Arah Kebijakan DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) 2013 & HASIL MONEV
Dr. Ir. Budhi Santoso, MA Direktur Otonomi Daerah Bappenas
Rapat Koordinasi Program/ Kegiatan DAK di Tingkat Pusat Jakarta ,5 Maret 2012
I. OVERVIEW
budh1santoso@yahoo.co.id
2010 APBN-P % BN BELANJA NEGARA I. Belanja Pemerintah Pusat 1.126,2 781,5 69,4
a. Belanja K/L
b. Belanja Non K/L a.l Subsidi II. Transfer Daerah a. Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus b. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
366,1
415,4 201,3 344,6 314,4 89,6 203,6 21,1 30,3
32,5
36,9 17,9 30,6 27,9 8,0 18,1 1,9 2,7
432,8
403,8 187,6 393,0 334,3 83,6 225,5 25,2 58,7
35,2
32,8 15,3 32,0 27,2 6,8 18,3 2,0 4,8
508,4
456,6 208,9 470,4 400,0 100,1 273,8 26,1 70,4
35,4
31,8 14,5 32,8 27,9 7,0 19,1 1,8 4,9
Catatan:
Belanja Negara telah terdistribusi ke 1/3 untuk belanja KL, 1/3 untuk Belanja Non KL (subsidi & pembayaran Bunga hutang) dan 1/3 untuk Transfer Ke Daerah.
budh1santoso@yahoo.co.id
3
BBM Rp 123,6 T Listrik Rp 45,0 T Pangan Rp 15,6 T Pupuk Rp 16,9 T Benih Rp 0,3 T
DBH Rp 100,1 T DAU Rp 273,8 T DAK Rp 26,1 T Otsus Rp 11,9 T Penyesuaian Rp 58,5 T
budh1santoso@yahoo.co.id
APBN
BELANJA
Transfer Ke Daerah
PEMBIAYAAN
budh1santoso@yahoo.co.id
Pinjaman
5
88,765.6
145,664.
58,882.3
164,787.
59,203.8
179,507.
62,671.4
186,414.
65,245.4
192,490.
78,595.5
225,532.
83,558.4
273,814.
100,055.
DBH *) 34,464.3
budh1santoso@yahoo.co.id
BIDANG Pendidikan* Kesehatan ** Infrastruktur Jalan Infrastruktur Irigasi Infrastruktur Air Minum *** Infrastruktur Sanitasi Kelautan dan Perikanan Pertanian Prasarana Pemerintahan Daerah Lingkungan Hidup Keluarga Berencana **** Kehutanan Sarana dan Prasarana Perdesaan Perdagangan Listrik Perdesaan Transportasi Perdesaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan Perumahan dan Permukiman Keselamatan Transportasi Darat Total
2006 2.919,53 2.406,80 2.575,71 627,68 608,00 775,68 1.094,88 448,68 112,88
2007 5.195,29 3.381,27 3.113,06 858,91 1.062,37 1.100,36 1.492,17 539,06 351,61
2008 7.015,42 3.817,37 4.044,68 1.497,23 1.142,29 1.100,36 1.492,17 362,00 351,61 279,01 100,00
2009 9.334,88 4.017,37 4.500,92 1.548,98 1.142,29 1.100,36 1.492,17 562,00 351,61 329,01 100,00 190,00 150,00
2010 9.334,88 2.829,76 2.810,21 968,40 357,23 357,23 1.207,84 1.543,63 386,25 351,61 329,01 250,00 300,00 107,32
4.014,00
11.569,80
17.094,10
21.202,14
24.819,59
21.133,38
2011 10.041,30 3.000,80 3.900,00 1.311,80 419,60 419,60 1.500,00 1.806,10 400,00 400,00 368,10 400,00 315,50 300,00 150,00 150,00 100,00 150,00 100,00 25.232,80
2012 10.041,30 3.005,93 4.012,76 1.348,51 502,49 463,65 1547,119 1.879,59 444,50 479,73 392,26 489,76 356,94 345,13 190,64 171,39 121,39 191,24 131,62 26.115,95
budh1santoso@yahoo.co.id
Dana Transfer Daerah: DAK Kelompok Bidang DAK dalam RKP Tahun 2012
Kelompok Bidang
Prasarana Pemerintahan Daerah Pendidikan Kesehatan dan Keluarga Berencana Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi
Prioritas Nasional
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pendidikan Kesehatan
Bidang DAK
Prasarana Pemerintahan Daerah Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana Infrastruktur Air Minum Infrastruktur Sanitasi Pertanian Infastruktur Irigasi Kelautan dan Perikanan Infastruktur Jalan Keselamatan Transportasi Darat Transportasi Perdesaan Perumahan dan Permukiman Listrik Perdesaan Kehutanan Lingkungan Hidup Perdagangan Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan
8
Ketahanan Pangan
Kelautan dan Perikanan Infrastruktur Infrastruktur Jalan, Keselamatan Transportasi Darat dan Transportasi Pedesaan Perumahan dan Permukiman Energi Listrik Perdesaan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kehutanan, Lingkungan Hidup dan Bencana Penanggulangan Bencana Iklim Investasi dan Iklim Usaha Perdagangan Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Kawasan Perbatasan dan Daerah Pasca konflik Tertinggal
budh1santoso@yahoo.co.id
Rp 86.69 T
0.8
0.6
0.4
Rp 23.93 T
0.2
Belanja Modal
DAK
0
Pada TA 2011, secara Nasional, Alokasi DAK utk. kab/kota = Rp. 23.93 T,Alokasi Belanja Modal APBD kab/kota= Rp. 86.69 T, DAK = 28% Belanja Modal (> Belanja Modal)
budh1santoso@yahoo.co.id 9
budh1santoso@yahoo.co.id
10
budh1santoso@yahoo.co.id
11
Hal-hal yang Menghambat Pelaksanaan DAK untuk Percepatan Pembangunan Daerah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Besar alokasi DAK yang relatif tidak besar; Informasi alokasi DAK per daerah terlambat diketahui daerah dibandingkan penetapan APBD; Besaran alokasi per tahun tidak stabil dan tidak terprediksi oleh daerah; Juknis DAK terlambat diterima daerah; Ruang lingkup (menu) kegiatan DAK tidak sesuai dengan kebutuhan daerah; Juknis yang diganti dalam tahap pelaksanaan; Unit cost dalam Juknis terlalu murah dibandingkan harga di daerah/wilayah; Pelaporan ke DJPK terlambat sehingga pencairan dana tahap II dan III terlambat; Keterbatasan dalam penyediaan Dana Pendamping; DAK dan Dana Pendamping harus 100% fisik; Penetapan APBD yang terlambat menyebabkan penyaluran alokasi DAK Tahap I terlambat. 1. 2. 3.
Hal-hal yang Menjadi Masalah dalam Pelaksanaan DAK untuk Pencapaian Sasaran Prioritas Nasional di Daerah Besar alokasi DAK yang relatif tidak besar; Tidak diketahui besar sasaran per kegiatan di masing-masing bidang. Tidak diketahui besar sasaran per kegiatan di masing-masing bidang per daerah. Pagu alokasi per bidang DAK belum ditetapkan saat proses penyusunan kebijakan dan ruang lingkup kegiatan dalam RKP sehingga menyulitkan menentukan besaran target sasaran per kegiatan di masing-masing bidang dan di masing-masing daerah;
budh1santoso@yahoo.co.id
12
budh1santoso@yahoo.co.id
13
Dari sisi perencanaan (lemahnya koordinasi dan sinergi pengelolaan & pelaksanaan DAK di tingkat pusat - daerah, nuansa sentralistis dalam pengelolaan DAK) Dari sisi teknis dan keuangan (pelebaran lingkup karakteristik daerah yang dapat menerima DAK, alokasi yang diberikan di masingmasing bidang belum jelas, inkonsistensi penggunaan indikator kriteria teknis, sumber pembiayaan DAK masih bersifat ad-hoc, belum dikoordinasikan dengan pengalokasian dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan) Dari sisi administrasi dan kelembagaan (ketidaksinkronan jadwal perencanaan DAK di pusat & perencanaan pembangunan di daerah, Lemahnya sistem monitoring dan evaluasi, daerah belum memiliki peluang untuk mengajukan usulan program yang akan didanai oleh DAK)
Sumber: Kajian White Paper DAK BAPPENAS 2011
budh1santoso@yahoo.co.id
14
MENTERI
PRIORITAS NASIONAL
5
PENULISAN RKP BUKU I TTG ARAH KEBIJAKAN DAK
DEPUTI REGIONAL
EPUTI EKONOMI
Ada kesulitan menerjemahkan prioritas nasional dalam perumusan Biidang DAK. Konsekuensi Bidang DAK dibatasi/tidak dibatasi
3
Ruang Lingkup Trilateral Meeting DAK Kementerian Keuangan Tidak Terlibat Penuh
DEPUTI PENDANAAN
7
PENULISAN RKP BUKU II TTG KEGIATAN DAK MASING BIDANG/ SEKTOR
DEPUTI SEKTORAL
4
KOORDINASI & KOMPILASI SESUAI PRIORITAS NASIONAL USULAN BIDANG/SEKTOR DAK
9
Buku II RKP blm terintegrasi antara kegiatan KL dan DAK
PENENTUAN KRITERIATEKNIS
Yang lebih diperlukan adalah data teknis dan laporan pelaksanaan dari daerah
K/L
1
IDENTIFIKASI KEGIATAN DAK USULAN KEGIATAN DAK
Tidak berlaku/tidak digunakan Pada prakteknya menggunakan rezim UU 33/2004 dibandingkan rezim UU 32/2004
Sumber: Permen PPN/Kepala Bappenas No.: 008/2007 ttg Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Lingkungan Kementerian PPN/Bappenas15
PEMDA
budh1santoso@yahoo.co.id
16
Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dalam membiayai pelayanan publik, pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan peningkatan efektivitas pola belanja daerah Diarahkan untuk mendukung pembiayaan yang didasarkan pada kerangka pengeluaran jangka menengah (medium terms expenditure framework) dan penganggaran berbasis kinerja. Diarahkan untuk menyempurnakan kesesuaian alokasi dengan kebutuhan teknis, kesesuaian alokasi dengan kebutuhan daerah, kesesuaian dengan siklus dan mekanisme perencanaan pembangunan daerah. Diarahkan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui peningkatan optimalitas koordinasi pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan, serta peningkatan intensitas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK (salah satunya melalui Musrenbang) Menggeser pendekatan berbasis input-ke-berbasis hasil (output/ outcome): 1. Perencanaan/ penganggarannya; 2. Juklak/ Juknis 3. Monitoring dan evaluasi
budh1santoso@yahoo.co.id
17
Nama Bidang
budh1santoso@yahoo.co.id
18
Rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) TA 2011 untuk Pembahasan DAK dalam Musrenbangnas
Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan dan Menteri Teknis agar menyusun dan menetapkan peraturan terkait perencanaan DAK yang mengikat dan melibatkan seluruh unsur pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diantaranya mengatur mengenai pembahasan DAK dalam Musrenbangnas, pelaksanaan Rakortek oleh seluruh K/L teknis, dan penetapan rencana DAK per daerah.
budh1santoso@yahoo.co.id
19
UU 25/2004
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat: 1) prioritas pembangunan, 2) rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta 3) program Kementerian/Lembaga, 4) lintas Kementerian/Lembaga, 5) kewilayahan
dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif (Pasal 4 ayat (3))
UU 33/2004
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (Pasal 1 ayat (23).
PP 55/2005
DAK dialokasikan dalam APBN sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional (Pasal 50 ayat (2)).
Rancangan RKP dan rancangan RKPD menjadi bahan bagi Musrenbang (Pasal 22 ayat (1)). Menteri PPN/Bappenas menyusun rancangan akhir RKP berdasarkan hasil Musrenbang (Pasal 24 ayat (1)).
Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran bersangkutan (Pasal 52 ayat (1)).
Kesimpulan: 1. DAK dialokasikan dalam APBN sesuai dengan prioritas nasional yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah. 2. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah melalui pembahasan Musrenbangnas. 3. Jadi layak, tepat, dan diharapkan apabila DAK dibahas dalam Musrenbangnas sebelum ditetapkan dalam RKP. 4. Karena dalam RKP memuat kerangka pendanaan yang bersifat indikatif, maka alokasi DAK dalam RKP juga bersifat indikatif. 20 budh1santoso@yahoo.co.id
Tanggapan Bappenas terhadap Rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) TA 2011 untuk Pembahasan DAK dalam Musrenbangnas
Usulan Perubahan Rekomendasi: Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama dengan Menteri Keuangan dan Menteri Teknis agar merevisi peraturan terkait perencanaan DAK yang mengikat dan melibatkan seluruh unsur pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diantaranya mengatur mengenai pembahasan DAK dalam Musrenbangnas, pelaksanaan Rakortek oleh seluruh K/L teknis, dan penetapan Pagu Indikatif DAK per daerah. Usulan Rencana Tindak: 1.Dalam proses revisi UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Menteri PPN/Kepala Bappenas mengusulkan klausul bahwa perencanaan DAK dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam Musrenbangnas, pelaksanaan Rakortek oleh seluruh K/L teknis, dan penetapan pagu indikatif DAK per daerah.
2.Kementerian PPN/Bappenas memfasilitasi Kemenkeu untuk menyampaikan Pagu Indikatif DAK per daerah dalam Musrenbangnas 2012 dan hasil pembahasan Pagu Indikatif DAK per daerah tersebut akan menjadi masukan Rancangan Akhir RKP 2013. Hasil Pagu Indikatif DAK per daerah dalam RKP 2013 tersebut akan menjadi bahan untuk penetapan Pagu Definitif DAK 2013.
budh1santoso@yahoo.co.id 21
budh1santoso@yahoo.co.id
22
Opsi A
Adanya penggabungan beberapa bidang dengan outcome yang sama , berbasis pengelompokan prioritas nasional
Mengakomodasi kebutuhan pengusulan bidang yang memenuhi kriteria. Diutamakan untuk bidang yang bersifat closed list
Opsi B
Opsi C
Opsi A
Opsi B
DAK yang bersifat closed list dapat bersinergi dengan kegiatan Dekon/TP
budh1santoso@yahoo.co.id
KRITERIA UTAMA
KRITERIA PENDUKUNG
Kegiatan Khusus
Urusan Daerah (PP 38/2007) Bidang2 DAK saat ini diutamakan, untuk meningkatkan pencapaian atas outcome budh1santoso@yahoo.co.id
No
PENJELASAN
DOKUMAN ACUAN
KRITERIA UTAMA 1. Merupakan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang pemerintah kabupaten/kota. Penjabaran lebih operasional atas visi-misi pemerintah 2010-2014. Jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintah. Infrastruktur; memiliki multiplier effect yang besar. Disesuaikan dengan tema RKP 2013: -Memantapkan Ekonomi Domestik yang Kuat Bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat; -Penguatan Daya Tahan Ekonomi Nasional Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. budh1santoso@yahoo.co.id - Tema prioritas dalam RKP 2013 PP No.38 tahun 2007
2.
Prioritas Nasional
-RPJMN 2010-2014
KRITERIA PENDUKUNG / TAMBAHAN 3. Sarana dan prasarana pelayanan dasar Diutamakan bagi bidang yang sudah memiliki SPM
4. 5.
Mendorong percepatan pembangunan daerah Lainnya: Sesuai dengan tema RKP 2013
1. Mendukung pencapaian prioritas nasional dalam RKP 2013 termasuk program-program prioritas nasional yang bersifat lintas sektor/kewilayahan; 2. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dalam membiayai pelayanan publik, pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan peningkatan efektivitas pola belanja daerah; 3. Menyempurnakan perencanaan DAK dengan menggeser pendekatan berbasis input-keberbasis hasil (output/outcome), serta sesuai dengan kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure framework) dan penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting); 4. Diarahkan untuk menyempurnakan kesesuaian alokasi dengan kebutuhan teknis, kesesuaian alokasi dengan kebutuhan daerah/ kapasitas fiskal, tepat waktu sesuai siklus dan mekanisme perencanaan pembangunan daerah; 5. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui koordinasi pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan (salah satunya melalui Musrenbang); 6. Menetapkan lokasi dan jumlah alokasi DAK secara jelas dan transparan, dan menggunakan kapasitas fiskal sebagai dasar utama; 7. Mewujudkan APBD yang efektif, efisien dan akuntabel melalui penetapan alokasi DAK yang tepat waktu sebelum periode pengesahan APBD di daerah;
budh1santoso@yahoo.co.id
8. Meningkatkan koordinasi penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) sehingga tepat sasaran dalam rangka mewujudkan outcome yang ditentukan. Juknis yang disusun juga harus mengakomodasi kebutuhan daerah; 9. Meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah sehingga terwujud sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai APBN dan APBD (sumber-sumber pendanaan lainnya); 10. Meningkatkan intensitas pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan DAK di daerah (oleh daerah, K/L dan Bappenas), termasuk mendorong pelaporan pelaksanaan DAK sesuai dengan SEB (data pelaporan sebagai basis utama monev); 11. Menerapkan kebijakan disinsentive bagi pengelola DAK di daerah yang tidak melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK di daerahnya, sesuai peraturan yang berlaku. Salah satunya dengan mendorong penggunaan kinerja pelaporan sebagai salah satu pertimbangan dalam penyusunan kriteria pengalokasian DAK; 12. Meningkatkan akurasi data-data teknis sebagai basis kebijakan kementerian dan lembaga dalam rangka meningkatkan keserasian dan menghindari duplikasi kegiatan antar Bidang DAK; 13. Mendorong kementerian teknis untuk mengalihkan dekon dan tugas pembantuan kepada daerah sesuai dengan kewenangannya.
budh1santoso@yahoo.co.id
LAMPIRAN-LAMPIRAN
budh1santoso@yahoo.co.id
28
budh1santoso@yahoo.co.id
29
OUTLINE
1. Kajian White Paper DAK 2. Studi Evaluasi Tahap 1 3. Studi Evaluasi Tahap 2
budh1santoso@yahoo.co.id
30
budh1santoso@yahoo.co.id
31
Pengalokasian DAK
Daerah Kapasitas Fiskal Tinggi Daerah Kapasitas Fiskal Rendah
Variabel DAK
Variabel DAK
Hasil Perusahaan Daerah DAU IPM PDRB * ** *** Significant at =10% Significant at =5% Significant at =1%
DAU
IPM PDRB Significant at =10% Significant at =5% Significant at =1%
0.416***
-0.417*** -0.127***
Analisis korelasi mempelihatkan bahwa arah/ pola alokasi DAK mengikuti arah/pola alokasi DAU (data rata-rata 2004-2009)
budh1santoso@yahoo.co.id
32
60.00
54.06 43.85
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
Berdasarkan Fakta yang ada terkait dengan Transfer DAK Ada Kecenderungan korelasi positif antara penerima DAK dengan penerima DAU dan DBH Masih ada daerah-daerah dengan kapasitas fiskal sangat tinggi dan tinggi yang menerima DAK Berdasarkan fakta ini, DAK sebagai bagian dari DP belum mampu mencapai tujuan Dana Perimbangan (dalam penjelasan PP No. 55/2005 disebutkan bahwa DP bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan antara Pemerintahan Daerah).
SEDANG
JUMLAH DAERAH (%)
RENDAH
budh1santoso@yahoo.co.id
2005
1,93
2006
2,63
2007
2,39
2008 2009
2,28 1,85
DBH+DAU DBH+DAU+DAK
0,64 0,61
0,68 0,63
0,61 0,55
DAK & DAU diatas Rata-rata
0,48 0,44
0,55 0,50
Fiscal Capacity
Total
N % N % Jumlah
budh1santoso@yahoo.co.id
34
DAK Pertanian
DAK Irigasi
DAK Jalan DAK Kesehatan DAK Lingkungan Pertumbuhan Hidup Ekonomi DAK Pertumbuhan Pendidikan Ekonomi DAK Pertumbuhan Sanitasi Ekonomi * Significant at =10% ** Significant at =5% *** Significant at =1%
86.3*** 1110
.0002363
0.8249
2.30***
666
40.21
0.0000***
.0000212
-8.88e-07
0.3553
0.3334
8.97***
357.36***
1160
832
6676.44
6452.57
0.0000***
0.0000***
budh1santoso@yahoo.co.id
35
Angka Harapan Hidup Log DAK Lingkungan Angka Harapan Hidup Hidup Rata-rata lama Log DAK Pendidikan sekolah
Angka Melek Huruf IPM * ** Significant at =10% Significant at =5%
***
Significant at =1%
budh1santoso@yahoo.co.id 36
1
2 3 4 5 6 No
4.66*
4.29* 2.34* 1.02
0.0011
0.0020 0.0500 0.3960
Tolak Ho
Tolak Ho Tolak Ho Terima Ho
DAK Kesehatan
budh1santoso@yahoo.co.id
37
Skenario I: Penambahan DAK Pendidikan 40% untuk daerah Low Penambahan DAK Pendidikan 10% untuk daerah High Skenario II: Penambahan DAK Pendidikan 80% untuk daerah Low Penambahan DAK Pendidikan 20% untuk daerah High Persamaan Regresi yang dipergunakan pada model simulasi adalah sbb:
Y 0 1 DAK Pendidikan 2 Low / High Fiscal 3 DAK Pendidikan Low/High Fiscal
budh1santoso@yahoo.co.id
38
Hasil Simulasi
Independent Var.
DAK Pendidikan Low /High Fiscal DAK Pendidikan Low/High Fiscal Konstanta Significant at =10% Significant at =5% Significant at =1% Coefficient Pvalue R-Square 0.0027 7.94E-06 1.452975 -9.90E-06 4.281378 0.860 0.086 0.845 0.000 1.51 1160 FStatistic n Heteroscedasticity Test
Skenario I
Dependent Var..
2 Prob
31.42
0.0***
Skenario II
Dependent Var.. Rata-rata Lama Sekolah
Independent Var. DAK Pendidikan Low /High Fiscal DAK Pendidikan Low/High Fiscal Konstanta
Significant at =10% Significant at =5% Significant at =1%
R-Square 0.0027
FStatistic 1.51
n 1160
* ** ***
budh1santoso@yahoo.co.id
39
Kesimpulan
Alokasi DAK terlihat lebih menonjolkan fungsi ekualisasi daripada kekhususan; Alokasi DAK kelihatannya menguntungkan daerah-daerah dengan kapasitas fiskal tingi (83% daerah-daerah tersebut menerima DAK dan DAU diatas rata-rata); Sejauh ini DAK dianggap berperan penting dalam pembangunan daerah;
budh1santoso@yahoo.co.id
40
Kesimpulan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi/ Kesejahteraan masyarakat daerah diasumsikan karena a.l.: Pendekatan berbasis input Daerah tidak memiliki fleksibilitas pengelolaan Permasalahan teknis/ tatakelola
Namun model regresi memperlihatkan bahwa tidak semua DAK berdampak positif dan
Dampak Positif dari alokasi DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi namun negatif terhadap indikator kesejahteraan diperkirakan karena DAK lebih banyak untuk membiayai pembangunan fisik sehingga dampak terhadap
budh1santoso@yahoo.co.id
41
budh1santoso@yahoo.co.id
42
STUDI EMPIRIS
Hubungan antara PDRB sektor 1 (sebagai proksi outcome) dan besaran alokasi DAK pada Prioritas Nasional Ketahanan Pangan (sebagai proksi output). Bentuk data: Data Panel, enam tahun. Metode regresi: Panel random effect. Perangkat: Eviews versi 6
budh1santoso@yahoo.co.id
43
Interpretasi: Kenaikan satu satuan variabel independen akan mengubah variabel dependen sebesar satuan
budh1santoso@yahoo.co.id
44
Sampel: 37 Kabupaten di Prov. Jateng dan Sulsel yang mendapatkan alokasi DAK tersebut. Bentuk Persamaan:
Variabel PDRBS1 Irigasi KP Tani Keterangan PDRB Sektor 1 (pertanian) Alokasi DAK Irigasi Alokasi DAK Kelautan dan Perikanan Alokasi DAK pertanian Searah (+) Searah (+) Searah (+) Hipotesis
Interpretasi: Kenaikan satu satuan variabel independen akan mengubah variabel dependen sebesar satuan
budh1santoso@yahoo.co.id 45
Hasil regresi:
Variabel Koefisien P-value Kesimpulan
Irigasi KP Tani
Sesuai hipotesis dan signifikan pada tingkat signifikansi 1% Sesuai hipotesis dan signifikan pada tingkat signifikansi 1% Sesuai hipotesis dan signifikan pada tingkat signifikansi 5%
Kesimpulan: peningkatan alokasi DAK pada seluruh bidang pada Prioritas Nasional kelima signifikan meningkatkan PDRB sektor 1.
budh1santoso@yahoo.co.id 46
Hasil regresi:
Variabel Irigasi Koefisien 0.082143 P-value 0.5523 Kesimpulan Sesuai hipotesis namun tidak signifikan pada tingkat signifikansi 1%, 5%, maupun 10% Sesuai hipotesis dan signifikan pada tingkat signifikansi 10% Sesuai hipotesis dan signifikan pada tingkat signifikansi 5%
KP Tani
0.354957 0.416332
0.0596 0.0111
budh1santoso@yahoo.co.id
47
Kesimpulan: Peningkatan alokasi DAK bidang Kelautan Perikanan dan Pertanian signifikan mendorong peningkatan PDRB sektor 1 di 37 kabupaten sampel. Dugaan DAK irigasi tidak signifikan: 1. Jumlah sampel kurang memadai, hanya terdiri dari 37 sampel. 2. Kegiatan DAK irigasi di daerah observasi hanya berupa rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, tidak membangun jaringan irigasi baru. 3. Adanya bentrok musim tanam petani dan jadwal kegiatan DAK irigasi, sehingga ada lag waktu antara kegiatan DAK irigasi dan dampak yang dihasilkan.
budh1santoso@yahoo.co.id
48
LAPORAN DESKRIPTIF
Identifikasi hambatan dan tingkat utilisasi kegiatan DAK di daerah dengan perangkat kuisioner. Responden SKPD sebanyak 16 orang di tiga daerah observasi. Responden penerima manfaat sebanyak 32 orang di tiga daerah observasi. Menggunakan Skala Likert.
budh1santoso@yahoo.co.id
49
KESIMPULAN
Alokasi DAK yang mendukung PN V Ketahanan Pangan berdampak positif terhadap PDRB sektor 1. 41% responden di daerah observasi menyatakan bahwa kegiatan DAK sangat bermanfaat, sementara 23% responden menyatakan kegiatan DAK bermanfaat. Namun demikian 100% responden menyatakan bahwa alokasi DAK belum mencukupi kebutuhan. Sistem koordinasi dalam perencanaan kegiatan DAK sudah baik. Hal ini terlihat dari 94% responden dari SKPD melakukan pengusulan kegiatan DAK ke Pusat, dan 94% menyatakan bahwa sudah terdapat kesesuaian antara juknis dengan usulan kegiatan. 56% responden SKPD mengalami keterlambatan penerimaan Juknis DAK sehingga mempengaruhi sistem perencanaan dan pelaksanaan DAK.
budh1santoso@yahoo.co.id
50
SARAN
Saran untuk Pemerintah: Sebaiknya Pemerintah meningkatkan alokasi DAK. Mempertahankan sistem koordinasi Pusat dan Daerah Saran untuk penelitian selanjutnya: Kuisioner untuk penerima manfaat digeneralisir per kluster (Prioritas Nasional), bukan per bidang. Koordinasi dengan pihak Bappeda terkait dengan pengecekan realisasi fisik dan sosialisasi dengan penerima manfaat. Data yang diminta dalam bentuk soft copy.
budh1santoso@yahoo.co.id 51
budh1santoso@yahoo.co.id
52
STUDI EMPIRIS
Daerah Observasi: Sumatera Utara, Jambi BangkaBelitung,Lampung,Banten,DI Yogyakarta,Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, NTT, NTB, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku Utara, Papua. (Tingkat Kabupaten/Kota) Mencari tahu pengaruh alokasi Kegiatan-kegiatan DAK PN 3 (Kesehatan, KB, Air Minum & Sanitasi) Terhadap Angka Harapan Hidup (AHH) di daerah observasi Sampel: Data Panel 6 Tahun
budh1santoso@yahoo.co.id
53
ANALISIS REGRESI
Bentuk Persamaan:
AHH = + 1 KES + 2 AM + 3 SAN + 4 KB + 5 RASIO + e
Keterangan:
VARIABEL KETERANGAN HIPOTESIS
Angka Harapan Hidup Alokasi DAK Kesehatan Alokasi DAK Air Minum Alokasi DAK Sanitasi Alokasi DAK KB Rasio Alokasi DAK/Dana Transfer
budh1santoso@yahoo.co.id
Searah (+) Searah (+) Searah (+) Searah (+) Searah (+)
54
Variabel KESEHATAN memiliki P-value sebesar 0.0000. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi 1%, sehingga dengan tingkat kepercayaan sebesar 99% dapat disimpulkan bahwa alokasi DAK bidang kesehatan signifikan mempengaruhi angka harapan hidup. Koefisien variable KESEHATAN adalah positif dan sesuai hipotesis dengan dengan angka sebesar 0.110955. Angka koefisien tersebut berarti setiap peningkatan alokasi DAK bidang kesehatan sebesar satu satuan akan meningkatkan angka harapan hidup sebesar 0.110955 satuan. Variabel Air Minum memiliki P-value sebesar 0.0701. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi 10%, sehingga dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% dapat disimpulkan bahwa alokasi DAK bidang air minum signifikan mempengaruhi angka harapan hidup.
budh1santoso@yahoo.co.id 55
Koefisien variable Air Minum adalah positif dan sesuai hipotesis dengan dengan angka sebesar 1,966693. Angka koefisien tersebut berarti setiap peningkatan alokasi DAK bidang air minum sebesar satu satuan akan meningkatkan angka harapan hidup sebesar 1,966693 satuan. Variabel KB memiliki P-value sebesar 0.0924. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi 10%, sehingga dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% dapat disimpulkan bahwa alokasi DAK bidang keluarga berencana signifikan mempengaruhi angka harapan hidup. Koefisien variable KB adalah negatif, tidak sesuai dengan hipotesis dan dengan angka sebesar -1,899706. Angka koefisien tersebut berarti setiap peningkatan alokasi DAK bidang keluarga berencana sebesar satu satuan akan meningkatkan angka harapan hidup sebesar 1,899706 satuan.
budh1santoso@yahoo.co.id 56
Variabel SANITASI memiliki P-value sebesar 0.2502. Angka tersebut lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi 10%, sehingga dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% dapat disimpulkan bahwa alokasi DAK bidang sanitasi tidak signifikan mempengaruhi angka harapan hidup. Nilai R-Squared yang dihasilkan adalah sebesar 0.781546, artinya keempat variable independen dapat menjelaskan variable dependen sebesar 78,15%. Dengan kata lain alokasi DAK bidang kesehatan, alokasi DAK air minum, alokasi DAK bidang keluarga berencana, dan alokasi DAK bidang sanitasi dapat menjelaskan pergerakan angka harapan hidup di Indonesia sebesar 78,15%. Hanya 21,85% indikator lainnya yang tidak dimasukkan kedalam persamaan regresi tersebut.
budh1santoso@yahoo.co.id
57
LAPORAN DESKRIPTIF
Identifikasi hambatan dan tingkat utilisasi kegiatan DAK di daerah dengan perangkat kuisioner. Responden SKPD sebanyak 38 orang di 9 daerah observasi. Responden penerima manfaat sebanyak 50 orang (PN III), 14 orang (Kesehatan), 11 orang (Air Minum), 15 orang (Sanitasi), 10 orang (KB Masyarakat), dan 12 orang (KB Penyuluh) di 7daerah observasi. Menggunakan Skala Likert.
budh1santoso@yahoo.co.id
58
KODEFIKASI MASALAH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Permasalahan terkait dengan Peraturan Menteri Keuangan Permasalahan terkait dengan Petunjuk Teknis Permasalahan terkait dengan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD Permasalahan terkait dengan DPA-SKPD Permasalahan terkait dengan SK Penetapan Pelaksanaan Kegiatan Permasalahan terkait dengan Pelaksanaan Tender Pekerjaan Kontrak Permasalahan terkait dengan Persiapan Pekerjaan Swakelola Permasalahan terkait dengan Penerbitan SP2D Permasalahan terkait denganPelaksanaan Pekerjaan Kontrak Permasalahan terkait dengan Pelaksanaan Pekerjaan Swakelola
budh1santoso@yahoo.co.id
59
Permasalahan Tertinggi (40): Kode 6 terkait dengan Pelaksanaan Tender Pekerjaan Kontrak Permasalahan terendah (20): Kode 4 Permasalahan terkait dengan DPA-SKPD
budh1santoso@yahoo.co.id
60
budh1santoso@yahoo.co.id
61
budh1santoso@yahoo.co.id
62
budh1santoso@yahoo.co.id
63
REKOMENDASI (1/2)
Perlu adanya sosialisasi SEB ke daerah-daerah. Perlu adanya revisi format SEB sebagai pelaporan DAK. Perlu adanya revisi SEB 3 Menteri (terlampir dalam M.Word). Perlu adanya sistem informasi yang terintegrasi sehingga setiap daerah bisa mengakses sekaligus mengupdate laporan masing-masing.
budh1santoso@yahoo.co.id
64
REKOMENDASI (2/2)
Untuk DAK Bidang Kesehatan dan Air Minum, menunjukkan korelasi positif dan signifikan, artinya untuk mendukung PN 3, alokasinya harus diperbanyak. Perlu diadakan kajian ulang untuk DAK KB yang menunjukkan korelasi negatif, bisa disebabkan kesalahan dalam implementasi ataupun kegiatan yang kurang tepat. Hal yang sama juga terjadi pada DAK Bidang Sanitasi dimana tidak terdapat korelasi yang kuat terhadap AHH, sehingga perlu ditinjau dalam pelaksanaan maupun perencanaan.
budh1santoso@yahoo.co.id
65
TUJUAN
SASARAN
Pedoman Petunjuk Teknis & alokasi DAK
KELUARAN
KEGIATAN
Trilateral Meeting DAK
LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Pasal 64 mengamanatkan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas bersama-sama Menteri Teknis untuk melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK. Di samping itu, dalam konteks kebijakan DAK Bappenas bertanggung jawab untuk menyusun Arah Kebijakan DAK dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas Nomor Per 008 /M.PPN/11/2007 Tanggal 30 November 2007 tentang Tata Cara/Mekanisme Penyusunan Kebijakan Bidang/Sektor Yang Dibiayai Dana Alokasi Khusus.
Mendukung operasionalisasi fungsi Bappenas dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi diperlukan dukungan kegiatan yang bersifat lintas kedeputian dan lintas direktorat dalam bentuk koordinasi strategis.
Kegiatan koordinasi strategis tersebut secara terbatas telah berjalan sejak tahun 2006. Di tahun 2008 Bappenas telah membentuk Tim Koordinasi Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus (TKP2E-DAK) melalui Surat Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. Kep. 010A /M.PPN/01/2008.
Untuk mendukung operasionalisasi TKP2E-DAK telah dibentuk pula Sekretariat TKPKP2E-DAK Bappenas melalui Surat Keputusan Sekretaris Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor. Kep. 15/PPN/HK/01/2011 tentang pembentukan Tim Koordinasi Penyusunan, Kebijakan, Perencanaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2011.
TUJUAN:
Menyusun Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP); Menentukan Program Prioritas Pembangunan Nasional yang dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK); Menyusun Pagu Indikatif Dana Alokasi Khusus (DAK) Per Bidang; Melakukan Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga berkaitan dengan Perencanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Per Bidang; Melakukan Koordinasi dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam koordinasi pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK); Melakukan Pemantauan Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK); Melakukan Evaluasi Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK); Menyusun laporan Evaluasi Tahunan Dana Alokasi Khusus (DAK).
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
SASARAN:
Tersusunnya Arah Kebijakan DAK dalam RKP 2012. Tersusunnya perencanaan DAK per bidang. Tersusunnya pagu indikatif Dana Alokasi Khusus (DAK) per bidang. Terlaksananya pemantauan DAK. Terlaksananya evaluasi tahunan pengelolaan DAK. Terlaksananya evaluasi tahunan DAK per bidang. Terlaksananya pengembangan database DAK Terlaksananya koordinasi pengelolaan DAK antar kementerian/lembaga serta antara Pusat dan Daerah. Tersusunnya laporan kegiatan TKPKP2E-DAK Bappenas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
KELUARAN:
Arah Kebijakan DAK dalam RKP Tahun 2012. Arah Kegiatan DAK Per Bidang Tahun 2012. Pagu Indikatif DAK Per Bidang 2012 Laporan Pemantauan Pelaksanaan DAK (Studi Evaluasi tahap 1 dan Pemantauan Terpadu Kemendagri Ditjen Bangda). Laporan Evaluasi Pengelolaan DAK Tahun 2010 (MONEV Direktorat Teknis). Laporan Evaluasi Pelaksanaan DAK Per Bidang Tahun 2010 (MONEV Direktorat Teknis). Laporan Bulanan TKPKP2E-DAK Bappenas. Laporan Tahunan TKPKP2E-DAK Bappenas. Pemutakhiran Situs (website http://tkp2e-dak.org/) TKPKP2EDAK Bappenas. Publikasi Data dan Informasi DAK.
1. 2. 3. 4.
5.
6. 7. 8. 9. 10.
KEGIATAN:
Penyusunan Arah Kebijakan DAK dalam RKP 2012 (Trilateral Meeting DAK). Penyusunan pagu indikatif DAK Per Bidang 2012 Pemantauan Pelaksanaan DAK (studi evaluasi tahap 1 & pemantauan terpadu bersama Kemendagri Ditjen Bangda) Perencanaan Kegiatan DAK Per Bidang Tahun 2010 (MONEV DAK Direktorat Teknis). Pengembangan Database DAK. Penyusunan Laporan Kegiatan TKPKP2E-DAK Bappenas.
1.
2.
3. 4.
5. 6.
TERIMA KASIH
budh1santoso@yahoo.co.id
74