Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Pneumonia merupakan penyebab kematian tunggal pada anak terbesar di seluruh dunia. Setiap tahun, pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak di bawah 5 tahun, atau sekitar 20% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia. Angka ini lebih tinggi dari kematian akibat AIDS, malaria dan campak digabungkan. Terdapat sekitar 155 juta kasus pneumonia di seluruh dunia setiap tahunnya. Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, namun angka kejadian terbesar terdapat di Asia Selatan dan Afrika. Setiap menit terdapat 1 anak balita yang meninggal akibat pneumonia di wilayah Asia Tenggara. Insiden pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20% anak). Di negara berkembang, pneumonia tidak saja lebih sering terjadi, tetapi juga lebih berat dan merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Hanya sekitar 20 % anak yang menderita pneumonia di Asia Tenggara yang mendapatkan terapi antibiotik yang memadai untuk mengobati penyakitnya. Indonesia berdasarkan catatan WHO, diketahui sebagai 10 negara besar dunia yang terbanyak kasus pneumonia. Setiap tahunnya sedikitnya terdapat enam juta kasus (termasuk penyakit infeksi pernapasan dalam lainnya). Dari angka itu, sebanyak 25 ribu berujung kematian, khususnya bagi anak usia di bawah lima tahun. Dilaporkan WHO, ada sebanyak 98 balita meninggal karena pneumonia setiap jam. Sementara di Indonesia, angka kejadian pneumonia untuk anak di bawah 5 tahun mencapai 6 juta kasus. Jumlah itu menjadikan Indonesia menempati posisi ke-6 untuk kasus pneumonia terbanyak di dunia. Kasus terbesar terjadi di India dengan jumlah kasus mencapai 44 juta per tahun. Diikuti China (18 juta), Nigeria dan Pakistan (7 juta), dan Indonesia dan Bangladesh dengan kisaran sama yakni 6 juta kasus. 1

Hasil tersebut juga sesuai dengan survei mortalitas terhadap 10 propinsi di Indonesia yang dilakukan oleh Subdit ISPA Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita terbanyak yaitu sejumlah 15,5%. Melihat tingginya angka kematian, maka memerangi pneumonia merupakan strategi penting bagi setiap negara dalam pencapaian tujuan keempat dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni mengurangi kematian balita hingga 2/3 dari angka kematian pada tahun 1990. Berdasarkan data WHO dan UNICEF dalam buku Pneumonia the forgotten Killer of diseasespenyebab utama pneumonia 50% adalah bakteri Streptococcus pneumoniae (bakteri pneumokokus), 20% disebabkan oleh Haemophillus

influenzae type B (Hib), sisanya adalah virus dan penyebab lainnya. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya penyakit kronis pada bayi.

1.2 Tujuan a. Untuk mengetahui tingkat prevalensi penyakit Pneumonia b. Untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab insiden kejadian Pneumonia c. Untuk mengetahui upaya pencegehan penyebaran Pneumonia d. Untuk mengetahui langkah-langkah penanggulangan penyakit Pneumonia

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Penumonia Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang. Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya

berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis. Adapun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi pathogen ketika memasuki saluran pernapasan.(Ngasrial, Perawatan anak sakit, 1997). Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karma makanan atau benda asing.

2.2 Etiologi Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokusbetahemolitikus. grup A. juga sering menyebabkan pneumonia,demikian juga Pseudomonas aeruginosa.Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai,disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapa 4

aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Penyebab pneumonia antara lain : a. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus. b. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus c. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini. d. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung. e. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas. f. Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus, Virus influenza,Virus parainfluenza,Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes simpleks, Micoplasma (pada anak yang relatif besar).

2.3 Patofisiologi Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk

mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

Kuman mati

Virulensi tinggi

Pola nafas tak efektif

Destruksi jaringan

Devisit volume

Shunt darah arteriole alveoli

2.4 Manifestasi Klinik Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala. Tanda dan Gejala berupa:Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge),Suara napas lemah, Retraksi intercosta, Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat, Lelah. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: a. Kulit yang lembab b. Mual dan muntah c. Kekakuan sendi.

2.5 Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboraturium 1. Leukosit 18.000 40.000 / mm3 2. Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri. 3. LED meningkat 6

b. X-foto dada Terdapat bercak bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000). . 2.6 Tingkat Prevalensi Penyakit Pneumonia Di Eropa dan Amerika Utara insidensi mencapai 34-40 kasus per 1000 anak per tahun. Berdasarkan data WHO/UNICEV tahun 2006 dalam Pneumonia: The Forgotten Killer of Children, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.

2.7 Faktor-faktor Penyebab Insiden Kejadian Pneumonia Insiden pneumonia berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada usia lebih 4 tahun. Dan menurun dengan meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan insiden yaitu umur 2 bulan, gizi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai dengan mall nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang tidak diobati maka angka mortalitasnya masih tinggi.

2.8 Upaya Pencegahan Penyakit Pneumonia Pengobatan yang dilakukan dalam penanganan pneumonia ringan dengan cara diberikan obat per oral dan tetap tinggal di rumah, sedangkan untuk pneumonia berat disertai sesak nafas harus dirawat di Rumah Sakit dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik (Wikipedia, 2008).

Pencegahan pneumonia diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk: a. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan. b. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan. c. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi. d. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif. e. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

Pencegahan penyebaran pneumonia bisa dilakukan dengan beberapa hal, antara lain: 1. Dekontaminasi tangan Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hygiene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar. Dekontaminasi tangan sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan atau pemeriksaan bukan hanya saat akan melakukan tindakan. Penggunaan sarung tangan juga sangat dianjurkan apabila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit infeksi, contoh: penggunaan sarung tangan saat melakukan pemeriksaan dahak penderita pneumonia. 2. Alat yang digunakan di Rumah Sakit Masker sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara, seperti penularan pneumonia. Tenaga kesehatan harus memperhatikan penggunaan masker dalam lingkungan rumah sakit. Masker yang telah digunakan untuk tindakan pneumonia sebaiknya tidak digunakan untuk menangani tindakan lainnya. Ventilator, alat-alat trakeostomi, endotrakeal, NGT, dan alat-alat alain yang digunakan dalam melakukan tindakan dan pemeriksaan pneumonia harus di sterilisasi dengan baik. Selain metode sterilisasi yang harus benar, sterilisator 8

yang digunakan juga harus bersih. Pada saat melakukan sterilisasi alat sebaiknya tidak mencampurkan semua alat medis dalam satu wadah atau ruangan. Dianjurkan untuk membungkus alat-alat dalam satu set untuk satu jenis tindakan. 3. Mencegah penularan dari lingkungan Rumah Sakit Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran atau tissuetissue yang habis digunakan untuk bersin terlebih oleh penderita pneumonia. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi dan alat-alat medis yang sering digunakan. Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas

kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularanpneumonia. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari. Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien penumoniauntuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan pasien pneumonia

mengeluarkan dahak dan tidak membersihkannya dengan baik. 4. Memperbaiki ketahanan tubuh Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan 9

jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.

2.9 Pengobatan sederhana di rumah Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita pneumonia antara lain : a. Mengatasi demam Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). b. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari. c. Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. d. Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. e. Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang 10

lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

2.10 Peran Perawat Berdasarkan konsosium ilmu kesehatan (1989) peran perawat terdiri atas : a. Pemberian asuhan keperawatan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, sehingga masalah yang muncul dapat ditentukan diagnosis keperawatannya,

perencanaannya, dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang dialaminya, kemudian dapat dievalusi tingkat

perkembangannya. Asuhan keperawatan yang diberikan mulai dari hal yang sederhana samapai dengan masalah yang kompleks. b. Advokat Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain, khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaikbaiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalain tindakan.

11

c. Educator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakunan pemberian pendidikan kesehatan. d. Koordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberian pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien. e. Kolaborator Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri atas dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan, termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam menentukan bentuk pelayanan selanjutnya. f. Konsultan Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat konsultasi terdapat masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhapat informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberiakan. g. Pembawa perubahan Peran sebagai pembawa perubahan dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis. Adapun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal dan lain-lain.

3.2 Saran Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang. Jadi, supaya tidak terserang penyakit pneumonia hendaknya mengkonsumsi makanan yang bergizi ataupun teratur dan juga bisa menjaga kesehatan dengan berolahraga yang teratur.

13

DAFTAR PUSTAKA

C, Barbara Long. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 2. 1996. Yayasan IAPK Pajajaran : Bandung. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius : Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Pneumonia http://metrotvnews.com/lifestyle/news/2010/11/10/33767/Pneumonia-PenyakitMenular-yang-Terabaikan http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/pneumonia.html

14

Anda mungkin juga menyukai