Anda di halaman 1dari 10

4.1 Analisis Kuantitas da Kualitas Air Buangan 4.1.

1 Kuantitas Air Buangan Kuantitas air buangan yang akan diolah dalam instalasi pengolahan air buangan ditetapkan berdasarkan jumlah kepala keluarga yang nantinya akan mempengaruhi besarnya debit air buangan. Diketahui jumlah kepala keluarga sebanyak 21250 KK, sehingga perhitungan debitnya : 1 KK 21250 KK = 4 orang = 85000 orang

Pemakaian air bersih untuk skala domestik rumah biasa adalah 160 250 L/orang/hari (dalam Morimura, 1993, hal. 48) Misal debit pemakaian Kebutuhan air bersih 85000 orang = 150 L/orang/hari = 150 L/hari x 85000 orang = 12750000L/hari = 147,56 L/detik a. Debit air buangan

Qabu = Fab x Qabi Fab = faktor air buangan, 80% (80% air bersih yang digunakan akan menjadi air

buangan) Q air bersih Q ab = debit air bersih 85000 orang = 147,56 L/detik = = 118.05 L/detik

b.

Debit Infiltrasi

Besarnya debit inflitrasi adalah 10% dari besarnya debit air buangan. (Supeno, 1987) Qinf = 10% x Qab = 10% x 118.05 L/detik = 11.805 L/detik

c.

Debit Minimum

Debit minimum adalah debit air limbah pada saat pemakaian air minimum. Besarnya debit minimum adalah : Qmin = 1/5 (Penduuk/1000)0,2 x Qab = 57,41 L/detik

d.

Debit Puncak

Debit puncak merupakan debit yang akan digunakan sebagai dasar perancangan bangunan pengolahan air buangan. Q peak = fp (dari grafik Moduto) x Q gw = 3,5 x Qab = 413,19 L/detik

e.

Debit Total

Debit total berfungsi untuk menentukan besarnya debit yang masuk ke dalam saluran air buangan sehingga berpengaruh terhadap penentuan dimensi atau diameter SPAB. Debit total ini berasal dari debit puncak dan debit infiltrasi dalam kondisi puncak.

Qtotal = Qab peak + Q infiltrasi = 413,19 L/detik + 11,80 L/detik = 425 L/detik

4.2 Karakteristik Air Buangan Sebelum melakukan perhitungan dimensi bangunan pengolahan air buangan perlu diketahui terlebih dahulu kualitas air buangan yang masuk. Pada perencanaan ini, data primer tidak dapat diambil karena Perumahan RSH Griya Sidoharjo dan sistem jaringan air buangan belum terbangun. Jadi, untuk parameter penting penentu kualitas air buangan domestik, penulis menggunakan data kualitas air buangan domestik yang berasal dari studi literatur dan data sekunder dari kualitas air buangan domestik yang masuk ke Instalasi PAB Semanggi Surakarta. Pada Tabel 4.3 berupa Karakteristik Air Buangan Domestik Berdasarkan Literatur akan ditampilkan beberapa parameter fisik dan kimia air buangan yaitu: Tabel 4.2. Karateristik Air Buangan Domestik Berdasarkan Literatur Referensi Kontaminan Keterangan Metcalf & Eddy LPM ITB Instalasi PAB Semanggi Maks. Padatan total (TS) Rata-rata Min Maks. Padatan (TDS) terlarut total Rata-rata Min Maks. Padatan tersuspensi total (TSS) Rata-rata Min Maks. BOD Rata-rata Min 1.200 720 350 850 500 250 350 220 100 400 220 110 1.200 720 350 850 500 250 350 220 100 400 220 110 108,9 71 848 -

Maks. COD Rata-rata Min Maks. Nitrogen Rata-rata Min Maks. Fosfor Rata-rata Min Maks. Klorida Rata-rata Min Maks. Lemak Rata-rata Min

1.000 500 250 85 40 20 15 8 4 100 50 30 150 100 50

1.000 500 250 85 40 20 15 8 4 100 50 30 150 100 50 0,3 1,474 0,101 225,2

Sumber: 1. Metcalf & Eddy (2003); 2. LPM ITB (1994); 3. Hasil Lab. BBTPI-Jateng, Instalasi PAB Semanggi (2007) dalam Angga (2010), Satuan dalam mg/Liter air buangan,DED SPAB RSH Sidorajo Dalam Tugas Akhir Teguh Taruna

Berdasarkan studi literatur yang telah disebutkan pada Tabel 5.5. dan juga 5.6., maka penulis mengambil nilai rata-rata dari BOD5 = 400 mg/L; COD = 700 mg/L;, TS= 1000 mg/L TSS = 700 mg/L; pH = 7,46 untuk memudah perhitungan dimensi Instalasi PAB.

4.3

Kualitas Air Buangan Air buangan mengandung berbagai macam parameter yang akan menentukan

jenis pengolahan yang tepat. seperti yang telah tercantum dalam Tabel 3.1 di bawah ini : Tabel 4.4 Data Kualitas Air Buangan Nama Parameter Kualiatas AB Ph Alkalinitas Total Solid TSS TDS Pasir ( Diameter 0,30,6mm ) TVS TFS COD Total COD Terlarut BOD Total BOD Terlarut TKN Total Posfor TP Terlarut Minyak Dan Lemak Sumber: Data Tugas PBPAB 2012 4.4 Perbandingan Kualitas Air Buangan dengan Baku Mutu Analisis yang dilakukan terhadap air buangan menggunakan dasar 2 peraturan baku mutu air buangan golongan B, yaitu: 800 mg/l 200 mg/l 700 mg/l 250 mg/l 400 mg/l 150 mg/l 35 mg/l 5 mg/l 2 mg/l 6 mg/l 6,9 350 mg/l 1000 mg/l 700 mg/l 250 mg/l 50 mg/l

1. Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. 2. Keputusan MenLH no. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. 3. Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Tabel 4.5 Perbandingan Kualitas Air Buangan Baku Mutu PMK No Efesiensi Kualiatas PP 82 492 Tahun Pengolahan ( % ) AB Tahun 2001 2010 6,9 350 mg/l 1000 mg/l 700 mg/l 250 mg/l 50 mg/l 6-9 10 mg/l 50 mg/l 1000 mg/l 6,5-8,5 10 mg/l 500 mg/l 92,8 % Masuk Dalam BM Masih Dalam BM 97,12 %

Nama Parameter

Ph Alkalinitas Total Solid TSS TDS Pasir ( Diameter 0,3-0,6mm ) TVS TFS COD Total COD Terlarut BOD Total BOD Terlarut TKN

800 mg/l 200 mg/l 700 mg/l 250 mg/l 400 mg/l 150 mg/l 35 mg/l

10 mg/l 2 mg/l 0,5 mg/l

92,8 %

98,57 % 99,5 %

Total Posfor TP Terlarut

5 mg/l 2 mg/l

0,2 mg/l -

96 %

Minyak Dan Lemak

6 mg/l

150 mg/l

Masuk Dalam Baku Mutu

Sumber: Data Tugas PBPAB 2012 4.5 Analisis Pemilihan Instalasi Pengolahan Air Buangan (Instalasi PAB) Berdasarkan Hardjosuprapto (2000), pengolahan air buangan domestik diupayakan dengan pengolahan secara biologis. Untuk pemilihan proses pengolahan air buangan domestik, maka dapat ditentukan dengan pertimbangan dari berbagai sumber referensi yang ada, yaitu sebagai berikut : 1. Pemilihan proses pengolahan pada tahap ini didasarkan pada: a. Pedoman Pengelolaan Air Limbah Domestik Perkotaan. Berdasarkan hasil analisis, maka alternatif tipe pengolahan yang dapat diterapkan adalah UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket), tangki imhoff, RBC (Rotating Biological Contractor) dan lagoon. b. Pengolahan air limbah domestik semi komunal (BPPT, 2003), memberikan 3 alternatif teknologi, yaitu Tangki Septik Upflow Filter (TSUF), Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) dan Anaerobic Filter (AF) 2. Setelah dianalisis terpilih 3 alternatif teknologi yang dapat digunakan, yaitu Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB), Anaerobic Filter (AF), Tangki Septik Upflow Filter (TSUF). Tabel 4.2. Alternatif Unit Instalasi Pengolahan Air Buangan (Instalasi PAB) No. 1. Parameter Efisiensi pengolahan 2. Biaya Investasi Tinggi UASB 80-85 % AF 75-85 % Rendah TSUF Diatas 90 %

Rendah

3.

Operasional dan Mudah pemeliharaan operasi

dalam Mudah dan operasi

dalam Lebih dan operasi

sulit

dalam dan

pemeliharaan 4. Konsumsi energi 5. Kebutuhan Lahan Konsumsi

pemeliharaan

pemeliharaan energi

energi Konsumsi relatif tinggi Luas

energi Konsumsi relatif rendah Cukup

relatif rendah Cukup

Sumber: Said (2006) dan analisis penulis (2012)

3. Teknik yang dipakai untuk menentukan alternatif yang akan terpilih yaitu dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP). Langkah Penentuan Alternatif: 1. Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif pemilihan a. Tujuan b. Kriteria : Membangun Instalasi Pengolahan Air Buangan Domestik : Efisiensi pengolahan, biaya investasi, Operation &

Maintenance, konsumsi energi, kebutuhan lahan. c. Alternatif : Up flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB), Anaerobic Filter (AF), Tangki Septik Upflow Filter (TSUF). 2. Membuat matriks pair wise comparison, misalnya diberi nama matriks A. Angka di dalam baris ke-i dan kolom ke-j merupakan relative importance Ai dibandingkan dengan Aj. Digunakan skala 19 yang diinterpretasikan sebagai berikut: a. aij = 1 jika kedua kriteria sama pentingnya b. aij = 3 jika Oi sedikit lebih penting dibandingkan Oj c. aij = 5 jika Oi lebih penting dibandingkan dengan Oj d. aij = 7 jika Oi sangat lebih penting dibandingkan Oj e. aij = 9 jika Oi mutlak lebih penting dibandingkan Oj. f. aij = 2 jika Oi antara sama dan sedikit lebih penting dibandingkan Oj.

g. aij = 4 jika Oi antara sedikit lebih dan lebih penting dibandingkan Oj. h. aij = 6 jika Oi antara lebih dan sangat lebih penting dibandingkan Oj. i. aij = 8 jika Oi antara sangat dan mutlak lebih penting dibandingkan Oj. j. aij = 1/3 jika Oj sedikit lebih penting dibandingkan Oi, dan seterusnya. Dengan demikian maka peringkat kriteria dapat ditentukan berdasarkan nilai eigenvector, sebagai berikut: Efisiensi pengolahan Biaya investasi Operasi Pemeliharaan Konsumsi energy Kebutuhan lahan : 0,263 : 0,052 = Kriteria terpenting kedua = Kriteria terpeting kelima : 0,152 : 0,445 dan : 0,088 = Kriteria terpenting ketiga = Kriteria terpenting pertama = Kriteria terpenting keempat

dan peringkat alternatif yang telah dihitung berdasarkan eigenvector, sebagai berikut: Alternatif UASB AF TSUF 0,184 0,628 0,188 Alternatif terpenting ketiga Alternatif terpenting pertama Alternatif terpenting kedua

Untuk perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Hasil-hasil dari metode AHP di atas dapat digunakan oleh Perancang sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil di atas, Perancang akan lebih memilih teknologi Anaerobik Filter (AF) dibandingkan dua pilihan alternatif lainnya (UASB dan TSUF). Sehingga, rencana pembangunan Instalasi PAB diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan bermanfaat bagi Perumahan. Berdasarkan Tabel di atas, maka unit pengolahan yang cocok diterapkan di Perumahan diats adalah Anaerobic Filter (AF) yang dilengkapi dengan Aerobic Filter, karena AF memerlukan lahan yang paling kecil dibandingkan dengan

pengolahan lainnya, efisiensi pengolahan yang baik, investasi yang tidak jauh berbeda dengan pengolahan lainnya serta mudah dan biaya yang rendah untuk Operasional dan Pemeliharaannya (O&M).

Anda mungkin juga menyukai