Anda di halaman 1dari 13

Kultura Volume: 11 No.

1 September 2010

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PERSALINAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN TAHUN 2002 2003 Kamaliah, SKM1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002 2003. Metode ini dilakukan di RS. Haji Medan pada bulan September - Desember 2003. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari status kebidanan Rekam Medis RS Haji, Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa umur ibu, paritas, jarak persalinan, penyakit kornis, pernah tidaknya memeriksakan antenatal berhubungan secara bermakna dengan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan, sedangkan riwayat persalinan buruk berhubungan sangat bermakna dengan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan, komplikasi terbanyak adalah perdarahan dan pre eklamsi. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, keamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna umur harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi dan ibu, menurunkan angka kesakitan beberapa penyakit penting, menurunkan angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatkan status gizi masyarakat (Depkes RI, Jakarta 1994). Angka kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator penilaian derajat kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dikutip dari Indonesia Sehat 2010 pada tahun 1967 AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia berkisar 145, pada tahun 1997 turun menjadi 52,2 per 1000 kelahiran hidup, Sedangkan AKI juga mengalami penurunan dari 450 pada tahun 1986 menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995, walaupun sudah menunjukkan adanya perbaikan, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN status kesehatan masyarakat di Indonesia masih jauh ketinggalan, untuk itu Depkes bekerja sama Organisasi
1

Dosen Yayasan AKBID Sehat 2 Medan

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

Kesehatan sedunia (WHO) telah melaksanakan strategi penyelamatan ibu melahirkan (MPSMaking Pregnancy Safer), melalui tiga pesan, yakni setiap persalinan harus ditolong tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi kandungan ditangani secara cepat, setiap perempuan subur harus mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak di inginkan, dan penanganan komplikasi keguguran (Menkes RI, Jakarta 2003). Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang penting, bila tidak ditanggulangi akin menyebabkan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi. Kematian ibu dalam proses reproduksi merupakan tragedi yang mencemaskan, karena keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya (Nerseri Barus, USU 1999). Walaupun kebanyakan komplikasi obstetrik tidak dapat dicegah dan diperkirakan sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Mengingat bahwa setiap ibu hamil beresiko untuk mengalami komplikasi obstetrik, maka mereka perlu mempunyai akses terhadap pelayanan kegawat daruratan obstetrik. Dengan penanganan yang adekuat, hampir semua kematian ibu dapat dicegah. Untuk itu, menurut Menkes target AKI di Indonesia 2010 tinggal 125 perseratus ribu kelahiran hidup. Yang berarti jumlah kematian ibu melahirkan yang saat ini sekitar 17 ribu orang / tahun dapat diturunkan menjadi hanya sekitar 5000 orang/ tahun (Menkes RI, Jakarta 2003). Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kematian ibu berpangkal pada kompleknya permasalahan yang melatarbelakangi yaitu rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, rendahnya pendapatan perkapita, kompleknya faktor sosial budaya, rendahnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan serta masih banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional. Hal ini dapat berpengaruh terhadap faktor yang mempengaruhi kesehatan atau keselamatan ibu pada waktu hamil, bersalin dan nifas. Sebagian besar kematian ibu tersebut yaitu sekitar 67% ternyata terjadi pada masa kehamilan 7 bulan keatas, masa bersalin dan masa nifas (Roeshadi thn 1977). Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang wanita berkisar antara 20 - 30 tahun artinya melahirkan setelah umur 20 tahun. Jarak persalinan sebaiknya 2 - 3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30 tahun, berarti anak cukup 2 - 3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin. Abortus (keguguran), prematuritas dan dismaturitas (bayi kecil untuk masa kehamilan) dan post dath (kehamilan lewat waktu) kadang-kadang masih sulit dideteksi dengan baik. Dengan pengenalan dan penanganan dini, gangguan dan kompikasi dalam persalinan dapat dikurangi (Roeshadi, 1977) 2

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

Penyakit yang diderita ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah kehamilan seperti penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, penyakit gondok, diabetes mellitus, penyakit hati, infeksi virus, bakteri, parasit, kelainan darah ibu-janin ataupun keracunan obat dan bahan toxis juga merupakan penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan dan komplikasi dalam persalinan. Disamping itu kehamilan sendiri dapat menyebabkan terjadinya penyakit pada ibu hamil, seperti toksemia gravidarum (keracunan hamil) perdarahan hamil tua yang disebabkan karena plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir) dan solutio plasenta (plasenta terlepas sebelum anak lahir). Dalam kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin sebaiknya harus dapat diikuti dengan baik. Adanya kelainan pertumbuhan janin seperti KMK (Kecil untuk masa kehamilan) BMK (Besar untuk masa kehamilan, kelainan bawaan seperti hydrosefalus, hidramnion, kehamilan ganda atau kelainan letak janin, sedini mungkin harus segera dapat dideteksi. Bila keadaan ini Baru didiagnosa pada kehamilan lanjut, maka penyulit pada kehamilan dan persalinan akan sering dijumpai. Disamping itu karena pelayanan obstetri di lini terdepan masih sangat terbatas cakupannya dan belum mampu menanggulangi kasus gawat darurat ditambah dengan kesulitan dan tidak mampu membayar pelayanan yang baik, banyak kasus rujukan yang diterima di rumah sakit sudah sangat terlambat dan gawat sehingga sulit ditolong. (Roeshadi, 1977). Dari suatu penelilian di 12 rumah sakit Pendidikan di Indonesia diketahui Angka kematian ibu berkisar antara 2,5 - 14 per 1000 kelahiran hidup dan diketahui bahwa 94% kematian ibu merupakan akibat langsung dari komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan hanya sekitar 5% disebabkan oleh penyakit lain yang memburuk akibat kehamilan dan persalinan ibu (Sofia Elvi, 2002). Rumah sakit Haji adalah rumah sakit rujukan yang juga merupakan rumah sakit Pendidikan. Dari data Rekam Medik tahun 2002- 2003 tercatat 483 jumlah persalinan dengan kasus komplikasi kehamilan dan persalinan sebanyak 185 kasus (38,9,%). Untuk itu penulis ingin mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhinya. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002 2003. 2. Uraian Teoritis 2.1. Definisi Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Komplikasi kehamilan dan persalinan adalah keadaan patologis yang merupakan penyebab 3

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

langsung kematian ibu yaitu perdarahan, infeksi, eklamsi, partus macet, (persalinan kasep), abortus dan ruptur uteri (robekan jalan lahir). Menurut Internasional Staticical Clasification Of Diseases Injuries Causes Of Death, Edition X/(ICD,X), kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa memperhatikan lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kacelakaan. Dari hasil assessment safe motherhood di Indonesia pada tahun 1990/1991, menyebutkan beberapa informasi penting antara lain: 1. 2. Perdarahan terjadi 10 kali lebih sering pada saat persalinan dibandingkan pada masa kehamilan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian ibu antara lain adalah ; a. Derajat kesehatan ibu dan kesiapannya untuk hamil. b. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh. c. Pertolongan persalinan dan perawatan segera setelah melahirkan . 3. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum mampu melaksanakan deteksi resiko tinggi pada ibu sedini mungkin. 4. Belum semua rumah sakit kabupaten, sebagai tempat rujukan primer mempunyai staf dan peralatan yang cukup untuk melakukan pelayanan obstetric emergensi komprehensif. 5. Kematian ibu sangat berkaitan dengan kelemahan dalam mata rantai rujukan, bail: dimasyarakat maupun di runnah sakit. 2.2. Deteksi Dini Ibu Hamil Dan Hamil Beresiko Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ibu hamil beresiko perlu lebih digalakkan baik difasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan kusus, agar dapat berlangsung dengan baik. Kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin, resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat beresiko untuk terjadinya komplikasi. Faktor resiko pada ibu hamil, seperti umur terlalu muda, banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya, adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Semakin banyak ditemukan faktor resiko pada seorang ibu hamil, maka semakin tinggi resiko kehamilan dan persalinan ibu. Resiko kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara lagsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Resiko tinggi pada kehamilan meliputi: 4

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

1. Hb kurang dari 8 gr%. 2. Tekanan darah tinggi (systole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg) 3. Oedema yang nyata 4. Eklamsia. 5. Perdarahan pervaginam. 6. Ketuban pecah dini. 7. Letak lintang. 8. Letang sungsang pada primi gravida. 9. Infeksi berat / sepsis. 10. Persalinan premature. 11. Kehamilan ganda. 12. Janin yang besar. 13. Penyakit kronis pada ibu : jantung, paru, ginjal, dll. 14. Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah sesar dll (Depkes RI, Jakarta 1995). 2.3. Pembagian Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Komplikasi kehamilan dan persalinan terdiri dari : 1. Komplikasi langsung a. Perdarahan Perdarahan sebelum, sewaktu dan sesudah persalinan adalah kelainan yang tetap berbahaya dan mengancam jiwa ibu . Klasifikasi perdarahan Perdarahan Ante Partum Yaitu perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada perdarahan sebelum 28 minggu. Perdarahan post partum Yaitu perdarahan yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir Penyebab perdarahan diperoleh sebaran sebagai berikut : Atonia uteri 50%-60% Resentasi plasenta 16%-17% Sisa plasenta 23%-24% Laserasi jalan lahir 4%-5% 5

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

Kelainan darah 0,5%-0,8

Pendarahan pada kehamilan dan persalinan ini bila tidak ,segera ditangani kemungkinan besar nyawa ibu akan sulit ditolong. b. Preeklamsi/ eklamsi Pre Eklamsi dan Eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadi belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre Eklamsi dan Eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal yang utama dalam kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenal dan mengobati pre Eklamsi ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. Hal ini hanya bisa diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil. Jadi jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur sangat penting dalam upaya pencegahan pre Eklamsi dan Eklamsi. Tiga gejala utama pre eklamsi Yaitu : 1. Hipertensi 2. Proteinuria 3. Bengkak mula-mula pada kaki, yang tidak hilang pada waktu bangun pagi dan lama kelamaan. menjalar keatas, kadang-kadang mengeluh sakit kepala, mual, nyeri ulu hati hingga muntah. Bila semakin berat, penglihat.an menjadi kabur, kesadaran menurun, kemudian timbul kejang-kejang, keadaan ini disebut eklamsia yang prognosisnya lebih buruk dari pre eklamsi. Frekuensi: Angka kejadian dilaporkan 6% dari seluruh kehamilan dan 12% pada kehamilan primi gravida. Menurut beberapa penulis lain frekuensi dilaporkan sekitar 3-10%. Pada primi gravida lebih banyak di jumpai dari multi gravida, terutama primi gravida muda usia. (Prof. Dr. Rustam Mochtar,MPI-I) c. Kelainan letak Setiap kelainan Ietak perlu dicoba untuk dilakukan versi luar tapi pada primigravida letak sungsang dan lintang harus melahirkan dirumah sakit. d. Anak besar, hidramnion, kehamilan kembur. Yaitu berat badan anak melebihi berat badan normal, jumlah air ketuban yang melebihi normal, jumlah anak dalam kandungan lebih dari satu, hal ini sangat memerlukan perhatian dan tindakan khusus dari tim medis seperti tindakan sectio sesaria. e. Ketuban Pecah Dini 6

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

Dapat terjadi dalam kehamilan yang belum cukup umur, pada keadaan ini dilarang melakukan periksa dalam karena akan memudahkan terjadinya infeksi jalan lahir. Komplikasi langsung ini merupakan penyebab tersering kematian ibu. f. Persalinan lama/ macet Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5 - 6 jam dari pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasikomplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan akan meninggikan angka kematian ibu dan anak. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus kasep menurut Harjono adalah merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala- gejala: g. Rupture uteri Terjadinya ruptura uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya. Kematian yang tinggi kita jumpai di negara-negara yang sedang berkembang seperti Afrika dan Asia. Angka ini sebenarnya bisa diperkecil bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat. Prenatal care, pimpinan partus yang baik, disamping itu fasilitas pengangkutan dari daerahdaerah perifer dan penyediaan darah yang cukup juga merupakan faktor yang penting. h. Infeksi/ septis postpartum Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alatalat genetalia yang meliputi demam akibat masuknya kumankuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan, dan nifas. Angka kejadian infeksi menurut jenis infeksi adalah : - Infeksi jalan lahir 25 sampai 55% kasus infeksi - Infeksi saluran kencing 30 sampai 60 %kasus infeksi - Infeksi pada mamma 5 sampai 10 % dari kasus-kasus infeksi - Infeksi campuran 2 sampai 5% dari kasus -kasus infeksi . 2. Komplikasi Tidak Langsung, yaitu: 7 Dehidrasi Infeksi Kelelahan ibu Asfiksia dan kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK).

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

a. Penyakit Jantung Jika wanita hamil disangka menderita penyakit jantung yang paling baik adalah konsulkan kepada ahlinya. Keluhan dan gejala: mudah lelah, dispnoe, nadi tidak teratur, edema /pulmonal dan sianosis. b. Hepatitis Prevalensi penyakit hati di Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu penyakit hati sebagai komplikasi kehamilan akan lebih sering kita jumpai. Hal ini dapat berakibat buruk terhadap kehamilan, persalinan dan nifas, bahkan dapat mengancam keselamatan ibu. c. Tuberculosa Penyakit kronis ini masih banyak terdapat di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini dapat dijumpai dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Yang aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi dan orang- orang sekelilingnya, jadi sebenarnya adalah masalah sosial. Pengaruh TBC paru terhadap kehamilan dan sebaliknya sedikit banyaknya ada. d. Anemia Anemi pada kehamilan adalah anemi karena kekurangan zat besi. Menurut WHO kejadian anemi berkisar antara 20%-80% dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai batas normal, sedangkan anemi dibagi lagi menjadi kategori anemi berat (kadar Hb< 8 gr%) dan anemi ringan (kadar Hb 8- 10,9 gr%). Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi. Hasil SKRT 1986, prevalensi anemia ibu hamil 73,7%, sedangkan pada SKRT 1992 prevalensi anemia ibu hamil sebesar 63,5%. Pengaruh anemia dapat membahayakan kehamilan dan persalinan, diantaranya dapat terjadi abortus, hambatan tumbuh kembang janin dan perdarahan. e. Malaria Pengaruh malaria terhadap kehamilan, persalinan dan nifas antara lain : Abortus dan partus prematurus Kematian janin dalam rahim Bisa terjadi atonia uteri, inersia uteri, dan partus akan berlangsung lama.

f. Diabetes Melitus Pengaruh diabetes terhadap persalinan: Inersia uteri dan atonia uteri 8

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

Distosia karena janin (anak besar, bahu lebar) Kelahiran mati Angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi

3. Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetric : - Cedera akibat kecelakaan (kenderaan, keracunan, kebakaran . 2.4. Beberapa faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan persalinan ibu 1. Umur ibu Dari penelitian diketahui bahwa umur yang ideal untuk melahirkan (usia reproduksi sehat) adalah umur 20-35 tahun, dengan resiko yang makin meningkat bila umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun untuk terjadinya komplikasi kehamilan seperti eklamsi, plasenta previa, perdarahan dan gangguan pada janin. Komplikasi ini bila berkelanjutan dan tidak tertolong akan dapat menyebabkan kematian ibu. Pada usia kurang dari 20 tahun kondisi ibu masih dalam pertumbuhan, sehingga makanan banyak yang dipakai. Secara fisik alat reproduksi dibawah 20 tahun juga belum terbentuk sempurna dan pertumbuhan tulang panggul belum terbentuk lebar. Sedangkan pada usia diatas 35 tahun, biasanya seorang wanita sudah mulai dihinggapi penyakit seperti ca cervik, kencing manis, darah tinggi dan jantung. Pada umur ini keadaan jalan lahir sudah mulai kurang elastis dibandingkan sebelumnya sehingga mengakibatkan persalinan menjadi sulit dan lama. Hal ini ditambah dengan menurunnya kesehatan ibu untuk melahirkan bayi karna faktor umur maupun penyakit yang dideritanya (Sofia Elvi, 2002). 2. Paritas Paritas adalah urutan kelahiran. Paritas 2 dan 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian ibu. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai resiko kematian ibu lebih tinggi (Hanifa Wiknjosastro, Jakarta 1992). Emiliana dan Ratna L. Budiarso pada penelitian kematian ibu di tiga kabupaten Nusa Tenggara Timur (1989), mengemukakan kematian ibu pada kelompok ibu paritas 1 sebesar 1800 per 100.000 kelahiran hidup dan pada paritas 4 keatas sebesar 610 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada paritas 2-3 kematian ibu 540 per 100.000 kelahiran hidup. 3. Jarak Kehamilan Bila jarak kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu karena ada kemungkinan 9

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan. (Depkes, Jakarata 2000). 4. Penyakit Kronik Penyakit kronis perlu mendapat perhatian dalam kehamilan dan persalinan karena penyakit kronis ini seperti TBC, malaria, ashma dll adalah merupakan faktor yang dapat memperburuk kondisi kehamilan dan persalinan. 5. Riwayat persalinan buruk Riwayat persalinan di masa lampau ini sangat berhubungan dengan hasil kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat persalinan yang lalu buruk petugas harus waspada terhadap terjadinya komplikasi dalam persalinan yang akan berlangsung. Riwayat obstetrik dikatakan buruk bila: Gravida > 4 Pernah abortus Pernah mengalami persalinan dengan tindakan (forceps, vakum ekstrasi, bedah sesar) Status bayi yang dilahirkan : lahir mati, bayi besar, BBLR, prematur. Riwayat kehamilan ganda

6. Pernah tidaknya memeriksakan antenatal Pemeriksaan kehamilan memberikan dampak yang cukup berarti pada hasil akhir suatu kehamilan. Tanpa pemeriksaan kehamilan yang teratur kita tidak akan dapat mendeteksi lehih dini bila terdapat kelainan dalam kehamilan. Data yang didapatkan dari beberapa pemantauan menunjukkan bahwa pemeriksaan teratur mempunyai keuntungan yang nyata. Pemeriksaan kehamilan yang teratur memberikan kesempatan untuk dapat mendiagnosa masalah yang dapat menyulitkan kehamilan maupun persalinan, sehingga dapat dilakukan rujukan dini. Selain itu pemeriksaan kehamilan dapat juga dimamfa'atkan untuk penyuluhan tentang KB, cara menyusui serta pengetahuan mengenai gizi. Pemeriksaan kehamilan adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut : Minimal 1 kali pada triwulan pertama. Minimal 1 kali pada triwulan kedua. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.(PWS- KIA, Depkes RI, 1995).

3. Pembahasan 3.1.Hubungan Umur dengan Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Hasil penguji dengan uji chi-square = 9.175 menunjukkan bahwa umur ibu berhubungan 10

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

secara bermakna dengan komplikasi kehamilan dan persalinan (p<0,05). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rustam Sunaryo yang menyatakan resiko terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan akan meningkat pada umur ibu melahirkan kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Mc Cathy dan Maine, yang menyatkan bahwa ibu pada umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, resiko untuk terjadinya komplikasi kehamilan seperti eklamsi dan perdarahan akan meningkat. Pada usia kurang dari 20 tahun ibu masih dalam masa pertumbuhan, alat reproduksi belum terbentuk sempurna misalnya panggul dan rahim sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi persalinan. Sedangkan usia 35 tahun ke atas kondisi fisik dan kesehatan seorang wanita sudah mulai menurun. 3.2.Hubungan Paritas dengan Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Hasil pengujian dengan uji chi-square = 7.519 menunjukkan bahwa paritas berhubungan secara bermakna dengan komplikasi kehamilan dan persalinan (p<0,05). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Emiliana dan Ratna L. Budiarso, 1983) bahwa paritas berpengaruh terhadap komplikasi kehamilan dan persalinan. Ibu-ibu yang paritasnya 1 dan > 3 akan menyebabkan lebih beresiko terhadap kematian ibu. 3.3. Hubungan Jarak Persalinan dengan Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Hasil pengujian dengan uji chi-square = 9.771, menunjukkan bahwa jarak persalinan berhubungan secara bermakna dengan komplikasi kehamilan dan persalingn (p<0,05). Hal ini sesuai dengan teori buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas (Depkes), yang menyatakan bahwa jarak kelahiran kurang dari 2 tahun rahim dan kesehatna ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dlam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. 3.4. Hubungan Penyakit Kronis dengan Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Hasil pengujian dengan uji chi-square = 5.171, menunjukkan bahwa penyakit kronis berhubungan secara bermakna dengan komplikasi kehamilan dan persalinan (p<0,05). Hasil penelitian di atas sesuai dengan Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas (Depkes, 2000). 3.5. Hubungan Riwayat Persalinan Buruk dengan Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Hasil pengujian dengan uji chi-square = 266.687, menunjukkan bahwa riwayat persalinan buruk berhubungan sangat bermakna dengan komplikasi kehamilan dan persalinan (p<0,05). Hasil penelitian di atas sesuai dengan Pedoman Pelayanan Antenatal dan penelitian Husna, 1989, bahwa riwayat persalinan buruk berpengaruh terhadap kompokasi kehamilan dan persalinannya. 11

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

3.6. Hubungan pernah tidaknya memeriksakan Antenatal dengan Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Hasil pengujian dengan uji chi-square = 14.062, menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan berhubungan secara bermakna dengan komplikasi kehamilan dan persalinan (p<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eny Suyanto dan Moch Hakimi di RSUD Purworejo 1990 1995, yang menyebutkan bahwa resiko terjadinya komplikasi persalinan jauh lebih besar pada wanita hamil tanpa atau kurangnya pemeriksaan kehamilan. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umur ibu, paritas, jarak persalinan, penyakit kornis, pernah tidaknya memeriksakan antenatal berhubungan secara bermakna dengan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan, sedangkan riwayat persalinan buruk berhubungan sangat bermakna dengan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan, komplikasi terbanyak adalah perdarahan dan pre eklamsi. 4.2. Saran 1. Sebaiknya ibu, hamil diantara usia 20 sampai 35 tahun dan tidak melahirkan lebih dari empat kali serta dapat mengatur jarak persalinan minimal dua tahun. 2. Sebaiknya ibu, memperhatikan kahamilannya dengan lebih intensif, meningkatkan kuantitas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali dan lebih waspada ibu hamil pernah mengalami riwayat persalinan buruk dan menderita penyakit kronis. Daftar Pustaka Depkes RI,1994, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta. Depkes RI, 2000, Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada kehamilan, Persalinan dan Nifas, Jakarta. Depkes RI, 1995, Pedoman Pemantauan Wilayah setempat Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. Depkes RI, 1994, Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta. Hanifa Wiknjaksastro, 1992, Ilmu kebidanan, Jakarta. Menkes RI, 2003, Pidato peluncuran Program Penurunan AKI, Jakarta. Mochtar R, 1995, Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Jilid 1, Edisi 2, Jakarta.

12

Kultura Volume: 11 No.1 September 2010

Mohammad Hakirni PhD, 1996, Ilmu Kebidanan, Fisiologi Persalinan, Jakarta. Nerseri Barus, 1999, Tantangan dan masalah dalam upaya penurunan resiko kematian ibu dan neonatal menyongsong era globalisasi, USU. Roeshadi, 1997, Gangguan dan Penyulit pada masa kehamilan. Sarumpaet S, 2001, Komplikasi Persalinan dan Analisa Upaya penaggulangannya di propinsi Sumatera Utara, FKM-USU Medan. Sarwono Prawiro Harjo, 1999, Ilmu kebidanan, Jakarta. Sidney Siegel, 1994, Stastik Non parametrik untuk ilmu-ilmu social, Jakarta. Sovia Elvi, 2002, Faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi persalinan ibu (Trias Klasik) di RSU Dumai, 2001). WHO-Depkes RI-FKM III, 1999. Materi Ajar Modul Safe Motherhood.

13

Anda mungkin juga menyukai