Platelet activing factor acetylhudrolase. Enzim ini didapatkan pada aktifitas spesifik yang tinggi dari makrofag, yang terdapat dalam jumlah yang besar di desidua pelepasan arakidonat dari 1-alkil-2 arakidonoil fosfatidilkolin menyokong pembentukan Platelet activing

factor karena produk lain dari reaksi ini, yaitu 1-alkil lisifosfatidilkolin, yang merupakan kosubtrat untuk biosintesis Platelet activing factor. 3.3 Dampak Akibat Dari Kekurangan Dan Kelebihan Cairan Amnion Kurangnya cairan ketuban tentu saja akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin tumbuh dalam kamar sempit yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Malah pada kasus ekstrem dimana sudah terbentuk amniotic band (benang/serat amnion) bukan tidak mustahil terjadi kecacatan karena anggota tubuh janin terjepit atau terpotong oleh amniotic band tersebut. Efek lainnya, janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan.Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi berisiko tak segera bernapas secara spontan dan teratur. Sedangkan cairan ketuban yang berlebih berdampak buruk, bagi ibu biasanya merasa kandungannya cepat sekali membesar.Pada kasus hidramnion ekstrem, pembesaran perut biasanya begitu berlebihan sehingga dinding perut menjadi sedemikian tipis, bahkan pembuluh darah di bawah kulit pun terlihat jelas.Lapisan kulit pecah, sehingga tampak guratan-guratan nyata padapermukaan perut, pertambahan lingkaran perut terlihat begitu cepat.Begitu juga tinggi rahim, cairan ketuban yang berlebih menyebabkan peregangan rahim, selain menekan diafragma ibu.Disamping itu, letak janin umumnya jadi tidak normal.Dengan alat pemeriksa, suara denyut jantung janin terdengar jauh karena letaknya jadi cukup jauh dari permukaan. USG bisa mendapat diagnosis yang lebih pasti dengan cara mengukur ketinggian kantung air ketuban dan indeks cairan amnion. Alat ini sekaligus dapat mengetahui apakah ada kelainan bawaan pada janin dan gangguan pertumbuhan janin.

Peregangan atau tekanan yang begitu kuat pada dinding rahim dapat memicu terjadinya kontraksi sebelum waktunya.Cairan ketuban yang berlebih juga bisa meningkatkan risiko komplikasi persalinan, yaitu perdarahan pascapersalinan.Hidramnion juga amat memungkinkan terjadinya komplikasi plasenta terlepas dari tempat perlekatannya. Dan risiko yang lebih parah terjadinya kematian janin dalam kandungan. 4. PENUTUP 4.1 Simpulan Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil dan pembahasan tersebut, antara lain: 4.1.1 Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Lapisan amnion berasal dari mesoderm ekstra-embrionik dan trofoblas. Bagian ini membentuk langit-langit rongga amniotik yang kemudian terisi cairan amniotik. Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum volume bertambah 10 ml per minggu 4.1.2 Cairan amnion mengandung prolaktin, alfa feto protein, lesitinspingomyelin, sitokinin, interleukin-1, prostaglandin, dan platelet activating factor yang dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan 4.1.3 Kekurangan cairan amnion janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Sedangkan kelebihan cairan amnion menyebabkan peregangan rahim, selain menekan diafragma ibu, disamping itu, letak janin umumnya jadi tidak normal. 4.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan antara lain: 4.2.1 Sebaiknya ibu hamil benar-benar memperhatikan kesehatan

kandungannya, agar cairan amnion yang dimiliki tidak bermasalah 4.2.2 Dan ibu hamil harus memperhatikan perkembangan dari janinnya, agar apabila terjadi kelainan bisa langsung diketahui.

10

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Cairan Amnion Mempunyai Peranan Penting dalam Menunjang Proses Kehamilan dan Persalinan .http://digilib.unsri.ac.id. Di akses pada tanggal 11 juni 2011. Anonim.2011. Perkembangan Indera Janin dan Cara Berkomunikasi Dengannya.http://bidanku.com. Di akses pada tanggal 11 juni 2011. Anonim. 2011. Mother and Child (Jika Cairan Ketuban Kurang harus Bagaimana?). http://www.hanyawanita.com. Di akses pada tanggal 11 juni 2011. Yosepha, yanti. 2009. Omnion Cairan Ketuban.http://bidantye.blogspot.com. Di akses pada tanggal 11 juni 2011.

11

Anda mungkin juga menyukai